InspirasI

Senin, 28 September 2015

TETAPLAH DISISIKU

Ya  Allah…..
Dimanakah ku harus berlabuh…
Saat semua dermaga menutup pintu,
Dan  berkata “ini bukan untukmu…”
“ Segeralah menjauh karena disini bukan tempatmu….!!!

Ya Allah…
Katakan padaku, dermaga untukku  berlabuh…. ???
Agar ku segera menghela nafas kehidupan yang baru.
Sampai kapan ku harus arungi waktu
Ku lelah menunggu suatu yang tak pasti walau hanya Satu

Ya Allah
Beri aku penerang jalan-Mu
Agar tak tersesat saatku melaju
Kuatkan awak kapalku
Saat badai menghalangi jalanku

Ya Allah….
Tetaplah disisiku,.
Jangan  Engkau menjauh dariku…
Karena ku mati tanpa hadir -Mu






Selasa, 22 September 2015

                   Duka di Balik Senyum









Pagi yang cerah itu Rina agak kesal. Sudah tiga hari sampah di depan rumahnya belum diangkut oleh pasukan kuning. Empat tas kresek ukuran sedang bertengger di depan rumahnya. Bau busuk mulai menyebar. Maklum baru memasak udang kemarin. 

Ditengohnya Imron, suaminya, sedang membaca koran pagi yang baru datang. Seperti biasa ia tak dapat diganggu kalau sedang membaca. Sebagai isteri yang mulai memahami sifat suaminya, Rina tak ingin mengusik. 

"Mas, sudah tiga hari sampah kita belum juga diambil," kata Rina ketika suaminya sudah selesai membaca. 
"Lho, yang belum diambil khan bukan hanya punya kita," sahut suaminya. 
"Ya ! Tapi sampah kita sudah banyak, bau lagi. Buang donk...Mas," rengek Rina. 
"Buangnya di mana ?" tanya Imron suaminya dengan nada segan. 
"Ya di tempat sampah ujung jalan sana." 
"Buat apa jauh-jauh. Buang saja di got depan rumah," kata Imron bercanda Rina sebal sekali. Apalagi dilihatnya Imron sudah rapi, siap berangkat kerja. Tapi ia tak bisa berkata apa-apa sampai suaminya pergi. 

Sampai hari kelimah sampah itu belum diambil juga. Tetangga depan dan samping rumah sudah mulai menegurnya. Rina sebal dan kesal sekali. Ya kepada tukang sampah ya kepada suaminya. Dengan rasa sedikit dongkol dipanggilnya becak. Rupanya cobaan belum juga usai. Tukang becak pun 
tak mau mengangkut sampat dengan alasan sampah itu nanti akan mengotori becaknya. 

Masya Allah...Rina menghela nafasnya. Terpaksa ia bolak-balik di pinggir jalan. Yah, lumayan juga capeknya. 
Rina mencoba menenangkan hatinya. Tapi tak bisa. Kekesalannya meledak dengan tangis. Kebiasaan waktu kecil yang tak bisa ditinggalkannya. Ia memang cenderung menggunakan perasaannya dalam menyelesaikan masalah. 

Rina duduk bersandar di kursi, merenungi masa-masa pernikahannya. Imron yang tak pernah dikenalnya telah menjadi jodohnya. Masa-masa awal pernikahannya terasa kikuk tapi menyenangkan. Mereka mencoba saling 
memahami sifat dan kekurangan masing-masing. Namun sampai bulan keempat ini, ia masih merasa sulit memahami sifat dan sikap suaminya. Ia yang semenjak kecil selalu dididik rapi dan disiplin merasa sulit beradaptasi dengan sikap suaminya yang cuek dan suka berbuat semaunya sendiri. Imron anak bungsu dari suatu keluarga yang cukup mampu. Tak ada yang bisa dilakukannya di rumah kecuali membaca dan membaca. Tak pernah ia membantu pekerjaan dalam rumah seperti mengepel, menguras kamar mandi atau apalah, asal bisa sedikit mengurangi bebannya. 

Tok ! Tok ! Tok ! 
"Assalamu'alaikum...." 
Rina terperanjat. Ada tamu ! Segera ia merapikan kerudungnya. 
"Evi !" Jerit Rina begitu tahu siapa yang datang. "Alaikum salam...." 
Evi tersenyum. Bayi yang digendongnya menguap lebar. Rina mencubit lembut bayi itu dengan gemas. 
"Silakan masuk, Ummu Ja'far," kata Rina menggoda. 
"Aku ke dalam dulu ya." 
"Nggak usah repot-repot, Rin." 
"Beres...." 
Evi mengeluarkan selimut plastiknya dari dalam tas dan membentangkannya di atas sofa. Kemudian dibaringkannya bayi di situ. 
"Ditidurkan di dalam saja, Ev," ujar Rina setelah menyuguhkan hidangan. 
"Biar di sini saja menemani kita ngobrol." 
Rina tersenyum mengiyakan. 
"Afwan, Rin. Aku tak bisa datang waktu walimahanmu." 
"Bagaimana Rin ? Kau bahagia bukan ? Tentunya kau mendapat lelaki yang sholeh sebagai pendampingmu." 
Rina terdiam tapi matanya tiba-tiba berkaca-kaca. Lalu kesedihan yang memenuhi dadanya menjadi isak tangis. 
"Ada apa, Rin ? Ada yang salah dalam ucapanku tadi ?" 
Rina tertunduk. Berat rasanya memaparkan masalah yang dihadapinya kepada orang lain. Tapi Evi bukan orang lain baginya. Sahabatnya sejak di SMA itulah yang telah mengajaknya ke jalan Islam 
"Tidak, Ev. Tidak ada yang salah. Mas Imron memang laki-laki yang sholeh. 
Tapi aku belum bisa menyesuaikan diri dengan sifatnya," kata Rina dengan hati-hati. Ia lalu menumpahkan unek-uneknya. 
"Bagaimana menurutmu, Ev, bila lantai yang baru saja aku pel bersih menjadi kotor karena sepatu yang tak dilepas. Buku-buku yang diatur menjadi berantakan seketika. Koran-koran berserakan di mana-mana. Dan kalau aku peringatkan, jawabnya ringan sekali, Afwan, lupa, nanti dirapikan, sekali-kali. Itu tidak sekali dua kali, tapi berkali-kali. Mas Imron tak membantu. Aku kan capek." Evi tersenyum menenangkan sahabatnya. 
"Sabar, Rin. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Itu harus kita sadari. Begitulah tugas ibu rumah tangga. Apalagi nanti kalau sudah punya jundi. Kau akan tampak repot. Yang penting di antara kalan berdua harus ada keterbukaan supaya dapat menyelesaikan masalah bersama-sama." 

Sudah dua bulan Rina terbaring di rumah sakit. Wajahnya pucat dan sekali-kali merintih kesakitan. Ia baru saja keguguran kandungannya yang baru berusia 3 bulan. Evi dan suaminya datang menjenguk, beberapa menit setelah ia dipindahkan dari kamar bersalin. Mereka datang lebih awal setelah mendapat informasi dari tetangga Rina. Mereka yang ingin bertemu segera ke rumah sakit. 

Rina tersenyum ketika Evi menggenggam tangannya. Hatinya sedikit terhibur. 

Di luar Imron ditemani Arif, suami Evi. Arif mencoba menghibur hati Imron sambil bertukar pandangan. 
"Memang pekerjaan isteri di rumah itu berat. Bayangkan, dari setelah bangun tidur dia sudah harus bekerja. Menyiapkan sarapan, menyiapkan keperluan suaminya dan pekerjaan lainnya yang selalu ada. Ke pasar, memasak, mencuci, setrika, membersihkan rumah....baru malam hari ia bisa istirahat. Esok harinya ia harus menghadapi pekerjaan rutin dan harus memutar otak untuk membelanjakan uang yang terbatas agar menu makan dapat bervariasi. Rutinitas seperti itu lebih terasa membosankan karena ruang geraknya hanya dibatasi dinding-dinding rumah yang terkadang sempit. Apalagi kalau sudah punya anak. Akan tambah capek dan repot isteri kita. Coba bandingkan dengan keadaan kita sebagai suaminya. Kita selalu berada 
di luar rumah dengan situasi yang berganti-ganti sehingga kita tidak cepat bosan. Apalagi isteri di rumah sudah menyediakan keperluan kita." Arif mengemukakan pandangannya dengan nada hati-hati dan tenang. Ia tak ingin Imron menjadi semakin merasa bersalah. Ini jelas akan memperburuk keadaan. 

Imron tercenung. Dicermatinya kata-kata Arif. Selama ini ia tak pernah berpikir sejauh itu. 

"Memang semua itu tugas isteri, tapi mungkin yang sering kita lupakan adalah rasa saling menghargai. Apa salahnya kita sesekali memuji masakan isteri, mengajaknya rihlah. [rekreasi, red] Atau yang sepele saja, seperti tidak membuatnya jengkel. Alhamdulillah, jika kita bisa membantu pekerjaan rumah kalau ada waktu. Itu akan mengurangi kebosanan dan akan lebih membahagiakannya," lanjut Arif. 

Imron tertunduk. Apa yang dikatakan Arif benar-benar membuatnya sadar. Ah.... ia merasa begitu egois. 

