InspirasI

Kamis, 25 Juli 2019

*DI SURGA ADA ROKOK.*

Untuk yang masih suka merokok, ini ada kabar baik. Tadi sehabis Sholat Subuh di masjid ada yang bertanya sama pak Kiai.

Jemaah : "Maaf pak Ustadz saya mau tanya, kalo di surga ada rokok gak yaa ????"

Pak Kiai : "Ada..Doong"

Jemaah : "Oooh, Alhamdullilah.. Subhanallah lega bener hati ini rasanya denger jawaban pak Kiai..."

Kiai : "Tapi . . . "

Jemaah : :Tapi kenapa ya pak Kiai ????"

Pak Kiai : "Tapi sayang... di SURGA tidak ada api, jadi kalo mau nyalain rokok, yaa jalan dikit ke NERAKA, oh ya di SURGA juga bebas asap rokok, jadi ngerokoknya ya harus di NERAKA juga..."

Minggu, 21 Juli 2019

ISLAM KE EROPA: DULU MENGENALKAN TEKNOLOGI, KINI MEMBAWA SHALAT

Kafil Yamin
(Kompasiana, 15 Agustus 2012)


        DULU, orang Eropa itu bau karena jarang mandi – bahkan sampai sekarang. Ketika pasukan Islam masuk ke kawasan itu via Spanyol dan Prancis abad ke-8, mereka harus banyak tutup hidung bila berpapasan dengan orang-orang setempat.
       Ada yang tidak begitu bau, yakni kalangan istana: Para pangeran, putri dan petinggi kerajaan. Bau badan mereka tertutupi pewangi yang hanya dipakai kalangan istana.
        Ketika pada abad pertengahan orang-orang Eropa berkunjung ke negeri-negeri Muslim, mereka heran kenapa warga masyarakat biasa pun tidak berbau badan. Bahkan ketika mereka menjumpai para petani Muslim di Badhdad, Turki, Mesir, Maroko, yang sedang bekerja di kebun-kebun, mereka tak mencium bau keringat seperti umumnya terendus dari warga kelas bawah Eropa yang melakukan pekerjaan serupa.
        Selidik punya selidik, orang-orang Eropa itu mendapati bahwa setiap Muslim sedikitnya mandi dua kali sehari dan bertaharah 5 kali sehari. Orang-orang Islam mempraktikkan cara hidup higienis wal sehat itu dari ajaran Islam dan contoh Rasulullah Muhammad.
       Invasi Muslim ke Eropa membawa peradaban dan cara hidup bersih dan sehat. Masa itulah pertama kali orang Eropa mengenal gosok gigi setelah makan. Orang-orang Islam memperkenalkan siwak, yang terbuat dari ranting pohon Miswak yang wangi dan sekaligus menjadi bahan pasta gigi. Satu ujungnya dipukul-pukul sehingga membentuk mata sapu kecil. Itulah yang digunakan menggosok gigi. Masa itu, orang-orang Eropa membersihkan mulut setelah makan hanya dengan kumur-kumur. Eropa baru memproduksi sikat gigi secara massal pada abad 18.
Orang Islam membawa bahan-bahan pencerahan Eropa. Peradaban Islam ibarat kereta waktu dengan berbagai gerbong yang menjelajahi berbagai peradaban, memuat aneka barang dan pengetahuan dari persinggahan-persinggahan itu, dan membongkar semua muatannya di Eropa.
Yang paling dasar adalah pengenalan angka, yakni Arabic numeral , yang praktis dan friendly user . Orang Islam sendiri menamakan sistem angka mereka sebagai ‘angka India’, karena memang diadopsi dari sistem angka India. Tapi orang Islam menambahkan nol padanya. Dan tanpa angka nol, tak mungkin ada matematika dan geometri. Dan tanpa matematika , tak mungkin ada ilmu astronomi, ilmu fisika, ilmu ekonomi, karena ilmu-ilmu itu meniscayakan rumus-rumus yang diadopsi dari matematika atau aljabar.
Sebelum kedatangan Islam, orang Eropa menggunakan penomoran Romawi, yang tidak praktis dan tak mungkin bisa digunakan dalam matematika karena tidak mengenal pecahan, desimal, dan angka nol.
Jika seorang Eropa hari ini menerawang kegiatan sehari-harinya jauh ke masa silam, mereka akan melihat sumbangsih Islam. Seseorang bangun, mandi dan gosok gigi, maka alat yang digunakan untuk menggosok gigi itu diperkenalkan orang Islam.
Lalu ia menengok jam – jam dinding atau jam tangan – maka alat itu pun diciptakan dan dibawa ke sana oleh orang Islam. Lalu ia menum kopi, kopi pun, beserta alat perasnya, diciptakan dan dibawa ke sono oleh orang Islam.
Lalu ia membaca koran yang terbuat dari kertas. Kertas pun diperkenalkan kesana oleh orang Islam. Kertas memang ditemukan di China, tapi orang Islam memperhalusnya dan memproduksinya secara massal.
Lalu orang Eropa mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, yang dibawa orang Islam. Eropa memang punya khazanah ilmu pengetahuan Yunani (Helenisme), dan tanpa tangan-tangan para sarjana Islam yang menerjemahkannya kedalam bahasa Arab, mereka tak akan menjumpai satu huruf pun dari khazanah keilmuan Yunani itu.
Selain karena saat itu, otoritas Gereja menghukum mati orang2 yg membaca lembaran2 Yunani tersebut.
Semua ilmuwan dan pemikir Eropa yang muncul setelah pudarnya masa keemasan Islam, telah lebih dulu mempelajari naskah-naskah para sarjana Islam dalam bahasa Arab, karena tak barang satu lembar naskah Yunani kuno tersisa.
Tapi para sarjana Eropa tak mau mengungkapkan bahwa mereka belajar dari kitab-kitab berbahasa Arab. Kenapa? Pertimbangan keselamatan dan keamanan.
Masa-masa itu gereja sangat berkuasa, bila ada ditemukan seseorang membaca naskah2 Yunani dan orang Islam mereka akan segera dituduh murtad dan dieksekusi mati. Sejak perang salib, anti-Islam itu makin menguat dan memaksa para ilmuwan menghilangkan jejak-jejak Islam dalam ilmu pengetahuan yang mereka kembangkan. Nicolaus Copernicus, yang lahir di Torin tahun 19 Februari 1473, dan meninggal di Frombork 25 Mei 1543, mengembangkan teori
Heliosentrisme, yakni perputaran planet-planet tata surya dengan Matahari sebagai pusatnya. Teori ini menghancurkan teori sebelumnya, yakni Geosentris, yang menganggap bumi sebagai pusat tata surya.
Untuk sampai ke teori itu, ia membaca ribuan naskah astronomi sejak zaman Yunani kuno, sampai zaman mutakhir abad ke-emasan Islam. Semua naskah yang dibahasanya berbahasa Arab, karena tak barang satu naskah kuno Yunani tinggal utuh dalam bahasa aslinya.
Namun Copernicus pun seorang seorang kanon gereja. Gereja bukan saja memusuhi Islam, tapi juga para ilmuwannya sendiri yang pemikirannya bertentangan dengannya. Karena itu, Copernicus menyembunyikan referensi-referensi Arab dalam penulisan teorinya.
Ketika Isaac Newton bilang: “ We stand on the shoulders of giants”, dia ingin jujur bahwa temuan-temuannya berdasar pada karya-karya akbar sebelumnya, tapi dia tak mau sebutkan siapa si giants itu. Toh semua orang bisa mafhum bahwa Newton merujuk kepada para sarjana Muslim, karena tidak ada giants Eropa pada masa itu.
Yang dimaksud si gajah oleh Isaac Newton itu tak diragukan lagi Ibnu al-Haitsam, ilmuwan Muslim dari Mesir, karena Haitsam lah yang menemukan teropong. Dengan temuannya ini Haitsam mementahkan anggapan sebelumnya bahwa mata memancarkan cahaya pada objek yang dilihat sehingga objek tersebut bisa terlihat oleh si pelihat. Haitsam menujukan justru objek lah yang memantulkan cahaya kepada mata si pelihat.
Haitsam lantas melakukan eksperimen tentang sifat cahaya dalam kamar gelap, yang disebut ‘kamara’. Kata Arab inilah yang menjadi nama alat potret yang disebut camera. Teori dan ujicoba tentang cahaya Haitsam inilah yang dijadikan sandaran Newton, yg oleh barat di sebut 'AlHazen'
Abu Rayhan Biruni, lahir 15 September 973 dan meninggal 13 Desember 1048, membuat penelitian radius bumi sejauh 6.339,6 kilometer. Ini penelitian radius bumi pertama kali dalam sejarah sains. Penelitian ini kemudian jadi rujukan utama bagi penelitian-penelitian geografi selanjutnya di Eropa dan Amerika.
Fatima al-Fihri, 851 Masehi, berusia 23 tahun ketika mulai membangun universitas yang kemudian menjadi perguruan tinggi pertama di dunia seperti yang kita kenal sekarang.
Perguruan tinggi itu, yang didirikan di kota Fes, Maroko, adalah bagian dari mesjid yang dibangunnya bernama Al Karaouine, mesjid terbesar di Afrika Utara. Selama pembangunan mesjid dan kampus itu, ia berpuasa tanpa henti sampai pembangunan betul-betul rampung, selama 13 tahun!
Al-Karaoine terbukti sangat berreputasi sebagai pusat pendidikan dan spiritual terkemuka. Di zaman ini, ia masuk Guinness Book of World Record sebagai perguruan tinggi tertua yang masih berjalan sampai sekarang.
Dari al-Karaouine lahir pemikir-pemikir besar, antara lain Al-Abbas al-Zwawi, Abu Madhab Al-Fasi, pencipta teori jurisprudensi madzhab Maliki, dan Leo Africanus, a penjelajah dan penulis termasyhur.
Sutaita al-Mahamli, hidup pada pertengahan abad 10, adalah ahli matematika perempuan di Bagdhad. Ia sering jadi saksi ahli di pengadilan untuk menghitung kerugian dalam sebuah persengketaan tentang property. Tentu keahliannya bukan hanya matematika, tapi juga sastra Arab, Fiqh dan hadits.
Itu sekedar menyebut dua dari ribuan tokoh perempuan dalam sejarah abad pertengahan, masa ketika kaum wanita Eropa merupakan makhluk paling terkungkung dalam masyarakat berperadaban di dunia. Mereka tak boleh membuka mulut di gereja, karena seperti diterangkan injil, “ it is disgraceful for a woman to speak in the church” (vv. 33-35).
Dan, sementara Islam mengharuskan penghormatan kepada ibu tiga kali lebih banyak daripada kepada bapak, di Eropa, seperti dijelaskan St. Thomas of Aquinas [1225-1274]:
“Children ought to love their Father more than they love their mother.”
Berikut ini adalah sepuluh dari ribuan warisan peradaban Islam yang masih melayani kita hari ini:
1. Bedah. Sekitar tahun 1000, doktor Al-Zahrawi menerbitkan buku setelah 1,500 halaman yang merupakan ensiklopedi bedah yang kemudian digunakan di Eropa selama lebih dari 5 abad selanjutnya. Zahrawi antara lain menemukan penggunaan benang halus untuk menjahit luka setelah pembedahan dan teknik menghilangkan bekas jahitan operasi. Dia juga dokter pertama yang menangani kelahiran secara sesar dengan menggunakan gunting.
2. Kopi . Entah sejak kapan kopi menjadi minuman sehari-hari sekaligus multiguna di Barat. Untuk bersantai, orang minum kopi. Untuk membuat badan sekaligus suasana hati [ mood ] lebih segar, orang minum kopi. Untuk menghangatkan badan, orang minum kopi. Tapi kopi bukan hasil bumi Eropa dan juga bukan industri kawasan itu. Orang Islamlah yang membawa kopi ke Eropa abad 16.
Kopi pertama kali diproses-peras di Yaman abad 9. Syahdan, kopi pada masa-masa awalnya digunakan kaum sufi agar tetap melek sepanjang malam untuk berdzikir, berdo’a, dan muqarrabah. Dan kemudian di namakan 'Qahwah', yang memberikan 'kekuatan'.
Kemudian kopi dibawa ke Kairo oleh para pelajar. Segera komoditi ini menjadi termasyhur di seantero kerajaan. Abad ke-13, kopi mencapai Turki. Baru abad ke-16 para pedagang Venesia kemudian mebawanya ke Eropa via Itali.
3. Mesin Terbang . Abbas bin Firnas adalah orang pertama yang berusaha membuat mesin terbang dan benar-benar terbang di abad 9. Sebuah rancangan kasar menyerupai burung dicoba di Cordoba, Spanyol. Mesin terbang bernama Firnas itu terbang beberapa saat, sebelum jatuh ke bumi dan sebagian badannya pecah. Rancangan ini kemudian menjadi inspirasi bagi Leonardo Da Vinci yang menggambar rancangan pesawat terbang beberapa tahun kemudian.
4. Aljabar. Kata ini berasal dari judul kitab matematika Persia termasyhur abad ke-9 ‘ Kitab al-Jabr Wa l-Mugabala’ yang artinya ‘buku penalaran dan keseimbangan’. Dibuat berdasarkan sistem Yunani dan Hindu, susunan aljabar baru menyatukan sistem tersebut untuk bilangan rasional, bilangan irasional dan besaran geometri. Matematikawan lain, Al-Khwarizmi, juga orang pertama yang memperkenalkan konsep deret ukur kedalam daya.
5. Optik. Banyak kemajuan penting dalan studi optik berasal dari dunia Islam. Seperti telah disinggung sebelumnya, sekitar tahun 1000, Ibn Al-Haytsam membuktikan bahwa manusia melihat objek dengan pantulan cahaya yang mengenai mata mereka. Ini mementahkan teori Ptolemy dan Euclid bahwa mata lah yang memancarkan cahaya ke objek yang dilihat. Psikawan besar ini juga penemu kamera, yang menjelaskan bagaimana mata melihat terbalik karena hubungan antara saraf optic dengan otak.
6. Musik. Eropa sekarang adalah kiblat musik dunia, namun ini bisa terjadi karena para musisi Muslim membawa musik ke kawasan itu, baik dalam bentuk instrument, kehalian maupun teori. Nama-nama not : do, re, mi, fa, sol, la, si, do, diambil dari alfabet Arab: dal, ra, mim, fa, shad, lam, siin.
Musisi Muslim mebawa gitar arab ebor ke Spanyol abad 9. Disana dimodifikasi jadi gitar dalam bentuknya yang sekarang. Selain itu adalah rahab, yang kemudian berkembang menjadi biola.
7.Engkol. Cara kerja otomatis pada berbagai alat zaman sekarang bersumber pada sistem saling putar roda yang dibangun para teknolog Muslim. Mereka mengkonversi gerak melingkar menjadi gerakan linear yang di kita disebut engkol. Konversi itu menjadikan kegiatan mengangkat benda-benda berat menjadi ringan – seperti pada mengayuh sepeda. Cara kerja dan tekonologi engkol ditemukan Al-Jazirin pada abad 12. Dari sini lahir sepeda dan mesin pembakaran.
8. Rumah sakit. Rumah sakit seperti yang kita kenal sekarang diawali di Mesir pada abad 9. Pusat pengobatan itu bernama Rumah sakit Tsulun, didirikan oleh Ahmad ibn Tsulun tahun 872 di Kairo. Rumah sakit ini menyediakan layanan pengobatan gratis – sebuah kebijakan yang umum di berbagai pemerintah Muslim ketika itu – bahkan sampai sekarang.
Invasi Islam sekarang
Hari ini, kembali Islam menginvasi Eropa, tapi tidak dengan pedang dan kekuatan peradaban seperti dulu, melainkan dengan shalat!
Di Paris, Prancis, lima sekali sehari seluruh kota nyaris terhenti dari berbagai kegiatan karena jalan-jalan dipenuhi orang-orang shalat berjama’ah. Kenapa tidak di mesjid? Karena mesjid-mesjid sangat tak cukup menampung jama’ah yang bertambah setiap hari. Hal yang sama terjadi di kota-kota lain di Eropa: London, Frankfurt, Moskow.
Dulu Islam mengarahkan Eropa ke peradaban dunia yang terang. Kini, kaum Muslimin menghadapkan Eropa ke wajah Allah..


Jumat, 19 Juli 2019

                             AJARI AKU IKHLAS

Ajari aku ikhlas, ketika aku berusaha berbuat baik tetapi balasan yang mereka beri malah sebaliknya .
Ajari aku ikhlas, ketika aku berusaha berkata jujur sementara orang lain tak mempercayaiku
Ajari aku ikhlas, ketika aku berusaha melakukan apa yang diperintahkanMu tapi banyak orang menghakimiku dengan kata-kata kasarnya .
Ajari aku ikhlas, ketika aku berusaha mengajak sesama saudaraku untuk melangkah dijalanMu tapi masih saja banyak orang yang malah berpikiran negatif kepadaku
Ajari aku ikhlas, ketika aku berusaha mengajarkan kebaikan tapi mereka malah menghujatku
Dan Ajari aku ikhlas, ketika hati ini terkadang tak bisa menerima perlakuan mereka yang tak menyukai perubahanku.
Karena sesungguhnya aku tidak pandai dalam hal ini, terkadang masih saja hati ini merasa tak terima ketika mereka melontarkan kata-kata kasarnya (sok alim, sok bijak, sok bener) sehingga hati ini terluka.
Ajari aku ikhlas Ya Rabb.

Jumat, 05 Juli 2019

IBLIS ITU SANGAT ALIM

Jika engkau bertanya tentang Al-Qur'an kpd iblis, maka iblis akan bisa menerangkan dengan sangat jelas, karena iblis tahu persis kapan ayat itu turun dari langit...
Jika engkau bertanya tentang ilmu hadist kepada iblis, maka iblis akan sangat pandai menjelaskannya,
karena iblis tahu asbabul wurud dari hadist tsb....
Jika engkau bertanya tentang kisah para nabi, iblis akan dengan tepat menceritakannya karena iblis sudah ada sejak nabi adam masih berada dalam surga...
iblis ahli alqur'an...
iblis ahli hadist....
iblis ahli riwayat..
iblis alim/pandai dalam segala ilmu...
Tapi iblis tidak menjadi kekasih Allah, karena dalam diri iblis ada kalimat...
AKU LEBIH BAIK DARI KAMU
Semoga sedikit ilmu yg dititipkan Allah Subhana Wa Ta'alla dihati kita tidak menjadikan kita sombong dalam segala urusan...
Juga paham bahwa ilmu tak menjamin orang pasti ta'at dan sholeh.
Yang aku takut...
Hatiku kian mengeras dan sulit menerima nasehat, namun sangat pandai menasehati
Yang aku takut...
Aku merasa paling benar, sehingga merendahkan yang lain.
Yang aku takut...
Egoku terlalu tinggi, hingga merasa paling baik di antara yang lain.
Yang aku takut...
Aku lupa bercermin, namun sibuk berprasangka buruk kepada yang lain.
Yang aku takut...
Ilmuku akan membuatku menjadi sombong, memandang yang lain berbeda denganku.
Yang aku takut...
Lidahku makin lincah membicarakan aib orang lain, namun lupa dengan aibku yang menggunung dan tak sanggup kubenahi.
Yang aku takut...
Aku hanya hebat dalam berkata namun buruk dalam berbuat.
Yang aku takut...
Aku hanya cerdas dalam mengkritik, namun lemah dalam mengkoreksi diri sendiri.
Yang aku takut...
Aku membenci dosa orang lain, namun saat aku sendiri buat dosa aku enggan membencinya.
Kiranya Allah Subhana Wa Ta'alla
senantiasa menyadarkanku sehingga lebih rajin instrospeksi diri daripada mengurusi orang lain yang belum tentu perilaku dan tutur katanya lebih baik dari diriku. Aamiin...
Selalu melalui melihat ke dalam hati.
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholii 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim.


Selasa, 02 Juli 2019

"WAHAI JIBRIL..SEKIRANYA KAMU TERBANG SELAMA TIGA RATUS RIBU TAHUN..TAKKAN BISA MENCAPAI SEPERSEPULUHNYA PAHALA SHALAT UMAT MUHAMMAD..."

Rasulullah SAW bersabda :
"Allah SWT menciptakan Malaikat Jibril As dengan rupa yang sebaik-baiknya dan DIA jadikan enam ratus sayap dan tiap-tiap sayap jaraknya antara timur sampai barat".
Dengan penciptaan yang luar biasa itu, maka Jibril berkata kepada Allah SWT :
"Yaa Allah, adakah Engkau telah menciptakan makhluk lain yang lebih indah rupanya daripada aku ?".
Allah SWT menjawab : "Tidak ada..."
Maka bangkitlah Jibril As, lalu shalat dua rakaat, sebagai bentuk rasa syukurnya kepada Allah SWT..Dimana tiap rakaatnya, saat berdiri dia lakukan selama dua puluh ribu tahun!
Ketika selesai shalat, Allah SWT berfirman :
"Wahai Jibril, kamu telah menyembah-Ku dengan bersungguh-sungguh dan tidak ada satupun yang menyembah AKU seperti ibadahmu itu...Akan tetapi, akan datang pada akhir zaman, seorang Nabi mulia yang AKU kasihi, bernama Muhammad..,
"Dia mempunyai umat yang lemah, lagi berdosa...Mereka melakukan shalat dua raka'at, kadang lalai, tidak sempurna dan dalam waktu yang sebentar saja...Namun, demi Rahmat-Ku, shalat mereka lebih AKU sukai daripada shalatmu itu...Itu karena, shalat mereka berdasarkan perintah-Ku, sedangkan kamu melakukan shalat tanpa perintah-Ku".
Lalu Malaikat Jibril bertanya :
"Yaa Allah...Apakah yang Engkau berikan kepada mereka, sebagai balasan atas ibadah mereka?"
Allah SWT menjawab, "Aku berikan mereka Surga Ma'wa".
Mendengar nama Surga Ma'wa, Jibril pun meminta izin kepada Allah SWT untuk melihat Surga itu dan Allah mengabulkan permintaan Jibril..Maka dengan perasaan senang, lalu ia mengepakkan seluruh sayap-sayapnya dan terbang..Setiap kali ia buka sepasang sayapnya, ia dapat menempuh jarak sejauh perjalanan tiga ratus ribu tahun dan setiap kali ia tangkupkan sayapnya, ia dapat menempuh jarak seperti itu juga.
Malaikat Jibril terbang sedemikian rupa selama tiga ratus tahun, namun ia tidak mampu melihat Surga Ma'wa..Kemudian hinggaplah ia pada bayang-bayang sebuah pohon dan ia pun sujud kembali kepada Allah SWT, lalu dalam sujudnya ia berkata :
"Yaa Allah..Adakah aku telah mencapai separuh Surga itu atau sepertiga, atau seperempatnya ?".
Allah SWT menjawab :
"Wahai Jibril, sekiranya kamu terbang selama tiga ratus ribu tahun lagi dan AKU berikan kepadamu kekuatan lagi seperti kekuatanmu saat ini, serta AKU tambah sayap-sayapmu dan kamu terbang, seperti yang telah kamu lakukan...Kamu tidak akan mencapai sepersepuluhnya dari apa yang AKU berikan kepada umat Muhammad, sebagai balasan atas shalat mereka dua raka'at".
Subhanallah..Alhamdulillah..Betapa beruntungnya kita karena telah Allah taqdirkan kita sebagai Umat Nabi Muhammad SAW...Aamiin...
Allahuma sholi 'ala sayidina Muhammad nabiyil umiyi wa 'ala 'alihi wa shohbihi wa salim


Kisah Tabi’in Syuraih al-Qadhi, Hakim yang Bijak


     Hari itu, amirul mukminin Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu membeli seekor kuda dari seorang dusun. Setelah membayarnya, beliau menaiki kuda tersebut dan bermaksud pulang menuju rumahnya. Namun tak seberapa jauh dari tempat itu, tiba-tiba kuda tersebut menjadi cacat dan tak mampu melanjutkan perjalanan. Maka Umar membawanya kembali kepada si penjual seraya berkata,
Umar: “Aku kembalikan kudamu, karena ternyata dia cacat.”
Penjual: “Tidak wahai amirul mukminin, tadi aku menjualnya dalam keadaan baik.”
Umar: “Kita cari seseorang yang akan memutuskan permasalahan ini.
Penjual: “Aku setuju, aku ingin Syuraih bin al-Harits al-Kindi menjadi hakim bagi kita berdua.”
Umar: “Mari.”
Amirul mukminin Umar bin Khathab bersama penjual kuda tersebut mendatangi Syuraih. Umar mengadukan penjual itu kepadanya. Setelah mendengarkan juga keterangan dari orang dusun tersebut, Syuraih menoleh kepada Umar bin Khathab sambil berkata,
Syuraih: “Apakah Anda mengambil kuda darinya dalam keadaan baik?”
Umar: “Benar.”
Syuraih: “Ambillah yang telah Anda beli wahai amirul mukminin, atau kembalikan kuda tersebut dalam keadaan seperti tatkala Anda membelinya.”
Umar: (memperhatikan Syuraih dengan takjub lalu berkata) “Hanya beginikah pengadilan ini? Kalimat yang singkat, dan hukum yang adil. Berangkatlah ke Kufah, karena aku mengangkatmu menjadi qadhi di sana.”
Ketika Umar menetapkan Syuraih bin al-Harits sebagai qadhi, beliau bukanlah sosok yang asing di kalangan masyarakat Madinah. Beliau adalah orang yang memiliki kedudukan di antara para ahli ilmu, tokoh-tokoh terkemuka, para sahabat dan para tokoh tabi’in.
Beliau termasuk dalam bilangan ulama yang terhormat dan utama, diperhitungkan dalam tingkat kecerdasan, kebagusan perilaku, banyaknya pengalaman, dan kedalaman wawasannya.
Beliau dilahirkan di Yaman kota al-Kindi, hidup lama dalam masa jahiliyah. Ketika cahaya hidayah datang di jazirah Arab memancarkan sinar Islamnya sampai ke Yaman, Syuraih termasuk orang pertama yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, turut menyambut dakwah menuju hidayah dan kebenaran.
Siapapun yang mengetahui keutamaan dan keistimewaan pribadinya berandai sekiranya Syuraih lebih cepat sampai ke Madinah dan bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum wafat, tentu beliau bisa menggali ilmu dari sumbernya secara langsung tanpa perantara. Beliau bisa mendapat bagian kehormatan sebagai sahabat setelah mendapatkan hidayah itu, hanya saja apa yang telah ditakdirkan untuknya telah terjadi.
Bukanlah berarti gegabah jika al-Faruq Umar bin Khathab menyerahkan jabatan dalam pengadilan agung itu kepada seorang tabi’in, meski dalam masyarakat Islam saat itu masih banyak sahabat Nabi yang bersinar cemerlang bagai cahaya bintang. Waktu pun telah membuktikan betapa firasat dan pilihan Umar radhiyallahu ‘anhu adalah tepat.
Terbukti, Syuraih menjadi qadhi di pengadilan selama 60 tahun secara berturut-turut sejak masa khilafah Umar bin Khathab, lalu Utsman bin Affan, lalu Ali bin Abi Thalib, Muawiyah serta khalifah setelah Mu’awiyah dari Bani Umayyah. Hingga akhirnya beliau mengundurkan diri pada awal pemerintahan Hajjaj bin Yusuf sebagai wali di Irak.
Beliau telah berumur 107 tahun. Hidupnya penuh dengan peritiwa dan pujian. Pengadilan Islam bersinar karena keindahan keputusan-keputusan Syuraih dan semerbak dengan indahnya kepatuhan dari kaum muslimin maupun non muslim. Itu semua karena ditegakkannya syariat-syariat Allah oleh Syuraih, juga berkat kerelaan semua orang untuk menerima keputusannya.
Lembaran buku-buku sangat padat menceritakan indahnya keputusan orang yang cerdik ini, tentang berita, perkataan dan perilakunya.
Di antara kisah tersebut adalah ketika Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib kehilangan pakaian perang yang menjadi kesayangannya. Lalu dia dapatkan bahwa barang tersebut berada di tangan seorang kafir dzimmi (kafir yang dilindungi di negeri Islam) yang tengah berjualan di pasar Kufah. Begitu melihatnya, spontan Ali berkata: “Ini adalah milikku yang jatuh dari ontaku pada malam anu di tempat anu.”
Namun dia mengelak dan berkata, “Ini adalah barangku dan berada di tanganku wahai amirul mukminin!” Ali berkata, “Ini milikku, aku tak merasa pernah menjualnya kepada orang lain atau memberikannya hingga sampai berada di tanganmu.”
Orang dzimmi berkata, “Kalau begitu kita datang kepada qadhi!”
Ali berkata, “Engkau adil, mari kita ke sana!”
Maka pergilah keduanya menuju qadhi Syuraih. Setelah masuk dan duduk dalam sidangnya, bertanyalah qadhi Syuraih,
Syuraih: “Apa tuduhanmu wahai amirul mukminin?”
Ali: “Kudapati barangku berada di tangan orang ini. Barang itu jatuh dari ontaku pada malam anu di tempat anu, lalu sampai di tangan orang ini, padahal aku tidak menjual kepadanya tidak pula kuberikan sebagai hadiah.”
Syuraih: “Bagaimana jawaban Anda?” (wahai dzimmi)
Dzimmi: “Barang ini milikku, dia ada di tanganku. Tapi aku tidak menuduh amirul mukminin berdusta.”
Syuraih: “Aku tidak meragukan kejujuran Anda wahai amirul mukminin, bahwa barang ini milikmu. Tetapi harus ada dua orang saksi yang membuktikan kebenaran tuduhanmu.”
Ali: “Baik, aku punya dua orang saksi, pembantuku Qanbar dan putraku Hasan.”
Syuraih: “Tetapi kesaksian anak bagi ayahnya tidak berlaku wahai amirul mukminin.”
Ali: “Subhanallah, seorang ahli surga ditolak kesaksiannya? Apakah Anda tak pernah mendengar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa Hasan dan Husein adalah pemuka para pemuda penduduk surga?”
Syuraih: “Aku mengetahui itu wahai amirul mukminin, hanya saja kesaksian anak untuk ayahnya tidak berlaku.”
Mendengar jawaban itu, Ali menoleh kepada si dzimmi dan berkata, “Ambillah barang itu, sebab aku tak punya saksi lagi selain keduanya.”
Si dzimmi berkata, “Aku bersaksi bahwa barang itu adalah milik Anda wahai amirul mukminin. Ya Allah, amirul mukminin menghadapkan aku kepada seorang hakimnya, dan hakimnya memenangkan aku. Aku bersaksi bahwa agama  yang mengajarkan seperti ini adalah agama yang benar dan suci. Aku bersaksi bahwa tiada ilah yang haq kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Wahai qadhi, ketahuilah bahwa barang ini adalah milik amirul mukminin, waktu itu aku mengikuti pasukannya ketika menuju ke Shiffin. Pakaian ini jatuh dari onta, lalu aku mengambilnya.”
Berkatalah Ali kepada si dzimmi: “Karena kini Anda telah menjadi muslim, maka aku hadiahkan pakaian ini untukmu, dan aku hadiahkan kuda ini untukmu juga.”
Tak lama setelah peristiwa itu, tampak orang itu turut memerangi golongan Khawarij di bawah panji Ali radhiyallahu ‘anhu pada hari an-Nahwaran. Ia bertempur dengan penuh semangat hingga mendapati rezeki syahid.
Bukti akan ketegasan Syuraih nampak di saat putranya berkata, “Wahai ayah, aku sedang memiliki masalah dengan suatu kaum, Aku berharap ayah mempertimbangkannya. Jika kebenaran ada dipihakku, maka putuskanlah di pengadilan, tetapi jika kebenaran ada di pihak mereka, maka usahakanlah jalan damai.” Lalu dia menceritakan semua masalahnya. Syuraih berkata, “Ajukanlah masalahmu ke pengadilan!”
Kemudian putra Syuraih mendatangi orang yang berselisih dengannya dan mengajak mereka untuk memperkarakan masalah antara mereka ke pengadilan dan mereka pun setuju. Begitu menghadap Syuraih, ternyata kemenangan tidak berada di pihak putranya.
Sesampainya Syuraih dan putranya di rumah, putranya berkata, “Wahai ayah, keputusanmu telah membuatku malu. Demi Allah, kalau saja sebelumnya aku tidak bermusyawarah denganmu, tentulah aku tidak menyalahkanmu.”
Syuraih berkata, “Wahai putraku, demi Allah aku mencintaimu lebih dari dunia dan seisinya. Tetapi, bagiku Allah lebih agung dari itu semua dan dari dirimu. Aku khawatir jika aku beritahukan terlebih dahulu bahwa kebenaran berada di pihak mereka, maka engkau akan mencari jalan damai dan itu merugikan sebagian hak mereka. Oleh sebab itu, aku putuskan perkara seperti yang kau dengar tadi.”
Suatu ketika, salah satu putra Syuraih telah memberikan jaminan kepada seseorang dan jaminannya diterima. Tapi ternyata orang yang dijamin tersebut melarikan diri dari pengadilan. Tanpa pandang bulu Syuraih memenjarakan putranya, karena dialah yang menjadi jaminannya. Lalu beliau menjenguk dan membawakan makanan untuk putranya ke penjara setiap harinya.
Terkadang keraguan Syuraih muncul ketika mendengar kesaksian sebagian saksi, tapi dia tidak bisa menolak kesaksian mereka karena memenuhi semua syarat pengadilan. Bila menghadapi hal yang demikian, maka sebelum orang-orang itu bersaksi Syuraih berkata kepada mereka, “Dengarkanlah, semoga Allah memberi hidayah kepada kalian. Pada hakikatnya yang menghukum orang ini adalah kalian, sesungguhnya aku takut jika kalin masuk neraka karena bersaksi palsu, sedangkan kalian tentunya lebih layak untuk takut. Sekarang masih ada waktu untuk berpikir kembali sebelum kalian memberikan kesaksian.”
Ketika mereka tetap dengan pendiriannya, maka Syuraih menoleh kepada si tertuduh dan berkata, “Ketahuilah saudara, bahwa aku menghukum Anda atas dasar kesaksian mereka. Andai saja kulihat engkau ini zalim sekalipun, aku tidak akan menghukum atas dasar tuduhan, melainkan atas dasar kesaksian. Keputusanku tidaklah menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah atasmu.”
Motto yang selalu diulang-ulang oleh Syuraih di sidang pengadilan adalah:
Kelak yang zalim akan tahu kerugian di pihak siapa
Yang zalim menanti siksa
Yang dizalimin menunggu keadilan
Aku bersumpah atas nama Allah bahwa setiap orang yang meninggalkan sesuatu karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, niscaya aku merasa kehilangan dia.
Syuraih tidak hanya mampu mewujudkan nasihat bagi Allah, Rasul, dan kitab-Nya saja, namun juga nasihat bagi seluruh kaum muslimin secara umum maupun yang khusus (pemimpin mereka).
Salah seorang sahabatnya bercerita, “Suatu kali, Syuraih mendengar keluhanku kepada seorang teman. Kemudian beliau mengajakku ke suatu tempat lalu berkata, “Wahai putra saudaraku.. janganlah engkau mengeluh kepada selain Allah.. karena sesungguhnya barangsiapa yang mengeluh kepada selain Allah berarti dia mengeluhkannya kepada teman atau kepada musuh. Jika mengeluh kepada teman berarti kamu telah membuat temanmu bertambah sedih.. dan jika kau keluhkan terhadap musuh (orang yang membencimu) niscaya dia akan meledekmu.” Kemudian beliau berkata, ‘Lihatlah sebelah mataku ini, demi Allah aku tidak bisa melihat orang ataupun jalan dengannya selama lebih dari 15 tahun, tapi akut idak pernah memberitahukannya kepada siapapun kecuali engkau sekarang ini. Tidakkah Anda mendengar ucapan hamba Allah yang shalih:
“Aku hanya mengeluhkan segala kesedihan dan keresahanku kepada Allah.” (QS. Yusuf: 86)
Maka jadikanlah Allah sebagai tempat pengaduanmu dan mencurahkan keresahanmu setiap kali musibah menimpa dirimu, sebab Dia Maha Pemurah dan sangat dekat.”
Pernah beliau melihat seseorang minta sesuatu  kepada orang lain, maka beliau berkata, “Wahai putra saudaraku, barangsiapa meminta kepada orang lain untuk suatu hajat, maka dia menyiapkan dirinya untuk diperbudak. Bila diberi, maka dia dibeli, bila ditolak, keduanya menjadi hina. Yang satu karena kikirnya, yang satu karena ditolak. Ketahuilah bahwa tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah, tidak ada pertolongan kecuali dari Allah.
Telah terjadi wabah tha’un di Kufah, lalu salah seorang teman Syuraih mengungsi ke Najaf untuk menghindari wabah. Syuraih menulis surat kepadanya:
“Amma ba’du, sesungguhnya bahwa tempat yang engkau lari dari padanya tidak akan mendekatkan ajalmu dan merampas hari-harimu. Dan tempat di mana kamu tinggal sekarang juga berada di tangan dan genggaman yang tak bisa dihindari oleh orang yang lari, tak ada yang bisa menghalangi kehendak-Nya. Kami dan kalian berada dalam satu atap dan kekuasaan satu Raja, sedangkan Najaf adalah sangat dekat bagi Yang Maha Mampu dan Maha Kuasa.”
Di samping segala kelebihan tersebut, Syuraih juga termasuk orang yang lembut perasaannya, mudah tersentuh hatinya, menyenangkan tatkala bergaul dan periang. Ada suatu riwayat yang menceritakan bahwa beliau memiliki anak kecil berusia 10 tahun. Anak itu senang bermain-main. Suatu hari dia meninggalkan pelajarannya untuk pergi melihat anjing.
Begitu pulang, bertanyalah sang ayah: “Sudah shalatkah engkau?” “Belum,” jawabnya.
Maka Syuraih mengirim surat kepada gurunya:
Dia tinggalkan shalat karena anjing yang sedang berkejaran dengan betinanya, maka dia akan datang esok kepada Anda dengan lembaran tercatat sebagai tertuduh. Bila datang kepadamu, obatilah dengan teguran atau ingatkan ia dengan nasihat yang tepat. Bila harus dicambuk pakailah rotan, setelah hitungan ketiga hentikanlah.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati al-Faruq radhiyallahu ‘anhu yang telah menaruh dalam keadilan Islam sebutir berlian yang tak ternilai harganya. Ditaruhnya Syuraih sebagai qadhi, seorang yang bersih hatinya dan indah keputusannya, seorang yang mencintai kaum muslimin. Beliau adalah lentera yang bersinar, yang hingga kini terus menjadi pantulan fikih bagi syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala, di mana kaum muslimin mendapatkan dan pemahamannya akan sunah Rasul-Nya yang akan menajdi kebanggaannya di hari kiamat karena kefakihan dia akan syariat Allah.
Semoga Allah merahmati Syuraih yang telah menegakkan neraca keadilan di tengah masyarakat muslim selama 60 tahun. Beliau tidak pernah takut kepada sesama manusia, tidak melanggar batas-batas kebenaran dan tidak membedakan raja dengan rakyat jelata.

Sumber: Mereka adalah Para Tabi’in, Dr. Abdurrahman Ra’at Basya, At-Tibyan, Cetakan VIII, 2009
https://kisahmuslim.com/2815-tokoh-tabiin-syuraih-al-qadhi-hakim-yang-bijak.html