InspirasI

Jumat, 30 Agustus 2013

NUPTK

Kepada pengguna PADAMU NEGERI seIndonesia,
Kami informasikan bahwa pengaktifkan akun siswa dan pelaksanaan EDS Siswa secara independen dapat mulai dilaksanakan pada:
Hari : Senin
Tanggal : 19 Agustus 2013
Pukul : 17.00 WIB
Pada EDS Siswa mensyaratkan setiap siswa wajib memiliki akun login untuk akses ke PADAMU NEGERI dengan tata cara sebagai berikut:
  • Admin/Operator Sekolah mendaftarkan data akun siswa melalui SIAP Sekolah Edisi Gratis masing-masing.
  • Admin/Operator mencetak surat tanda bukti akun login setiap siswa dan diserahkan kepada siswa bersangkutan.
  • Siswa login ke situs http://padamu.siap.web.id dan mengisi angket EDS secara online langsung mandiri.
  • Jumlah siswa per sekolah untuk mengisi angket EDS minimal 30 koresponden.
Untuk Panduan EDS Siswa silakan unduh disini
Demikian informasi ini disampaikan, terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya. Mari kita sukseskan bersama mengisi kemerdekaan bangsa dengan mendorong partisipasi aktif para siswa untuk mengisi EDS masing-masing secara independen.
Salam PADAMU NEGERI untuk Indonesiaku … Merdeka !
Tim Admin Pusat
BPSDMPK-PMP KEMDIKBUD 2013
Hari hari ini disibukkan dengan penginputan data NUPTK dan Permohonan NUPTK Baru teman-teman di MIN Glesungrejo.Alhamdulillah semuanya dilancarkan oleh Alloh dengan dipermudah mengerjakan. Padamu Negeri benar-benar menyita waktu dan pikiran. Operator Sekolah Memang menjadi Pahlawan dalam Pengurusan NUPTK Tahun ini.

Sabtu, 17 Agustus 2013

INDONESIA MERDEKA KE 68
SELAMAT SEMOGA SUKSES

MAKNA KEMERDEKAAN

68 tahun silam, 17 Agustus 1945, kata ini begitu populer. Begitu dinanti oleh seluruh bangsa Indonesia. Pembacaan proklamasi, dilanjutkan pidato singkat tanpa teks oleh Soekarno dan pengibaran bendera Merah Putih yang dijahit oleh ibu Fatmawati, kemudian tersebar luas ke penjuru negeri, meski pasukan Jepang sempat melarang penyebaran berita proklamasi via radio. Proklamasi kemerdekaan akhirnya disebarluaskam melalui pemasangan plakat, poster, sampai coretan di tembok dan gerbong kereta api dengan slogan ‘Respect Our Constitution August 17!!!’
Saat Soekarno memproklamirkan kemerdekaan, rasanya hilang sudah sebuah beban yang bersarang di hati para penduduk Indonesia kala itu. Menjadi manusia merdeka seutuhnya di tanah kelahiran. Menjadi manusia merdeka yang terlepas dari tindasan bangsa lain.
Makna manusia merdeka kala itu begitu terasa hebatnya, hingga bergetar bibir dan hati saat memekikkan “Merdeka!’ Kini, setelah 68 tahun berlalu, masihkah kita bisa memaknai manusia merdeka? Setelah tak ada lagi paksaan dan tindasan dari penjajah, masih bergetarkah hati saat mendengar teriakan merdeka?
Menjadi manusia merdeka yang bukan sekedar kata-kata harusnya tidak semakin sulit untuk dilakukan. Merdeka dari segala ketidakberdayaan untuk berkarya, bisa langsung dilakukan. Merdeka dari belenggu ketidaktahuan, merdeka dari kebodohan, serta kemiskinan sudah seharusnya menjadi prioritas utama.
Pekik merdeka seharusnya tak kalah lantang dengan maknanya. Merdeka untuk meraih beragam kesempatan yang ada. Merdeka untuk bisa percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki. Merdeka dari segala beban yang kita buat sendiri. Kawan, saatnya kita teriakkan kemerdekaan, tak hanya lantang di bibir, tapi juga semangat di tiap aksi.


Sabtu, 10 Agustus 2013


ASAL USUL BUDAYA MUDIK


Dari mana kata "mudik" bermula. Bagaimana asal-usulnya? Sesekali, menarik juga memahami sebuah kata yang akhirnya menjadi budaya di negeri ini. Boleh jadi, satu-satunya tradisi unik yang dilakukan hampir seluruh orang dalam satu negara, sekaligus sebagai fenomena mengagumkan di mata dunia.
 Setiap ahli punya opini sendiri tentang makna kata "mudik". Kita akan lihat bersama beberapa pandangan tersebut.
Kalau saya sebagai orang Jawa mengartikan mudik adalah “Mulih Dhisik” yang artinya Pulang dahulu. Pulang untuk melihat kampong halaman dan bersilaturahmi dengan orangtua, saudara kerabat dan yang lainnya.
Mudik dari Betawi?
 Dalam pergaulan masyarakat Betawi terdapat kata "mudik" yang berlawanan dengan kata "milir". Bila mudik berarti pulang, maka milir berarti pergi.
 Kata "milir" merupakan turunan dari "belilir" yang berarti: pergi ke Utara. Dulu, tempat usaha banyak berada di wilayah Utara - lihat sejarah Batavia dan Sunda Kelapa. Karena itulah kata "mudik" bermakna: Selatan.
 Pekerja Betawi pulang ke rumah atau mudik
 Sehubungan dengan kata ini, pendapat lain mengungkapkan bahwa kaum urban di Sunda Kelapa sudah ada sejak abad pertengahan. Orang-orang dari luar Jawa mencari nafkah ke tempat ini, menetap dan pulang kembali ke kampungnya saat hari raya Idul Fitri tiba. Karena itulah, kata "mudik" dalam istilah Betawi juga mengartikan "menuju udik" (pulang kampung).
Mudik, budaya Agraris?
 Ada pula pendapat mengatakan mudik merupakan tradisi primordial masyarakat petani Jawa. Mereka sudah mengenal tradisi ini bahkan jauh sebelum Kerajaan Majapahit berdiri.
 Biasanya tujuan pulang kampung untuk membersihkan pekuburan dan doa bersama kepada dewa-dewa di kahyangan untuk memohon keselamatan kampung halamannya yang rutin dilakukan sekali dalam setahun.
 Tradisi 'nyekar' masih terlihat hingga kini. Kebiasaan membersihkan dan berdoa bersama di pekuburan sanak keluarga sewaktu pulang kampung masih banyak ditemukan di daerah Jawa.
Mudik ada sejak nenek moyang?
 Bagaimana dengan pernyataan bahwa mudik telah ada sejak zaman nenek moyang? Beberapa ahli mengaitkan tradisi mudik ada, karena masyarakat Indonesia merupakan keturunan Melanesia yang berasal dari Yunan, Cina. Sebuah kaum yang dikenal sebagai pengembara. Mereka menyebar ke berbagai tempat untuk mencari sumber penghidupan.
 Pada bulan-bulan yang dianggap baik, mereka akan mengunjungi keluarga di daerah asal. Biasanya mereka pulang untuk melakukan ritual kepercayaan atau keagamaan. Pada masa kerajaan Majapahit, kegiatan mudik menjadi tradisi yang dilakukan oleh keluarga kerajaan. Sejak masuknya Islam, mudik dilakukan menjelang Lebaran.
Mudik dalam kajian bahasa Arab
 Untuk menguatkan akar mudik berkaitan dengan tradisi islami, beredar pula argumen makna mudik dalam kajian ala timur-tengah.
 Kata "mudik" seperti istilah arab untuk "badui" sebagai lawan kata "hadhory". Sehingga dengan sederhana bisa diambil kesimpulan bahwa mudik, adalah kembali ke kampung halaman.
Mudik dari akar kata “ adhoo-a” yang berarti “ yang memberikan cahaya atau menerangi” Ini bisa dipahami dengan mudah, bahwa mereka para pemudik itu secara khusus memberikan ‘cahaya’ atau menerangi kampung-kampung halaman mereka.
Mudik dari akar kata “ Adhoo-‘a”, yang berarti “ yang menghilangkan “
 Selanjutnya, mudik berasal dari bahasa arab yang berarti : orang yang menghilangkan. Hal ini juga akan mudah kita tangkap, bahwa mereka pemudik itu adalah orang-orang perantauan yang dipenuhi beban perasaan kerinduan, dan kesedihan karena jauh dari orangtua, keluarga atau kampung halamannya. Karenanya mereka melakukan aktifitas mudik , dalam rangka ‘menghilangkan’ semua kesedihan tersebut.
Mudik dari akar kata “ adzaa-qo” yang berarti “ yang merasakan atau mencicipi “
 Orang yang mudik ke kampung halaman pastilah mereka yang ingin kembali ‘merasakan dan mencicipi’ suasana kampung tempat kelahiran.

Mengapa identik dengan Lebaran?
 Di zaman purba Indonesia ada upacara setiap tahun yang bermakna manunggal dengan nenek moyang sebuah komunitas. Sisa-sisa upacara demikian masih lestari dalam bentuk bersih desa, ngalaksa, seren taun, ngarot dan banyak lagi.
 Dalam upacara-upacara semacam itu dilakukan penyatuan manusia sebagai mikrokosmos dengan alam sebagai makrokosmos dan arwah nenek moyang berupa mitos-mitos sebagai metakosmos.
 Rangkaian upacaranya mulai dari mandi bersama (bersih badan), pantang dan puasa, ziarah kubur, seni pertunjukan yang mementaskan kisah mitologi nenek moyang pendiri wilayah, dan akhirnya makan bersama atau kenduri. Tempatnya bisa di tanah lapang, di balai desa, di leuwi, di mata air, di kuburan desa.  
            Dalam upacara-upacara tahunan semacam itulah seluruh penduduk kampung kumpul bersama, tua atau muda atau kanak-kanak.  Upacara menyatukan diri seluruh penduduk kampung dengan makrokosmos dan metakosmos ini, dapat bermakna sangkan-paran atau kembali menyatu dengan yang asal. Mereka sedang munggah atau mudik. Kembali ke indung asal kehidupan ini. Kembali ke Sang Pencipta dengan seluruh warga yang masih hidup maupun yang sudah meninggal.
 Ketika agama Islam dipeluk oleh bangsa Indonesia, maka sisa-sisa ritual primordial ini tidak dilenyapkan karena sudah merupakan bagian dari arketip budayanya. Kalau tidak melakukan, mereka merasa ada yang hilang dari bagian dirinya sebagai kelompok.
            Padanan untuk itu adalah bulan puasa bagi umat Islam, atau puncaknya pada hari Lebaran. Tradisi manusia Indonesia untuk nyekar atau menebar bunga di kuburan nenek moyang, mandi bersama di pantai atau di sungai desa, mengirim makanan bagi sanak saudara, yang semua itu dilakukan sebelum bulan puasa, adalah inkulturisasi Islam terhadap budaya sebelumnya.

@Diolah dari berbagai sumber - apakabardunia.com

Rabu, 07 Agustus 2013

 IDHUL FITRI

Idul Fitri merupakan hari yang disongsong dan dinanti oleh begitu banyak manusia, khususnya yang beragama Islam dan terlebih yang menunaikan puasa bulan Ramadan. Segala persiapan dilakukan dan fasilitas disediakan untuk mensiarkan hari yang jatuh pada tanggal 1 syawal itu. Apa sebenarnya makna di balik mobilisasi yang begitu  masif dan meriah itu?

Makna asalnya dari kata “’Ied” yaitu  hari raya dan “fitri” artinya berbuka puasa atau Lebaran. Ia adalah hari berbuka secara massal setelah sebulan kaum muslimin menjalani puasa. Rasa bahagia saat berbuka di waktu maghrib selama sebulan seakan dirapel pada tanggal 1 syawal di hari raya Lebaran. Kegembiraan itu bagai kado Ilahi bagi para shaimin/shaimat karena selesai menunaikan kewajiban puasa sebulan, dan kelak di hari pertemuan denganNya akan diberikan kado “rapel kebahagiaan” menjalankan puasa sepanjang usia ditambah bonus Ilahi lainnya. Demikian isi hadits Nabi menegaskan.

Ekspresi dan tampilan  Idul Fitri sebagai ”Iduna Ahlil Islam” kata Nabi “Hari Raya kami penganut Islam”. Sebagai “yaumu aklin  wa syurbin wa bahjatin” yakni hari makan-minum dan bersuka cita. Sehingga diharamkan  berpuasa pada hari ini dan diwajibkan kepada seluruh ahlul Islam memastikan tidak  ada seorang anak muslim pun yang tidak ikut berlebaran. Demi kebesaran hari ini maka harus terbebas dari pengemis. Untuk itu secara khusus zakatul fitri diwajibkan.

Dengan menjalankan puasa Ramadan secara benar ada jaminan dibersihkan dari dosa vertikal dan dengan silaturahim saling memaafkan/membebaskan maka sesama muslim akan terbebas dari dosa horizontal. Dengan begitu Idul Fitri juga bermakna kembali kepada kesucian terbebas dari dosa perdosa. Kembali seperti bersihnya seorang bayi yang dlahirkan dalam fithrah, tidak membawa beban dosa apapun. Dalam kondisi fithri maka setiap insan siap untuk menerima agama Allah yang fithri, yaitu agama Islam dan agama tauhid.

Sebagaimana dinyatakan dalam Al Quran Surah Al Rum ayat 30: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama Allah, firah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Itulah makna Idul Fithri. Semoga kita raih semuanya.