InspirasI

Senin, 26 November 2018

” HARGA SEORANG TAMU “

Ada seorang perempuan mengeluh kepada Rasulullah karena perilaku suaminya.
Suaminya selalu mengundang orang-orang datang ke rumahnya dan  menjamunya sehingga tamu-tamu tersebut menyebabkan sang istri menjadi repot dan merasa kelelahan.
Lalu wanita tersebut keluar meninggalkan Rasulullah dan tidak mendapatkan jawaban apa pun dari Rasul saw.
Setelah beberapa waktu...
Rasulullah pergi ke rumah suami-istri tersebut, Rasulullah bersabda kepada sang suami : "Sesungguhnya aku adalah tamu di rumahmu hari ini."
Betapa bahagianya sang suami demi mendengar ucapan Rasulullah tersebut, maka dia segera menghampiri istrinya untuk mengabarkan bahwa tamu hari ini adalah Rasulullah.
Si istri pun merasa bahagia karena kabar tersebut, dia pun segera memasak makanan yang lezat dan nikmat.
Dia lakukan hal tersebut dengan penuh rasa bahagia di dalam hatinya.
Ketika Rasulullah akan pergi dari rumahnya setelah beliau mendapatkan kemuliaan dan merasa bahagia dengan keridhoan pasangan itu.
Rasulullah bersabda kepada suaminya :
"Ketika aku akan keluar nanti dari rumahmu, panggil istrimu dan perintahkan dia untuk melihat ke pintu tempat aku keluar."
Maka sang istri melihat Rasulullah keluar dari rumahnya diikuti oleh binatang-binatang melata, seperti kalajengking dan berbagai binatang yang berbahaya lainnya di belakang Rasulullah.
Terkejutlah sang istri dengan apa yang dilihat di depannya.
Maka Rasulullah bersabda : "Seperti itulah yang terjadi. Setiap kali tamu keluar dari rumahmu, maka keluar pula segala bala', bahaya dan segala binatang yang membahayakan dari rumahmu."
"Maka inilah hikmah  memuliakan tamu dan tidak berkeluh kesah karena kedatangannya."
Rumah yang banyak dikunjungi tamu adalah rumah yang dicintai ALLAH.
Begitu indahnya rumah yang selalu terbuka untuk anak kecil atau dewasa.
Rumah yang di dalamnya turun rahmat  dan berbagai keberkahan dari langit.
Rasulullah bersabda : "Jika ALLAH menginginkan kebaikan terhadap satu kaum, maka ALLAH akan memberikan hadiah kepada mereka.
Para sahabat bertanya : "Hadiah apakah itu, ya Rasulullah...............?."
Rasulullah bersabda : "Tamu akan menyebabkan turunnya rezeki untuk pemilik rumah dan  menghapus dosa-dosau penghuni rumah."
Rasulullah bersabda : "Rumah yang tidak dimasuki tamu (tidak ada tamu), maka Malaikat Rahmat tidak akan masuk ke dalamnya."
Rasulullah bersabda : "Tamu adalah penunjuk jalan menuju Surga."
Rasulullah bersabda : "Barangsiapa beriman kepada ALLAH dan Hari Akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya."
Marilah kita semua  rela untuk menyediakan diri, menyediakan kasih sayang dengan cara saling berkunjung, bersilaturahmi menguatkan tali ukhuwah islamiyah antara sesama saudara muslim.....


Jumat, 09 November 2018

                      DETIK-DETIK KELAHIRAN RASULULLAH SAW.
dari tanggal 1 sampai tanggal 12 rabiul awaal

Berkatalah Al-Waqidy rahmatullah alaihi..
Malam Pertama Rabiul Awwal
Allah swt melimpahkan segala kedamaian dan ketentraman yang luar biasa sehingga Sayyidah Aminah merasakan ketenangan dan kesejukan jiwa yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
Pada malam ke 2 :
Datang seruan berita gembira kepada ibunda Nabi Muhammad saw yang menyatakan dirinya akan mendapati anugerah yang luar biasa dari Allah swt.
Pada malam ke 3 :
Datang seruan memanggil :
“Wahai Aminah sudah dekat saat engkau melahirkan Nabi yang agung dan mulia, Muhammad Rasulullah saw yang senantiasa memuji dan bersyukur kepada Allah swt.
Pada malam ke 4 :
Sayyidah Aminah mendengar seruan beraneka ragam tasbih para malaikat secara nyata dan jelas.
Pada malam ke 5 :
Sayyidah Aminah mimpi bertemu dengan Nabi Allah Ibrahim as.
Pada malam ke 6 :
Sayyidah Aminah melihat cahaya Nabi Muhammad saw memenuhi alam semesta.
Pada malam ke 7 :
Sayyidah Aminah melihat para malaikat silih berganti saling berdatangan mengunjungi kediamannya membawa kabar gembira sehingga kebahagiaan dan kedamaian semakin memuncak.
Pada malam ke 8 :
Sayyidah Aminah mendengar seruan memanggil dimana-mana, suara tersebut terdengar dengan jelas mengumandangkan :
“Berbahagialah wahai seluruh penghuni alam semesta, telah dekat kelahiran Nabi agung, Kekasih Allah swt Pencipta Alam Semesta.
Pada malam ke 9 :
Allah swt semakin mencurahkan rahmat kasih sayang kepada Sayyidah Aminah sehingga tidak ada sedikitpun rasa sakit, sedih, susah, dalam jiwa Sayyidah Aminah.
Pada malam ke 10 :
Sayyidah Aminah melihat tanah Tha’if dan Mina ikut bergembira menyambut akan kelahiran Nabi Muhammad saw.
Pada malam ke 11 :
Sayyidah Aminah melihat seluruh penghuni langit dan bumi ikut bersuka cita menyongsong kelahiran Sayyidina Muhammad saw.
Malam detik-detik kelahiran Nabi Muhammad saw, tepat tanggal 12 Rabi’ul-Awwal di sepertiga malam. Di malam ke 12  langit dalam keadaan cerah tanpa ada mendung sedikitpun. Saat itu Abdul Muthalib (kakek Nabi Muhammad saw) sedang bermunajat kepada Allah swt di sekitar Ka’bah. Sedangkan  Aminah sendiri di rumah tanpa ada seorang pun yang menemaninya.
Tiba-tiba Aminah melihat tiang rumahnya terbelah dan perlahan-lahan muncul 4 wanita yang sangat masing jelita, anggun dan cantik, diliputi dengan cahaya kemilau yang memancar serta semerbak harum memenuhi seluruh ruangan.
Wanita pertama datang berkata :
”Sungguh berbahagialah engkau wahai Aminah, sebentar lagi engkau akan melahirkan Nabi yang agung, junjungan semesta alam. Beliaulah Nabi Muhammad saw. Kenalilah aku, bahwa aku adalah istri Nabi Allah Adam as, ibunda seluruh ummat manusia, aku diperintahakan Allah untuk menemanimu.
Kemudian datanglah wanita kedua yang menyampaiakan kabar gembira :
“Aku adalah istri Nabi Allah Ibrahim as  yang diperintahkan Allah swt untuk menemanimu.
Begitu pula menghampiri wanita yang ketiga :
Aku adalah Asiyah binti Muzahim yang diperintahkan Allah untuk menemanimu.
Datanglah wanita ke empat :
”Aku adalah Maryam, ibunda Isa as datang untuk menyambut kehadiran putramu Muhammad Rasulullah.”
Sehingga semakin memuncak rasa kedamaian dan kebahagiaan ibunda Nabi Muhammad saw yang tidak bisa terlukiskan dengan kata2.
Keajaiban berikutnya  Aminah melihat sekelompok demi sekelompok manusia bercahaya berdatangan silih berganti memasuki ruangannya dan mereka memanjatkan puji-pujian kepada Alloh swt dengan berbagai macam bahasa yang berbeda.
Detik berikutnya Sayyidah Aminah melihat atap rumahnya terbuka dan terlihat oleh beliau bermacam-macam bintang di angkasa beterbangan yang sangat indah berkilau cahayanya.
Detik berikutnya Allah swt memerintahkan kepada Malaikat Ridhwan agar mengomandokan seluruh bidadari surga agar berdandan cantik dan rapi, memakai kain sutra dan segala macam bentuk perhiasan dengan bermahkotan emas, intan permata yang bergemerlapan, dan menebarkan wangi-wangian surga yang harum semerbak ke segala penjuru, lalu beribu2 bidadari2 itu dibawa ke alam dunia oleh Malaikat Ridhwan, terlihat wajah bidadari2 itu gembira.
Lalu Allah swt memanggil :
“Yaa Jibril serukanlah kepada seluruh arwah para Nabi, para Rasul, para wali agar berkumpul, berbaris rapi, bahwa sesungguhnya Kekasih-Ku cahaya di atas cahaya, agar disambut dengan baik dan suruhlah mereka mnyambut kedatangan Nabi Muhammad saw.
Yaa Jibril perintahkanlah kepada Malaikat Malik agar menutup pintu2 neraka dan perintahakan kepada Malaikat Ridhwan untuk membuka pintu2 surga dan bersoleklah engkau dengan sebaik-baiknya keindahan demi menyambut kekasih-Ku Nabi Muhammad saw.
Yaa Jibril bawalah beribu ribu malaikat yang ada di langit, turunlah ke bumi, ketahuilah Kekasih-Ku Muhammad saw telah siap untuk dilahirkan dan sekarang tiba saatnya Nabi Akhiruzzaman.”
Dan turunlah semua malaikat, maka penuhlah isi bumi ini dengan beribu ribu malaikat. Aminah melihat malaikat itupun berdatangan membawa kayu2 gahru yang wangi dan memenuhi seluruh jagat raya. Pada saat itu pula mereka semua berdzikir, bertasbih, bertahmid, dan pada saat itu pula datanglah burung putih yang berkilau cahayanya mendekati Aminah dan mengusapkan sayapnya pada  Aminah, maka pada saat itu pula lahirlah Nabi Muhammad Rasulullah saw dan tidaklah Aminah melihat kecuali cahaya, tak lama kemudian terlihatlah jari-jari Nabi Muhammad saw bersujud kepada Allah.
Kegembiraan memancar dari setiap sudut alam raya, gemuruh shalawat memenuhi semesta dengan bahasa yang berbeda beda dan dengan cara yang bermacam macam pula.

Selamat datang bulan Rabiul Awwal Selamat datang Bulan Maulid.
Mari memperbanyak shalawat dibulan rabiul Awwal supaya ketika malam 12 rabiul Awwal akan terasa bahwa pada tanggal itu nabi MUHAMMAD dilahirkan kedunia..


Jumat, 02 November 2018

PENJUAL DAN PEMBELI
 YANG DIRINDUKAN OLEH SURGA

Pernah mendengar kisah Al-Imam Abu Hanifah membeli kain sutera dari seorang ibu? Mari kita simak percakapan keduanya.
"Ibu, berapa harga kain ini?"
"Cukup seratus dirham saja tuan."
"Seratus dirham? Ibu tentu salah. Ini kain mahal bu, masa hanya seratus dirham? Tolong naikkan lagi harganya,"
"Empat ratus dirham bagaimana?"
"Tidak mungkin. Ini benar-benar kain terbaik. Bagaimana kalau ibu tanyakan ahli tekstil di pasar ini berapa harga yang layak untuk kain tersebut?"
Kemudian bertanyalah ibu itu kepada seseorang yang memang pakarnya.
"Ia bilang kain ini biasanya berharga lima ratus dirham tuan."
"Nah itu baru harga yang pantas untuk kain seindah ini. Baiklah aku beli lima ratus dirham."
Ya Rabb. Sebuah kisah yang menawan. Di manakah kita bisa menemukan kembali orang-orang yang bermuamalah untuk saling memuliakan dan membahagiakan saudaranya seperti itu?
Saat menyampaikan cerita ini, para ulama memperkirakan bahwa sang ibu penjual kain sedang butuh uang sekali. Maka ia rela menjual rugi dengan harga di bawah pasar.
Adapun Al-Imam Abu Hanifah yang memang mengerti harga pasaran pada masa itu juga sudah menduga ibu tersebut sedang terdesak, maka beliau tidak ingin menambah kesulitan sang ibu dengan membeli kain tersebut terlalu murah.
Betapa cahaya akhlak terpancar dari sifat beliau. Tidak dapat dibayangkan seandainya saya yang berada di posisi itu, tentu jalan ceritanya akan lain jadinya.
"Ibu, berapa harga kain ini?"
"Cukup seratus ribu saja pak."
"Seratus ribu? Ibu tentu salah. Masa kain seperti ini seratus ribu? Tolong kurangi lagi harganya,"
Saya sudah menebak ibu itu pasti sedang butuh uang, maka kesempatan bagi saya menawar serendah mungkin pasti ia terpaksa menjualnya juga.
"Tujuh puluh lima ribu bagaimana pak?"
"Tidak mungkin. Masih terlalu mahal. Lagipula saya tidak terlalu butuh kain. Begini saja kalau lima puluh ribu saya beli."
Saya mulai berbohong dan berpura-pura tidak butuh, agar harga semakin turun lagi. Padahal saya tahu itu adalah kain yang mahal.
"Ya sudah pak lima puluh ribu tidak apa-apa yang penting jadi duit."
"Nah itu baru harga yang pantas untuk kain ini. Baiklah saya beli."
Yes saya untung besar! Meskipun apa yang terjadi pada si ibu ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula.
Duh, betapa gelapnya akhlak saya ini. Pantas rezeki menjauh dari diri saya. Benarlah nasihat orang bijak; Jangan biarkan dirimu berada dalam ruangan gelap. Karena bayanganmu sendiri bahkan meninggalkanmu di kegelapan seperti itu!
Ya. Jika cahaya akhlak telah padam dari dalam diri kita maka bayangan saja menghindar, apalagi rezeki.
Semoga Allah memaafkan segala kekhilafan kita di masa lalu, dan mengganti seluruh aktivitas jual beli kita mulai hari ini dengan kebaikan dan keberkahan.



Khadijah Memang Wanita Istimewa

DUA PERTIGA (2/3) wilayah Makkah adalah milik Siti Khadijah, istri pertama Rasulullah SAW. Ia wanita bangsawan yang menyandang kemuliaan dan kelimpahan harta kekayaan. Namun ketika wafat, tak selembar kafan pun dia miliki. Bahkan baju yang dikenakannya di saat menjelang ajal adalah pakaian kumuh dengan 83 tambalan.
“Fatimah putriku, aku yakin ajalku segera tiba,” bisik Khadijah kepada Fatimah sesaat menjelang ajal. “Yang kutakutkan adalah siksa kubur. Tolong mintakan kepada ayahmu, agar beliau memberikan sorbannya yang biasa digunakan menerima wahyu untuk dijadikan kain kafanku. Aku malu dan takut memintanya sendiri”.
Mendengar itu Rasulullah berkata, “Wahai Khadijah, Allah menitipkan salam kepadamu, dan telah dipersiapkan tempatmu di surga”.
Siti Khadijah, Ummul Mu’minin (ibu kaum mukmin), pun kemudian menghembuskan nafas terakhirnya dipangkuan Rasulullah. Didekapnya sang istri itu dengan perasaan pilu yang teramat sangat. Tumpahlah air mata mulia Rasulullah dan semua orang yang ada di situ.
Dalam suasana seperti itu, Malaikat Jibril turun dari langit dengan mengucap salam dan membawa lima kain kafan.
Rasulullah menjawab salam Jibril, kemudian bertanya, “Untuk siapa sajakah kain kafan itu, ya Jibril?”
“Kafan ini untuk Khadijah, untuk engkau ya Rasulullah, untuk Fatimah, Ali dan Hasan,” jawab Jibril yang tiba-tiba berhenti berkata, kemudian menangis.
Rasulullah bertanya, “Kenapa, ya Jibril?”
“Cucumu yang satu, Husain, tidak memiliki kafan. Dia akan dibantai, tergeletak tanpa kafan dan tak dimandikan,” jawab Jibril.
Rasulullah berkata di dekat jasad Khadijah, “Wahai Khadijah istriku sayang, demi Allah, aku tak kan pernah mendapatkan istri sepertimu. Pengabdianmu kepada Islam dan diriku sungguh luar biasa. Allah Mahamengetahui semua amalanmu. Semua hartamu kau hibahkan untuk Islam. Kaum muslimin pun ikut menikmatinya. Semua pakaian kaum muslimin dan pakaianku ini juga darimu. Namun begitu, mengapa permohonan terakhirmu kepadaku hanyalah selembar sorban!?”
Tersedu Rasulullah mengenang istrinya semasa hidup.
Khadijah
Dikisahkan, suatu hari, ketika Rasulullah pulang dari berdakwah, beliau masuk ke dalam rumah. Khadijah menyambut, dan hendak berdiri di depan pintu, kemudian Rasulullah bersabda, “Wahai Khadijah, tetaplah kamu di tempatmu”.
Ketika itu Khadijah sedang menyusui Fatimah yang masih bayi. Saat itu seluruh kekayaan mereka telah habis. Seringkali makanan pun tak punya, sehingga ketika Fatimah menyusu, bukan air susu yang keluar akan tetapi darah. Darahlah yang masuk dalam mulut Fatimah r.a.
Kemudian Rasulullah mengambil Fatimah dari gendongan istrinya, dan diletakkan di tempat tidur. Rasulullah yang lelah sepulang berdakwah dan menghadapi segala caci-maki serta fitnah manusia itu lalu berbaring di pangkuan Khadijah hingga tertidur.
Ketika itulah Khadijah membelai kepala Rasulullah dengan penuh kelembutan dan rasa sayang. Tak terasa air mata Khadijah menetes di pipi Rasulullah hingga membuat beliau terjaga.
“Wahai Khadijah, mengapa engkau menangis? Adakah engkau menyesal bersuamikan aku?” tanya Rasulullah dengan lembut.
Dahulu engkau wanita bangsawan, engkau mulia, engkau hartawan. Namun hari ini engkau telah dihina orang. Semua orang telah menjauhi dirimu. Seluruh kekayaanmu habis. Adakah engkau menyesal, wahai Khadijah, bersuamikan aku, Muhammad?" lanjut Rasulullah tak kuasa melihat istrinya menangis.
“Wahai suamiku, wahai Nabi Allah. Bukan itu yang kutangiskan," jawab Khadijah.
"Dahulu aku memiliki kemuliaan. Kemuliaan itu telah aku serahkan untuk Allah dan RasulNya. Dahulu aku adalah bangsawan. Kebangsawanan itu juga aku serahkan untuk Allah dan RasulNya. Dahulu aku memiliki harta kekayaan. Seluruh kekayaan itupun telah aku serahkan untuk Allah dan RasulNya”.
"Wahai Rasulullah, sekarang aku tak punya apa-apa lagi. Tetapi engkau masih terus memperjuangkan agama ini. Wahai Rasulullah, sekiranya nanti aku mati sedangkan perjuanganmu belum selesai, sekiranya engkau hendak menyeberangi sebuah lautan, sekiranya engkau hendak menyeberangi sungai namun engkau tidak memperoleh rakit atau pun jembatan, maka galilah lubang kuburku, ambillah tulang-belulangku, jadikanlah sebagai jembatan bagimu untuk menyeberangi sungai itu supaya engkau bisa berjumpa dengan manusia dan melanjutkan dakwahmu”.
"Ingatkan mereka tentang kebesaran Allah. Ingatkan mereka kepada yang hak. Ajak mereka kepada Islam, wahai Rasulullah”.
Di samping jasad Siti Khadijah, Rasulullah kemudian berdoa kepada Allah. “Ya Allah, ya Ilahi Rabbiy, limpahkanlah rahmat-Mu kepada Khadijahku, yang selalu membantuku dalam menegakkan Islam.
Mempercayaiku pada saat orang lain menentangku. Menyenangkanku pada saat orang lain menyusahkanku. Menenteramkanku pada saat orang lain membuatku gelisah”.
Rasulullah pun tampak sedih. “Oh Khadijahku sayang, kau meninggalkanku sendirian dalam perjuanganku. Siapa lagi yang akan membantuku?”
“Aku, ya Rasulullah!” sahut Ali bin Abi Thalib.
jawab ,menantu Rasullulah...