KAU PELUK AYAHMU DALAM
SAKITMU
Nak...
Kau mungkin blm paham apakah yg terjadi saat itu
Saat kau lihat serangan peluru tanpa henti dari seorang lelaki2 jahat
yang membawa senjata
Yang menembakkan peluru-peluru tanpa henti ke tubuh-tubuh di masjid itu
Kau mungkin blm paham apakah yg terjadi saat itu
Saat kau lihat serangan peluru tanpa henti dari seorang lelaki2 jahat
yang membawa senjata
Yang menembakkan peluru-peluru tanpa henti ke tubuh-tubuh di masjid itu
Nak...
Kau mungkin menganggap itu sebuah lelucon
Sama seperti saat kau bermain dengan ayahmu
Berkejaran...
Berlagak terjatuh
Atau berpura-pura tertembak mainanmu
Kau mungkin menganggap itu sebuah lelucon
Sama seperti saat kau bermain dengan ayahmu
Berkejaran...
Berlagak terjatuh
Atau berpura-pura tertembak mainanmu
Maka...
Saat kau lihat ayahmu terkapar seraya memelukmu
Kau mungkin tertawa lucu
Dan merangkul ayahmu dengan gembira
Atau kau mulai tahu apa yang sesungguhnya terjadi?
Saat kali kedua
Teroris durjana itu kembali lagi
Dan memuntahkan lagi peluru tajam ke tubuh ayahmu
Bahkan ke tubuh mungilmu.. Nak...
Apakah kau mulai menyadari saat tangan lemah ayahmu meraihmu..
Sementara sebelah tangannya mencari nomor-nomor di hanphonenya
Mencoba menghubungi ibumu
Untuk mengabarkan kondisi kalian
Atau mencoba menitipkanmu, permata hatinya pada ibumu..
Istrinya yang mulai cemas karena mendengar suara tembakan itu..? Nak...
Kau terluka
Tapi kau begitu kuat memeluk ayahmu dalam sakitmu
Mungkin kau kini tahu
Saat tatap nanar ayahmu dan belaian tangan melemah di punggungmu.
Saat kau lihat ayahmu terkapar seraya memelukmu
Kau mungkin tertawa lucu
Dan merangkul ayahmu dengan gembira
Atau kau mulai tahu apa yang sesungguhnya terjadi?
Saat kali kedua
Teroris durjana itu kembali lagi
Dan memuntahkan lagi peluru tajam ke tubuh ayahmu
Bahkan ke tubuh mungilmu.. Nak...
Apakah kau mulai menyadari saat tangan lemah ayahmu meraihmu..
Sementara sebelah tangannya mencari nomor-nomor di hanphonenya
Mencoba menghubungi ibumu
Untuk mengabarkan kondisi kalian
Atau mencoba menitipkanmu, permata hatinya pada ibumu..
Istrinya yang mulai cemas karena mendengar suara tembakan itu..? Nak...
Kau terluka
Tapi kau begitu kuat memeluk ayahmu dalam sakitmu
Mungkin kau kini tahu
Saat tatap nanar ayahmu dan belaian tangan melemah di punggungmu.
Dan...
Saat ayahmu kini telah syahid dalam balutan wudluknya
Menghantarkannya menjemput surganya
Nak...
Kelak kau penuhilah harapan ayahmu
Harapan yang disampirkan dalam nama besarmu
Muhammad Rais...
Jadilah umat Nabi Muhammad dan menjadi pemimpin besar yang Sholeh
sesuai namamu itu
Saat ayahmu kini telah syahid dalam balutan wudluknya
Menghantarkannya menjemput surganya
Nak...
Kelak kau penuhilah harapan ayahmu
Harapan yang disampirkan dalam nama besarmu
Muhammad Rais...
Jadilah umat Nabi Muhammad dan menjadi pemimpin besar yang Sholeh
sesuai namamu itu
Nak...
Antarkan ayahmu dengan senyum surganya
Genggam kencang tangan ibumu dengan jari-jari mungilmu
Harungilah bahtera dunia yang sementara dan penuh dengan durjana
Dengan balutan iman dan taqwa yang sudah ayahmu torehkan dalam batinmu..
Semoga berkekalan dan semakin membara sesuai usiamu
Antarkan ayahmu dengan senyum surganya
Genggam kencang tangan ibumu dengan jari-jari mungilmu
Harungilah bahtera dunia yang sementara dan penuh dengan durjana
Dengan balutan iman dan taqwa yang sudah ayahmu torehkan dalam batinmu..
Semoga berkekalan dan semakin membara sesuai usiamu
Nak...
Bertabur do'a dan air mata kami
Takkan cukup utk mengantarkanmu dan ibumu mengarungi duka kalian
Tapi yakinlah...
Ada Allah yang akan selalu menjaga kalian, Nak...
Dunia Islam menunggumu
Menjadi pemimpin besar yg penyayang dan santun seperti Rasulullah Saw.
Bertabur do'a dan air mata kami
Takkan cukup utk mengantarkanmu dan ibumu mengarungi duka kalian
Tapi yakinlah...
Ada Allah yang akan selalu menjaga kalian, Nak...
Dunia Islam menunggumu
Menjadi pemimpin besar yg penyayang dan santun seperti Rasulullah Saw.
Nak...
Do'a kami bersamamu...
Do'a kami bersamamu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar