InspirasI

Senin, 21 April 2014


HIDUP  ADALAH  BELAJAR


Setiap anak dilahirkan dalam keadaan tidak mengerti banyak hal. Kemudian seiring pertumbuhannya, ia menjadi mengerti berbagai macam hal. Itulah proses belajar dalam kehidupan. Kesadaran akan hal ini seharusnya bisa membuat kita lebih baik. Karena terkadang kita merasa puas dengan apa yang telah kita ketahui dalam suatu hal sehingga kita menolak untuk mengetahui lebih dalam. Padahal bisa saja ternyata apa yang kita tau selama ini adalah keliru.
Memang tidak semua hal kita anggap penting sehingga kita tidak selalu ingin mengetahui lebih dalam pada semua hal. Tapi bukankah termasuk hal yang penting bahwa kita harus menjadi pribadi yang lebih baik?
Maka pada semua hal yang kita hadapi dalam hidup kita, kita dapat belajar agar menjadikan diri kita lebih baik. Kita sering mendengar ucapan “ambil hikmahnya saja”. Hal itu dimaksudkan agar pada setiap peristiwa yang kita hadapi baik positif atau negatif, kita bisa menyikapinya dengan positif. Sikap positif itu bisaa berupa: penerimaan akan kebenaran, kesabaran dalam menerima musibah, bersyukur dalam menerima karunia, tidak sombong, tidak marah, berfikir jernih, atau diam, meminta waktu untuk berfikir lebih dalam, atau mempelajari dulu masalahnya, atau untuk bertanya/musyawarah dengan yang kita percaya.
Kesadaran akan hal ini juga membuat kita lebih baik dalam memahami orang lain. Bahwa orang lain juga butuh waktu untuk belajar, untuk berubah, memperbarui informasi dan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Hal ini dapat membuat kita lebih baik dalam menyampaikan ide/gagasan/ pemikiran kita terhadap orang lain. Tidak terburu-buru menginginkan orang lain mengikuti pendapat kita. Kita tidak mengajak orang lain dengan menghina sebagaimana kita juga tak senang jka dihina.
Maka setiap peristiwa jika kita menyikapinya dengan baik akan membuat kita menjadi pribadi yang lebik baik. Hidup kita adalah proses belajar agar kita menjadi lebih baik.


Rabu, 16 April 2014


Terapi Air Dengan Wudlu


أخبرنا قُتَيْبَةَ وَعُتْبَةَ بْنِ عَبْدِ اللهِ عَنْ مَالِكٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ عَبْدِ اللهِ الصَّنَابِحِي، أن رسول الله J قال:

﴿ إِذَا تَوَضَّأَ الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ فَتَمَـضْمَضَ خَرَجَتْ الْخَطَايَا مِنْ فِـيهِ، فَإِذَا اسْـتَنْـثَرَ خَرَجَتْ الْخَطَايَا مِنْ أَنْـفِهِ، فَإِذَا غَسَـلَ وَجْـهَهُ خَرَجْتِ الْخَطَايَا مِنْ وَجْـهِهِ حَـتَّى تَخْرُجَ مِنْ تَحْتِ أَشْفَارِ عَيْـنَيْهِ، فَإِذَا غَـسَلَ يَدَيْهِ خَرَجَتْ الْخَطَايَا مِنْ يَدَيْهِ حَـتَّى تَخْرُجَ مِنْ تَحْتِ أَظْـفَارِ يَدَيْهِ، فَإِذَا مَسَحَ بِرَأْسِهِ خَرَجَتْ الْخَطَايَا مِنْ رَأْسِهِ حَـتَّى تَخْرُجَ مِنْ أُذُنَيْهِ، فَإِذَا غَـسَلَ رِجْلَـيْهِ خَرَجَتْ الْخَطَايَا مِنْ رِجْلَـيْهِ حَـتَّى تَخْرُجَ مِنْ تَحْتِ أَظْفَارِ رِجْلَـيْهِ ثُمَّ كَانَ مَشْـيُهُ إِلَى الْمَسْجِدِ وَصَلاَتُهُ نَافِـلَةً لَهُ ﴾

Dari sahabat Abdullah ash-Shunabihi r.hu, ia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda,

“Ketika orang yang berwudlu berkumur, maka terhapuslah semua dosa dari mulutnya. Jika dia menghirup air ke hidung, maka terhapuslah semua dosa hidungnya. Ketika dia membasuh muka, maka terhapuslah semua dosa mukanya, bahkan dosa kedua matanya. Ketika dia membasuh kedua tangan, maka terhapuslah semua dosa tangan hingga dosa yang berada di bawah kuku tangannya. Ketika dia mengusap kepala, maka terhapuslah semua dosa kepala hingga dosa yang berada di daun telinganya. Ketika dia membasuh kakinya, maka terhapuslah semua dosa kaki hingga dosa yang berada di bawah kuku kakinya. Sementara shalat dan langkahnya ke masjid memiliki pahala sunnah tersendiri” (Takhrij Imam Dimyathi r.hu, Kitâb Matjarur Râbih, hadis nomor 54).

Kedudukan Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Malik dalam al-Muwaththa’-nya, bab Jāmi’ul Wudlu, Juz I, hal.80, hadis nomor 55; Imam Nasa’i dalam Sunan-nya, bab Mashul Udzunaini, Juz I, hal.188, hadis nomor 102; Imam Ahmad dalam Musnad-nya, bab Hadis Abi Abdillah ash-Shunabihi , Juz XXIX, hal. 77, hadis nomor 18288; Imam Baihaqi dalam Sunanul Kubra-nya, Juz I, hal.81 dan Kitab Syu’abul Iman, bab Idzā Tawadldla`al ‘Abdu , Juz VI, hal.259, hadis nomor 2618; Imam Hakim dalam Mustadrak-nya, bab Idzā Tawadldla`al ‘Abdu , Juz I, hal.424, hadis nomor 410.

Kunci Kalimat (Miftāhul Kalām)
﴿ خَرَجَتْ الْخَطَايَا ﴾
“Maka terhapuslah semua dosa”

Allah azza wa jalla telah mensyariatkan wudlu sebagai sarana untuk menghilangkan hadas kecil. Wudlu menjadi syarat sah atau tidak seseorang melakukan shalat (dan thawaf). Maka, menjadi tidak sah shalat (dan thawaf) seseorang manakala ia tidak memiliki wudlu. Begitu pentingnya wudlu, sampai-sampai Allah azza wa jalla menjelaskan cara-cara dan urutan secara gamblang di dalam al-qur`an, sebagaimana firman-Nya,

$

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur” (Qs.al-Mâ`idah [5]: 6).

Apabila seseorang berwudlu. Terhapuslah semua dosa yang dilakukan oleh anggota wudlu. Ketika berkumur, terhapus dosa mulut bersama dengan keluarnya air dari mulut. Ketika membasuh muka, terhapus dosa muka bersama mengalirnya air dari muka. Ketika membasuh tangan, terhapus dosa tangan bersama mengalirnya air dari tangan. Ketika membasuh kaki, terhapuslah dosa kaki bersama mengalirnya air dari kaki. Itulah bentuk kemurahan Allah swt kepada umat Rasulullah saw. Sehingga wudlu bisa dijadikan sebagai sarana untuk bertaubat dan menghapus dosa.
Kini umat Islam hidup di jaman yang peradaban dan orang-orang yang hidup di dalamnya banyak yang sudah rusak (modern). Namun kaum muslimin mukmin tidak boleh ikut-ikutan rusak. Sebaliknya, umat Islam harus bangga dengan manhaj Islam yang paling benar.
Kehidupan masyarakat modern, memiliki banyak peluang yang dapat menjadikan seseorang dengan mudah melakukan atau terjatuh ke dalam lembah dosa, maksiat, dan durhaka kepada Allah swt. Mulai dari yang dilakukan oleh: mulut, mata, telinga, tangan, dan kaki. Akan tetapi dengan pertolongan agama-Nya. Umat Islam memiliki daya terapi air, baik dengan model wudlu maupun mandi. Yang keduanya merupakan sarana untuk mendapatkan kemuliaan di sisi-Nya; insya Allah.
Sekaranglah saat yang paling tepat untuk menjaga diri dari setiap perilaku dosa, maksiat, dan durhaka kepada Allah azza wa jalla. Di samping terus berusaha untuk menjaga diri, agar selalu: Hidup Bersih; Hidup Benar; dan Hidup Tidak Menyakiti Orang Lain.
Guna mendapatkan itu semua, marilah senantiasa memperbaharui wudlu (tajdīdul wudlu). Sehingga hidup kita lebih bersih dan sehat, baik fisik dan psikis, dhahir maupun batin. Serta selalu mendapatkan ampunan dari Allah swt; insya Allah.

Pemahaman Hadis
1. (فتمضمض) fa-tamadlmadla.
Ketika seorang hamba berkumur dalam wudlu. Terhapuslah dosa mulut bersamaan dengan keluarnya air dari mulut.
Ternyata di dalam berkumur, yang terjadi tidak hanya aspek terhapusnya dosa. Akan tetapi, ada unsur kesehatan. Seseorang yang tidak pernah berkumur, bau mulutnya tidak sedap. Di samping itu, kesehatan giginya pun tidak terjamin.
2. (اســتـنـثر) istantsara.
Seseorang yang menghisap air ke dalam hidung ketika berwudlu, akan terhapus dosa hidungnya.
Allah menjadikan hidung sebagai saluran pernafasan. Jika hidung tidak pernah dibersihkan, bulu rambut yang ada di hidung tidak bisa menyaring udara yang masuk dengan maksimal. Sebab, tidak terjaga kelembaban udara yang masuk ke paru-paru. Akibatnya, pernafasan menjadi terganggu.
3. (أشفار عيـنيهِ) asyfāri ‘ainaihi.
Seseorang yang membasuh muka ketika berwudlu, terhapus dosa mukanya –termasuk dosa yang dilakukan oleh kedua matanya. Mata adalah salah satu anggota tubuh yang sering berbuat maksiat. Dikarenakan, panah setan selalu mengarah ke mata. Dengan wudlu bisa menghapus dosa yang dilakukan oleh mata.
4. (مشـيه إلى المسجد وصلاته نافلة له) masy-yuhu ilal-masjidi wa shalātuhu Nāfilatan lahu.
Kata masy-yun berarti berjalan. Sedangkan kata nāfilatan berarti (pahala) sunnah. Artinya, setelah seseorang berwudlu dengan sempurna. Lalu, melangkahkan kaki ke masjid untuk menunaikan shalat. Ia mendapatkan penghapusan dosa karena berwudlu, dan langkah kakinya ke masjid juga akan mendapatkan pahala tersendiri dari Allah swt. Sangatlah beruntung orang yang rumahnya jauh dari masjid, dan ia mau melangkahkan kaki untuk shalat berjamaah di masjid.

Pembelajaran Sifat (Character Learning)
Jadilah hamba Allah swt yang senantiasa membiasakan diri untuk memiliki wudlu. Dalam satu riwayat dijelaskan, bahwa pada waktu isra’ wal mi’raj, Nabi Muhammad saw diperlihatkan surga dan neraka. Ketika beliau akan memasuki surga, yang membukakan pintu surga adalah sahabat Bilal bin Abi Rabbah r.hu. Beliau saw mengetahui dengan mengenali suara terompahnya. Keesokan hari beliau saw bertanya kepada Bilal tentang amalan yang diperbuatnya. Sehingga bisa memperoleh kemuliaan di sisi Allah azza wa jalla.
Sahabat Bilal menjelaskan, bahwa amalan yang dilakukan adalah setiap selesai adzan ia shalat dua rakaat; dan setiap batal maka ia berwudlu. Lalu, menunaikan shalat sunnah dua rakaat.
Sungguh, apa yang dilakukan oleh Sahabat Bilal patut untuk dijadikan Pembelajaran Sifat (Character Learning) oleh kaum muslimin pada saat ini. Dengan wudlu seorang muslim mukmin dapat memperoleh kedudukan mulia di sisi-Nya; insya Allah.

Perubahan Perilaku (Behavior Transformation)
1. Biasakan diri Anda untuk berwudlu ketika akan melakukan suatu kegiatan.
2. Tirulah sahabat Bilal yang selalu wudlu setiap batal, kemudian dilanjutkan dengan shalat sunnah dua rakaat.
3. Usahakan agar Anda berwudlu ketika akan tidur. Sehingga Anda tidur dalam keadaan terhapus dosanya. Dan, jika Anda ditakdirkan meninggal dalam tidur tersebut. Anda akan wafat dalam keadaan suci; insya Allah.
4. Sempurnakan wudlu Anda dengan berdoa,
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
“Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, Dzat yang Mahaesa dan tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya” (Hr.Muslim).

5. Yakinlah bahwa wudlu Anda akan bisa memberikan tanda kelak di Hari Kiamat, sehingga pasti dikenali oleh Rasulullah saw.

Oase Pencerahan
Dengan disyariatkan wudlu oleh Allah swt, maka sebagai umat Rasulullah saw hendaknya sesegera mungkin untuk melakukan Behavior Transformation (betra) dan Character Learning (c-lear) kepada Rasulullah saw, para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in, salafush shalih, dan para ulama. Untuk membiasakan wudlu di dalam setiap kesempatan, utamanya ketika batal.
Setiap muslim mukmin pasti ingin diakui sebagai umat Rasulullah saw kelak di Hari Kiamat. Karena, siapa pun yang telah diakui dan mendapat jaminan dari Rasulullah saw nasibnya pasti bahagia. Sebaliknya, siapa pun yang tidak diakui sebagai umat Rasulullah saw, nasibnya pasti sengsara.
Kita hidup jauh setelah Rasulullah saw. Kita tidak pernah berjumpa dan hidup bersama Beliau saw. Maka, cara agar kita dikenal dan diakui sebagai umat Beliau saw adalah dengan banyak membaca shalawat nabi dan melazimkan wudlu. Sebagaimana sabda Rasulullah saw,

“Saat umatku dibangkitkan pada Hari Kiamat nanti, muka, tangan, dan kakinya bercahaya karena bekas wudlu. Siapa saja yang mampu melebihkan basuhan mukanya, lakukanlah” (Hr.Bukhari dan Muslim)

Selasa, 01 April 2014


NIKMAT SEMBUNYIKAN AMALAN

Firman Allah, yg artinya ,” Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kpd Tuhannya dgn rasa takut & harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yg Kami berikan kpd mereka. Seorangpun tidak mengetahui apa yg akan disembunyikan utk mereka yaitu (bermacam) nikmat yg menyedapkan pandangan mata sbgi balasan thd apa yg telah mereka kerjakan ,” (Qs.As-Sajdah : 16 – 17).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِىَّ الْغَنِىَّ الْخَفِىَّ
Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, hamba yg hatinya selalu merasa cukup dan yg suka menyembunyikan amalannya.” (hr. Muslim no. 2965, dari Sa’ad bin Abi Waqqash.)
             Ibn Sirin dalam Tafsir Al-Qurthubi, bhw Hasan Al-Basri berkata , kaum itu sembunyikan amal perbuatannya (dari pendangan orang lain), maka Allah-pun menyembunyikan khusus utk mereka, apa yg tidak bisa dilihat mata, tidak didengar telinga dan tidak terbetik di dalam hati manusi

Muhammad bin Ka’ab Al-Qardzy, menyatakan bahwa , mereka menyembunyikan amal mereka dari pandangan manusia karena Allah, maka Allah menyembunyikan pahala hanya untuk mereka. Jika mereka melihatnya , maka senanglah hati mereka.
Imam Asy Syafi’i mengatakan, “Sudah sepatutnya bagi seorang alim memiliki amalan rahasia yang tersembunyi, hanya Allah dan dirinya saja yang mengetahuinya. Karena segala sesuatu yang ditampakkan di hadapan manusia akan sedikit sekali manfaatnya di akhirat kelak.” ( Ta’thirul Anfas min Haditsil Ikhlas, Sayyid bin Husain Al ‘Afaniy,)

Saudaraku , hal diatas adalah keistimewaan pahala bagi hamba-hamba yang bangun malam untuk Qiyamullail , bermunajat kepada-Nya, membaca kalam-Nya, berdoa kepada-Nya, bersujud kepada-Nya. Mereka menyendiri dalam keheningan malam untuk Rabbnya.
Sungguh indah mereka menyambut malam dengan bermunajat.

         Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Tiada seorangpun yang mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu berbagai nikmat yang menyenangkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka lakukan ,” (Hr Bukhari Muslim).

Ibn Abas dalam Tafsir Al-Qurthubi, menyatakan bahwa , masalah ini besar dan agung bagi siapa saja yang memahami penafsirannya.

Sebuah hadits , yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dari Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam, Allah berfirman , (yang artinya) ,” Aku telah sediakan untuk hamba-Ku yang shalih , sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata manusia atau didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas di hati manusia “.

          Amalan tersebunyi   menyebabkan  kita lebih mudah mendapatkan ampunan dari Allah , sebagaimana Rasulullah bersabda,

كُلُّ أُمَّتِى مُعَافَاةٌ إِلاَّ الْمُجَاهِرِينَ وَإِنَّ مِنَ الإِجْهَارِ أَنْ يَعْمَلَ الْعَبْدُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً ثُمَّ يُصْبِحُ قَدْ سَتَرَهُ رَبُّهُ فَيَقُولُ يَا فُلاَنُ قَدْ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ فَيَبِيتُ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ

          “Setiap umatku akan diampuni kecuali orang yg melakukan jahr. Di antara bentuk melakukan jahradalah seseorang di malam hari melakukan maksiat, namun di pagi harinya –padahal telah Allah tutupi-, ia sendiri yg justru bercerita, “Wahai fulan, aku semalam telah melakukan maksiat ini dan itu.” Padahal semalam Allah telah tutupi maksiat yg ia lakukan, namun di pagi harinya ia sendiri yg membuka ‘aib-‘aibnya yg telah Allah tutup.”(hr Bukhari  6069 dan Muslim  2990, dari Abu Hurairah no. 26)

            Imam Ahmad dalam  Az Zuhud,   Mawqi’ Jami’bahwa Al HaditsAr Robi bin Khutsaim (murid ‘Abdullah bin Mas’ud ) tidak  pernah mengerjakan shalat sunnah di masjid kaumnya kecuali hanya sekali saja.

Abu Nu’aim Al Ash-bahaniy dalam Hilyatul Auliya’, menyatakan bahwa Ayub As Sikhtiyaniy memiliki kebiasaan bangun setiap malam. Ia pun selalu berusaha menyembunyikan amalannya. Jika waktu shubuh telah tiba, ia pura-pura mengeraskan suaranya seakan-akan ia baru bangun ketika itu.
Dalam  Hilyatul Auliya’, bahwa  ‘Ali bin Al Husain bin ‘Ali,  biasa memikul karung berisi roti setiap malam hari dan  membagi roti-roti tersebut ke rumah-rumah secara sembunyi-sembunyi. Beliau mengatakan,
إِنَّ صَدَقَةَ السِّرِّ تُطْفِىءُ غَضَبَ الرَّبِّ عَزَّ وَ جَلَّ
“Sesungguhnya sedekah secara sembunyi-sembunyi akan meredam kemarahan Rabb ‘azza wa jalla.”

Saudaraku, mari kita renungkan bagaimana Allah memberikan pahala instimewa atas ibadah mereka atau bangun malam mereka yang mereka lakukan secara sembunyi-sembunyi dengan pahala yang disembunyikan, yang tidak diketahui oleh siapapun dan khusus hanya dibuka untuk mereka.

            Para ulama  menjelaskan bahwa untuk amalan sunnah –seperti sedekah sunnah dan shalat sunnah-, maka lebih utama dilakukan sembunyi-sembunyi. Melakukan seperti inilah yang lebih mendekatkan pada ikhlas dan menjauhkan dari riya’. Sedangkan amalan wajib –seperti zakat yang wajib dan shalat lima waktu-, lebih utama dengan ditampakkan.( Syarh Muslim, An Nawawi, 3/481, Mawqi’ Al Islam.)

Begitu agungnya ibadah yang tersembunyi, seperti shalat malam, maka Rasulullah tidak pernah meninggalkan shalat malam. Diriwayatkan dari Ibnu umar ,bahwasanya dia melihat Rasulullah SAW tetap mengerjakan shalat malam dalam perjalanan walau diatas punggung unta.

           Amal shaleh yang bisa disembunyikan lebih baik disembunyikan, tidak perlu seluruh dunia mengetahuinya dan tidak perlu ingin cari pujian orang. Basyr Al Hafiy mengatakan, “Tidak selayaknya orang-orang semisal kita menampakkan amalan shalih walaupun hanya sebesar dzarrah. Bagaimana lagi dengan amalan yang mudah terserang penyakit riya’?”

           Ibrahim An Nakho’i mengatakan, Kami tidak suka menampakkan amalan shalih yang seharusnya disembunyikan.

Sufyan bin ‘Uyainah mengatakan bahwa Abu Hazim berkata, Sembunyikanlah amalan kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan amalan kejelekanmu.

 Al Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan, Sebaik-baik ilmu dan amal adalah sesuatu yang tidak ditampakkan di hadapan manusia. (Ta’thirul Anfas min Haditsil Ikhlas).

           Imam Al Ghozali mengatakan, Yang tercela adalah apabila seseorang mencari pujian. Namun jika ia dipuji karena karunia Allah tanpa ia cari-cari, maka itu tidaklah tercela.
           Semoga Allah menganugerahkan kita sifat ikhlas dalam beribadah kepada-Nya dan menjauhkan kita dari penyakit riya’ yg dapat merusak amalan.Saudaraku, semoga kita diberi hidayah Allah untuk istiqamah melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.