InspirasI
Kamis, 29 Oktober 2020
Kamis, 22 Oktober 2020
DIBALIK SHOLAWAT KEPADA ROSULULLAH SAW
Apa
hubungan Istighfar dengan Shalawat Nabi SAW? Mengapa dalam praktik
sufi,senantiasa ada dzikir Istighfar dan Shalawat Nabi dalam setiap wirid
-wiridnya? Hubungan Istighfar dan Shalawat, ibarat dua keping mata uang.
Sebab
orang yang bershalawat, mengakui dirinya sebagai hamba yang lebur dalam wahana
Sunnah Nabi. Leburnya kehambaan itulah yang identik dengan kefanaan hamba
ketika beristighfar.
Shalawat
Nabi, merupakan syari'at sekaligus mengandung hakikat. Disebut syari'at karena
Allah SWT, memerintah kan kepada para hamba-Nya yangberiman, agar memohon kan
Shalawat dan Salam kepada Nabi.
Dalam
Firman-Nya: "Sesungguhnya Allah dan para MalaikatNya senantiasa
bershalawat kepada Nabi.Wahai orang-orang beriman bershalawatlah kepada Nabi
dan mohonkan salam baginya." (QS. 33: 56)
Beberapa
hadits di bawah ini sangat mendukung firman Allah Ta'ala tersebut : Suatu hari
Rasulullah SAW, datang dengan wajah tampak berseri-seri, danbersabda:
"Malaikat Jibril datang kepadaku sambil berkata, "Sangat menyenangkan
untuk engkau ketahui wahai Muhammad, bahwa untuk satu shalawat dari seseorang
umatmu akan kuimbangi dengan sepuluh doa baginya."Dan sepuluh salam bagiku
akan kubalas dengan sepuluh salam baginya." (HR.an-Nasa'i)
Sabda
Nabi SAW, "Manusia yang paling uatama bagiku adalah yang paling banyak
shalawatnya." (HR. at-Tirmidzi)
Sabdanya,
"Paling bakhilnya manusia, ketika ia mendengar namaku disebut, ia tidak
mengucapkan shalawat bagiku." (HR. at-Tirmidzi).
"Perbanyaklahshalawat bagiku di hari Jum'at" (HR. Abu Dawud).
Sabdanya,
"Sesungguhnya di bumi ada malaikat yang berkeliling dengan tujuan
menyampaikan shalawat umatku kepadaku." (HR. an-Nasa'i)
Sabdanya,
"Tak seorang pun yang bershalawat kepadaku melainkan Allah mengembalikan
ke ruhku, sehingga aku menjawab salam kepadanya." (HR. AbuDawud).
Tentu,
tidak sederhana, menyelami keagungan Shalawat Nabi. Karena setiap kata dan
huruf dalam shalawat yang kita ucapkan mengandung atmosfir ruhaniyang sangat
dahsyat. Kedahsyatan itu, tentu, karena posisi Nabi Muhammad SAW, sebagai hamba
Allah, Nabiyullah, Rasulullah, Kekasih Allah dan Cahaya Allah.
Dan
semesta raya ini diciptakan dari Nur Muhammad, sehingga setiap detak huruf
dalam Shalawat pasti mengandung elemen metafisik yang luar biasa.Mengapa kita
musti membaca Shalawat dan Salam kepada Nabi, sedangkan Nabi adalah manusia
paripurna, sudah diampuni dosa-dosanya yang terdahulu maupun yang akan datang?
Beberapa alasan berikut ini sangat mendukung perintah Allah SWT.
Nabi
Muhammad SAW adalah sentral semesta fisik dan metafisik, karena itu seluruh
elemen lahir dan batin makhluk ini merupakan refleksi dari cahayanya yang
agung. Bershalawat dan bersalam yang berarti mendoakan beliau, adalah bentuk
lain dari proses kita menuju jati diri kehambaan yang hakiki di hadapan Allah,
melalui "titik pusat gravitasi" ruhani, yaitu Muhammad Rasulullah
SAW.
Nabi
Muhammad SAW, adalah manusia paripurna. Segala doa dan upaya untukmencintainya,
berarti kembali kepada orang yang mendoakan, tanpa reserve.Ibarat gelas yang
sudah penuh air, jika kita tuangkan air pada gelas tersebut, pasti
tumpah.
Tumpahan
itulah kembali pada diri kita, tumpahan Rahmat dan Anugerah-Nya melalui gelas
piala Kekasih-Nya, Muhammad SAW.
Shalawat
Nabi mengandung syafa'at dunia dan akhirat. Semata karena filosofi Kecintaan
Ilahi kepada Kekasih-Nya itu, meruntuhkan Amarah-Nya. Sebagaimana dalam hadits
Qudsi, "Sesungguhnya Rahmat-Ku, mengalahkan Amarah-Ku." Siksaan Allah
tidak akan turun pada ahli Shalawat Nabi, karena kandungan kebajikannya yang
begitu par-exellent.Shalawat Nabi, menjadi tawashul bagi perjalanan ruhani umat
Islam. Getaran bibir dan detak jantung akan senantiasa membubung ke alam
Samawat (alamruhani), ketika nama Muhammad SAW disebutnya.
Karena
itu, mereka yang hendak menuju kepada Allah (wushul) peran Shalawat sebagai
pendampingnya, karena keparipurnaan Nabi itu menjadi jaminan bagi siapa pun
yang hendak bertemu dengan Yang Maha Paripurna.
Muhammad,
sebagai nama dan predikat, bukan sekadar lambang dari sifat-sifat terpuji,
tetapi mengandung fakta tersembunyi yang universal, yang ada dalamJiwa Muhammad
SAW.
Dan
dialah sentral satelit ruhani yang menghubungkan hamba-hamba Allah dengan
Allah. Karena sebuah penghargaan Cinta yang agung, tidak akan memiliki nilai
Cinta yang hakiki manakala, estetika di balik Cinta itu, hilang begitu
saja.
Estetika
Cinta Ilahi, justru tercermin dalam Keagungan-Nya, dan Keagungan itu ada di
balik desah doa yang disampaikan hamba-hamba-Nya buat Kekasih-Nya. Wallahu
A'lam.Para sufi memberikan pengajaran sistematis kepada umat melalui Shalawat
Nabi itu sendiri.
Dan
Shalawat Nabi yang berjumlah ratusan macam itu, lebih banyak justru dari ajaran
Nabi sendiri. Model Shalawat yang diwiridkan para pengikut tarekat, juga
memiliki sanad yang sampai kepada Nabi SAW.
Oleh
sebab itu, Shalawat adalah cermin Nabi Muhammad SAW yang memantul melalui
jutaan bahkan milyaran hamba-hamba Allah bahkan bilyunan para malaikat-Nya.
Wallahu
Alam bishowab.
Selasa, 13 Oktober 2020
Kisah Nabi Idris Dan Malaikat Maut
Diriwayatkan
Nabi Idris as. telah naik ke langit pada hari Senin. Peristiwa naiknya Nabi
Idris as. ke langit ini, telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Quran. Nama
Nabi Idris as. yang sebenarnya adalah ‘Akhnukh’.
Sebab
beliau dinamakan Nabi Idris, karena beliau banyak membaca, mempelajari
(tadarrus) kitab Allah SWT. Setiap hari Nabi Idris menjahit qamis (baju
kemeja), setiap kali beliau memasukkan jarum untuk menjahit pakaiannya, beliau
mengucapkan tasbih. Jika pekerjaan-nya sudah selesai, kemudian pakaian itu
diserahkannya kepada orang yang menempahnya dengan tanpa meminta upah. Walaupun
demikian, Nabi Idris masih sanggup beribadah dengan amalan yang sukar untuk
digambarkan. Sehingga Malaikat Maut sangat rindu berjumpa dengan beliau.
Kemudian
Malaikat Maut bermohon kepada Allah SWT, agar diizinkan untuk pergi menemui
Nabi Idris as. Setelah memberi salam, Malaikat pun duduk. Nabi Idris as.
mempunyai kebiasaan berpuasa sepanjang masa. Apabila waktu berbuka telah tiba,
maka datanglah malaikat dari Syurga membawa makanan pada Nabi Idris, lalu
beliau menikmati makanan tersebut.
Kemudian
Nabi Idris beribadah sepanjang malam. Pada suatu malam Malaikat Maut datang
menemui beliau menyamar sebagau lelaki tampan, sambil membawa makanan dari
Syurga. Nabi Idris menikmati makanan itu. Kemudian Nabi Idris berkata kepada
Malaikat Maut: “Wahai tuan, marilah kita nikmati makanan ini
bersama-sama.”
Tetapi
Malaikat itu menolaknya. Nabi Idris terus melanjutkan ibadahnya, sedang-kan
Malaikat Maut itu dengan setia menunggu sampai terbit matahari. Nabi Idris
merasa heran melihat sikap Malaikat itu. Kemudian beliau berkata: “Wahai tuan,
mahukah tuan berjalan-jalan bersama saya untuk melihat keindahan alam?
Malaikat
Maut menjawab: "Baiklah Wahai Nabi Allah Idris.”
Maka
berjalanlah keduanya melihat keindahan alam dengan berbagai jenis
tumbuh-tumbuhan hidup di situ. Akhirnya ketika mereka sampai pada suatu kebun,
maka Malaikat Maut berkata kepada Nabi Idris as.: “Wahai Nabiyullah Idris,
adakah tuan izinkan saya untuk mengambil ini untuk saya makan? Nabi Idris pun
menjawab: Subhanallah, mengapa malam tadi tuan tidak mau memakan makanan yang
halal, sedangkan sekarang tuan mau memakan yang haram?”
Kemudian
Malaikat Maut dan Nabi Idris meneruskan perjalanan mereka. Tidak terasa oleh
mereka bahwa mereka telah selama empat hari. Selama mereka bersahabat, Nabi
Idris menemui beberapa keanehan pada diri temannya itu. Segala tindak-tanduknya
berbeda dengan sifat-sifat manusia biasa.
Akhirnya
Nabi Idris tidak dapat menahan hasrat ingin tahunya itu. Kemudian beliau
berta-nya: “Wahai tuan, bolehkah saya tahu, siapakah tuan yang sebenarnya?
"Saya
adalah Malaikat Maut.”
“Tuankah
yang bertugas mencabut semua nyawa makhluk?” “Benar ya Nabiyullah Idris.”
“Sedangkan
tuan bersama saya selama empat hari, adakah tuan juga telah mencabut
nyawa-nyawa makhluk?”
“Wahai
Nabiyullah Idris, selama empat hari ini banyak sekali nyawa yang telah saya
cabut. Roh makhluk-makhluk itu bagaikan hidangan di hadapanku, aku ambil mereka
bagaikan seseorang sedang menyuap-nyuap makanan.”
“Wahai
Malaikat, apakah tujuan tuan datang, apakah untuk ziarah atau untuk mencabut
nyawaku?”
“Saya
datang untuk menziarahimu dan Allah SWT telah mengizinkan niatku itu.”
“Wahai
Malaikat Maut, kabulkanlah satu permintaanku kepadamu, yaitu agar tuan mencabut
nyawaku, kemudian tuan mohonkan kepada Allah agar Allah menghidupkan saya
kembali, supaya aku dapat menyembah Allah Setelah aku merasakan dahsyatnya
sakaratul maut itu.”
Malaikat Maut pun menjawab: “Sesungguhnya
saya tidaklah mencabut nyawa seseorang pun, melainkan hanya dengan keizinan
Allah.”
Lalu
Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Maut, agar ia mencabut nyawa Nabi Idris
as. Maka dicabutnyalah nyawa Nabi Idris saat itu juga. Maka Nabi Idris pun
merasakan kematian ketika itu.
Di
waktu Malaikat Maut melihat kematian Nabi Idris itu, maka menangislah ia.
Dengan perasaan hibah dan sedih ia bermohon kepada Allah supaya Allah
menghidupkan kembali sahabatnya itu. Allah mengabulkan permohonannya, dan Nabi
Idris pun dihidupkan oleh Allah SWT kembali.
Kemudian
Malaikat Maut memeluk Nabi Idris, dan ia bertanya: “Wahai saudaraku,
bagaimanakah tuan merasakan kesakitan maut itu? “
“Bila
seekor binatang dikupas kulitnya ketika ia masih hidup, maka sakitnya maut itu
seribu kali lebih sakit dari yang demikian.
“Padahal
kelembutan yang saya lakukan terhadap tuan, ketika saya mencabut nyawa tuan
itu, belum pernah saya lakukan terhadap sesiapa pun sebelum tuan.”
“Wahai
Malaikat Maut, saya mempunyai permintaan lagi kepada tuan, yaitu saya
sungguh-sungguh berhasrat melihat Neraka, supaya saya dapat beribadah kepada
Allah SWT lebih banyak lagi, setelah saya menyaksikan dahsyatnya api neraka
itu.”
“Wahai
Nabiyullah Idris as. saya tidak dapat pergi ke Neraka jika tanpa izin dari
Allah SWT.”
Akhirnya
Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Maut agar ia membawa Nabi Idris ke dalam
Neraka. Maka pergilah mereka berdua ke Neraka. Di Neraka itu, Nabi Idris as.
dapat melihat semua yang diciptakan Allah SWT untuk menyiksa para pendosa yang
tidak bertobat. Seperti rantai-rantai yang panas, ular yang berbisa, kala, api
yang membara, timah yang mendidih, air panas yang mendidih dan lain-lain.
Setelah merasa puas melihat keadaan Neraka itu, maka mereka pun pulang.
Kemudian
Nabi Idris as. berkata kepada Malaikat Maut: “Wahai Malaikat Maut, saya
mempunyai hajat yang lain, yaitu agar tuan dapat menolong saya membawa masuk ke
dalam Surga. Sehingga saya dapat melihat apa-apa yang telah disediakan oleh
Allah bagi kekasih-kekasih-Nya. Setelah itu saya pun dapat meningkatkan lagi
ibadah saya kepada Allah SWT. Saya tidak dapat membawa tuan masuk ke dalam
Syurga, tanpa perintah dari Allah SWT.” Jawab Malaikat Maut.
Lalu
Allah SWT pun memerintahkan kepada Malaikat Maut supaya ia membawa Nabi Idris
masuk ke dalam Syurga. Kemudian pergilah mereka berdua, sehingga mereka sampai
di pintu Surga dan mereka berhenti di pintu tersebut.
Dari
situ Nabi Idris dapat melihat pemandangan di dalam Surga. Nabi Idris dapat
melihat segala macam kenikmatan yang disediakan oleh Allah SWT untuk para
wali-waliNya. Berupa buah-buahan, dan sungai-sungai yang mengalir dan
lain-lain.
Kemudian
Nabi Idris berkata: “Wahai saudaraku Malaikat Maut, saya telah merasakan
pahitnya maut dan saya telah melihat dahsyatnya api Neraka. Maka maukah tuan
memohonkan kepada Allah untukku, agar Allah mengizinkan aku memasuki Surga
untuk dapat meminum airnya, untuk menghilangkan kesakitan mati dan dahsyatnya
api Neraka?”
Maka
Malaikat Maut pun bermohon kepada Allah. Kemudian Allah memberi izin kepadanya
untuk memasuki Surga dan kemudian harus keluar lagi. Nabi Idris pun masuk ke
dalam Surga, beliau meletakkan sandalnya di bawah salah satu pohon Surga, lalu
beliau keluar kembali dari Surga. Setelah beliau berada di luar, Nabi Idris
berkata kepada Malaikat Maut: “Wahai Malaikat Maut, aku telah meninggalkan
sandalku di dalam Syurga.
Malaikat
Maut pun berkata: "Masuklah ke dalam Surga, dan ambil sandal tuan.”
Maka
masuklah Nabi Idris, namun beliau tidak keluar lagi, sehingga Malaikat Maut
memanggilnya: “Ya Nabiyullah Idris, keluarlah!. Tidak, wahai Malaikat Maut,
kerana Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur'an :
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ
Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati..(Q.S. 3 Ali 'Imran 185)
Sedangkan
saya telah merasakan kematian. Dan Allah berfirman lagi dalam Al-Qur'an :
وَإِن مِّنكُمْ إِلاَّ وَارِدُهَا كَانَ عَلٰى رَبِّكَ حَتْماً مَّقْضِيّاً
Dan
tidak ada seorang pun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu
bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. (Q.S. 19 Maryam 71)
Dan
saya pun telah mendatangi Neraka itu. Dan Allah berfirman lagi dalam Al-Qur'an
:
لاَ يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُم مِّنْهَا بِمُخْرَجِينَ
Mereka
tidak merasa lelah di dalamnya (surga) dan mereka sekali-kali tidak akan
dikeluarkan daripadanya. (surga) (Q.S. 15 Al Hijr 48)
Maka
Allah menurunkan wahyu kepada Malaikat Maut itu: “Biarkanlah dia, kerana Aku
telah menetapkan di azali, bahawa ia akan bertempat tinggal di Surga.” Allah
menceritakan tentang kisah Nabi Idris ini kepada Rasulullah SAW dengan
firman-Nya :
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِدْرِيسَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقاً نَّبِيّاً (56) وَرَفَعْنَاهُ مَكَاناً عَلِيّاً ( 57 ) أُوْلَئِكَ الَّذِيْنَ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ مِنْ ذُرِّيَّةِ اٰدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِنْ ذُرِّيَّةِ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَائِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ اٰيٰتُ الرَّحْمَنْ خَرُّوا سُجَّداً وَبُكِيّاً ( 58 )
Dan
ceritakanlah (hai Nabi Muhammad kepada mereka, kisah)Nabi Idris (yang tersebut)
di dalam Al Qur'an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan
seorang Nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. Mereka itu
adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi dari
keturunan Nabi Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nabi Nuh,
dan dari keturunan Nabi Ibrahim dan Israel, dan dari orang-orang yang telah
Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih.
Apabila
dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka bersujud
dan menangis.(Q.S.19 Maryam 56-58)
RENUNGAN
Yang paling aku takut kan
Ketidak mampuan ku untuk berdiri
Di atas kata kata ku sendiri
Mereka mengangap aku orang baik
Karena mereka tak tau apa yg aku lakukan
Mereka hanya tau apa yang aku tampak kan
Dan tak pernah tau apa yang tersembunyi dari ku
Ya Allah ya Raab
Ampun kan diri ini yang mengingin kan taqwa
Terhadap mu
Namun masih saja Sibuk akan duniawi
Ya Allah ampun kan aku
Jika perkataan ku tak sesuai
dengan apa yang aku laku kan
Sungguh aku malu pada MU