InspirasI

Sabtu, 24 Maret 2018

Agar Kapal Itu Tidak Tenggelam

                                                  Oleh: Nur Hasan

Kalau kita masih ingat, ada tiga kali peristiwa tenggelamnya kapal di dunia ini yang cukup menyita perhatian. Di antaranya adalah:
1. Tenggelamnya kapal Titanic.
Proses tenggelamnya kapal ini terjadi pada tanggal 14-15 April 1912 di malam hari. Kapal tersebut tenggelam diakibatkan karena menabrak bongkahan es di samudera Atlantik Utara dalam sebuah perjalan dari Southampton Inggris menuju New York Amerika Serikat.
Titanic adalah kapal pesiar yang sangat mewah membawa penumpang sebanyak 2.224 orang. Kemudian yang meninggal pada waktu adalah 1.500-an orang. Karenanya untuk mengenang dahsyatnya peristiwa tersebut sehingga sampai difilmkan dan sangat laris.
2. Tenggelamnya kapal Van Der Wijck.
Kapal ini tenggelam pada tanggal 21 Oktober 1936, perjalanan dari Tanjung Perak Surabaya menuju Tanjung Priok Jakarta.
Kapal tersebut tenggelam pas di sebelah Timur Laut Semarang. Sehingga setelah kejadian itu dibangunlah sebuah monumen atau tugu kecil di Desa Brondong Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan untuk mengenang tenggelamnya kapal ini.
Tenggelamnya kapal ini juga diabadikan oleh Prof. Dr. Hamka dalam sebuah novel atau roman sejarah yang judulnya adalah "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck." Novel ini dikarang tak lama setelah kapal tersebut tenggelam, yaitu terbit di bulan Desember tahun 1936.
3. Tenggelamnya kapal Tampomas 2.
Kapal ini milik Pelni yang melakukan perjalanan dari Tanjung Priok Jakarta menuju Ujung Pandang (kini Makassar). Tenggelamnya kapal tersebut terjadi pada tanggal 25 Januari 1981.
Dan sangat luar biasanya di sini, sang nahkoda bernama Kapten Rivai meloncat terakhir dari kapal setelah para penumpang yang lain. Artinya, dia bertanggungjawab penuh sebagai nahkoda kapal.
Kemudian yang menarik di sini, ketiga kapal di atas tenggelamnya pada waktu malam. Kalau kapal Titanic tenggelam ketika para penumpangnya sedang berpesta pora. Nahkodanya lengah sehingga tidak tahu kalau ternyata di depan ada gunung es yang mau ditabrak.
Sama dengan kapal Tampomas 2 juga begitu, kalau kita search di internet itu juga malam tenggelamnya. Persis setelah para penumpangnya sedang menikmati berbagai macam hiburan di malam hari.
Nah, ternyata di dalam hadis Rasulullah saw., mengumpamakan penegakan dan pelaksanaan syariat Allah Swt., itu seperti orang naik kapal.
Dari Nu'man bin Basyir ra., berkata, bahwa Rasulullah saw., bersabda, "Perumpamaan orang yang melaksanakan perintah Allah dengan orang yang melanggarnya adalah seperti satu kaum yang berbagi tempat di sebuah kapal. Sebagian orang mendapat tempat di bagian atas, sedangkan sebagian yang lain mendapat tempat di lambung kapal. Orang-orang yang berada di lambung kapal, jika ingin mengambil air, mereka harus melewati orang-orang yang berada di atas. Mereka berkata, 'Sebaiknya kita lubangi saja lambung kapal ini (untuk mengambil air) agar tidak mengganggu orang-orang yang berada di atas.' Jika keinginan mereka itu tidak dicegah, mereka semua akan binasa. Sebaliknya jika dicegah mereka semua akan selamat." (HR. Bukhari, Tirmidzi, dan Ahmad)
Jadi zaman dulu orang mau naik kapal itu diundi terlebih dahulu, siapa yang akan menempati atas dan siapa saja yang di bawah. Kalau sekarang beda, karena pakai kartu atau tiket yang di situ sudah ada nomor dan kelas-kelasnya.
Dan undian di kapal inilah yang juga pernah dialami oleh Nabi Yunus as. Beliau mendapat undian ketika kapal tersebut terjadi kegoncangan. Akhirnya disepakati harus ada yang diturunkan dari kapal itu untuk diceburkan ke laut. Ketika undian tersebut dilakukan, tiga kali diundi undian itu terkena Nabi Yunus. Akhirnya kemudian Nabi Yunus diturunkan dari kapal dan dibuang ke laut.
Sehingga dulu pas naik kapal sudah biasa ketika undian itu dilakukan, ada yang mendapat tempat di atas dan ada juga yang di bawah.
Persoalannya kemudian adalah orang-orang yang menempati bagian bawah, ketika ingin mengambil air maka dia harus melewati orang-orang yang berada di bagian atas.
Karena memang air itu berada di posisi atas, sehingga orang-orang yang menempati posisi bawah, ketika mereka ingin mengambil air maka harus melewati orang-orang yang berada di bagian atas.
Maka orang-orang yang berada di bagian bawah ini berpendapat, "Kalaulah kita melubangi kapal pada bagian bawah, maka kita akan mendapatkan air dan kita tidak perlu merepotkan orang-orang yang ada di atas."
Jadi inti hadis di atas ada di sini, yaitu kelompok orang-orang yang ada di bawah ketika mereka ingin mengambil air itu harus ke atas dan kemudian harus merepotkan orang-orang yang ada di bagian atas.
Maka kemudian beberapa di antara mereka berpendapat, "Ah daripada kita merepotkan orang-orang yang ada di bagian atas, kalau begitu kita lubangi saja kapal ini dan kemudian kita mendapatkan air sehingga kita tidak perlu merepotkan orang-orang yang ada di bagian atas."
Jadi ketika orang-orang ini membiarkan orang yang mencoba melubangi kapal tersebut, maka nanti yang akan tenggelam itu bukan orang yang melubangi kapal saja, tapi orang-orang yang ada di atas itu juga akan ikut tenggelam.
Makanya di dalam hadis tadi dijelaskan, jika mereka membiarkan orang-orang itu melakukan apa yang mereka inginkan maka semua penumpang yang ada di kapal tersebut akan ikut tenggelam dan celaka semuanya.
Nah, di bagian akhir hadis tadi Rasulullah mengatakan, "Jika keinginan mereka itu tidak dicegah, mereka semua akan binasa. Sebaliknya jika dicegah mereka semua akan selamat."
***
Di atas tadi saya menjelaskan 3 peristiwa tenggelamnya kapal yang cukup melegenda di dalam sejarah. Dan tenggelamnya kapal-kapal itu semua terjadinya pada waktu malam.
Kita mungkin tidak tahu secara persis apakah hal itu sebuah kebetulan atau seperti apa, karena memang kita semua tidak tahu jalan cerita yang sebenarnya.
Tapi yang jelas kapal-kapal tersebut tenggelamnya di saat para penumpangnya sedang lengah: sedang menikmati hiburan, berpesta, minum-minuman keras, dan lain sebagainya. Mungkin gambarannya seperti di film Titanic, yang mungkin kita semua sudah pernah menontonnya.
Karenanya, mengapa kita harus selalu konsisten dan komitmen untuk ngaji. Ini babnya, bahwa penegakan syariat Allah adalah untuk kepentingan serta keselamatan manusia itu sendiri, dan bukannya untuk kepentingan Allah Swt.
Jadi kalau ada orang berbuat maksiat di sebuah tempat, maka kemaksiatan itu bukan saja merusak dirinya sebagai pelakunya, tapi juga perlahan-lahan akan menghancurkan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Sehingga mengapa pengajian dan majelis taklim harus ada di berbagai tempat, tidak lain hal tersebut adalah dalam rangka untuk menghalau jangan sampai perbuatan maksiat itu menggurita di tengah-tengah masyarakat.
Mengapa? Karena ketika maksiat itu sudah menggurita di tengah-tengah masyarakat, maka bukan saja akan menghancurkan pelaku kemaksiatan itu, tapi juga akan menghancurkan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Itu sebabnya amar ma'ruf nahi mungkar menjadi sangat penting di sini. Apalagi kalau kemaksiatan itu malah dibuat aturannya. Jadi ada aturan untuk melakukan kemaksiatan. Ini lebih berbahaya lagi. Na'udzu billahi mindzalik.
Karena itu untuk lebih mempertegas hadis di atas, Allah Swt., berfirman:
"Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabat, (yaitu) ketika datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, padahal pada hari-hari yang bukan Sabat ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami menguji mereka disebabkan mereka berlaku fasik. Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata, "Mengapa kamu menasihati kaum yang akan dibinasakan atau diazab Allah dengan azab yang sangat keras?" Mereka menjawab, "Agar kami mempunyai alasan (lepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan agar mereka bertakwa." Maka setelah mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang orang berbuat jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik." (QS. Al-A'raf: Ayat 163-165)
Dalam surat ini Allah Swt., menceritakan sebuah kisah tentang kaum Bani Israil. Mereka meminta kepada Allah lewat Nabi Musa as., agar dibuatkan hari khusus, yang hari itu kita tidak akan melaut untuk mencari ikan dan kita akan konsentrasi hanya beribadah kepada-Nya.
Karena alasan mereka tak mau beribadah kepada Allah adalah sibuk mencari ikan. Akhirnya Allah Swt., memberikan wahyu kepada Nabi Musa as., untuk menyampaikan kepada mereka, yang Allah menentukan satu hari bahwa mereka berjanji di hari itu hanya beribadah kepada Allah dan tidak mencari ikan. Hari tersebut adalah hari sabtu.
Tapi itulah dasarnya Bani Israil. Allah kemudian menguji mereka, di hari-hari selain hari sabtu ikan itu tidak ada yang kelihatan. Tapi ketika di hari sabtu ikan itu banyak yang kelihatan.
Saat itu kemudian masyarakat terbagi menjadi tiga kelompok. Antara lain adalah:
Pertama, kelompok pelaku kemaksiatan dan dosa.
 Yaitu kelompok yang sukanya berbuat maksiat dan dosa kepada Allah Swt.
Kedua, kelompok yang diam.
Yang penting dirinya baik, masa bodoh dengan orang lain.
Ketiga, kelompok amar ma'ruf nahi mungkar.
Itu kemudian diceritakan Allah Swt., di ayat yang ke-164 dalam surat Al-'Araf. Kelompok diam itu mengatakan kepada kelompok amar ma'ruf nahi mungkar, "Kenapa kamu capek-capek mengurusi dan menasihati mereka. Nanti Allah Swt., yang akan menghancurkan atau menyiksa mereka dengan siksa yang pedih. Biarkan sekehendak mereka saja. Kita nggak ikut-ikut, yang penting kita berbuat baik: ngaji, shalat, dan puasa sudah cukup."
Tapi lihat jawaban kelompok orang yang melaksanakan amar ma'ruf nahi mungkar, yang tak ingin ada kemaksiatan di tengah-tengah masyarakat, "Ini pertanggungjawaban kami kepada Allah. 'Ya Allah kami telah melarang dan berusaha menghentikan kemaksiatan yang dilakukan oleh mereka. Dan barangkali ada di antara mereka yang mau kembali kepada jalan yang benar."
Sehingga mengapa kelompok-kelompok kebaikan itu harus  diperbanyak, dan kemudian pada saat yang sama mereka-mereka yang tak suka kepada Islam itu sangat gerah dengan kelompok-kelompok yang suka beramar ma'ruf nahi mungkar ini.
Karena memang kelompok amar ma'ruf nahi mungkar ini, adalah orang-orang yang ingin menghentikan berbagai macam dosa dan kemaksiatan yang menggurita di tengah-tengah masyarakat.
Makanya kelompok orang-orang yang menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar ini mengatakan, "Ini adalah pertanggungjawaban kami di hadapan Allah Swt. Dan barangkali ada di antara mereka  yang mau kembali ke jalan yang benar, yaitu bertakwa."
Mari kita lihat di ayat yang ke-165 nya, siapa nanti di akhirat yang diselamatkan oleh Allah Swt, "Maka ketika mereka semuanya lupa terhadap apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami hanya menyelamatkan orang-orang yang mencegah dari kejahatan."
Jadi yang diselamatkan oleh Allah Swt., itu adalah kelompok yang mau berdakwah dan beramar ma'ruf nahi mungkar.
Ketika orang naik kapal apa sih yang diinginkan? Minimal mereka menginginkan tiga hal:
Pertama, dia ingin nyaman sebagai penumpang: tempat duduknya bagus dan makannya terjamin.
Kedua, dia ingin hak-haknya sebagai penumpang kapal dipenuhi sebagaimana tiket yang dibeli di kelas apa.
Ketiga, bisa sampai ke tempat tujuan dengan selamat.
Nah ketika ketiganya ini ingin didapatkan, biasanya muncul orang-orang yang mau membuat onar dan kegaduhan di kapal itu. Yang kemudian mengganggu orang lain. Dan itulah yang kita jumpai dalam kehidupan ini.
Pada dasarnya pelaku kemaksiatan dan dosa itu adalah perilaku orang-orang yang ingin mengganggu orang lain, dengan kemaksiatan dan dosa yang dilakukannya itu.
Sehingga kemudian muncul kelompok amar ma'ruf nahi mungkar yang ingin segera sampai ke tempat tujuan, "Sudah, kamu jangan membuat kegaduhan di dalam kapal ini. Sana, ke tempatmu masing-masing." Jadi ada upaya untuk mencegah.
Tapi ada juga yang begini, "Udah lah, biarkan saja. Yang penting kita tidak terganggu."
Kemudian di akhir hadis tadi Rasulullah saw., bersabda, "Ketika mereka membiarkan orang-orang yang melubangi kapal ini maka semua akan hancur dan kapal itu akan tenggelam. Tapi ketika ada yang bisa menghentikan mereka untuk tidak melubangi kapal itu, maka mereka akan selamat dan selamatlah seluruh penumpang yang ada di kapal itu."
Karenanya gara-gara pelaku kemaksiatan bisa menyebabkan siksaan dari Allah datang. Tidak hanya para pelakunya saja, namun orang-orang yang tidak ikut melakukan kezaliman juga akan ikut merasakan.
Allah Swt., berfirman:
"Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya."
(QS. Al-Anfal: Ayat 25)
Kita bisa menyaksikan sekarang ini, berbagai macam bencana terjadi di negeri kita dan negeri-negeri lain. Tapi orang-orang beriman, mereka  tidak hanya an sich memandang itu bencana semata. "Sudah biasalah ada banjir, gempa, gunung meletus, dan sebagainya."
Tidak! Kalau orang beriman melihatnya tidak seperti itu. Tapi orang beriman selalu melihat bahwa bencana-bencana itu salah satunya adalah karena peringatan Allah Swt., atas perilaku kemaksiatan dan dosa yang dilakukan oleh manusia. Sehingga selalu ada feed back evaluasi dari manusia itu sendiri kenapa bencana-bencana itu kemudian terjadi.
Maka kemudian dalam Al-Quran Allah Swt., banyak memberikan sebuah perintah, yang perintah-perintah tersebut dikaitkan dengan persoalan bencana. Di antaranya adalah:
Pertama, perintah untuk menjaga diri.
Allah Swt., berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu; (karena) orang yang sesat itu tidak akan membahayakanmu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu semua akan kembali, kemudian Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."
(QS. Al-Ma'idah: Ayat 105)
Ketika di tengah-tengah masyarakat itu masih ada sebuah komunitas orang yang berbuat baik, maka Allah Swt., akan menjaga mereka.
Yang patut kita syukuri sekarang adalah keinginan orang untuk berbuat baik itu semakin hari semakin banyak. Dengan begitu, maka kemungkinan terwujudnya sebuah komunitas yang dijaga oleh Allah Swt., akan terus ada dan terus berlangsung.
Mengapa? Karena seringkali iklan-iklan kebaikan kalah menarik dibanding dengan iklan-iklan berbuat maksiat.
Inilah realitas yang ada di masyarakat kita. Ketika di suatu tempat ada baliho besar berada di perempatan jalan berisi iklan konser misalnya, maka untuk pengajian mungkin hanya sebatas nge-share di grup-grup WA. Dari sisi itu saja kadang-kadang itu lebih menarik yang iklan konser.
Tapi kita juga patut bersyukur, dengan adanya itu kita tak perlu lagi SMS yang itu harganya lebih mahal.
Sering juga orang berbuat dosa berbiaya tinggi, tapi masih dilakukan. Orang berbuat baik itu biayanya murah, namun berat dikerjakan. Nonton konser artis, untuk masuk harus beli tiket dahulu. Kalau hadir di masjid untuk shalat atau mendengarkan pengajian, tidak pakai bayar dan kadang juga dapat makan.
Tapi tidak jarang orang lebih bangga ketika bisa menghadiri konser tadi daripada menghadiri pengajian. Bahkan ketika ada waktu yang bersamaan pilihannya kadang-kadang memilih yang tak banyak manfaatnya tapi mau bayar, daripada yang banyak manfaatnya meskipun gratis.
Itu sebabnya agama-agama di Eropa sekarang banyak yang tidak laku. Karena mereka lebih suka membeli tiket untuk nonton bola daripada mengikuti kebaktian-kebaktian di gereja.
Termasuk banyak gereja-gereja yang beralih fungsi menjadi masjid. Sehingga pendeta di sana banyak yang mengeluh, karena generasi milennial mereka suka nonton bola daripada hadir di acara kebaktian-kebaktian.
Termasuk kita juga bisa menilai, generasi milennial di sekitar lingkungan kita itu lebih suka hadir ke mana? Lebih suka hadir ke tempat-tempat kebaikan atau hadir ke tempat yang tak ada gunanya. Mari itu semua kita jadikan evaluasi diri kita.
Kedua, perintah untuk menjaga diri dan keluarga.
Hadis di atas bisa dibawa ke dalam lembaga terkecil kehidupan kita, yaitu keluarga. Jadi dalam keluarga itu persis seperti orang naik kapal. Di situ ada nahkoda yang bernama suami.
Kemudian di dalam kapal itu ada istri dan anak-anak. Mungkin juga ada mertua dan pembantu di sana.
Bayangkan saja kalau di rumah itu ada satu orang saja dari anak kita yang mencoba melubangi kapal sehingga kapal itu bocor, maka tentu semua anggota keluarga juga akan ikut tenggelam.
Nah, itu bisa kita analogikan begitu. Jangankan semua anak kita yang nakal, satu saja yang nakal itu sudah cukup untuk menenggelamkan eksistensi rumah tangga itu.
Tapi mudah-mudahan kita tidak termasuk di dalamnya.

Maka kemudian Allah Swt., berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
(QS. At-Tahrim: Ayat 6)
Ketika kita membaca ayat ini jangan berhenti di "Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka."
Karena kalau kita lihat di dalam Al-Quran pas di "Api neraka" itu tidak berhenti. Karena tidak ada tanda waqaf di situ. Tapi langsung dilanjutkan "Yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan" itu terangkai semuanya.
Jadi di situ Allah menggambarkan neraka dengan detail. Semua orang tahu neraka itu panas. Umpama ayat tadi sampai di "api neraka" mungkin bayangan kita sudah cukup bagaimana gambaran neraka.
Tapi Allah masih melanjutkan dengan merinci neraka itu seperti apa? Yaitu bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu, dan seterusnya.
Jadi keluarga di dalam ayat ini dikaitkan dengan neraka manakala orang itu gagal mengelola keluarganya dengan baik.
Kalau kita kaitkan dengan hadis di atas, jangankan seluruh anggota keluarga, satu saja ada anggota keluarga itu yang durhaka sudah cukup untuk menenggelamkan rumah itu.
Sehingga betapa banyak eksistensi orang tua hilang ketika ada satu saja di antara sekian anaknya yang melakukan tindakan-tindakan tidak terpuji di rumah.
Ketiga, perintah menjaga komunitas masyarakat.
Kalau kita lihat banyak sekali di dalam Al-Quran perintah-perintah ketaatan kepada Allah Swt., dan Rasul-Nya.
Dan secara keseluruhannya itu adalah bentuk penjagaan masyarakat agar mereka mendapatkan kebaikan dari-Nya.
Allah Swt., berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari-Nya, padahal kamu mendengar (perintah-perintah-Nya)."
(QS. Al-Anfal: Ayat 20)
Dan untuk bisa menjaga komunitas manusia secara baik, di dalam Al-Quran Allah menceritakan tentang visi manusia.
Manusia diciptakan oleh Allah untuk apa? Tidak lain adalah untuk menjalankan amanah. Ketika orang itu menjalankan amanah, maka di pos mana dia berada saat itu dia harus komitmen untuk bisa melaksanakan dengan sebaik-baiknya posnya itu.
Jadi apa dia, maka dia harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk bisa melaksanakan apa yang menjadi tugas dia di pos itu.
Kalau di bagian bawah ya laksanakan tugas di bagian bawah itu apa. Jangan sampai melubangi kapal.
Yang ada di bagian atas laksanakan tugas di bagian itu dengan sebaik-baiknya. Salah satunya adalah dengan memperhatikan yang di bagian bawah. Supaya yang di bagian bawah tidak melakukan tindakan-tindakan ceroboh yang akan merugikan mereka semuanya.
Maka Allah Swt., berfirman terkait dengan amanat ini:
"Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh," (QS. Al-Ahzab: Ayat 72)
Jadi pada akhirnya nanti akan sangat banyak orang-orang yang kemudian mengkhianati amanat itu. Dan ketika terjadi pengkhianatan terhadap amanah, maka ada dua pilihan predikat yang akan melekat pada diri manusia. Yaitu, kalau tidak berbuat zalim ya berbuat bodoh.
Maka kemudian Allah mengingatkan di ayat yang lain untuk jangan berkhianat terhadap amanah.
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui." (QS. Al-Anfal: Ayat 27)
Termasuk kalau kita istiqamah dalam ngaji dan beribadah adalah salah satu cara kita untuk bisa melaksanakan amanah di muka bumi. Karena kita insya Allah akan mendapatkan keterangan dan peringatan, yang peringatan-peringatan itu hanya akan berguna bagi orang-orang yang beriman.
Sehingga kalau ada orang yang mengaku beriman kemudian peringatan itu tidak berguna bagi dirinya, sesungguhnya dia telah menanggalkan dan melepaskan pakaian keimannya.
Allah Swt., berfirman:
"Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin." (QS. Az-Zariyat: Ayat 55)
Keempat, perintah amar ma'ruf nahi mungkar.
Hal ini memang bukan persoalan mudah. Kalau dikaitkan dengan hadis di atas, maka kelompok amar ma'ruf nahi mungkar ini ada di bagian yang terakhir.
Saya ingin membuat gambaran rumah Islam itu seperti apa? Pondasinya adalah akidah. Dan namanya pondasi di mana-mana tidak akan kelihatan karena dia terletak di dalam tanah.
Kemudian ada jendela, pintu, dinding-dinding itu bernama ibadah. Ini kelihatan banyak orang. Seperti ibadah shalat, umrah, dan haji.
Ini ibarat bangunannya.
Nah, itu kebaikannya akan sangat tergantung dengan pondasinya. Pintu, jendela, dan dinding-dinding juga begitu.
Kemudian atap rumahnya seperti apa? Atap ini penting, karena itu nanti yang akan melindungi jendela dan dinding-dinding tadi dari teriknya matahari dan air hujan. Atap itulah yang bernama amar ma'ruf nahi mungkar.
Maka ketika atap tidak ada, perlahan-lahan pintu serta dinding-dinding tersebut akan rusak.
Jadi di sebuah masyarakat ketika amar ma'ruf nahi mungkar itu tidak ada, maka lambat laun aktivitas kebaikan akan hilang di tengah-tengah masyarakat. Orang sudah enggan untuk shalat berjamaah ke masjid. Mengapa? Karena sudah dipenuhi dengan berbagai macam kemaksiatan akibat matinya amar ma'ruf nahi mungkar.
Karenanya kita harus berusaha untuk selalu beramar ma'ruf nahi mungkar semampu kita, sehingga tak ada orang yang coba-coba melubangi kapal itu. Kapal menjadi karam akibat lubang-lubang ada di kapal tersebut yang kemudian memudahkan masuknya air yang tidak terkendali.
Dari sini mari dilihat dalam diri kita masing-masing, ketika bangunan itu baik yang dipuji itu apa? Pasti aksesoris serta hal-hal yang tampak oleh mata, "Oh... jendela, pintu, dan dinding-dindingnya luar biasa."
Tidak mungkin orang kemudian mengatakan, "Oh...luar biasa pondasinya rumah itu." Tapi ketika bangunan rumah ini hancur yang disalahkan pertama kali apa? Pasti pondasinya.
Jadi inilah amal ibadah yang kita lakukan. Ketika shalat, zakat, dan haji kita itu rusak maka orang pasti akan menilai, berarti ada yang tidak beres dengan akidahnya.
Itu sebabnya ayat berikut ini menjadi sangat penting:
"Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)." (QS. Al-Bayyinah: Ayat 5)
Mudah-mudahan kita termasuk orang yang selalu menegakkan hukum-hukum Allah dan berusaha untuk melerai orang-orang yang mau melubangi kapal. Dan jangan sampai kita menjadi bagian orang-orang yang menyebabkan bocornya kapal tersebut.


Tidak ada komentar: