Agar Kapal Itu Tidak Tenggelam
Oleh: Nur Hasan
Kalau kita masih ingat, ada
tiga kali peristiwa tenggelamnya kapal di dunia ini yang cukup menyita
perhatian. Di antaranya adalah:
1. Tenggelamnya kapal
Titanic.
Proses tenggelamnya kapal ini terjadi pada tanggal 14-15 April 1912 di malam hari. Kapal tersebut tenggelam diakibatkan karena menabrak bongkahan es di samudera Atlantik Utara dalam sebuah perjalan dari Southampton Inggris menuju New York Amerika Serikat.
Proses tenggelamnya kapal ini terjadi pada tanggal 14-15 April 1912 di malam hari. Kapal tersebut tenggelam diakibatkan karena menabrak bongkahan es di samudera Atlantik Utara dalam sebuah perjalan dari Southampton Inggris menuju New York Amerika Serikat.
Titanic adalah kapal pesiar
yang sangat mewah membawa penumpang sebanyak 2.224 orang. Kemudian yang
meninggal pada waktu adalah 1.500-an orang. Karenanya untuk mengenang
dahsyatnya peristiwa tersebut sehingga sampai difilmkan dan sangat laris.
2. Tenggelamnya kapal Van Der Wijck.
Kapal ini tenggelam pada
tanggal 21 Oktober 1936, perjalanan dari Tanjung Perak Surabaya menuju Tanjung
Priok Jakarta.
Kapal tersebut tenggelam pas
di sebelah Timur Laut Semarang. Sehingga setelah kejadian itu dibangunlah
sebuah monumen atau tugu kecil di Desa Brondong Kecamatan Brondong Kabupaten
Lamongan untuk mengenang tenggelamnya kapal ini.
Tenggelamnya kapal ini juga
diabadikan oleh Prof. Dr. Hamka dalam sebuah novel atau roman sejarah yang
judulnya adalah "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck." Novel ini
dikarang tak lama setelah kapal tersebut tenggelam, yaitu terbit di bulan
Desember tahun 1936.
3. Tenggelamnya kapal Tampomas 2.
Kapal ini milik Pelni yang
melakukan perjalanan dari Tanjung Priok Jakarta menuju Ujung Pandang (kini
Makassar). Tenggelamnya kapal tersebut terjadi pada tanggal 25 Januari 1981.
Dan sangat luar biasanya di
sini, sang nahkoda bernama Kapten Rivai meloncat terakhir dari kapal setelah
para penumpang yang lain. Artinya, dia bertanggungjawab penuh sebagai nahkoda
kapal.
Kemudian yang menarik di sini, ketiga kapal di atas tenggelamnya pada
waktu malam. Kalau kapal Titanic tenggelam ketika para penumpangnya sedang
berpesta pora. Nahkodanya lengah sehingga tidak tahu kalau ternyata di depan
ada gunung es yang mau ditabrak.
Sama dengan kapal Tampomas 2 juga begitu, kalau kita search di internet
itu juga malam tenggelamnya. Persis setelah para penumpangnya sedang menikmati
berbagai macam hiburan di malam hari.
Nah, ternyata di dalam hadis
Rasulullah saw., mengumpamakan penegakan dan pelaksanaan syariat Allah Swt.,
itu seperti orang naik kapal.
Dari Nu'man bin Basyir ra., berkata, bahwa Rasulullah saw., bersabda,
"Perumpamaan orang yang melaksanakan perintah Allah dengan orang yang
melanggarnya adalah seperti satu kaum yang berbagi tempat di sebuah kapal.
Sebagian orang mendapat tempat di bagian atas, sedangkan sebagian yang lain
mendapat tempat di lambung kapal. Orang-orang yang berada di lambung kapal,
jika ingin mengambil air, mereka harus melewati orang-orang yang berada di
atas. Mereka berkata, 'Sebaiknya kita lubangi saja lambung kapal ini (untuk
mengambil air) agar tidak mengganggu orang-orang yang berada di atas.' Jika
keinginan mereka itu tidak dicegah, mereka semua akan binasa. Sebaliknya jika
dicegah mereka semua akan selamat." (HR. Bukhari, Tirmidzi, dan Ahmad)
Jadi zaman dulu orang mau naik kapal itu diundi terlebih dahulu, siapa
yang akan menempati atas dan siapa saja yang di bawah. Kalau sekarang beda,
karena pakai kartu atau tiket yang di situ sudah ada nomor dan kelas-kelasnya.
Dan undian di kapal inilah
yang juga pernah dialami oleh Nabi Yunus as. Beliau mendapat undian ketika
kapal tersebut terjadi kegoncangan. Akhirnya disepakati harus ada yang
diturunkan dari kapal itu untuk diceburkan ke laut. Ketika undian tersebut
dilakukan, tiga kali diundi undian itu terkena Nabi Yunus. Akhirnya kemudian
Nabi Yunus diturunkan dari kapal dan dibuang ke laut.
Sehingga dulu pas naik kapal sudah biasa ketika undian itu dilakukan,
ada yang mendapat tempat di atas dan ada juga yang di bawah.
Persoalannya kemudian adalah
orang-orang yang menempati bagian bawah, ketika ingin mengambil air maka dia
harus melewati orang-orang yang berada di bagian atas.
Karena memang air itu berada di posisi atas, sehingga orang-orang yang menempati
posisi bawah, ketika mereka ingin mengambil air maka harus melewati orang-orang
yang berada di bagian atas.
Maka orang-orang yang berada
di bagian bawah ini berpendapat, "Kalaulah kita melubangi kapal pada
bagian bawah, maka kita akan mendapatkan air dan kita tidak perlu merepotkan
orang-orang yang ada di atas."
Jadi inti hadis di atas ada di sini, yaitu kelompok orang-orang yang ada
di bawah ketika mereka ingin mengambil air itu harus ke atas dan kemudian harus
merepotkan orang-orang yang ada di bagian atas.
Maka kemudian beberapa di antara mereka berpendapat, "Ah daripada
kita merepotkan orang-orang yang ada di bagian atas, kalau begitu kita lubangi
saja kapal ini dan kemudian kita mendapatkan air sehingga kita tidak perlu
merepotkan orang-orang yang ada di bagian atas."
Jadi ketika orang-orang ini
membiarkan orang yang mencoba melubangi kapal tersebut, maka nanti yang akan
tenggelam itu bukan orang yang melubangi kapal saja, tapi orang-orang yang ada
di atas itu juga akan ikut tenggelam.
Makanya di dalam hadis tadi
dijelaskan, jika mereka membiarkan orang-orang itu melakukan apa yang mereka
inginkan maka semua penumpang yang ada di kapal tersebut akan ikut tenggelam
dan celaka semuanya.
Nah, di bagian akhir hadis tadi Rasulullah mengatakan, "Jika keinginan
mereka itu tidak dicegah, mereka semua akan binasa. Sebaliknya jika dicegah
mereka semua akan selamat."
***
Di atas tadi saya menjelaskan 3 peristiwa tenggelamnya kapal yang cukup
melegenda di dalam sejarah. Dan tenggelamnya kapal-kapal itu semua terjadinya
pada waktu malam.
Kita mungkin tidak tahu
secara persis apakah hal itu sebuah kebetulan atau seperti apa, karena memang
kita semua tidak tahu jalan cerita yang sebenarnya.
Tapi yang jelas kapal-kapal
tersebut tenggelamnya di saat para penumpangnya sedang lengah: sedang menikmati
hiburan, berpesta, minum-minuman keras, dan lain sebagainya. Mungkin
gambarannya seperti di film Titanic, yang mungkin kita semua sudah pernah menontonnya.
Karenanya, mengapa kita harus selalu konsisten dan komitmen untuk ngaji.
Ini babnya, bahwa penegakan syariat Allah adalah untuk kepentingan serta
keselamatan manusia itu sendiri, dan bukannya untuk kepentingan Allah Swt.
Jadi kalau ada orang berbuat
maksiat di sebuah tempat, maka kemaksiatan itu bukan saja merusak dirinya
sebagai pelakunya, tapi juga perlahan-lahan akan menghancurkan orang-orang yang
ada di sekitarnya.
Sehingga mengapa pengajian
dan majelis taklim harus ada di berbagai tempat, tidak lain hal tersebut adalah
dalam rangka untuk menghalau jangan sampai perbuatan maksiat itu menggurita di
tengah-tengah masyarakat.
