InspirasI

Rabu, 17 Oktober 2012


Renungan untuk suami-suami: Bila Istri Cerewet



Adakah istri yang tidak cerewet? Sulit menemukannya. Bahkan istri Khalifah sekaliber Umar bin Khatab pun cerewet.

Seorang laki-laki berjalan tergesa-gesa. Menuju kediaman khalifah Umar bin Khatab. Ia ingin mengadu pada khalifah; tak tahan dengan kecerewetan istrinya. Begitu sampai di depan rumah khalifah, laki-laki itu tertegun. Dari dalam rumah terdengar istri Umar sedang ngomel, marah-marah. Cerewetnya melebihi istri yang akan diadukannya pada Umar. Tapi, tak sepatah katapun terdengar keluhan dari mulut khalifah. Umar diam saja, mendengarkan istrinya yang sedang gundah. Akhirnya lelaki itu mengurungkan niatnya, batal melaporkan istrinya pada Umar.

Apa yang membuat seorang Umar bin Khatab yang disegani kawan maupun lawan, berdiam diri saat istrinya ngomel? Mengapa ia hanya mendengarkan, padahal di luar sana, ia selalu tegas pada siapapun?

Umar berdiam diri karena ingat 5 hal. Istrinya berperan sebagai BP4. Apakah BP4 tersebut?

1. Benteng Penjaga Api Neraka

Kelemahan laki-laki ada di mata. Jika ia tak bisa menundukkan pandangannya, niscaya panah-panah setan berlesatan dari matanya, membidik tubuh-tubuh elok di sekitarnya. Panah yang tertancap membuat darah mendesir, bergolak, membangkitkan raksasa dalam dirinya. Sang raksasa dapat melakukan apapun demi terpuasnya satu hal; syahwat.

Adalah sang istri yang selalu berada di sisi, menjadi ladang bagi laki-laki untuk menyemai benih, menuai buah di kemudian hari. Adalah istri tempat ia mengalirkan berjuta gelora. Biar lepas dan bukan azab yang kelak diterimanya Ia malah mendapatkan dua kenikmatan: dunia dan akhirat.

Maka, ketika Umar terpikat pada liukan penari yang datang dari kobaran api, ia akan ingat pada istri, pada penyelamat yang melindunginya dari liukan indah namun membakar. Bukankah sang istri dapat menari, bernyanyi dengan liuka yang sama, lebih indah malah. Membawanya ke langit biru. Melambungkan raga hingga langit ketujuh. Lebih dari itu istri yang salihah selalu menjadi penyemangatnya dalam mencari nafkah.

2. Pemelihara Rumah

Pagi hingga sore suami bekerja. Berpeluh. Terkadang sampai mejelang malam. Mengumpulkan harta. Setiap hari selalu begitu. Ia pengumpul dan terkadang tak begitu peduli dengan apa yang dikumpulkannya. Mendapatkan uang, beli ini beli itu. Untunglah ada istri yang selalu menjaga, memelihara. Agar harta diperoleh dengan keringat, air mata, bahkan darah tak menguap sia-sia Ada istri yang siap menjadi pemelihara selama 24 jam, tanpa bayaran.

Jika suami menggaji seseorang untuk menjaga hartanya 24 jam, dengan penuh cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki yang tinggi, siapa yang sudi? Berapa pula ia mau dibayar. Niscaya sulit menemukan pemelihara rumah yang lebih telaten daripada istrinya. Umar ingat betul akan hal itu. Maka tak ada salahnya ia mendengarkan omelan istri, karena (mungkin) ia lelah menjaga harta-harta sang suami yang semakin hari semakin membebani.

3. Penjaga Penampilan

Umumnya laki-laki tak bisa menjaga penampilan. Kulit legam tapi berpakaian warna gelap. Tubuh tambun malah suka baju bermotif besar. Atasan dan bawahan sering tak sepadan. Untunglah suami punya penata busana yang setiap pagi menyiapkan pakaianannya, memilihkan apa yang pantas untuknya, menjahitkan sendiri di waktu luang, menisik bila ada yang sobek. Suami yang tampil menawan adalah wujud ketelatenan istri. Tak mengapa mendengarnya berkeluh kesah atas kecakapannya itu

4. Pengasuh Anak-anak

Suami menyemai benih di ladang istri. Benih tumbuh, mekar. Sembilan bulan istri bersusah payah merawat benih hingga lahir tunas yang menggembirakan. Tak berhenti sampai di situ. Istri juga merawat tunas agar tumbuh besar. Kokoh dan kuat. Jika ada yang salah dengan pertumbuhan sang tunas, pastilah istri yang disalahkan. Bila tunas membanggakan lebih dulu suami maju ke depan, mengaku, ?akulah yang membuatnya begitu.? Baik buruknya sang tunas beberapa tahun ke depan tak lepas dari sentuhan tangannya. Umar paham benar akan hal itu.

5. Penyedia Hidangan

Pulang kerja, suami memikul lelah di badan. Energi terkuras, beraktivitas di seharian. Ia butuh asupan untuk mengembalikan energi. Di meja makan suami Cuma tahu ada hidangan: ayam panggang kecap, sayur asam, sambal terasi danlalapan. Tak terpikir olehnya harga ayam melambung; tadi bagi istrinya sempat berdebat, menawar, harga melebihi anggaran. Tak perlu suami memotong sayuran, mengulek bumbu, dan memilah-milih cabai dan bawang. Tak pusing ia memikirkan berapa takaran bumbu agar rasa pas di lidah. Yang suami tahu hanya makan. Itupun terkadang dengan jumlah berlebihan; menyisakan sedikit saja untuk istri si juru masak. Tanpa perhitungan istri selalu menjadi koki terbaik untuk suami. Mencatat dalam memori makanan apa yang disuka dan dibenci suami.

Dengan mengingat lima peran ini, Umar kerap diam setiap istrinya ngomel. Mungkin dia capek, mungkin dia jenuh dengan segala beban rumah tangga di pundaknya. Istri telah berusaha membentenginya dari api neraka, memelihara hartanya, menjaga penampilannya, mengasuh anak-anak, menyediakan hidangan untuknya. Untuk segala kemurahan hati sang istri, tak mengapa ia mendengarkan keluh kesah buah lelah.

Umar hanya mengingat kebaikan-kebaikan istri untuk menutupi segala cela dan kekurangannya. Bila istri sudah puas menumpahkan kata-katanya, barulah ia menasehati, dengan cara yang baik, dengan bercanda. Hingga tak terhindar pertumpahan ludah dan caci maki tak terpuji.

Akankah suami-suami masa kini dapat mencontoh perilaku Umar ini. Ia tak hanya berhasil memimpin negara tapi juga menjadi imam idaman bagi keluarganya.

WallahuAlam.



Selasa, 09 Oktober 2012


Assalamu'alaikum wr..wb




MENULIS ADALAH INVESTASI BUAT KITA


        Menulis bukanlah bakat melainkan keterampilan. Karena itu siapa pun sesungguhnya bisa menulis asalkan mau belajar dan latihan. Siapa saja yang mau terus berlatih, terampil menulis hanyalah soal waktu. Menulis karena sebuah keterampilan maka yang dibutuhkan adalah praktik, bukan pengetahuan teori. Semakin sering menulis, makin terampil pula seseorang dalam menulis. Menulis untuk investasi kita apabila itu bisa menggerakkan hati orang lain tentu kita bisa mendapatkan pahala.

          Untuk belajar (praktik) menulis alangkah mudahnya. Jika di kantor banyak kertas-kertas bekas hasil print yang salah, kumpulkan dan bawa pulang. Tapi jangan membawa pulang kertas yang bagus dan baru. Ini bisa melanggar aturan. Di rumah di saat rehat dan santai, ambil pulpen dan corat-coret di atas kertas bekas itu. Apa yang ditulis? Peristiwa politik, alam, bola dan lain-lainnya.Terserah. Apa saja bisa ditulis.

        Di jaman sekarang di mana internet sudah menjadi hal lumrah dan ada di mana-mana, menulis menjadi semakin mudah. Tak perlu lagi kertas bekas, tak perlu lagi pulpen dan pena. Menulis bisa di internet, tepatnya di blog. Apa itu Blog? Blog adalah media untuk menuliskan sesuatu, semacam buku diary. Boleh dikatakan bahwa blog adalah buku diary “maya”. Kalau buku diary “nyata” atau konvensional, biasanya bersifat rahasia. Hanya pemiliknya yang bisa membaca karena disimpan dan disembunyikan. Sebaliknya, blog justru disengaja agar tulisan kita bisa dibaca orang lain.

        Wah, kalau begitu butuh biaya banyak untuk bisa menulis di blog? Tidak juga, kita bisa memakai pulsa untuk modem. Sedangkan layanan blog-blog itu adalah gratis. Beberapa layanan blog yang umum digunakan adalah http://blogspot.com,

Ada juga blog yang bersifat komunitas seperti blog detik dan kompasiana. Cara mendaftarnya sangat gampang. Tinggal kunjungi situs blog tersebut kemudian lakukan register atau daftar.
Karena gratis dan mudah, maka saya manfaatkan itu untuk memperbanyak latihan menulis atau copy dari sumber lain. Saya belajar menulis di  http://marsuditri2000.blogspot.com   Selain itu saya juga menulis di http://www.kompasiana.com

Mari manfaatkan kemudahan-kemudahan di jaman serba canggih ini untuk melatih diri terampil menulis. Jangan sia-siakan itu. Selamat Berlatih Menulis.
Semoga dengan tulisan tulisan kita itu bisa dimanfaatkan oleh orang banyak.
Perkenalkan diri saya :
Nama : Marsudi Tri Sampurno
Twitter : @marsuditri
Facebook : marsuditrisampurno
Website: marsuditri2000.blogspot.com
Kompasiana: Marsuditri
Email : marsuditri2000@gmail.com








                                                   KOMPASIANA



FACEBOOK

                                                BLOG PRIBADI



                                                                 TWITTER



Tulisan Akan Tetap Abadi walau Penulisnya telah tiada......


Semua penulis akan meninggal, kecuali karyanya. Maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakanmu di akhirat. (Ali bin Abi Thalib)