InspirasI
Selasa, 27 Maret 2018
(AlHadid:20)
Sabtu, 24 Maret 2018
istri : Abang, aku mau kerja!”
suami : “Jangan, lah. Kamu di rumah saja. Istri itu di rumah tugasnya :)”
istri : “Itu, tetangga kita, dia kerja!”
suami :“Hehe …, dia itu guru, sayaang. Dia dibutuhkan banyak orang. Yang membutuhkan kamu tidak banyak. Hanya Abang dan anak kita. Di rumah saja, ya.”
istri : “Itu…, tetangga kita yang satunya, yang sekarang sudah pindah ke kampung sebelah, aku lihat dia kerja. Bukan guru. Tidak dibutuhkan banyak orang.”
suami :“Nanti, tunggu Abang meninggal dunia.”
Istri : “Apa-apaan sih?”
suami :“Dia itu janda, sayaaaang. Suaminya meninggal satu setengah bulan yang lalu. Makanya dia kerja.”
istri : “Tapi kebutuhan kita makin banyak, Bang”
suami : “Kan Abang masih kerja, Abang masih sehat, aku masih kuat. Akan Abang usahakan, InsyaAllah.”
istri : “Iya, aku tahu. Tapi penghasilan Abang untuk saat ini tidaklah cukup.”
suami : “Bukannya tidak cukup, tapi belum lebih. Mengapa Abang bilang begitu? Karena Allah pasti mencukupi. Lagi pula, kalau kamu kerja siapa yang jaga anak kita?”
istri : “Kan ada Ibu! Pasti beliau tidak akan keberatan. Malah dengan sangat senang hati.”
suami : “Istri Abang yang Abang cintai, dari perut sampai lahir, sampai sebelum Abang bisa mengerjakan pekerjaan Abang sendiri, segalanya menggunakan tenaga Ibu. Abang belum ada pemberian yang sebanding dengan itu semua. Sedikit pun belum terbalas jasanya. Dan Abang yakin itu tak akan bisa. Setelah itu semua, apakah sekarang Abang akan meminta Ibu untuk mengurus anak Abang juga?”
istri :“Bukan Ibumu, tapi Ibuku, Bang?”
suami : “Apa bedanya? Mereka berdua sama, Ibu kita. Mereka memang tidak akan keberatan. Tapi kita, kita ini akan jadi anak yang tegaan. Seolah-olah, kita ini tidak punya perasaan.”
istri : “Jadi, kita harus bagaimana?”
suami : “Istriku, takut tidak tercukupi akan rezeki adalah penghinaan kepada Allah. Jangan khawatir! Mintalah pada-Nya. Atau begini saja, Abang ada ide! Tapi Abang mau tanya dulu.”
istri :“Apa, Bang?”
suami : “Apa alasan paling mendasar, yang membuat kamu ingin bekerja?”
istri : “Ya untuk memperbaiki perekonomian kita, Bang. Aku ingin membantumu dalam penghasilan. Untuk kita, keluarga kita.”
suami : “Kalau memang begitu, kita buka usaha kecil saja di rumah. Misal sarapan pagi. Bubur ayam misalnya? Atau, bisnis online saja. Kamu yang jalani. Bagaimana? anak terurus, rumah terurus, Abang terlayani, uang masuk terus, InsyaAllah. Keren, kan?”
istri : “Suamiku sayang, aku tidak pandai berbisnis, tidak bisa jualan. Aku ini karyawati. Bakatku di sana. Aku harus keluar kalau ingin menambah penghasilan.”
suami : “Tidak harus keluar. Tenang, masih ada solusi!”
istri :“Apa?”
suami : “Bukankah ada yang lima waktu? Bukankah ada Tahajud? Bukankah ada Dhuha? Bukankah ada sedekah? Bukankah ada puasa? Bukankah ada amalan-amalan lainnya? Allah itu Maha Kaya. Minta saja pada-Nya.”
istri :“Iya, Bang, aku tahu. Tapi itu semua harus ada ikhtiar nyata.”
suami : “Kita ini partner, sayang. Abanglah pelaksana ikhtiarnya. Tugas kamu cukup itu. InsyaAllah jika menurut Allah baik, menurut-Nya kita pantas, kehidupan kita pasti akan berubah.”
istri : “Tapi, Bang?!”
suami : “Abang tanya lagi…, kamu ingin kita hidup kaya, apa berkah?”
istri :“Aku ingin kita hidup kaya dan berkah.”
suami : “Kalau begitu lakukan amalan-amalan tadi. InsyaAllah kaya dan berkah.”
istri : “Kalau tidak kaya?”
suami : “Kan masih berkah? Dan…, tahu apa yang terjadi padamu jika tetap istiqomah dengan itu?”
istri : “Apa, Bang?
suami : “Pilihlah pintu surga yang mana saja yang kamu suka. Dan kamu, menjadi sebenar-benarnya perhiasan dunia.”
***
Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang wanita (istri) itu telah melakukan shalat lima waktu, puasa bulan Ramadhan, menjaga harga dirinya dan mentaati perintah suaminya, maka ia diundang di akhirat supaya masuk surga berdasarkan pintunya mana yang ia suka (sesuai pilihannya),” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Thabrani).
“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholehah” [H.R. Muslim]
.
Proses tenggelamnya kapal ini terjadi pada tanggal 14-15 April 1912 di malam hari. Kapal tersebut tenggelam diakibatkan karena menabrak bongkahan es di samudera Atlantik Utara dalam sebuah perjalan dari Southampton Inggris menuju New York Amerika Serikat.
"Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabat, (yaitu) ketika datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, padahal pada hari-hari yang bukan Sabat ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami menguji mereka disebabkan mereka berlaku fasik. Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata, "Mengapa kamu menasihati kaum yang akan dibinasakan atau diazab Allah dengan azab yang sangat keras?" Mereka menjawab, "Agar kami mempunyai alasan (lepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan agar mereka bertakwa." Maka setelah mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang orang berbuat jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik." (QS. Al-A'raf: Ayat 163-165)
Kedua, kelompok yang diam.
Yang penting dirinya baik, masa bodoh dengan orang lain.
Ketiga, kelompok amar ma'ruf nahi mungkar.
Pertama, dia ingin nyaman sebagai penumpang: tempat duduknya bagus dan makannya terjamin.
"Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya."
(QS. Al-Anfal: Ayat 25)
"Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu; (karena) orang yang sesat itu tidak akan membahayakanmu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu semua akan kembali, kemudian Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."
(QS. Al-Ma'idah: Ayat 105)
Tapi kita juga patut bersyukur, dengan adanya itu kita tak perlu lagi SMS yang itu harganya lebih mahal.
Kemudian di dalam kapal itu ada istri dan anak-anak. Mungkin juga ada mertua dan pembantu di sana.
Tapi mudah-mudahan kita tidak termasuk di dalamnya.
Maka kemudian Allah Swt., berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
(QS. At-Tahrim: Ayat 6)
Kalau kita lihat banyak sekali di dalam Al-Quran perintah-perintah ketaatan kepada Allah Swt., dan Rasul-Nya.
Allah Swt., berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari-Nya, padahal kamu mendengar (perintah-perintah-Nya)."
(QS. Al-Anfal: Ayat 20)
Yang ada di bagian atas laksanakan tugas di bagian itu dengan sebaik-baiknya. Salah satunya adalah dengan memperhatikan yang di bagian bawah. Supaya yang di bagian bawah tidak melakukan tindakan-tindakan ceroboh yang akan merugikan mereka semuanya.
"Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh," (QS. Al-Ahzab: Ayat 72)
"Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin." (QS. Az-Zariyat: Ayat 55)
Hal ini memang bukan persoalan mudah. Kalau dikaitkan dengan hadis di atas, maka kelompok amar ma'ruf nahi mungkar ini ada di bagian yang terakhir.
Ini ibarat bangunannya.
Jumat, 23 Maret 2018
Jiwa ragnya digunakan untuk mengajarkan rasa kasih sayang yang ditimbulkan dari dalam hatinya.
Kamis, 22 Maret 2018
ALLAH memiliki segala keagungan, kemuliaan, kekuatan dan keperkasaan, betapa pun kulukiskan ke agungan- Mu
Dengan deretan huruf kekudusan-Mu.
Tetap meliputi semua arwah engkau tetap yg maha agung
Sebab semua makna akan kabur, mencair di tengah keagungan-Mu,
Wahai Rabb ku ya allah gantikan lah kepedihan ini dengan kesenangan, jadikan lah kesedihan awal kebahagiaan,
Dan sirnakan lah rasa takut ini menjadi rasa tentram,
Ya allah dinginkan panasnya qalbu dengan salju keyakinan, dan padam kan bara jiwa dengan air keimanan
Wahai Rabb, anugrahkan pada mata yg tak dapat terpejam ini rasa kantuk dari mu yg menentramkan,
Tuangkan dalam jiwa yg bergolak ini kedamaian, dan ganjarlah dengan kemenangan yg nyata,
Wahai Rabb, tunjuk kan lah, pandangan yg kebingungan ini
Kearah jalan mu yg lurus dan tuntunlah orang orang yg menyimpang dari jalan mu merapat ke hidayah mu.
Ya allah sirnakan lah keraguan terhadap fajar, yg pasti datang dan memancarkan terang, dan hancurkan lah perasaan yg jahat dengan secercah sinar kebenenaranmu.
Ya allah sirnakan lah dari kami rasa sedih dan duka,
Dan usirlah kegundahan dari jiwa kami semua.
Kami berlindung kepada mu dari setiap rasa takut yg mendera, hanya kepada mu kami bersandar dan bertawakal, hanya kepada mu kami memohon
Dan hanya dari mu lah semua pertolongan.
Cukup engkau sebagai pelindung kami, karna Engkaulah
Sebaik baik pelindung dan penolong.
Selasa, 20 Maret 2018
TERKENAL DI LANGIT TAPI
antara lain Abu Hurairah, Umar, Ali dan lainnya. Beliau bersabda:
Dia mempunyai seorang ibu dan mempunyai belang putih ditubuhnya.
Lalu dia berdoa hingga Allah menghilangkan belang itu kecuali hanya tersisa sebentuk dirham.”
(HR. Muslim dalam shahihnya No. 2542, Imam Ahmad dalam Musnadnya, I/38)
Karena penyakit itu tubuhnya menjadi belang-belang.
Walaupun cacat tapi ia adalah pemuda yang saleh dan sangat berbakti kepada ibunya,
seorang perempuan wanita tua yang lumpuh.
Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan ibunya.
Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan.
Ikhtiarkan agar ibu dapat mengerjakan haji,” pinta sang ibu.
Mendengar ucapan sang ibu, Uwais termenung.
Perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh, melewati padang tandus yang panas.
Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan.
Lantas bagaimana hal itu dilakukan Uwais yang sangat miskin dan tidak memiliki kendaraan?
Kemudian, dibelilah seekor anak lembu, kira-kira untuk apa anak lembu itu?
Tidak mungkin pergi haji naik lembu. Uwais membuatkan kandang di puncak bukit.
Setiap pagi ia bolak-balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit.
“Uwais gila... Uwais gila..” kata orang-orang yang melihat tingkah laku Uwais.
Ya, banyak orang yang menganggap aneh apa yang dilakukannya tersebut.
Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik-turun bukit.
Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar pula tenaga yang diperlukan Uwais.
Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi.
Setelah 8 bulan berlalu, sampailah pada musim haji.
Lembu Uwais telah mencapai 100 kilogram, begitu juga otot Uwais yang makin kuat.
Ia menjadi bertenaga untuk mengangkat barang.
Tahukah sekarang orang-orang, apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari?
Ternyata ia sedang latihan untuk menggendong ibunya.
Uwais menggendong Ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Makkah!
Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya itu.
Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.
Uwais berjalan tegap menggendong ibunya wukuf di Ka’bah.
Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah.
Di hadapan Ka’bah, ibu dan anak itu berdoa.
“Ya Allah, ampuni semua dosa ibu,” kata Uwais.
“Bagaimana dengan dosamu?” tanya sang Ibu keheranan.
Uwais menjawab,
“Dengan terampuninya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga.
Cukuplah ridha dari ibu yang akan membawaku ke surga.”
Itulah keinginan Uwais yang tulus dan penuh cinta.
Allah subhanahu wata’ala pun memberikan karunia untuknya.
Uwais seketika itu juga sembuh dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Tahukah kalian apa hikmah dari bulatan disisakan di tengkuknya Uwais tersebut?
Ituah tanda untuk Umar bin Khaththab dan Ali bin Abi Thalib,
dua sahabat Rasulullah untuk mengenali Uwais.
Beliau berdua sengaja mencari di sekitar Ka’bah karena Rasulullah berpesan,
“Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul.
Kalian berdua, pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman.”
“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu durhaka pada ibu dan menolak kewajiban,
dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah,
membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya,
demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan).”
(HR Bukhari dan Muslim)
Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais Al Qarni sampai juga di kota Madinah.
Segera ia mencari rumah Nabi Muhammad. Setelah ia menemukan rumah Nabi,
diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam,
keluarlah seseorang seraya membalas salamnya.
Segera saja Uwais Al Qarni menyakan Nabi yang ingin dijumpainya.
Namun ternyata Nabi tidak berada di rumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran.
Uwais Al Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah r.a., istri Nabi.
Betapa kecewanya hati Uwais.
Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi, tetapi Nabi tidak dapat dijumpainya.
Dalam hati Uwais Al Qarni bergejolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi dari medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terniang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua
dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman, “Engkau harus lepas pulang.”
Akhirnya, karena ketaatanya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan
kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi.
Karena hal itu tidak mungkin, Uwais Al Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah r.a.,
untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi.
perasaan amat sedih dan terharu.
Peperangan telah usai dan Nabi pulang menuju Madinah.
Sesampainya di rumah, Nabi menanyakan kepada Siti Aisyah r.a., tentang orang yang mencarinya.
Nabi mengatakan bahwa Uwais anak yang taat kepada orang ibunya, adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi, Siti Aisyah r.a. dan para sahabat tertegun.
Menurut keterangan Siti Aisyah r.a. memang benar ada yang mencari Nabi dan
segera pulang ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.
kepada sahabatnya, “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia,
perhatikanlah ia mempunyai tanda putih di tengah telapak tangannya.”
Sesudah itu Nabi memandang kepada Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khaththab seraya berkata,
“Suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya,
dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”
Waktu terus berganti, dan Nabi kemudian wafat.
Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan pula oleh Umar bin Khaththab.
Suatu ketika Khalifah Umar teringat akan sabda Nabi tentang Uwais Al Qarni, penghuni langit.
Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib.
Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni,
si fakir yang tak punya apa-apa itu yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari? Mengapa Khalifah Umar dan sahabat Nabi, Ali bin Abi Thalib selalu menanyakan dia?
Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais Al Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang baru datang dari Yaman, segera Khalifah Umar dan
Ali bin Abi Thalib mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais ada bersama mereka,
dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota.
Mendengar jawaban itu, Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib segera pergi menjumpai Uwais Al Qarni.
Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib memberi salam.
Tapi rupanya Uwais sedang salat. Setelah mengakhiri salatnya dengan salam,
Uwais menjawab salam Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib sambil mendekati kedua sahabat Nabi tersebut dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
Sewaktu berjabatan, Khalifah dengan segera membalikan telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan Nabi. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al Qarni.
Wajah Uwais nampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi. Bahwa ia adalah penghuni langit. Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah”.
Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan,
“Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah.
Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al Qarni”.
Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu.
Akhirnya Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib memohon agar Uwais membacakan doa
dan Istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah,
“Saya lah yang harus meminta do’a pada kalian”.
Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata,
“Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari Anda”.
Seperti dikatakan Rasulullah sebelum wafatnya.
Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al Qarni akhirnya mengangkat tangan,
berdoa dan membacakan istighfar.
Setelah itu Khalifah Umar berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal
kepada Uwais untuk jaminan hidupnya.
Segera saja Uwais menampik dengan berkata,
Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”
Beberapa tahun kemudian, Uwais Al Qarni berpulang ke rahmatullah.
Anehnya, pada saat dia akan di mandikan,
tiba-tiba sudah banyak orang yang ingin berebutan ingin memandikannya.
Dan ketika di bawa ke tempat pembaringan untuk dikafani,
di sana pun sudah ada orang-orang yang sudah menunggu untuk mengafaninya.
Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya,
di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai.
Ketika usungan dibawa ke pekuburannya,
luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk menyusungnya.
Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya,
padahal Uwais Al Qarni adalah seorang yang fakir yang tidak dihiraukan orang.
Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur,
di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.
Penduduk kota Yaman tercengang.
Mereka saling bertanya-tanya, “Siapakah sebenarnya engkau Wahai Uwais Al Qarni?
Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa,
yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai pengembala domba dan unta?
Tapi, ketika hari wafatnya, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya
manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal, mereka datang dalam jumlah
sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi,
hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya.”
telah tersebar kemana-mana.
Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al Qarni.
Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al Qarni disebabkan
permintaan Uwais Al Qarni sendiri kepada Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib agar
merahasiakan tentang dia.
Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah di sabdakan oleh Nabi,
bahwa Uwais Al Qarni adalah penghuni langit.
Begitulah Uwais Al Qarni, sosok yang sangat berbakti kepada orang tua,
dan itu sesuai dengan sabda Rasulullah ketika beliau ditanya tentang peranan kedua orang tua.
Beliau menjawab, “Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu.”
(HR Ibnu Majah).