Mengapa? Karena ketika maksiat itu sudah menggurita di tengah-tengah
masyarakat, maka bukan saja akan menghancurkan pelaku kemaksiatan itu, tapi
juga akan menghancurkan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Itu sebabnya amar ma'ruf
nahi mungkar menjadi sangat penting di sini. Apalagi kalau kemaksiatan itu
malah dibuat aturannya. Jadi ada aturan untuk melakukan kemaksiatan. Ini lebih
berbahaya lagi. Na'udzu billahi mindzalik.
Karena itu untuk lebih mempertegas hadis di atas, Allah Swt., berfirman:
"Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabat, (yaitu) ketika datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, padahal pada hari-hari yang bukan Sabat ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami menguji mereka disebabkan mereka berlaku fasik. Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata, "Mengapa kamu menasihati kaum yang akan dibinasakan atau diazab Allah dengan azab yang sangat keras?" Mereka menjawab, "Agar kami mempunyai alasan (lepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan agar mereka bertakwa." Maka setelah mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang orang berbuat jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik." (QS. Al-A'raf: Ayat 163-165)
"Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabat, (yaitu) ketika datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, padahal pada hari-hari yang bukan Sabat ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami menguji mereka disebabkan mereka berlaku fasik. Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata, "Mengapa kamu menasihati kaum yang akan dibinasakan atau diazab Allah dengan azab yang sangat keras?" Mereka menjawab, "Agar kami mempunyai alasan (lepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan agar mereka bertakwa." Maka setelah mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang orang berbuat jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik." (QS. Al-A'raf: Ayat 163-165)
Dalam surat ini Allah Swt., menceritakan sebuah kisah tentang kaum Bani
Israil. Mereka meminta kepada Allah lewat Nabi Musa as., agar dibuatkan hari
khusus, yang hari itu kita tidak akan melaut untuk mencari ikan dan kita akan
konsentrasi hanya beribadah kepada-Nya.
Karena alasan mereka tak mau beribadah kepada Allah adalah sibuk mencari
ikan. Akhirnya Allah Swt., memberikan wahyu kepada Nabi Musa as., untuk
menyampaikan kepada mereka, yang Allah menentukan satu hari bahwa mereka
berjanji di hari itu hanya beribadah kepada Allah dan tidak mencari ikan. Hari
tersebut adalah hari sabtu.
Tapi itulah dasarnya Bani Israil. Allah kemudian menguji mereka, di
hari-hari selain hari sabtu ikan itu tidak ada yang kelihatan. Tapi ketika di
hari sabtu ikan itu banyak yang kelihatan.
Saat itu kemudian masyarakat terbagi menjadi tiga kelompok. Antara lain
adalah:
Pertama, kelompok pelaku kemaksiatan dan dosa.
Yaitu kelompok yang sukanya berbuat maksiat
dan dosa kepada Allah Swt.
Kedua, kelompok yang diam.
Yang penting dirinya baik, masa bodoh dengan orang lain.
Ketiga, kelompok amar ma'ruf nahi mungkar.
Kedua, kelompok yang diam.
Yang penting dirinya baik, masa bodoh dengan orang lain.
Ketiga, kelompok amar ma'ruf nahi mungkar.
Itu kemudian diceritakan
Allah Swt., di ayat yang ke-164 dalam surat Al-'Araf. Kelompok diam itu
mengatakan kepada kelompok amar ma'ruf nahi mungkar, "Kenapa kamu
capek-capek mengurusi dan menasihati mereka. Nanti Allah Swt., yang akan
menghancurkan atau menyiksa mereka dengan siksa yang pedih. Biarkan sekehendak
mereka saja. Kita nggak ikut-ikut, yang penting kita berbuat baik: ngaji,
shalat, dan puasa sudah cukup."
Tapi lihat jawaban kelompok orang yang melaksanakan amar ma'ruf nahi
mungkar, yang tak ingin ada kemaksiatan di tengah-tengah masyarakat, "Ini
pertanggungjawaban kami kepada Allah. 'Ya Allah kami telah melarang dan
berusaha menghentikan kemaksiatan yang dilakukan oleh mereka. Dan barangkali
ada di antara mereka yang mau kembali kepada jalan yang benar."
Sehingga mengapa
kelompok-kelompok kebaikan itu harus diperbanyak, dan kemudian pada saat
yang sama mereka-mereka yang tak suka kepada Islam itu sangat gerah dengan
kelompok-kelompok yang suka beramar ma'ruf nahi mungkar ini.
Karena memang kelompok amar ma'ruf nahi mungkar ini, adalah orang-orang
yang ingin menghentikan berbagai macam dosa dan kemaksiatan yang menggurita di
tengah-tengah masyarakat.
Makanya kelompok orang-orang yang menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar
ini mengatakan, "Ini adalah pertanggungjawaban kami di hadapan Allah Swt.
Dan barangkali ada di antara mereka yang mau kembali ke jalan yang benar,
yaitu bertakwa."
Mari kita lihat di ayat yang
ke-165 nya, siapa nanti di akhirat yang diselamatkan oleh Allah Swt, "Maka
ketika mereka semuanya lupa terhadap apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami
hanya menyelamatkan orang-orang yang mencegah dari kejahatan."
Jadi yang diselamatkan oleh Allah Swt., itu adalah kelompok yang mau
berdakwah dan beramar ma'ruf nahi mungkar.
Ketika orang naik kapal apa sih yang diinginkan? Minimal mereka
menginginkan tiga hal:
Pertama, dia ingin nyaman sebagai penumpang: tempat duduknya bagus dan makannya terjamin.
Pertama, dia ingin nyaman sebagai penumpang: tempat duduknya bagus dan makannya terjamin.
Kedua, dia ingin hak-haknya sebagai penumpang
kapal dipenuhi sebagaimana tiket yang dibeli di kelas apa.
Ketiga, bisa sampai ke tempat tujuan dengan
selamat.
Nah ketika ketiganya ini
ingin didapatkan, biasanya muncul orang-orang yang mau membuat onar dan
kegaduhan di kapal itu. Yang kemudian mengganggu orang lain. Dan itulah yang
kita jumpai dalam kehidupan ini.
Pada dasarnya pelaku kemaksiatan dan dosa itu adalah perilaku
orang-orang yang ingin mengganggu orang lain, dengan kemaksiatan dan dosa yang
dilakukannya itu.
Sehingga kemudian muncul kelompok amar ma'ruf nahi mungkar yang ingin
segera sampai ke tempat tujuan, "Sudah, kamu jangan membuat kegaduhan di
dalam kapal ini. Sana, ke tempatmu masing-masing." Jadi ada upaya untuk
mencegah.
Tapi ada juga yang begini,
"Udah lah, biarkan saja. Yang penting kita tidak terganggu."
Kemudian di akhir hadis tadi Rasulullah saw., bersabda, "Ketika
mereka membiarkan orang-orang yang melubangi kapal ini maka semua akan hancur
dan kapal itu akan tenggelam. Tapi ketika ada yang bisa menghentikan mereka
untuk tidak melubangi kapal itu, maka mereka akan selamat dan selamatlah
seluruh penumpang yang ada di kapal itu."
Karenanya gara-gara pelaku
kemaksiatan bisa menyebabkan siksaan dari Allah datang. Tidak hanya para
pelakunya saja, namun orang-orang yang tidak ikut melakukan kezaliman juga akan
ikut merasakan.
Allah Swt., berfirman:
"Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya."
(QS. Al-Anfal: Ayat 25)
"Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya."
(QS. Al-Anfal: Ayat 25)
Kita bisa menyaksikan sekarang ini, berbagai macam bencana terjadi di
negeri kita dan negeri-negeri lain. Tapi orang-orang beriman, mereka
tidak hanya an sich memandang itu bencana semata. "Sudah biasalah ada
banjir, gempa, gunung meletus, dan sebagainya."
Tidak! Kalau orang beriman
melihatnya tidak seperti itu. Tapi orang beriman selalu melihat bahwa
bencana-bencana itu salah satunya adalah karena peringatan Allah Swt., atas
perilaku kemaksiatan dan dosa yang dilakukan oleh manusia. Sehingga selalu ada
feed back evaluasi dari manusia itu sendiri kenapa bencana-bencana itu kemudian
terjadi.
Maka kemudian dalam Al-Quran
Allah Swt., banyak memberikan sebuah perintah, yang perintah-perintah tersebut
dikaitkan dengan persoalan bencana. Di antaranya adalah:
Pertama, perintah untuk menjaga diri.
Allah Swt., berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu; (karena) orang yang sesat itu tidak akan membahayakanmu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu semua akan kembali, kemudian Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."
(QS. Al-Ma'idah: Ayat 105)
"Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu; (karena) orang yang sesat itu tidak akan membahayakanmu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu semua akan kembali, kemudian Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."
(QS. Al-Ma'idah: Ayat 105)
Ketika di tengah-tengah masyarakat itu masih ada sebuah komunitas orang
yang berbuat baik, maka Allah Swt., akan menjaga mereka.
Yang patut kita syukuri
sekarang adalah keinginan orang untuk berbuat baik itu semakin hari semakin
banyak. Dengan begitu, maka kemungkinan terwujudnya sebuah komunitas yang
dijaga oleh Allah Swt., akan terus ada dan terus berlangsung.
Mengapa? Karena seringkali iklan-iklan kebaikan kalah menarik dibanding
dengan iklan-iklan berbuat maksiat.
Inilah realitas yang ada di
masyarakat kita. Ketika di suatu tempat ada baliho besar berada di perempatan
jalan berisi iklan konser misalnya, maka untuk pengajian mungkin hanya sebatas
nge-share di grup-grup WA. Dari sisi itu saja kadang-kadang itu lebih menarik
yang iklan konser.
Tapi kita juga patut bersyukur, dengan adanya itu kita tak perlu lagi SMS yang itu harganya lebih mahal.
Tapi kita juga patut bersyukur, dengan adanya itu kita tak perlu lagi SMS yang itu harganya lebih mahal.
Sering juga orang berbuat dosa berbiaya tinggi, tapi masih dilakukan.
Orang berbuat baik itu biayanya murah, namun berat dikerjakan. Nonton konser
artis, untuk masuk harus beli tiket dahulu. Kalau hadir di masjid untuk shalat
atau mendengarkan pengajian, tidak pakai bayar dan kadang juga dapat makan.
Tapi tidak jarang orang
lebih bangga ketika bisa menghadiri konser tadi daripada menghadiri pengajian.
Bahkan ketika ada waktu yang bersamaan pilihannya kadang-kadang memilih yang
tak banyak manfaatnya tapi mau bayar, daripada yang banyak manfaatnya meskipun
gratis.
Itu sebabnya agama-agama di
Eropa sekarang banyak yang tidak laku. Karena mereka lebih suka membeli tiket
untuk nonton bola daripada mengikuti kebaktian-kebaktian di gereja.
Termasuk banyak gereja-gereja yang beralih fungsi menjadi masjid.
Sehingga pendeta di sana banyak yang mengeluh, karena generasi milennial mereka
suka nonton bola daripada hadir di acara kebaktian-kebaktian.
Termasuk kita juga bisa menilai, generasi milennial di sekitar
lingkungan kita itu lebih suka hadir ke mana? Lebih suka hadir ke tempat-tempat
kebaikan atau hadir ke tempat yang tak ada gunanya. Mari itu semua kita jadikan
evaluasi diri kita.
Kedua, perintah untuk menjaga diri dan keluarga.
Hadis di atas bisa dibawa ke dalam lembaga terkecil kehidupan kita,
yaitu keluarga. Jadi dalam keluarga itu persis seperti orang naik kapal. Di
situ ada nahkoda yang bernama suami.
Kemudian di dalam kapal itu ada istri dan anak-anak. Mungkin juga ada mertua dan pembantu di sana.
Kemudian di dalam kapal itu ada istri dan anak-anak. Mungkin juga ada mertua dan pembantu di sana.
Bayangkan saja kalau di rumah itu ada satu orang saja dari anak kita
yang mencoba melubangi kapal sehingga kapal itu bocor, maka tentu semua anggota
keluarga juga akan ikut tenggelam.
Nah, itu bisa kita analogikan begitu. Jangankan semua anak kita yang
nakal, satu saja yang nakal itu sudah cukup untuk menenggelamkan eksistensi
rumah tangga itu.
Tapi mudah-mudahan kita tidak termasuk di dalamnya.
Maka kemudian Allah Swt., berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
(QS. At-Tahrim: Ayat 6)
Tapi mudah-mudahan kita tidak termasuk di dalamnya.
Maka kemudian Allah Swt., berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
(QS. At-Tahrim: Ayat 6)
Ketika kita membaca ayat ini jangan berhenti di "Wahai orang-orang
yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka."
Karena kalau kita lihat di
dalam Al-Quran pas di "Api neraka" itu tidak berhenti. Karena tidak
ada tanda waqaf di situ. Tapi langsung dilanjutkan "Yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras,
yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan" itu terangkai semuanya.
Jadi di situ Allah menggambarkan neraka dengan detail. Semua orang tahu
neraka itu panas. Umpama ayat tadi sampai di "api neraka" mungkin
bayangan kita sudah cukup bagaimana gambaran neraka.
Tapi Allah masih melanjutkan
dengan merinci neraka itu seperti apa? Yaitu bahan bakarnya terdiri dari
manusia dan batu, dan seterusnya.
Jadi keluarga di dalam ayat
ini dikaitkan dengan neraka manakala orang itu gagal mengelola keluarganya
dengan baik.
Kalau kita kaitkan dengan
hadis di atas, jangankan seluruh anggota keluarga, satu saja ada anggota
keluarga itu yang durhaka sudah cukup untuk menenggelamkan rumah itu.
Sehingga betapa banyak
eksistensi orang tua hilang ketika ada satu saja di antara sekian anaknya yang
melakukan tindakan-tindakan tidak terpuji di rumah.
Ketiga, perintah menjaga
komunitas masyarakat.
Kalau kita lihat banyak sekali di dalam Al-Quran perintah-perintah ketaatan kepada Allah Swt., dan Rasul-Nya.
Kalau kita lihat banyak sekali di dalam Al-Quran perintah-perintah ketaatan kepada Allah Swt., dan Rasul-Nya.
Dan secara keseluruhannya
itu adalah bentuk penjagaan masyarakat agar mereka mendapatkan kebaikan
dari-Nya.
Allah Swt., berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari-Nya, padahal kamu mendengar (perintah-perintah-Nya)."
(QS. Al-Anfal: Ayat 20)
Allah Swt., berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari-Nya, padahal kamu mendengar (perintah-perintah-Nya)."
(QS. Al-Anfal: Ayat 20)
Dan untuk bisa menjaga
komunitas manusia secara baik, di dalam Al-Quran Allah menceritakan tentang
visi manusia.
Manusia diciptakan oleh
Allah untuk apa? Tidak lain adalah untuk menjalankan amanah. Ketika orang itu
menjalankan amanah, maka di pos mana dia berada saat itu dia harus komitmen
untuk bisa melaksanakan dengan sebaik-baiknya posnya itu.
Jadi apa dia, maka dia harus
berusaha dengan sekuat tenaga untuk bisa melaksanakan apa yang menjadi tugas dia
di pos itu.
Kalau di bagian bawah ya
laksanakan tugas di bagian bawah itu apa. Jangan sampai melubangi kapal.
Yang ada di bagian atas laksanakan tugas di bagian itu dengan sebaik-baiknya. Salah satunya adalah dengan memperhatikan yang di bagian bawah. Supaya yang di bagian bawah tidak melakukan tindakan-tindakan ceroboh yang akan merugikan mereka semuanya.
Yang ada di bagian atas laksanakan tugas di bagian itu dengan sebaik-baiknya. Salah satunya adalah dengan memperhatikan yang di bagian bawah. Supaya yang di bagian bawah tidak melakukan tindakan-tindakan ceroboh yang akan merugikan mereka semuanya.
Maka Allah Swt., berfirman
terkait dengan amanat ini:
"Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh," (QS. Al-Ahzab: Ayat 72)
"Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh," (QS. Al-Ahzab: Ayat 72)
Jadi pada akhirnya nanti
akan sangat banyak orang-orang yang kemudian mengkhianati amanat itu. Dan
ketika terjadi pengkhianatan terhadap amanah, maka ada dua pilihan predikat
yang akan melekat pada diri manusia. Yaitu, kalau tidak berbuat zalim ya
berbuat bodoh.
Maka kemudian Allah
mengingatkan di ayat yang lain untuk jangan berkhianat terhadap amanah.
"Wahai orang-orang yang
beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu
mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui."
(QS. Al-Anfal: Ayat 27)
Termasuk kalau kita
istiqamah dalam ngaji dan beribadah adalah salah satu cara kita untuk bisa
melaksanakan amanah di muka bumi. Karena kita insya Allah akan mendapatkan
keterangan dan peringatan, yang peringatan-peringatan itu hanya akan berguna
bagi orang-orang yang beriman.
Sehingga kalau ada orang yang mengaku beriman kemudian peringatan itu
tidak berguna bagi dirinya, sesungguhnya dia telah menanggalkan dan melepaskan
pakaian keimannya.
Allah Swt., berfirman:
"Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin." (QS. Az-Zariyat: Ayat 55)
"Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin." (QS. Az-Zariyat: Ayat 55)
Keempat, perintah amar ma'ruf nahi mungkar.
Hal ini memang bukan persoalan mudah. Kalau dikaitkan dengan hadis di atas, maka kelompok amar ma'ruf nahi mungkar ini ada di bagian yang terakhir.
Hal ini memang bukan persoalan mudah. Kalau dikaitkan dengan hadis di atas, maka kelompok amar ma'ruf nahi mungkar ini ada di bagian yang terakhir.
Saya ingin membuat gambaran rumah Islam itu seperti apa? Pondasinya
adalah akidah. Dan namanya pondasi di mana-mana tidak akan kelihatan karena dia
terletak di dalam tanah.
Kemudian ada jendela, pintu, dinding-dinding itu bernama ibadah. Ini
kelihatan banyak orang. Seperti ibadah shalat, umrah, dan haji.
Ini ibarat bangunannya.
Ini ibarat bangunannya.
Nah, itu kebaikannya akan
sangat tergantung dengan pondasinya. Pintu, jendela, dan dinding-dinding juga
begitu.
Kemudian atap rumahnya seperti apa? Atap ini penting, karena itu nanti
yang akan melindungi jendela dan dinding-dinding tadi dari teriknya matahari
dan air hujan. Atap itulah yang bernama amar ma'ruf nahi mungkar.
Maka ketika atap tidak ada,
perlahan-lahan pintu serta dinding-dinding tersebut akan rusak.
Jadi di sebuah masyarakat ketika amar ma'ruf nahi mungkar itu tidak ada,
maka lambat laun aktivitas kebaikan akan hilang di tengah-tengah masyarakat.
Orang sudah enggan untuk shalat berjamaah ke masjid. Mengapa? Karena sudah
dipenuhi dengan berbagai macam kemaksiatan akibat matinya amar ma'ruf nahi
mungkar.
Karenanya kita harus berusaha untuk selalu beramar ma'ruf nahi mungkar
semampu kita, sehingga tak ada orang yang coba-coba melubangi kapal itu. Kapal
menjadi karam akibat lubang-lubang ada di kapal tersebut yang kemudian
memudahkan masuknya air yang tidak terkendali.
Dari sini mari dilihat dalam
diri kita masing-masing, ketika bangunan itu baik yang dipuji itu apa? Pasti
aksesoris serta hal-hal yang tampak oleh mata, "Oh... jendela, pintu, dan
dinding-dindingnya luar biasa."
Tidak mungkin orang kemudian
mengatakan, "Oh...luar biasa pondasinya rumah itu." Tapi ketika
bangunan rumah ini hancur yang disalahkan pertama kali apa? Pasti pondasinya.
Jadi inilah amal ibadah yang kita lakukan. Ketika shalat, zakat, dan
haji kita itu rusak maka orang pasti akan menilai, berarti ada yang tidak beres
dengan akidahnya.
Itu sebabnya ayat berikut
ini menjadi sangat penting:
"Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas
menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan
salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus
(benar)." (QS. Al-Bayyinah: Ayat 5)
Mudah-mudahan kita termasuk orang yang selalu menegakkan hukum-hukum
Allah dan berusaha untuk melerai orang-orang yang mau melubangi kapal. Dan
jangan sampai kita menjadi bagian orang-orang yang menyebabkan bocornya kapal
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar