NIKMAT SEMBUNYIKAN
AMALAN
Firman Allah, yg artinya ,” Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya,
sedang mereka berdoa kpd Tuhannya dgn rasa takut & harap, dan mereka
menafkahkan sebagian dari rizki yg Kami berikan kpd mereka. Seorangpun tidak
mengetahui apa yg akan disembunyikan utk mereka yaitu (bermacam) nikmat yg
menyedapkan pandangan mata sbgi balasan thd apa yg telah mereka kerjakan
,” (Qs.As-Sajdah : 16 – 17).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ
اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِىَّ الْغَنِىَّ الْخَفِىَّ
“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa,
hamba yg hatinya selalu merasa cukup dan yg suka menyembunyikan amalannya.” (hr.
Muslim no. 2965, dari Sa’ad bin Abi Waqqash.)
Ibn Sirin dalam Tafsir
Al-Qurthubi, bhw Hasan Al-Basri berkata , kaum itu sembunyikan amal
perbuatannya (dari pendangan orang lain), maka Allah-pun menyembunyikan khusus
utk mereka, apa yg tidak bisa dilihat mata, tidak didengar telinga dan tidak
terbetik di dalam hati manusi
Muhammad bin Ka’ab Al-Qardzy, menyatakan bahwa , mereka menyembunyikan amal
mereka dari pandangan manusia karena Allah, maka Allah menyembunyikan pahala
hanya untuk mereka. Jika mereka melihatnya , maka senanglah hati mereka.
Imam Asy Syafi’i mengatakan, “Sudah sepatutnya bagi seorang alim memiliki
amalan rahasia yang tersembunyi, hanya Allah dan dirinya saja yang
mengetahuinya. Karena segala sesuatu yang ditampakkan di hadapan manusia akan
sedikit sekali manfaatnya di akhirat kelak.” ( Ta’thirul Anfas min
Haditsil Ikhlas, Sayyid bin Husain Al ‘Afaniy,)
Saudaraku , hal diatas adalah keistimewaan pahala bagi hamba-hamba yang
bangun malam untuk Qiyamullail , bermunajat kepada-Nya, membaca kalam-Nya,
berdoa kepada-Nya, bersujud kepada-Nya. Mereka menyendiri dalam keheningan
malam untuk Rabbnya.
Sungguh indah mereka menyambut malam dengan bermunajat.
Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Tiada seorangpun yang mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu berbagai nikmat yang menyenangkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka lakukan ,” (Hr Bukhari Muslim).
Ibn Abas dalam Tafsir Al-Qurthubi, menyatakan bahwa , masalah ini besar dan agung bagi siapa saja yang memahami penafsirannya.
Sebuah hadits , yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dari Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam, Allah berfirman , (yang artinya) ,” Aku telah sediakan untuk hamba-Ku yang shalih , sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata manusia atau didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas di hati manusia “.
Amalan tersebunyi menyebabkan kita lebih mudah mendapatkan ampunan dari Allah , sebagaimana Rasulullah bersabda,
Sungguh indah mereka menyambut malam dengan bermunajat.
Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Tiada seorangpun yang mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu berbagai nikmat yang menyenangkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka lakukan ,” (Hr Bukhari Muslim).
Ibn Abas dalam Tafsir Al-Qurthubi, menyatakan bahwa , masalah ini besar dan agung bagi siapa saja yang memahami penafsirannya.
Sebuah hadits , yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dari Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam, Allah berfirman , (yang artinya) ,” Aku telah sediakan untuk hamba-Ku yang shalih , sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata manusia atau didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas di hati manusia “.
Amalan tersebunyi menyebabkan kita lebih mudah mendapatkan ampunan dari Allah , sebagaimana Rasulullah bersabda,
كُلُّ
أُمَّتِى مُعَافَاةٌ إِلاَّ الْمُجَاهِرِينَ وَإِنَّ مِنَ الإِجْهَارِ أَنْ يَعْمَلَ
الْعَبْدُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً ثُمَّ يُصْبِحُ قَدْ سَتَرَهُ رَبُّهُ فَيَقُولُ
يَا فُلاَنُ قَدْ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ
رَبُّهُ فَيَبِيتُ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ
“Setiap umatku akan
diampuni kecuali orang yg melakukan jahr. Di antara bentuk melakukan jahradalah
seseorang di malam hari melakukan maksiat, namun di pagi harinya –padahal telah
Allah tutupi-, ia sendiri yg justru bercerita, “Wahai fulan, aku
semalam telah melakukan maksiat ini dan itu.” Padahal semalam Allah telah
tutupi maksiat yg ia lakukan, namun di pagi harinya ia sendiri yg membuka
‘aib-‘aibnya yg telah Allah tutup.”(hr Bukhari 6069 dan Muslim
2990, dari Abu Hurairah no. 26)
Imam Ahmad dalam Az
Zuhud, Mawqi’ Jami’bahwa Al HaditsAr Robi bin
Khutsaim (murid ‘Abdullah bin Mas’ud ) tidak pernah mengerjakan shalat
sunnah di masjid kaumnya kecuali hanya sekali saja.
Abu Nu’aim Al Ash-bahaniy dalam Hilyatul Auliya’, menyatakan
bahwa Ayub As Sikhtiyaniy memiliki kebiasaan bangun setiap malam. Ia pun selalu
berusaha menyembunyikan amalannya. Jika waktu shubuh telah tiba, ia pura-pura
mengeraskan suaranya seakan-akan ia baru bangun ketika itu.
Dalam Hilyatul Auliya’, bahwa ‘Ali bin Al Husain bin ‘Ali,
biasa memikul karung berisi roti setiap malam hari dan membagi
roti-roti tersebut ke rumah-rumah secara sembunyi-sembunyi. Beliau mengatakan,
إِنَّ
صَدَقَةَ السِّرِّ تُطْفِىءُ غَضَبَ الرَّبِّ عَزَّ وَ جَلَّ
“Sesungguhnya sedekah secara sembunyi-sembunyi akan meredam kemarahan Rabb
‘azza wa jalla.”
Saudaraku, mari kita renungkan bagaimana Allah memberikan pahala instimewa
atas ibadah mereka atau bangun malam mereka yang mereka lakukan secara
sembunyi-sembunyi dengan pahala yang disembunyikan, yang tidak diketahui oleh
siapapun dan khusus hanya dibuka untuk mereka.
Para ulama menjelaskan bahwa untuk amalan sunnah –seperti sedekah sunnah dan shalat sunnah-, maka lebih utama dilakukan sembunyi-sembunyi. Melakukan seperti inilah yang lebih mendekatkan pada ikhlas dan menjauhkan dari riya’. Sedangkan amalan wajib –seperti zakat yang wajib dan shalat lima waktu-, lebih utama dengan ditampakkan.( Syarh Muslim, An Nawawi, 3/481, Mawqi’ Al Islam.)
Para ulama menjelaskan bahwa untuk amalan sunnah –seperti sedekah sunnah dan shalat sunnah-, maka lebih utama dilakukan sembunyi-sembunyi. Melakukan seperti inilah yang lebih mendekatkan pada ikhlas dan menjauhkan dari riya’. Sedangkan amalan wajib –seperti zakat yang wajib dan shalat lima waktu-, lebih utama dengan ditampakkan.( Syarh Muslim, An Nawawi, 3/481, Mawqi’ Al Islam.)
Begitu agungnya ibadah yang tersembunyi, seperti shalat malam, maka
Rasulullah tidak pernah meninggalkan shalat malam. Diriwayatkan dari Ibnu umar
,bahwasanya dia melihat Rasulullah SAW tetap mengerjakan shalat malam dalam
perjalanan walau diatas punggung unta.
Amal shaleh yang bisa
disembunyikan lebih baik disembunyikan, tidak perlu seluruh dunia mengetahuinya
dan tidak perlu ingin cari pujian orang. Basyr Al Hafiy mengatakan, “Tidak
selayaknya orang-orang semisal kita menampakkan amalan shalih walaupun hanya
sebesar dzarrah. Bagaimana lagi dengan amalan yang mudah terserang penyakit
riya’?”
Ibrahim An Nakho’i mengatakan,
Kami tidak suka menampakkan amalan shalih yang seharusnya disembunyikan.
Sufyan bin ‘Uyainah mengatakan bahwa Abu Hazim berkata, Sembunyikanlah
amalan kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan amalan kejelekanmu.
Al Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan,
Sebaik-baik ilmu dan amal adalah sesuatu yang tidak ditampakkan di hadapan
manusia. (Ta’thirul Anfas min Haditsil Ikhlas).
Imam Al Ghozali mengatakan, Yang
tercela adalah apabila seseorang mencari pujian. Namun jika ia dipuji karena
karunia Allah tanpa ia cari-cari, maka itu tidaklah tercela.
Semoga Allah
menganugerahkan kita sifat ikhlas dalam beribadah kepada-Nya dan menjauhkan
kita dari penyakit riya’ yg dapat merusak amalan.Saudaraku, semoga kita diberi
hidayah Allah untuk istiqamah melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar