InspirasI

Selasa, 27 Maret 2018

Tulisan Prof. Dr. Bj. Habibie.

       Ada yang memiliki kecukupan harta dan benda, tapi dia diberi sakit yang parah.
Ada yang memiliki istri yang cantik, tapi dia diberi rumah tangga yang setiap hari cek-cok
Ada yang suami – istri keluarganya lengkap diberi anak yang lucu-lucu dan sehat, tapi keluarganya, ayah-ibu, adik-kakaknya berantakan
Ada yang memiliki pasangan penyabar dan penyayang, tapi dia masih merindukan momongan
Ada yang memiliki suami tampan dan karier yang mapan, Tapi dia juga sering merasakan perangai suaminya yang kasar dan kurang perhatian
Ada yang memiliki semunya hampir sempurna, tapi dia tidak mendapat kesolehan dan merasakan manis-nya ibadah
Maka yakinlah bahwa setiap orang yang memiliki kelebihan pasti ia juga memiliki kekurangan
Tidak ada yang sempurna..
Belum tentu semua yang terlihat indah serta manis diluarnya, seperti itu juga di dalamnya
Andai saja kita dapat mengetahuinya, pasti kita akan banyak bersyukur kepada Allah yang telah menjadikan diri kita seperti ini tanpa melirik dan mengharapkan kehidupan orang lain yang kita idam-idamkan.
Boleh jadi, ketika kita mengetahui keadaan yang sebenarnya, kita akan berdoa kepada Allah agar jangan diberi ujian yang sama seperti diri dia.
Jadi sekali lagi tidak perlu iri dengan kehidupan orang lain, karena apa yang sekarang kita jalani itu adalah rezeki yang terbaik dan ternikmat yang Allah anugerahkan kepada kita.
Banyak hal yang baik dalam diri setiap manusia, namun kadang kita lupa mensyukuri nikmat itu
Maka banyaklah bersyukur atas keadaan mu yang sekarang ini, Karena jika Allah menghendaki maka semua juga akan berubah.
Semoga Allah senantiasa menolong kita untuk bisa menjadi hamba-hambaNya yang banyak bersyukur. Aamiin.


Muhasabah Malam

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.
Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu
(AlHadid:20)
Kehidupan akhirat berisikan balasan dari apa yang kita lakukan di dunia. Setiap perbuatan kita yang baik dan buruk di dunia akan dibalas semua di akhirat. Jika ketika hidup di dunia tidak pernah sedikitpun memikirkan akhirat maka itu adalah orang orang yang melarat di akhirat. Tidak akan ada sedikitpun penolong sehingga mereka menjadi orang orang yang rugi dan sangat menyesal selama lamanya.


Sabtu, 24 Maret 2018

                          Kisah Inspiratif : Bang, Aku Ingin Kerja

istri : Abang, aku mau kerja!”

suami : “Jangan, lah. Kamu di rumah saja. Istri itu di rumah tugasnya :)”

istri : “Itu, tetangga kita, dia kerja!”

suami :“Hehe …, dia itu guru, sayaang. Dia dibutuhkan banyak orang. Yang membutuhkan kamu tidak banyak. Hanya Abang dan anak kita. Di rumah saja, ya.”

istri : “Itu…, tetangga kita yang satunya, yang sekarang sudah pindah ke kampung sebelah, aku lihat dia kerja. Bukan guru. Tidak dibutuhkan banyak orang.”

suami :“Nanti, tunggu Abang meninggal dunia.”

Istri : “Apa-apaan sih?”

suami :“Dia itu janda, sayaaaang. Suaminya meninggal satu setengah bulan yang lalu. Makanya dia kerja.”

istri : “Tapi kebutuhan kita makin banyak, Bang”
suami : “Kan Abang masih kerja, Abang masih sehat, aku masih kuat. Akan Abang usahakan, InsyaAllah.”

istri : “Iya, aku tahu. Tapi penghasilan Abang untuk saat ini tidaklah cukup.”

suami : “Bukannya tidak cukup, tapi belum lebih. Mengapa Abang bilang begitu? Karena Allah pasti mencukupi. Lagi pula, kalau kamu kerja siapa yang jaga anak kita?”

istri : “Kan ada Ibu! Pasti beliau tidak akan keberatan. Malah dengan sangat senang hati.”

suami : “Istri Abang yang Abang cintai, dari perut sampai lahir, sampai sebelum Abang bisa mengerjakan pekerjaan Abang sendiri, segalanya menggunakan tenaga Ibu. Abang belum ada pemberian yang sebanding dengan itu semua. Sedikit pun belum terbalas jasanya. Dan Abang yakin itu tak akan bisa. Setelah itu semua, apakah sekarang Abang akan meminta Ibu untuk mengurus anak Abang juga?”

istri :“Bukan Ibumu, tapi Ibuku, Bang?”

suami : “Apa bedanya? Mereka berdua sama, Ibu kita. Mereka memang tidak akan keberatan. Tapi kita, kita ini akan jadi anak yang tegaan. Seolah-olah, kita ini tidak punya perasaan.”

istri : “Jadi, kita harus bagaimana?”

suami : “Istriku, takut tidak tercukupi akan rezeki adalah penghinaan kepada Allah. Jangan khawatir! Mintalah pada-Nya. Atau begini saja, Abang ada ide! Tapi Abang mau tanya dulu.”

istri :“Apa, Bang?”

suami : “Apa alasan paling mendasar, yang membuat kamu ingin bekerja?”

istri : “Ya untuk memperbaiki perekonomian kita, Bang. Aku ingin membantumu dalam penghasilan. Untuk kita, keluarga kita.”

