InspirasI

Senin, 21 Desember 2020

UNTUKMU  IBU

 

Dentang nafasmu menyeruak hari hingga senja

Tak ada lelah menggores di wajah ayumu

Tak ada sesal kala semua harus kau lalui

Langkah itu terus berjalan untuk kami

Bidadari-bidadari kecilmu....

 

Desah mimpimu berlari mengejar bintang

Berharap kami menjadi mutiara terindahmu

Dalam semua peran yang kau mainkan di bumi

Ini peran terbaikmu....

 

Dalam lelah kau rangkai kata bijak untuk kami

Mengurai senyum di setiap perjalanan kami

Mendera doa disetiap detik nafas kami

Ibu....kau berlian dihati kami

 

Relung hatimu begitu indah....

Hingga kami tak sanggup menggapai dalamnya

Derai airmatamu menguntai sebuah harap

Di setiap sholat malam mu

 

Ibu.....

Kami hanya ingin menjadi sebuah impian untukmu

Membopong semua mimpimu dalam pundak kami

 

Ibu.....

Jangan benci kami

Jika kami membuatmu menangis ..

 


Jumat, 06 November 2020

Renungan

 

BILA   MAUT  TELAH   TIBA

 

Terputuslah sudah jalinan saudara, teman, kekasih…

 

Harta benda,  kekayaan,  derajat, pangkat, kedudukan hilang sirna ditelan bumi

 

Keangkuhan dunia tlah’ musnah seketika

 

Yang tersisa hanyalah amal perbuata dan dosa.

 

“Kita hidup di dunia hanya satu kali, merasakan kenikmatannyapun hanya satu kali. Jadikan hidupmu hanya untuk mencari ridhoNya, karna dengan ridhoNyalah setiap menit, detik kehidupan kita ini akan sangat berarti”.

 

Maha besar Allah yang telah memberikan kenikmatan disetiap hela nafasku. Tak ada kata yang dapat aku ucap selain rasa syukur.

 

 



Kamis, 22 Oktober 2020

DIBALIK SHOLAWAT KEPADA ROSULULLAH SAW

 

Apa hubungan Istighfar dengan Shalawat Nabi SAW? Mengapa dalam praktik sufi,senantiasa ada dzikir Istighfar dan Shalawat Nabi dalam setiap wirid -wiridnya? Hubungan Istighfar dan Shalawat, ibarat dua keping mata uang. 

Sebab orang yang bershalawat, mengakui dirinya sebagai hamba yang lebur dalam wahana Sunnah Nabi. Leburnya kehambaan itulah yang identik dengan kefanaan hamba ketika beristighfar.

Shalawat Nabi, merupakan syari'at sekaligus mengandung hakikat. Disebut syari'at karena Allah SWT, memerintah kan kepada para hamba-Nya yangberiman, agar memohon kan Shalawat dan Salam kepada Nabi.

Dalam Firman-Nya: "Sesungguhnya Allah dan para MalaikatNya senantiasa bershalawat kepada Nabi.Wahai orang-orang beriman bershalawatlah kepada Nabi dan mohonkan salam baginya." (QS. 33: 56)

Beberapa hadits di bawah ini sangat mendukung firman Allah Ta'ala tersebut : Suatu hari Rasulullah SAW, datang dengan wajah tampak berseri-seri, danbersabda: "Malaikat Jibril datang kepadaku sambil berkata, "Sangat menyenangkan untuk engkau ketahui wahai Muhammad, bahwa untuk satu shalawat dari seseorang umatmu akan kuimbangi dengan sepuluh doa baginya."Dan sepuluh salam bagiku akan kubalas dengan sepuluh salam baginya." (HR.an-Nasa'i)

      Sabda Rasulullah SAW: "Kalau orang bershalawat kepadaku, maka malaikat juga akan mendoakan keselamatan yang sama baginya, untuk itu hendaknya dilakukan, meski sedikit atau banyak." (HR. Ibnu Majah dan Thabrani).

Sabda Nabi SAW, "Manusia yang paling uatama bagiku adalah yang paling banyak shalawatnya." (HR. at-Tirmidzi)

Sabdanya, "Paling bakhilnya manusia, ketika ia mendengar namaku disebut, ia tidak mengucapkan shalawat bagiku." (HR. at-Tirmidzi). "Perbanyaklahshalawat bagiku di hari Jum'at" (HR. Abu Dawud).

Sabdanya, "Sesungguhnya di bumi ada malaikat yang berkeliling dengan tujuan menyampaikan shalawat umatku kepadaku." (HR. an-Nasa'i)

Sabdanya, "Tak seorang pun yang bershalawat kepadaku melainkan Allah mengembalikan ke ruhku, sehingga aku menjawab salam kepadanya." (HR. AbuDawud). 

Tentu, tidak sederhana, menyelami keagungan Shalawat Nabi. Karena setiap kata dan huruf dalam shalawat yang kita ucapkan mengandung atmosfir ruhaniyang sangat dahsyat. Kedahsyatan itu, tentu, karena posisi Nabi Muhammad SAW, sebagai hamba Allah, Nabiyullah, Rasulullah, Kekasih Allah dan Cahaya Allah.

Dan semesta raya ini diciptakan dari Nur Muhammad, sehingga setiap detak huruf dalam Shalawat pasti mengandung elemen metafisik yang luar biasa.Mengapa kita musti membaca Shalawat dan Salam kepada Nabi, sedangkan Nabi adalah manusia paripurna, sudah diampuni dosa-dosanya yang terdahulu maupun yang akan datang? Beberapa alasan berikut ini sangat mendukung perintah Allah SWT. 

Nabi Muhammad SAW adalah sentral semesta fisik dan metafisik, karena itu seluruh elemen lahir dan batin makhluk ini merupakan refleksi dari cahayanya yang agung. Bershalawat dan bersalam yang berarti mendoakan beliau, adalah bentuk lain dari proses kita menuju jati diri kehambaan yang hakiki di hadapan Allah, melalui "titik pusat gravitasi" ruhani, yaitu Muhammad Rasulullah SAW.

 Nabi Muhammad SAW, adalah manusia paripurna. Segala doa dan upaya untukmencintainya, berarti kembali kepada orang yang mendoakan, tanpa reserve.Ibarat gelas yang sudah penuh air, jika kita tuangkan air pada gelas tersebut, pasti tumpah. 

Tumpahan itulah kembali pada diri kita, tumpahan Rahmat dan Anugerah-Nya melalui gelas piala Kekasih-Nya, Muhammad SAW.

Shalawat Nabi mengandung syafa'at dunia dan akhirat. Semata karena filosofi Kecintaan Ilahi kepada Kekasih-Nya itu, meruntuhkan Amarah-Nya. Sebagaimana dalam hadits Qudsi, "Sesungguhnya Rahmat-Ku, mengalahkan Amarah-Ku." Siksaan Allah tidak akan turun pada ahli Shalawat Nabi, karena kandungan kebajikannya yang begitu par-exellent.Shalawat Nabi, menjadi tawashul bagi perjalanan ruhani umat Islam. Getaran bibir dan detak jantung akan senantiasa membubung ke alam Samawat (alamruhani), ketika nama Muhammad SAW disebutnya.

 Karena itu, mereka yang hendak menuju kepada Allah (wushul) peran Shalawat sebagai pendampingnya, karena keparipurnaan Nabi itu menjadi jaminan bagi siapa pun yang hendak bertemu dengan Yang Maha Paripurna.

Muhammad, sebagai nama dan predikat, bukan sekadar lambang dari sifat-sifat terpuji, tetapi mengandung fakta tersembunyi yang universal, yang ada dalamJiwa Muhammad SAW.

      Dan dialah sentral satelit ruhani yang menghubungkan hamba-hamba Allah dengan Allah. Karena sebuah penghargaan Cinta yang agung, tidak akan memiliki nilai Cinta yang hakiki manakala, estetika di balik Cinta itu, hilang begitu saja. 

Estetika Cinta Ilahi, justru tercermin dalam Keagungan-Nya, dan Keagungan itu ada di balik desah doa yang disampaikan hamba-hamba-Nya buat Kekasih-Nya. Wallahu A'lam.Para sufi memberikan pengajaran sistematis kepada umat melalui Shalawat Nabi itu sendiri. 

Dan Shalawat Nabi yang berjumlah ratusan macam itu, lebih banyak justru dari ajaran Nabi sendiri. Model Shalawat yang diwiridkan para pengikut tarekat, juga memiliki sanad yang sampai kepada Nabi SAW. 

Oleh sebab itu, Shalawat adalah cermin Nabi Muhammad SAW yang memantul melalui jutaan bahkan milyaran hamba-hamba Allah bahkan bilyunan para malaikat-Nya.

 

Wallahu Alam bishowab.

 


Selasa, 13 Oktober 2020

Kisah Nabi Idris Dan Malaikat Maut

 

Diriwayatkan Nabi Idris as. telah naik ke langit pada hari Senin. Peristiwa naiknya Nabi Idris as. ke langit ini, telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Quran. Nama Nabi Idris as. yang sebenarnya adalah ‘Akhnukh’. 

Sebab beliau dinamakan Nabi Idris, karena beliau banyak membaca, mempelajari (tadarrus) kitab Allah SWT. Setiap hari Nabi Idris menjahit qamis (baju kemeja), setiap kali beliau memasukkan jarum untuk menjahit pakaiannya, beliau mengucapkan tasbih. Jika pekerjaan-nya sudah selesai, kemudian pakaian itu diserahkannya kepada orang yang menempahnya dengan tanpa meminta upah. Walaupun demikian, Nabi Idris masih sanggup beribadah dengan amalan yang sukar untuk digambarkan. Sehingga Malaikat Maut sangat rindu berjumpa dengan beliau. 

Kemudian Malaikat Maut bermohon kepada Allah SWT, agar diizinkan untuk pergi menemui Nabi Idris as. Setelah memberi salam, Malaikat pun duduk. Nabi Idris as. mempunyai kebiasaan berpuasa sepanjang masa. Apabila waktu berbuka telah tiba, maka datanglah malaikat dari Syurga membawa makanan pada Nabi Idris, lalu beliau menikmati makanan tersebut.

Kemudian Nabi Idris beribadah sepanjang malam. Pada suatu malam Malaikat Maut datang menemui beliau menyamar sebagau lelaki tampan, sambil membawa makanan dari Syurga. Nabi Idris menikmati makanan itu. Kemudian Nabi Idris berkata kepada Malaikat Maut: “Wahai tuan, marilah kita nikmati makanan ini bersama-sama.” 

Tetapi Malaikat itu menolaknya. Nabi Idris terus melanjutkan ibadahnya, sedang-kan Malaikat Maut itu dengan setia menunggu sampai terbit matahari. Nabi Idris merasa heran melihat sikap Malaikat itu. Kemudian beliau berkata: “Wahai tuan, mahukah tuan berjalan-jalan bersama saya untuk melihat keindahan alam? 

 

Malaikat Maut menjawab: "Baiklah Wahai Nabi Allah Idris.” 

Maka berjalanlah keduanya melihat keindahan alam dengan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan hidup di situ. Akhirnya ketika mereka sampai pada suatu kebun, maka Malaikat Maut berkata kepada Nabi Idris as.: “Wahai Nabiyullah Idris, adakah tuan izinkan saya untuk mengambil ini untuk saya makan? Nabi Idris pun menjawab: Subhanallah, mengapa malam tadi tuan tidak mau memakan makanan yang halal, sedangkan sekarang tuan mau memakan yang haram?”

Kemudian Malaikat Maut dan Nabi Idris meneruskan perjalanan mereka. Tidak terasa oleh mereka bahwa mereka telah selama empat hari. Selama mereka bersahabat, Nabi Idris menemui beberapa keanehan pada diri temannya itu. Segala tindak-tanduknya berbeda dengan sifat-sifat manusia biasa. 

Akhirnya Nabi Idris tidak dapat menahan hasrat ingin tahunya itu. Kemudian beliau berta-nya: “Wahai tuan, bolehkah saya tahu, siapakah tuan yang sebenarnya?

"Saya adalah Malaikat Maut.”

“Tuankah yang bertugas mencabut semua nyawa makhluk?” “Benar ya Nabiyullah Idris.” 

“Sedangkan tuan bersama saya selama empat hari, adakah tuan juga telah mencabut nyawa-nyawa makhluk?” 

“Wahai Nabiyullah Idris, selama empat hari ini banyak sekali nyawa yang telah saya cabut. Roh makhluk-makhluk itu bagaikan hidangan di hadapanku, aku ambil mereka bagaikan seseorang sedang menyuap-nyuap makanan.” 

“Wahai Malaikat, apakah tujuan tuan datang, apakah untuk ziarah atau untuk mencabut nyawaku?”

“Saya datang untuk menziarahimu dan Allah SWT telah mengizinkan niatku itu.”

“Wahai Malaikat Maut, kabulkanlah satu permintaanku kepadamu, yaitu agar tuan mencabut nyawaku, kemudian tuan mohonkan kepada Allah agar Allah menghidupkan saya kembali, supaya aku dapat menyembah Allah Setelah aku merasakan dahsyatnya sakaratul maut itu.”

        Malaikat Maut pun menjawab: “Sesungguhnya saya tidaklah mencabut nyawa seseorang pun, melainkan hanya dengan keizinan Allah.” 

Lalu Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Maut, agar ia mencabut nyawa Nabi Idris as. Maka dicabutnyalah nyawa Nabi Idris saat itu juga. Maka Nabi Idris pun merasakan kematian ketika itu. 

Di waktu Malaikat Maut melihat kematian Nabi Idris itu, maka menangislah ia. Dengan perasaan hibah dan sedih ia bermohon kepada Allah supaya Allah menghidupkan kembali sahabatnya itu. Allah mengabulkan permohonannya, dan Nabi Idris pun dihidupkan oleh Allah SWT kembali. 

Kemudian Malaikat Maut memeluk Nabi Idris, dan ia bertanya: “Wahai saudaraku, bagaimanakah tuan merasakan kesakitan maut itu? “

“Bila seekor binatang dikupas kulitnya ketika ia masih hidup, maka sakitnya maut itu seribu kali lebih sakit dari yang demikian.

“Padahal kelembutan yang saya lakukan terhadap tuan, ketika saya mencabut nyawa tuan itu, belum pernah saya lakukan terhadap sesiapa pun sebelum tuan.”

“Wahai Malaikat Maut, saya mempunyai permintaan lagi kepada tuan, yaitu saya sungguh-sungguh berhasrat melihat Neraka, supaya saya dapat beribadah kepada Allah SWT lebih banyak lagi, setelah saya menyaksikan dahsyatnya api neraka itu.”

“Wahai Nabiyullah Idris as. saya tidak dapat pergi ke Neraka jika tanpa izin dari Allah SWT.”

Akhirnya Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Maut agar ia membawa Nabi Idris ke dalam Neraka. Maka pergilah mereka berdua ke Neraka. Di Neraka itu, Nabi Idris as. dapat melihat semua yang diciptakan Allah SWT untuk menyiksa para pendosa yang tidak bertobat. Seperti rantai-rantai yang panas, ular yang berbisa, kala, api yang membara, timah yang mendidih, air panas yang mendidih dan lain-lain. Setelah merasa puas melihat keadaan Neraka itu, maka mereka pun pulang. 

Kemudian Nabi Idris as. berkata kepada Malaikat Maut: “Wahai Malaikat Maut, saya mempunyai hajat yang lain, yaitu agar tuan dapat menolong saya membawa masuk ke dalam Surga. Sehingga saya dapat melihat apa-apa yang telah disediakan oleh Allah bagi kekasih-kekasih-Nya. Setelah itu saya pun dapat meningkatkan lagi ibadah saya kepada Allah SWT. Saya tidak dapat membawa tuan masuk ke dalam Syurga, tanpa perintah dari Allah SWT.” Jawab Malaikat Maut. 

Lalu Allah SWT pun memerintahkan kepada Malaikat Maut supaya ia membawa Nabi Idris masuk ke dalam Syurga. Kemudian pergilah mereka berdua, sehingga mereka sampai di pintu Surga dan mereka berhenti di pintu tersebut.

Dari situ Nabi Idris dapat melihat pemandangan di dalam Surga. Nabi Idris dapat melihat segala macam kenikmatan yang disediakan oleh Allah SWT untuk para wali-waliNya. Berupa buah-buahan, dan sungai-sungai yang mengalir dan lain-lain.

Kemudian Nabi Idris berkata: “Wahai saudaraku Malaikat Maut, saya telah merasakan pahitnya maut dan saya telah melihat dahsyatnya api Neraka. Maka maukah tuan memohonkan kepada Allah untukku, agar Allah mengizinkan aku memasuki Surga untuk dapat meminum airnya, untuk menghilangkan kesakitan mati dan dahsyatnya api Neraka?” 

Maka Malaikat Maut pun bermohon kepada Allah. Kemudian Allah memberi izin kepadanya untuk memasuki Surga dan kemudian harus keluar lagi. Nabi Idris pun masuk ke dalam Surga, beliau meletakkan sandalnya di bawah salah satu pohon Surga, lalu beliau keluar kembali dari Surga. Setelah beliau berada di luar, Nabi Idris berkata kepada Malaikat Maut: “Wahai Malaikat Maut, aku telah meninggalkan sandalku di dalam Syurga.

 

Malaikat Maut pun berkata: "Masuklah ke dalam Surga, dan ambil sandal tuan.” 

Maka masuklah Nabi Idris, namun beliau tidak keluar lagi, sehingga Malaikat Maut memanggilnya: “Ya Nabiyullah Idris, keluarlah!. Tidak, wahai Malaikat Maut, kerana Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur'an :

 

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati..(Q.S. 3 Ali 'Imran 185)

Sedangkan saya telah merasakan kematian. Dan Allah berfirman lagi dalam Al-Qur'an :

 

وَإِن مِّنكُمْ إِلاَّ وَارِدُهَا كَانَ عَلٰى رَبِّكَ حَتْماً مَّقْضِيّاً

Dan tidak ada seorang pun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. (Q.S. 19 Maryam 71)

 

Dan saya pun telah mendatangi Neraka itu. Dan Allah berfirman lagi dalam Al-Qur'an :

 

لاَ يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُم مِّنْهَا بِمُخْرَجِينَ

Mereka tidak merasa lelah di dalamnya (surga) dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya. (surga) (Q.S. 15 Al Hijr 48)

 

Maka Allah menurunkan wahyu kepada Malaikat Maut itu: “Biarkanlah dia, kerana Aku telah menetapkan di azali, bahawa ia akan bertempat tinggal di Surga.” Allah menceritakan tentang kisah Nabi Idris ini kepada Rasulullah SAW dengan firman-Nya :

 

 وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِدْرِيسَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقاً نَّبِيّاً (56) وَرَفَعْنَاهُ مَكَاناً عَلِيّاً ( 57 ) أُوْلَئِكَ الَّذِيْنَ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ مِنْ ذُرِّيَّةِ اٰدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِنْ ذُرِّيَّةِ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَائِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ اٰيٰتُ الرَّحْمَنْ خَرُّوا سُجَّداً وَبُكِيّاً ( 58 )

Dan ceritakanlah (hai Nabi Muhammad kepada mereka, kisah)Nabi Idris (yang tersebut) di dalam Al Qur'an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi dari keturunan Nabi Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nabi Nuh, dan dari keturunan Nabi Ibrahim dan Israel, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. 

 

Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka bersujud dan menangis.(Q.S.19 Maryam 56-58)

 

 



RENUNGAN

 

Yang paling aku takut kan 

Ketidak mampuan ku untuk berdiri

Di atas kata kata ku sendiri

 

Mereka mengangap aku orang baik

Karena mereka tak tau apa yg aku lakukan 

Mereka hanya tau apa yang aku tampak kan 

Dan tak pernah tau apa yang tersembunyi dari ku

 

Ya Allah ya Raab

Ampun kan diri ini yang mengingin kan taqwa

Terhadap mu

Namun masih saja Sibuk akan duniawi

 

Ya Allah ampun kan aku 

Jika perkataan ku tak sesuai

dengan apa yang aku laku kan 

Sungguh aku malu pada MU

 


Sabtu, 12 September 2020

"WANITA PERTAMA PENGHUNI SORGA.."

 

"Ya Rasulullah, beritahu padaku siapa wanita yang beruntung masuk surga untuk pertama kali selain Ummul Mukminin?" Ummul Mukminin sendiri merupakan wanita-wanita yang telah dijamin masuk surga. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah, "Pemuka wanita ahli surga ada empat. Ia adalah Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulullah SAW, Khadijah binti Khawailid dan Asiyah." (HR. Hakim dan Muslim).

Mendengar pertanyaan putrinya ini, Rasul pun menjawab bahwa wanita pertama yang masuk surga adalah seorang wanita mulia yang tinggal di pinggiran kota Madinah pada masanya. Wanita tersebut bernama Mutiah. Kepada Fatimah Rasulullah mengatakan, "Wahai Fatimah, jika engkau ingin mengetahui wanita pertama yang masuk surga selain Ummul Mukminin, ia adalah Ummu Mutiah."

Mengetahui jawaban sang ayah, Fatimah yang juga istri dari Khulafa'ur Rasyidin ke empat yakni Ali bin Abi Thalib ini lantas penasaran dengan sosok Mutiah. Rasa penasarannya muncul karena selama ini ia tak mengenal sosok Mutiah. Rasa penasaran ini juga muncul karena ia menyadari bahwa ternyata bukan dirinya yang masuk surga untuk pertama kali. Padahal, selama ini ia telah menjalankan ibadahnya dengan baik, patuh pada suami dan ia juga merupakan putri dari Rasulullah Muhammad SAW.

Untuk memenuhi rasa penasaran yang bergejolak dalam hati, Fatimah pun mencari rumah Mutiah dan hendak berkunjung ke sana. Setelah melakukan pencarian yang cukup lama, akhirnya ia menemukan rumah Mutiah. Diketuklah pintu rumah wanita itu oleh Fatimah sembari mengucap salam. Dari dalam rumah terdengar suara, "Siapakah yang ada di luar tersebut?" Fatimah menjawab, "Aku Fatimah, putri Rasulullah.

Mendengar jawaban Fatimah, Mutiah tidak lantas membuka pintu. Selanjutnya ia bertanya, "Ada keperluan apa". Fatimah kembali menjawab, "Hendak bersilaturakhim saja." Dari dalam rumah Mutiah kembali bertanya, "Kamu datang seorang diri atau bersama dengan orang lain?". "Aku bersama putraku Hasan." Jawab Fatimah.

Mengetahui Fatimah bersama Hasan, Mutiah lantas mengatakan, "Maaf, aku tidak bisa membukakan pintu untukmu. Aku belum minta izin pada suamiku akan kedatangan tamu laki-laki di rumahku. Sebaiknya kamu pulang dan kembali esok hari. Aku akan meminta izin kau bersama Hasan saat datang kemari." Mendengar pernyataan Mutiah, Fatimah pun berkata dengan sabar, "Tapi Hasan adalah anakku. Ia juga masih kecil." "Walau anak-anak, Hasan tetaplah lelaki. Kembalilah esok hari saat aku sudah meminta izin dari suamiku untuknya." Ungkap Mutiah.

Esok Hari Fatimah Kembali Ditolak Bertamu. Selanjutnya Bikin Kagum Masih penasaran dengan sosok Mutiah dan amalan yang dilakukannya, Esok hari Fatimah kembali berkunjung ke rumah Mutiah. Pintu rumah wanita tersebut kembali diketuk disusul dengan salam. Sayang, hari itu Fatimah kembali ditolak bertamu oleh Mutiah. Penolakan ini tentu bukan tanpa alasan. Fatimah hari itu datang bersama kedua anaknya, Hasan dan Husein. Mendengar Fatimah bersama satu orang laki-laki lain yang belum dimintakan izin kepada suami, Mutiah lantas menolak kedatangan Fatimah dan menyuruhnya datang kembali hari esoknya.

Di hari ketiga, Fatimah berkunjung ke rumah Mutiah saat sore hari. Akhirnya, ia pun bisa diterima dengan baik dan diizinkan masuk oleh Mutiah. Alangkah terkejutnya Fatimah melihat sopan santun dan kepatuhan Mutiah pada sang suami. Saat itu, Mutiah juga sedang mengenakan pakaian terbaiknya dengan aroma tubuh yang wangi. Wanita tersebut mengatakan ia akan menyambut kedatangan suami yang sebentar lagi akan pulang dari kerja. Rumahnya yang sederhana juga terlihat sangat bersih dan nyaman.

Kekaguman Fatimah tidak berakhir sampai di situ saja, putri Rasulullah ini juga terkagum di hari keempat saat ia kembali berkunjung ke rumah Mutiah saat suaminya sudah pulang dari kerja. Mutiah begitu peduli pada suaminya. Ia telah menyiapkan air mandi untuk sang suami, pakaian ganti dan makanan yang ia masak sendiri di meja makan. Saat sang suami telah sampai rumah, Mutiah menemaninya pergi ke kamar mandi dan membantu sang suami membersihkan tubuhnya.

Selesai mandi, Mutiah menemani suaminya makan. Saat makan inilah, Fatimah kembali dibuat kagum oleh Mutiah. Di samping suaminya yang sedang makan, Mutiah membawa sebuah cambuk. Ia lantas mengatakan pada suaminya untuk memakai cambuk tersebut untuk memukul tubuhnya jika saja masakan yang ia buat tidak disukai oleh suaminya. Mengetahui apa yang dilakukan Mutiah, Fatimah pun menangis haru sekaligus bahagia. Ia akhirnya bisa belajar banyak tentang sebagaimana mestinya menjadi seorang istri yang shalihah.

Pada diri Mutiah, Fatimah akhirnya tahu bahwa seorang istri shalihah dan taat serta selalu mengharap ridho suami adalah seorang wanita yang pantas memasuki pintu surga terlebih dahulu. Ladies, tentunya ada banyak hal yang bisa kita ambil dari kisah ini. Dan hal yang terpenting adalah bagaimana semestinya istri yang baik berlaku pada suaminya.