Ketika Arif dan Evi pulang, dilihatnya isterinya tidur dengan tenang. Ketika menatap wajah isterinya yang pucat, tak terasa matanya berkaca-kaca. Ia merasa melupakan rahmat dari Allah SWT yang telah mengaruniai isteri yang sholihah, ikhlash dengan keadaannya dan patuh. Dalam hati ia berjanji akan berbuat yang lebih baik. 

Ya Allah, bisik Imron. Berilah aku kesabaran untuk selalu membahagiakannya. 

(Alhamdulillah )...



Senin, 14 September 2015

RAHASIA CIUM TANGAN DAN CIUM KENING

Tahukah kawan..
Kenapa lelaki musti mencium kening istri dan lalu…. istri musti mencium tangan suaminya?
Sedikit penjelasan ini akan membuat kehidupan rumah tangga kita semakin harmonis dalam  dekapan keimanan  nan ketaatan.
  Sebagai insan beriman, tentu apa yang kita lakukan adalah untuk menyemai iman dalam rumah tangga dan memelihara benih-benih cinta antara kita dan pasangan kita. Dan semua itu didasari padanash-nash yang sahih demi meneladani sunnah-sunnah dari rasulullaah  meraih amal shalih mereguk keberkahan. Beliau pernah berpesan bahwa sebaik-baik kamu adalah yang paling lembut kepada istrimu. Pesan yang mendalam lainnya tentang pola ketaatan seorang istri kepada suami adalah “sekiranya aku” kata rasulullaah  penuh kasih sayang “(boleh) menyuruh manusia
menyembah manusia niscaya aku akan menyuruh (para) istri menyembah suaminya”. Ucapan beliau shahih diriwayatkan oleh Abu Daud.
Nah, terlepas dari itu semua sejatinya apa yang diberikan kepada pasangan kita adalah ungkapan-ungkapan terbaik. Walau kadang kurang tepat sehingga menimbulkan percikan rajuk, cemburu, tetes airmata. Tapi yakinlah pada saat itu pasangan kita sedang berlaku yang terbaik untuk kita. Tak hanya melisan, namun menerjemahkan simbol kasih sayangnya dengan sentuhan, dekapan, cecumbu, ciuman, pandangan, bahkan hanya sekedar senyuman. Dari sisi psikologis seorang suami dan istri tentu aktifitas-aktifitas ini sangatlah penting.
Mencium pasangan. Selain memang sunnah karena nabi pernah melakukannya menurut ummul mukmin Aisyah, bagi kami para suami…  mencium kening istri adalah cara mendapatkan semangat & ketenangan. Ia juga bermakna tanda ketundukkan suami kepada rabbNya karena ia telah mengambil sumpah atas namaNya untuk menghalalkan istri dan siap membimbing dalam bingkai ketaatan. Mungkin, mencium kening adalah bentuk ungkapan kasih sayang kami yang tak terwakilkan oleh kata-kata. *soo sweet ;)

Nah untuk para istri, mencium punggung tangan suami adalah cara ia mendapatkan kekuatan.Tak berlebihan bahwa ini pun adalah bentuk sikap tunduk dengan penuh keridhaan menjemput ridhaNya dalam bingkai sakinah (ketenangan) mawaddah (cinta yang membuncah) warahmah (kasih sayang).

Mengecup kening istri atau mencium tangan suami, hakikatnya adalah sebuah simbol dari satu hal paling mahal dalam hubungan suami isteri, yaitu “saling percaya”. Suami mempercayakan kepada istri untuk menjadi madrasatul ula bagi putra putrinya kelak. Dan Istri mempercayakan amanah bimbingan kepada sang nahkoda agar bahtera rumah tangganya selamat berlayar hingga ke jannah. Hendaknya masing-masing kita memaksimalkan kepercayaan dan amanah tersebut dengan sebaik-baik menyiapkan serta menempuhnya.
Akhirnya.. dalam berumah tangga, kita belajar menjaga. Menjaga hati, menjaga lisan, menjaga mata, menjaga keluarga untuk kita jauhkan sejauh-jauhnya dari api neraka. kuu anfusakum wa ahlikum naara.. dan mendekat-dekat kan sedekat-dekatnya kepada Arsyil Rahmaan (Arsy nya Yang Maha Pengasih). 


Jumat, 11 September 2015

Iwan Fals - Bongkar ( Lirik )

Nasehat Emas Enam Perkara Dari Orang-Orang Sholeh
1. Umar bin Khattab Ra. berkata, Allah merahasiakan enam perkara di dalam enam perkara:
a. Merasahasiakan ridha di dalam ketaatan seorang muslim, sehingga ia akan mengerjakan setiap hal yang diperintahkan Allah.
b. Merahasiakan marah-nya di dalam perbuatan maksiat seseorang. Sehingga ia akan berusaha menjauh dari segala perbuatan maksiat.
c. Merahasiakan lailatul qadar didalam bulan ramadhan, supaya setiap orang selalu giat di dalam mencarinya.
d. Merahasiakan wali-Nya dari pandangan orang awam, supaya mereka tidak menghina dan merendahkan semua orang. Karena jika yang direndahkan itu sebenarnya wali Allah, tentu yang menghina akan mendapatkan ancaman yang menakutkan dari Allah.
e. Merahasiakan umur sesorang, agar setiap orang bersiap-siap untuk menghadapi kematian.
f. Merahasiakan shalat wustha, agar setiap orang berusaha mencarinya di dalam semua shalat lima waktu.
2. Utsman bin Affan Ra. berkata, rasa takut bagi orang mukmin seharusnya di tampakkan di dalam enam perkara berikut ini:
a. Takut tertimpa muusibah yang dikhawatirkan imannya menjadi luntur.
b. Takut ketika akan melakukan suatu perbuatan, karena adanya malaikat pencatat amal.
c. Takut terperdaya dari setan yang akan mengajaknya menuju makasiat.
d. Takut ketika ruhnya dicabut oleh malaikat Izra’il, sementara ia belum bertaubat kepada Allah.
e. Takut akan gemerlapnya dunia, karena ia khawatir akan hilangnya akhirat.
f. Takut terganggu oleh keluarganya, karena dapat mengakibatkan lupa kepada tuhannya.
3. Ali bin Abi Thalib Ra. berkata, barangsiapa yang mengamalkan enam perkara ini, maka ia akan dijamin masuk surga dan selamat dari siksa neraka:
a. Mengenal Allah sebagai tuhan yang Maha Kuasa, kemudian beribadah kepada-Nya.
b. Mengenal setan sebagai musuhnya, lalu ia meghindarinya.
c. Mengenal akhirat sebagai tempat yang  kekal abadi, kemudian ia berusaha untuk mendapatkannya.
d. Mengenal dunia sebagai tempat yang akan hancur, sehingga ia tidak terpengaruh dengannya.
e. Mengetahui yang bahwa yang benar adalah benar, sehingga ia melakukannya.
f. Mengenal yang batil, kemudian ia menjauhinya.
4. Yahya bin Mu’adz ar-Razi berkata,
a. Ilmu harus beriringan dengan amal, sebab ilmu tanpa amal tiada gunanya.
b. Pemahaman adalah pembungkus ilmu, maka harus saling berkaitan.
c. Akal adalah petunjuk ke jalan yang benar, maka akal harus dijaga dari pemikiran-pemikiran yang tidak baik.
d. Hawa nafsu adalah penyebab dosa, maka jangan dituruti.
e. Harta adalah hiasan bagi orang-orang yang sombong, oleh karena itu jangan disibukkan olehnya.
f. Dunia adalah bekal, sehingga ia harus mempersiapkannya sebagai jalan menuju akhirat.
5. Hasan Bashri Ra. berkata, sesungguhnya kegelapan hati itu karena enam perkara:
a. Berbuat dosa karena selalu mengharapkan taubat.
b. Berilmu, tetapi tidak diamalkan.
c. Beramal, tetapi tidak ikhlas.
d. Menimati rezeki, tetapi tidak bersyukur.
e. Tidak rela menerima pemberian dari Allah.
f.  Mendatangi jenazah tetapi tidak mengambil pelajaran darinya.
6. Hasan Basri Ra. berkata, barangsiapa yang mengutamakan dunia dari pada akhirat, maka Allah akan memberinya enam macam siksaan, tiga di dunia dan tiga di akhirat.
Adapun tiga di dunia adalah:
a. Angan-angan yang tak kunjung eslesai.
b. Sifat tamak yangn sangat berlebihan.
c. Kehilangan perhatian pada urusan ibadah.
Adapun tiga di akhirat adalah:
a. Kesusahan di hari kiamat.
b. Ketatnya perhitungan amal.
c. Penyesalan yang tiada akhir.
Syaikh Nawawi Al-Bantani, Nashaihul Ibaad


Rabu, 02 September 2015

NANTIKANKU DI BATAS WAKTU
Dikedalaman hatiku tersembunyi harapan yang suci
Tak perlu engkau menyangsikan

Lewat kesalihanmu yang terukir menghiasi dirimu
Tak perlu dengan kata-kata

Sungguh walau kukelu tuk mengungkapkan perasaanku

Namun penantianmu pada diriku jangan salahkan
Reff :

Kalau memang kau pilihkan aku

Tunggu sampai aku datang nanti
Kubawa kau pergi kesyurga abadi


Kini belumlah saatnya aku membalas cintamu

Nantikanku dibatas waktu
Album : Masa Muda
Munsyid : edCoustic