suami : “Kalau memang begitu, kita buka usaha kecil saja di rumah. Misal sarapan pagi. Bubur ayam misalnya? Atau, bisnis online saja. Kamu yang jalani. Bagaimana? anak terurus, rumah terurus, Abang terlayani, uang masuk terus, InsyaAllah. Keren, kan?”

istri : “Suamiku sayang, aku tidak pandai berbisnis, tidak bisa jualan. Aku ini karyawati. Bakatku di sana. Aku harus keluar kalau ingin menambah penghasilan.”

suami : “Tidak harus keluar. Tenang, masih ada solusi!”

istri :“Apa?”

suami : “Bukankah ada yang lima waktu? Bukankah ada Tahajud? Bukankah ada Dhuha? Bukankah ada sedekah? Bukankah ada puasa? Bukankah ada amalan-amalan lainnya? Allah itu Maha Kaya. Minta saja pada-Nya.”

istri :“Iya, Bang, aku tahu. Tapi itu semua harus ada ikhtiar nyata.”

suami : “Kita ini partner, sayang. Abanglah pelaksana ikhtiarnya. Tugas kamu cukup itu. InsyaAllah jika menurut Allah baik, menurut-Nya kita pantas, kehidupan kita pasti akan berubah.”

istri : “Tapi, Bang?!”

suami : “Abang tanya lagi…, kamu ingin kita hidup kaya, apa berkah?”

istri :“Aku ingin kita hidup kaya dan berkah.”

suami : “Kalau begitu lakukan amalan-amalan tadi. InsyaAllah kaya dan berkah.”

istri : “Kalau tidak kaya?”

suami : “Kan masih berkah? Dan…, tahu apa yang terjadi padamu jika tetap istiqomah dengan itu?”

istri : “Apa, Bang?

suami : “Pilihlah pintu surga yang mana saja yang kamu suka. Dan kamu, menjadi sebenar-benarnya perhiasan dunia.”

                                                      ***
Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang wanita (istri) itu telah melakukan shalat lima waktu, puasa bulan Ramadhan, menjaga harga dirinya dan mentaati perintah suaminya, maka ia diundang di akhirat supaya masuk surga berdasarkan pintunya mana yang ia suka (sesuai pilihannya),” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Thabrani).

“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholehah” [H.R. Muslim]
.
Agar Kapal Itu Tidak Tenggelam

                                                  Oleh: Nur Hasan

Kalau kita masih ingat, ada tiga kali peristiwa tenggelamnya kapal di dunia ini yang cukup menyita perhatian. Di antaranya adalah:
1. Tenggelamnya kapal Titanic.
Proses tenggelamnya kapal ini terjadi pada tanggal 14-15 April 1912 di malam hari. Kapal tersebut tenggelam diakibatkan karena menabrak bongkahan es di samudera Atlantik Utara dalam sebuah perjalan dari Southampton Inggris menuju New York Amerika Serikat.
Titanic adalah kapal pesiar yang sangat mewah membawa penumpang sebanyak 2.224 orang. Kemudian yang meninggal pada waktu adalah 1.500-an orang. Karenanya untuk mengenang dahsyatnya peristiwa tersebut sehingga sampai difilmkan dan sangat laris.
2. Tenggelamnya kapal Van Der Wijck.
Kapal ini tenggelam pada tanggal 21 Oktober 1936, perjalanan dari Tanjung Perak Surabaya menuju Tanjung Priok Jakarta.
Kapal tersebut tenggelam pas di sebelah Timur Laut Semarang. Sehingga setelah kejadian itu dibangunlah sebuah monumen atau tugu kecil di Desa Brondong Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan untuk mengenang tenggelamnya kapal ini.
Tenggelamnya kapal ini juga diabadikan oleh Prof. Dr. Hamka dalam sebuah novel atau roman sejarah yang judulnya adalah "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck." Novel ini dikarang tak lama setelah kapal tersebut tenggelam, yaitu terbit di bulan Desember tahun 1936.
3. Tenggelamnya kapal Tampomas 2.
Kapal ini milik Pelni yang melakukan perjalanan dari Tanjung Priok Jakarta menuju Ujung Pandang (kini Makassar). Tenggelamnya kapal tersebut terjadi pada tanggal 25 Januari 1981.
Dan sangat luar biasanya di sini, sang nahkoda bernama Kapten Rivai meloncat terakhir dari kapal setelah para penumpang yang lain. Artinya, dia bertanggungjawab penuh sebagai nahkoda kapal.
Kemudian yang menarik di sini, ketiga kapal di atas tenggelamnya pada waktu malam. Kalau kapal Titanic tenggelam ketika para penumpangnya sedang berpesta pora. Nahkodanya lengah sehingga tidak tahu kalau ternyata di depan ada gunung es yang mau ditabrak.
Sama dengan kapal Tampomas 2 juga begitu, kalau kita search di internet itu juga malam tenggelamnya. Persis setelah para penumpangnya sedang menikmati berbagai macam hiburan di malam hari.
Nah, ternyata di dalam hadis Rasulullah saw., mengumpamakan penegakan dan pelaksanaan syariat Allah Swt., itu seperti orang naik kapal.
Dari Nu'man bin Basyir ra., berkata, bahwa Rasulullah saw., bersabda, "Perumpamaan orang yang melaksanakan perintah Allah dengan orang yang melanggarnya adalah seperti satu kaum yang berbagi tempat di sebuah kapal. Sebagian orang mendapat tempat di bagian atas, sedangkan sebagian yang lain mendapat tempat di lambung kapal. Orang-orang yang berada di lambung kapal, jika ingin mengambil air, mereka harus melewati orang-orang yang berada di atas. Mereka berkata, 'Sebaiknya kita lubangi saja lambung kapal ini (untuk mengambil air) agar tidak mengganggu orang-orang yang berada di atas.' Jika keinginan mereka itu tidak dicegah, mereka semua akan binasa. Sebaliknya jika dicegah mereka semua akan selamat." (HR. Bukhari, Tirmidzi, dan Ahmad)
Jadi zaman dulu orang mau naik kapal itu diundi terlebih dahulu, siapa yang akan menempati atas dan siapa saja yang di bawah. Kalau sekarang beda, karena pakai kartu atau tiket yang di situ sudah ada nomor dan kelas-kelasnya.
Dan undian di kapal inilah yang juga pernah dialami oleh Nabi Yunus as. Beliau mendapat undian ketika kapal tersebut terjadi kegoncangan. Akhirnya disepakati harus ada yang diturunkan dari kapal itu untuk diceburkan ke laut. Ketika undian tersebut dilakukan, tiga kali diundi undian itu terkena Nabi Yunus. Akhirnya kemudian Nabi Yunus diturunkan dari kapal dan dibuang ke laut.
Sehingga dulu pas naik kapal sudah biasa ketika undian itu dilakukan, ada yang mendapat tempat di atas dan ada juga yang di bawah.
Persoalannya kemudian adalah orang-orang yang menempati bagian bawah, ketika ingin mengambil air maka dia harus melewati orang-orang yang berada di bagian atas.
Karena memang air itu berada di posisi atas, sehingga orang-orang yang menempati posisi bawah, ketika mereka ingin mengambil air maka harus melewati orang-orang yang berada di bagian atas.
Maka orang-orang yang berada di bagian bawah ini berpendapat, "Kalaulah kita melubangi kapal pada bagian bawah, maka kita akan mendapatkan air dan kita tidak perlu merepotkan orang-orang yang ada di atas."
Jadi inti hadis di atas ada di sini, yaitu kelompok orang-orang yang ada di bawah ketika mereka ingin mengambil air itu harus ke atas dan kemudian harus merepotkan orang-orang yang ada di bagian atas.
Maka kemudian beberapa di antara mereka berpendapat, "Ah daripada kita merepotkan orang-orang yang ada di bagian atas, kalau begitu kita lubangi saja kapal ini dan kemudian kita mendapatkan air sehingga kita tidak perlu merepotkan orang-orang yang ada di bagian atas."
Jadi ketika orang-orang ini membiarkan orang yang mencoba melubangi kapal tersebut, maka nanti yang akan tenggelam itu bukan orang yang melubangi kapal saja, tapi orang-orang yang ada di atas itu juga akan ikut tenggelam.
Makanya di dalam hadis tadi dijelaskan, jika mereka membiarkan orang-orang itu melakukan apa yang mereka inginkan maka semua penumpang yang ada di kapal tersebut akan ikut tenggelam dan celaka semuanya.
Nah, di bagian akhir hadis tadi Rasulullah mengatakan, "Jika keinginan mereka itu tidak dicegah, mereka semua akan binasa. Sebaliknya jika dicegah mereka semua akan selamat."
***
Di atas tadi saya menjelaskan 3 peristiwa tenggelamnya kapal yang cukup melegenda di dalam sejarah. Dan tenggelamnya kapal-kapal itu semua terjadinya pada waktu malam.
Kita mungkin tidak tahu secara persis apakah hal itu sebuah kebetulan atau seperti apa, karena memang kita semua tidak tahu jalan cerita yang sebenarnya.
Tapi yang jelas kapal-kapal tersebut tenggelamnya di saat para penumpangnya sedang lengah: sedang menikmati hiburan, berpesta, minum-minuman keras, dan lain sebagainya. Mungkin gambarannya seperti di film Titanic, yang mungkin kita semua sudah pernah menontonnya.
Karenanya, mengapa kita harus selalu konsisten dan komitmen untuk ngaji. Ini babnya, bahwa penegakan syariat Allah adalah untuk kepentingan serta keselamatan manusia itu sendiri, dan bukannya untuk kepentingan Allah Swt.
Jadi kalau ada orang berbuat maksiat di sebuah tempat, maka kemaksiatan itu bukan saja merusak dirinya sebagai pelakunya, tapi juga perlahan-lahan akan menghancurkan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Sehingga mengapa pengajian dan majelis taklim harus ada di berbagai tempat, tidak lain hal tersebut adalah dalam rangka untuk menghalau jangan sampai perbuatan maksiat itu menggurita di tengah-tengah masyarakat.
Mengapa? Karena ketika maksiat itu sudah menggurita di tengah-tengah masyarakat, maka bukan saja akan menghancurkan pelaku kemaksiatan itu, tapi juga akan menghancurkan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Itu sebabnya amar ma'ruf nahi mungkar menjadi sangat penting di sini. Apalagi kalau kemaksiatan itu malah dibuat aturannya. Jadi ada aturan untuk melakukan kemaksiatan. Ini lebih berbahaya lagi. Na'udzu billahi mindzalik.
Karena itu untuk lebih mempertegas hadis di atas, Allah Swt., berfirman:
"Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabat, (yaitu) ketika datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, padahal pada hari-hari yang bukan Sabat ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami menguji mereka disebabkan mereka berlaku fasik. Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata, "Mengapa kamu menasihati kaum yang akan dibinasakan atau diazab Allah dengan azab yang sangat keras?" Mereka menjawab, "Agar kami mempunyai alasan (lepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan agar mereka bertakwa." Maka setelah mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang orang berbuat jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik." (QS. Al-A'raf: Ayat 163-165)
Dalam surat ini Allah Swt., menceritakan sebuah kisah tentang kaum Bani Israil. Mereka meminta kepada Allah lewat Nabi Musa as., agar dibuatkan hari khusus, yang hari itu kita tidak akan melaut untuk mencari ikan dan kita akan konsentrasi hanya beribadah kepada-Nya.
Karena alasan mereka tak mau beribadah kepada Allah adalah sibuk mencari ikan. Akhirnya Allah Swt., memberikan wahyu kepada Nabi Musa as., untuk menyampaikan kepada mereka, yang Allah menentukan satu hari bahwa mereka berjanji di hari itu hanya beribadah kepada Allah dan tidak mencari ikan. Hari tersebut adalah hari sabtu.
Tapi itulah dasarnya Bani Israil. Allah kemudian menguji mereka, di hari-hari selain hari sabtu ikan itu tidak ada yang kelihatan. Tapi ketika di hari sabtu ikan itu banyak yang kelihatan.
Saat itu kemudian masyarakat terbagi menjadi tiga kelompok. Antara lain adalah:
Pertama, kelompok pelaku kemaksiatan dan dosa.
 Yaitu kelompok yang sukanya berbuat maksiat dan dosa kepada Allah Swt.
Kedua, kelompok yang diam.
Yang penting dirinya baik, masa bodoh dengan orang lain.
Ketiga, kelompok amar ma'ruf nahi mungkar.
Itu kemudian diceritakan Allah Swt., di ayat yang ke-164 dalam surat Al-'Araf. Kelompok diam itu mengatakan kepada kelompok amar ma'ruf nahi mungkar, "Kenapa kamu capek-capek mengurusi dan menasihati mereka. Nanti Allah Swt., yang akan menghancurkan atau menyiksa mereka dengan siksa yang pedih. Biarkan sekehendak mereka saja. Kita nggak ikut-ikut, yang penting kita berbuat baik: ngaji, shalat, dan puasa sudah cukup."
Tapi lihat jawaban kelompok orang yang melaksanakan amar ma'ruf nahi mungkar, yang tak ingin ada kemaksiatan di tengah-tengah masyarakat, "Ini pertanggungjawaban kami kepada Allah. 'Ya Allah kami telah melarang dan berusaha menghentikan kemaksiatan yang dilakukan oleh mereka. Dan barangkali ada di antara mereka yang mau kembali kepada jalan yang benar."
Sehingga mengapa kelompok-kelompok kebaikan itu harus  diperbanyak, dan kemudian pada saat yang sama mereka-mereka yang tak suka kepada Islam itu sangat gerah dengan kelompok-kelompok yang suka beramar ma'ruf nahi mungkar ini.
Karena memang kelompok amar ma'ruf nahi mungkar ini, adalah orang-orang yang ingin menghentikan berbagai macam dosa dan kemaksiatan yang menggurita di tengah-tengah masyarakat.
Makanya kelompok orang-orang yang menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar ini mengatakan, "Ini adalah pertanggungjawaban kami di hadapan Allah Swt. Dan barangkali ada di antara mereka  yang mau kembali ke jalan yang benar, yaitu bertakwa."
Mari kita lihat di ayat yang ke-165 nya, siapa nanti di akhirat yang diselamatkan oleh Allah Swt, "Maka ketika mereka semuanya lupa terhadap apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami hanya menyelamatkan orang-orang yang mencegah dari kejahatan."
Jadi yang diselamatkan oleh Allah Swt., itu adalah kelompok yang mau berdakwah dan beramar ma'ruf nahi mungkar.
Ketika orang naik kapal apa sih yang diinginkan? Minimal mereka menginginkan tiga hal:
Pertama, dia ingin nyaman sebagai penumpang: tempat duduknya bagus dan makannya terjamin.
Kedua, dia ingin hak-haknya sebagai penumpang kapal dipenuhi sebagaimana tiket yang dibeli di kelas apa.
Ketiga, bisa sampai ke tempat tujuan dengan selamat.
Nah ketika ketiganya ini ingin didapatkan, biasanya muncul orang-orang yang mau membuat onar dan kegaduhan di kapal itu. Yang kemudian mengganggu orang lain. Dan itulah yang kita jumpai dalam kehidupan ini.
Pada dasarnya pelaku kemaksiatan dan dosa itu adalah perilaku orang-orang yang ingin mengganggu orang lain, dengan kemaksiatan dan dosa yang dilakukannya itu.
Sehingga kemudian muncul kelompok amar ma'ruf nahi mungkar yang ingin segera sampai ke tempat tujuan, "Sudah, kamu jangan membuat kegaduhan di dalam kapal ini. Sana, ke tempatmu masing-masing." Jadi ada upaya untuk mencegah.
Tapi ada juga yang begini, "Udah lah, biarkan saja. Yang penting kita tidak terganggu."
Kemudian di akhir hadis tadi Rasulullah saw., bersabda, "Ketika mereka membiarkan orang-orang yang melubangi kapal ini maka semua akan hancur dan kapal itu akan tenggelam. Tapi ketika ada yang bisa menghentikan mereka untuk tidak melubangi kapal itu, maka mereka akan selamat dan selamatlah seluruh penumpang yang ada di kapal itu."
Karenanya gara-gara pelaku kemaksiatan bisa menyebabkan siksaan dari Allah datang. Tidak hanya para pelakunya saja, namun orang-orang yang tidak ikut melakukan kezaliman juga akan ikut merasakan.
Allah Swt., berfirman:
"Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya."
(QS. Al-Anfal: Ayat 25)
Kita bisa menyaksikan sekarang ini, berbagai macam bencana terjadi di negeri kita dan negeri-negeri lain. Tapi orang-orang beriman, mereka  tidak hanya an sich memandang itu bencana semata. "Sudah biasalah ada banjir, gempa, gunung meletus, dan sebagainya."
Tidak! Kalau orang beriman melihatnya tidak seperti itu. Tapi orang beriman selalu melihat bahwa bencana-bencana itu salah satunya adalah karena peringatan Allah Swt., atas perilaku kemaksiatan dan dosa yang dilakukan oleh manusia. Sehingga selalu ada feed back evaluasi dari manusia itu sendiri kenapa bencana-bencana itu kemudian terjadi.
Maka kemudian dalam Al-Quran Allah Swt., banyak memberikan sebuah perintah, yang perintah-perintah tersebut dikaitkan dengan persoalan bencana. Di antaranya adalah:
Pertama, perintah untuk menjaga diri.
Allah Swt., berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu; (karena) orang yang sesat itu tidak akan membahayakanmu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu semua akan kembali, kemudian Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."
(QS. Al-Ma'idah: Ayat 105)
Ketika di tengah-tengah masyarakat itu masih ada sebuah komunitas orang yang berbuat baik, maka Allah Swt., akan menjaga mereka.
Yang patut kita syukuri sekarang adalah keinginan orang untuk berbuat baik itu semakin hari semakin banyak. Dengan begitu, maka kemungkinan terwujudnya sebuah komunitas yang dijaga oleh Allah Swt., akan terus ada dan terus berlangsung.
Mengapa? Karena seringkali iklan-iklan kebaikan kalah menarik dibanding dengan iklan-iklan berbuat maksiat.
Inilah realitas yang ada di masyarakat kita. Ketika di suatu tempat ada baliho besar berada di perempatan jalan berisi iklan konser misalnya, maka untuk pengajian mungkin hanya sebatas nge-share di grup-grup WA. Dari sisi itu saja kadang-kadang itu lebih menarik yang iklan konser.
Tapi kita juga patut bersyukur, dengan adanya itu kita tak perlu lagi SMS yang itu harganya lebih mahal.
Sering juga orang berbuat dosa berbiaya tinggi, tapi masih dilakukan. Orang berbuat baik itu biayanya murah, namun berat dikerjakan. Nonton konser artis, untuk masuk harus beli tiket dahulu. Kalau hadir di masjid untuk shalat atau mendengarkan pengajian, tidak pakai bayar dan kadang juga dapat makan.
Tapi tidak jarang orang lebih bangga ketika bisa menghadiri konser tadi daripada menghadiri pengajian. Bahkan ketika ada waktu yang bersamaan pilihannya kadang-kadang memilih yang tak banyak manfaatnya tapi mau bayar, daripada yang banyak manfaatnya meskipun gratis.
Itu sebabnya agama-agama di Eropa sekarang banyak yang tidak laku. Karena mereka lebih suka membeli tiket untuk nonton bola daripada mengikuti kebaktian-kebaktian di gereja.
Termasuk banyak gereja-gereja yang beralih fungsi menjadi masjid. Sehingga pendeta di sana banyak yang mengeluh, karena generasi milennial mereka suka nonton bola daripada hadir di acara kebaktian-kebaktian.
Termasuk kita juga bisa menilai, generasi milennial di sekitar lingkungan kita itu lebih suka hadir ke mana? Lebih suka hadir ke tempat-tempat kebaikan atau hadir ke tempat yang tak ada gunanya. Mari itu semua kita jadikan evaluasi diri kita.
Kedua, perintah untuk menjaga diri dan keluarga.
Hadis di atas bisa dibawa ke dalam lembaga terkecil kehidupan kita, yaitu keluarga. Jadi dalam keluarga itu persis seperti orang naik kapal. Di situ ada nahkoda yang bernama suami.
Kemudian di dalam kapal itu ada istri dan anak-anak. Mungkin juga ada mertua dan pembantu di sana.
Bayangkan saja kalau di rumah itu ada satu orang saja dari anak kita yang mencoba melubangi kapal sehingga kapal itu bocor, maka tentu semua anggota keluarga juga akan ikut tenggelam.
Nah, itu bisa kita analogikan begitu. Jangankan semua anak kita yang nakal, satu saja yang nakal itu sudah cukup untuk menenggelamkan eksistensi rumah tangga itu.
Tapi mudah-mudahan kita tidak termasuk di dalamnya.

Maka kemudian Allah Swt., berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
(QS. At-Tahrim: Ayat 6)
Ketika kita membaca ayat ini jangan berhenti di "Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka."
Karena kalau kita lihat di dalam Al-Quran pas di "Api neraka" itu tidak berhenti. Karena tidak ada tanda waqaf di situ. Tapi langsung dilanjutkan "Yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan" itu terangkai semuanya.
Jadi di situ Allah menggambarkan neraka dengan detail. Semua orang tahu neraka itu panas. Umpama ayat tadi sampai di "api neraka" mungkin bayangan kita sudah cukup bagaimana gambaran neraka.
Tapi Allah masih melanjutkan dengan merinci neraka itu seperti apa? Yaitu bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu, dan seterusnya.
Jadi keluarga di dalam ayat ini dikaitkan dengan neraka manakala orang itu gagal mengelola keluarganya dengan baik.
Kalau kita kaitkan dengan hadis di atas, jangankan seluruh anggota keluarga, satu saja ada anggota keluarga itu yang durhaka sudah cukup untuk menenggelamkan rumah itu.
Sehingga betapa banyak eksistensi orang tua hilang ketika ada satu saja di antara sekian anaknya yang melakukan tindakan-tindakan tidak terpuji di rumah.
Ketiga, perintah menjaga komunitas masyarakat.
Kalau kita lihat banyak sekali di dalam Al-Quran perintah-perintah ketaatan kepada Allah Swt., dan Rasul-Nya.
Dan secara keseluruhannya itu adalah bentuk penjagaan masyarakat agar mereka mendapatkan kebaikan dari-Nya.
Allah Swt., berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari-Nya, padahal kamu mendengar (perintah-perintah-Nya)."
(QS. Al-Anfal: Ayat 20)
Dan untuk bisa menjaga komunitas manusia secara baik, di dalam Al-Quran Allah menceritakan tentang visi manusia.
Manusia diciptakan oleh Allah untuk apa? Tidak lain adalah untuk menjalankan amanah. Ketika orang itu menjalankan amanah, maka di pos mana dia berada saat itu dia harus komitmen untuk bisa melaksanakan dengan sebaik-baiknya posnya itu.
Jadi apa dia, maka dia harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk bisa melaksanakan apa yang menjadi tugas dia di pos itu.
Kalau di bagian bawah ya laksanakan tugas di bagian bawah itu apa. Jangan sampai melubangi kapal.
Yang ada di bagian atas laksanakan tugas di bagian itu dengan sebaik-baiknya. Salah satunya adalah dengan memperhatikan yang di bagian bawah. Supaya yang di bagian bawah tidak melakukan tindakan-tindakan ceroboh yang akan merugikan mereka semuanya.
Maka Allah Swt., berfirman terkait dengan amanat ini:
"Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh," (QS. Al-Ahzab: Ayat 72)
Jadi pada akhirnya nanti akan sangat banyak orang-orang yang kemudian mengkhianati amanat itu. Dan ketika terjadi pengkhianatan terhadap amanah, maka ada dua pilihan predikat yang akan melekat pada diri manusia. Yaitu, kalau tidak berbuat zalim ya berbuat bodoh.
Maka kemudian Allah mengingatkan di ayat yang lain untuk jangan berkhianat terhadap amanah.
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui." (QS. Al-Anfal: Ayat 27)
Termasuk kalau kita istiqamah dalam ngaji dan beribadah adalah salah satu cara kita untuk bisa melaksanakan amanah di muka bumi. Karena kita insya Allah akan mendapatkan keterangan dan peringatan, yang peringatan-peringatan itu hanya akan berguna bagi orang-orang yang beriman.
Sehingga kalau ada orang yang mengaku beriman kemudian peringatan itu tidak berguna bagi dirinya, sesungguhnya dia telah menanggalkan dan melepaskan pakaian keimannya.
Allah Swt., berfirman:
"Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin." (QS. Az-Zariyat: Ayat 55)
Keempat, perintah amar ma'ruf nahi mungkar.
Hal ini memang bukan persoalan mudah. Kalau dikaitkan dengan hadis di atas, maka kelompok amar ma'ruf nahi mungkar ini ada di bagian yang terakhir.
Saya ingin membuat gambaran rumah Islam itu seperti apa? Pondasinya adalah akidah. Dan namanya pondasi di mana-mana tidak akan kelihatan karena dia terletak di dalam tanah.
Kemudian ada jendela, pintu, dinding-dinding itu bernama ibadah. Ini kelihatan banyak orang. Seperti ibadah shalat, umrah, dan haji.
Ini ibarat bangunannya.
Nah, itu kebaikannya akan sangat tergantung dengan pondasinya. Pintu, jendela, dan dinding-dinding juga begitu.
Kemudian atap rumahnya seperti apa? Atap ini penting, karena itu nanti yang akan melindungi jendela dan dinding-dinding tadi dari teriknya matahari dan air hujan. Atap itulah yang bernama amar ma'ruf nahi mungkar.
Maka ketika atap tidak ada, perlahan-lahan pintu serta dinding-dinding tersebut akan rusak.
Jadi di sebuah masyarakat ketika amar ma'ruf nahi mungkar itu tidak ada, maka lambat laun aktivitas kebaikan akan hilang di tengah-tengah masyarakat. Orang sudah enggan untuk shalat berjamaah ke masjid. Mengapa? Karena sudah dipenuhi dengan berbagai macam kemaksiatan akibat matinya amar ma'ruf nahi mungkar.
Karenanya kita harus berusaha untuk selalu beramar ma'ruf nahi mungkar semampu kita, sehingga tak ada orang yang coba-coba melubangi kapal itu. Kapal menjadi karam akibat lubang-lubang ada di kapal tersebut yang kemudian memudahkan masuknya air yang tidak terkendali.
Dari sini mari dilihat dalam diri kita masing-masing, ketika bangunan itu baik yang dipuji itu apa? Pasti aksesoris serta hal-hal yang tampak oleh mata, "Oh... jendela, pintu, dan dinding-dindingnya luar biasa."
Tidak mungkin orang kemudian mengatakan, "Oh...luar biasa pondasinya rumah itu." Tapi ketika bangunan rumah ini hancur yang disalahkan pertama kali apa? Pasti pondasinya.
Jadi inilah amal ibadah yang kita lakukan. Ketika shalat, zakat, dan haji kita itu rusak maka orang pasti akan menilai, berarti ada yang tidak beres dengan akidahnya.
Itu sebabnya ayat berikut ini menjadi sangat penting:
"Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)." (QS. Al-Bayyinah: Ayat 5)
Mudah-mudahan kita termasuk orang yang selalu menegakkan hukum-hukum Allah dan berusaha untuk melerai orang-orang yang mau melubangi kapal. Dan jangan sampai kita menjadi bagian orang-orang yang menyebabkan bocornya kapal tersebut.


Jumat, 23 Maret 2018

4 KITAB ITU ADALAH SIMBOL KESELAMATAN DIRI MANUSIA.

1. Kitab Taurat, itu arti maknanya adalah Raga.
Nabi Musa as, adalah nabi yang memiliki raga sangat kuat, dimana dengan raga yang kuat itu digunaka untuk mencari Gusti Maha Suci Allah  memelihara  dan mencontohi umat.

2. Kitab Zabur, itu arti maknanya adalah Rasa.
Nabi Daud as, adalah nabi yang memiliki suara yang sangat merdu sehingga dapat menggugah, menggetarkan dan membangkitkan rasa setiap orang mendengarkannya, untuk mengikuti roso rasaning Gusti Maha Suci Allah.

3. Kitab Injil arti maknanya adalah Hati.
Nabi isa am, adalah Nabi yang memiliki kasih sayang yang amat sangat.
Jiwa ragnya digunakan untuk mengajarkan rasa  kasih sayang yang ditimbulkan dari dalam hatinya.

4. Kitab Al Qur" an arti maknanya adalah Ukuran Manusia.
Nabi Muhammad saw, adalah Nabi Habiballah atau Nabi kekasih Gusti Maha Suci Allah yang jiwa raganya sesuai al-Qur " an. maka bagi manusia yang ingin  selamat dihadapan Gusti Maha Suci Allah harus menselaraskan jiwa raganya dengan isi kitab suci al- qur" an.


Kamis, 22 Maret 2018

ALLAH memiliki segala keagungan, kemuliaan, kekuatan dan keperkasaan, betapa pun kulukiskan ke agungan- Mu
Dengan deretan huruf kekudusan-Mu.
Tetap meliputi semua arwah engkau tetap yg maha agung
Sebab semua makna akan kabur, mencair di tengah keagungan-Mu,
Wahai Rabb ku ya allah gantikan lah kepedihan ini dengan kesenangan, jadikan lah kesedihan awal  kebahagiaan,
Dan sirnakan lah rasa takut ini menjadi rasa tentram,
Ya allah dinginkan panasnya qalbu dengan salju keyakinan,  dan padam kan bara jiwa dengan air keimanan

Wahai Rabb, anugrahkan pada mata yg tak dapat terpejam ini rasa kantuk dari mu yg menentramkan,
Tuangkan dalam jiwa yg bergolak ini kedamaian, dan ganjarlah dengan kemenangan yg nyata,
Wahai Rabb, tunjuk kan lah, pandangan yg kebingungan ini
Kearah jalan mu yg lurus dan tuntunlah orang orang yg menyimpang dari jalan mu merapat ke hidayah mu.

Ya allah sirnakan lah keraguan terhadap fajar, yg pasti datang dan memancarkan terang, dan hancurkan lah perasaan yg jahat dengan secercah sinar kebenenaranmu.
Ya allah sirnakan lah dari kami rasa sedih dan duka,
Dan usirlah kegundahan dari jiwa kami semua.

Kami berlindung  kepada mu dari setiap rasa takut yg mendera, hanya kepada mu kami bersandar dan bertawakal, hanya kepada mu kami memohon
Dan hanya dari mu lah semua pertolongan.
Cukup engkau sebagai pelindung kami, karna Engkaulah
Sebaik baik pelindung dan penolong.

Selasa, 20 Maret 2018

UWAIS AL QARNI
TERKENAL DI LANGIT TAPI
 TIDAK TERKENAL DI BUMI

Rasulullah Shallallahu Aalaihi wa Sallam sedang duduk diantara para sahabatnya;
antara lain Abu Hurairah, Umar, Ali dan lainnya. Beliau bersabda:
“Sesungguhnya sebaik-baik generasi tabi’in adalah orang yang bernama Uwais.
Dia mempunyai seorang ibu dan mempunyai belang putih ditubuhnya.
Lalu dia berdoa hingga Allah menghilangkan belang itu kecuali hanya tersisa sebentuk dirham.”
(HR. Muslim dalam shahihnya No. 2542, Imam Ahmad dalam Musnadnya, I/38)
Di Yaman, tinggallah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak.
Karena penyakit itu tubuhnya menjadi belang-belang.
Walaupun cacat tapi ia adalah pemuda yang saleh dan sangat berbakti kepada ibunya,
seorang perempuan wanita tua yang lumpuh.
Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan ibunya.
Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan.
“Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersamamu.
Ikhtiarkan agar ibu dapat mengerjakan haji,” pinta sang ibu.
Mendengar ucapan sang ibu, Uwais termenung.
Perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh, melewati padang tandus yang panas.
Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan.
Lantas bagaimana hal itu dilakukan Uwais yang sangat miskin dan tidak memiliki kendaraan?
Uwais terus berpikir mencari jalan keluar.
Kemudian, dibelilah seekor anak lembu, kira-kira untuk apa anak lembu itu?
Tidak mungkin pergi haji naik lembu. Uwais membuatkan kandang di puncak bukit.
Setiap pagi ia bolak-balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit.
“Uwais gila... Uwais gila..” kata orang-orang yang melihat tingkah laku Uwais.
Ya, banyak orang yang menganggap aneh apa yang dilakukannya tersebut.
Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik-turun bukit.
Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar pula tenaga yang diperlukan Uwais.
Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi.
Setelah 8 bulan berlalu, sampailah pada musim haji.
Lembu Uwais telah mencapai 100 kilogram, begitu juga otot Uwais yang makin kuat.
Ia menjadi bertenaga untuk mengangkat barang.
Tahukah sekarang orang-orang, apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari?
Ternyata ia sedang latihan untuk menggendong ibunya.
Uwais menggendong Ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Makkah!
Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya itu.
Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.
Uwais berjalan tegap menggendong ibunya wukuf di Ka’bah.
Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah.
Di hadapan Ka’bah, ibu dan anak itu berdoa.
“Ya Allah, ampuni semua dosa ibu,” kata Uwais.
“Bagaimana dengan dosamu?” tanya sang Ibu keheranan.
Uwais menjawab,
“Dengan terampuninya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga.
Cukuplah ridha dari ibu yang akan membawaku ke surga.”
Itulah keinginan Uwais yang tulus dan penuh cinta.
Allah subhanahu wata’ala pun memberikan karunia untuknya.
Uwais seketika itu juga sembuh dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Tahukah kalian apa hikmah dari bulatan disisakan di tengkuknya Uwais tersebut?
Ituah tanda untuk Umar bin Khaththab dan Ali bin Abi Thalib,
dua sahabat Rasulullah untuk mengenali Uwais.
Beliau berdua sengaja mencari di sekitar Ka’bah karena Rasulullah berpesan,
“Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul.
Kalian berdua, pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman.”
“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu durhaka pada ibu dan menolak kewajiban,
dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah,
membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya,
demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan).”
(HR Bukhari dan Muslim)
Uwais Al Qarni pergi ke Madinah
Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais Al Qarni sampai juga di kota Madinah.
Segera ia mencari rumah Nabi Muhammad. Setelah ia menemukan rumah Nabi,
diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam,
keluarlah seseorang seraya membalas salamnya.
Segera saja Uwais Al Qarni menyakan Nabi yang ingin dijumpainya.
Namun ternyata Nabi tidak berada di rumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran.
Uwais Al Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah r.a., istri Nabi.
Betapa kecewanya hati Uwais.
Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi, tetapi Nabi tidak dapat dijumpainya.
Dalam hati Uwais Al Qarni bergejolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi dari medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terniang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua
dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman, “Engkau harus lepas pulang.”
Akhirnya, karena ketaatanya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan
kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi.
Karena hal itu tidak mungkin, Uwais Al Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah r.a.,
untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi.
Setelah itu, Uwais pun segera berangkat pulang mengayunkan lengkahnya dengan
perasaan amat sedih dan terharu.
Peperangan telah usai dan Nabi pulang menuju Madinah.
Sesampainya di rumah, Nabi menanyakan kepada Siti Aisyah r.a., tentang orang yang mencarinya.
Nabi mengatakan bahwa Uwais anak yang taat kepada orang ibunya, adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi, Siti Aisyah r.a. dan para sahabat tertegun.
Menurut keterangan Siti Aisyah r.a. memang benar ada yang mencari Nabi dan
segera pulang ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.
Nabi Muhammad melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al Qarni, penghuni langit itu,
kepada sahabatnya, “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia,
perhatikanlah ia mempunyai tanda putih di tengah telapak tangannya.”
Sesudah itu Nabi memandang kepada Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khaththab seraya berkata,
“Suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya,
dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”
Waktu terus berganti, dan Nabi kemudian wafat.
Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan pula oleh Umar bin Khaththab.
Suatu ketika Khalifah Umar teringat akan sabda Nabi tentang Uwais Al Qarni, penghuni langit.
Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib.
Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni,
si fakir yang tak punya apa-apa itu yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari? Mengapa Khalifah Umar dan sahabat Nabi, Ali bin Abi Thalib selalu menanyakan dia?
Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais Al Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang baru datang dari Yaman, segera Khalifah Umar dan
Ali bin Abi Thalib mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais ada bersama mereka,
dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota.
Mendengar jawaban itu, Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib segera pergi menjumpai Uwais Al Qarni.
Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib memberi salam.
Tapi rupanya Uwais sedang salat. Setelah mengakhiri salatnya dengan salam,
Uwais menjawab salam Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib sambil mendekati kedua sahabat Nabi tersebut dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
Sewaktu berjabatan, Khalifah dengan segera membalikan telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan Nabi. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al Qarni.
Wajah Uwais nampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi. Bahwa ia adalah penghuni langit. Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah”.
Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan,
“Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah.
Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al Qarni”.
Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia.
Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu.
Akhirnya Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib memohon agar Uwais membacakan doa
dan Istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah,
“Saya lah yang harus meminta do’a pada kalian”.
Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata,
“Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari Anda”.
Seperti dikatakan Rasulullah sebelum wafatnya.
Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al Qarni akhirnya mengangkat tangan,
berdoa dan membacakan istighfar.
Setelah itu Khalifah Umar berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal
kepada Uwais untuk jaminan hidupnya.
Segera saja Uwais menampik dengan berkata,
“Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang.
Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”
Ketika Uwais Al Qarni Wafat
Beberapa tahun kemudian, Uwais Al Qarni berpulang ke rahmatullah.
Anehnya, pada saat dia akan di mandikan,
tiba-tiba sudah banyak orang yang ingin berebutan ingin memandikannya.
Dan ketika di bawa ke tempat pembaringan untuk dikafani,
di sana pun sudah ada orang-orang yang sudah menunggu untuk mengafaninya.
Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya,
di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai.
Ketika usungan dibawa ke pekuburannya,
luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk menyusungnya.
Meninggalnya Uwais Al Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman.
Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya,
padahal Uwais Al Qarni adalah seorang yang fakir yang tidak dihiraukan orang.
Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur,
di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.
Penduduk kota Yaman tercengang.
Mereka saling bertanya-tanya, “Siapakah sebenarnya engkau Wahai Uwais Al Qarni?
Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa,
yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai pengembala domba dan unta?
Tapi, ketika hari wafatnya, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya
manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal, mereka datang dalam jumlah
sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi,
hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya.”
Berita meninggalnya Uwais Al Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya
telah tersebar kemana-mana.
Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al Qarni.
Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al Qarni disebabkan
permintaan Uwais Al Qarni sendiri kepada Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib agar
merahasiakan tentang dia.
Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah di sabdakan oleh Nabi,
bahwa Uwais Al Qarni adalah penghuni langit.
Begitulah Uwais Al Qarni, sosok yang sangat berbakti kepada orang tua,
dan itu sesuai dengan sabda Rasulullah ketika beliau ditanya tentang peranan kedua orang tua.
Beliau menjawab, “Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu.”
(HR Ibnu Majah).
Semoga bermanfaat​