|
24
TIPS MENEM PUH KEHIDUPAN
|
|
|
InspirasI
Selasa, 19 November 2013
Senin, 18 November 2013
TANGGAL 17 NOVEMBER SELALU KUINGAT
Tanggal ini selalu mengingatkanku pada sosok adikku
tercinta yang telah tiada. Sungguh bila kumengingat hatiku terasa sedih karena
ditinggal saudara satu-satunya dalam hidup ini. Terlahir 2 bersaudara dengannya
ayahku memberi nama Sigit Agung Nugroho. Dia Lahir tanggal 17 November 1984 dan
meninggal tanggal 19 November 2006. Meninggal
di rumah sakit karena penyakit liver dan paru sungguh suatu penyakit yang
datangnya tak kuduga sebelumnya Hidup kata orang bagaikan seperti orang berjalan ke suatu
tempat yang tak kan mungkin berbalik kearah sebelumnya.
Sabtu, 16 November 2013
Jumat, 15 November 2013
HAKEKAT DUNIA
Sahabat yang mulia, Jabir bin Abdullah, mengabarkan bahwa Rasulullah pernah melewati sebuah pasar hingga kemudian banyak orang yang mengelilinginya. Sesaat kemudian beliau melihat bangkai anak kambing yang cacat telinganya. Beliau mengambil dan memegang telinga kambing itu seraya bersabda, ''Siapa di antara kalian yang mau memiliki anak kambing ini dengan harga satu dirham.'' Para sahabat menjawab, ''Kami tidak mau anak kambing itu menjadi milik kami walau dengan harga murah, lagi pula apa yang dapat kami perbuat dengan bangkai ini?'' Kemudian Rasulullah berkata lagi, ''Apakah kalian suka anak kambing ini menjadi milik kalian?'' Mereka menjawab, ''Demi Allah, seandainya anak kambing ini hidup, maka ia cacat telinganya. Apalagi dalam keadaan mati.'' Mendengar pernyataan mereka, Nabi bersabda, ''Demi Allah, sungguh dunia ini lebih rendah dan hina bagi Allah daripada bangkai anak kambing ini untuk kalian.'' (HR Muslim).
Pada suatu waktu, Rasulullah memegang pundak Abdullah bin Umar. Beliau berpesan, ''Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan orang asing atau orang yang sekadar melewati jalan (musafir).'' Abdullah menyimak dengan khidmat pesan itu dan memberikan nasihat kepada sahabatnya yang lain. ''Apabila engkau berada di sore hari, maka janganlah engkau menanti datangnya pagi. Sebaliknya, bila engkau berada di pagi hari, janganlah engkau menanti datangnya sore. Ambillah (manfaatkanlah) waktu sehatmu sebelum engkau terbaring sakit, dan gunakanlah masa hidupmu untuk beramal sebelum datangnya kematianmu.'' (HR Bukhori).
Allah SWT berpesan pada berlbagai ayat tentang hakikat, kedudukan, dan sifat dunia yang memiliki nilai rendah, hina, dan bersifat fana. Dalam surat Faathir ayat 5, Allah menekankan bahwa janji-Nya adalah benar. Dan, setiap manusia janganlah sekali-kali teperdaya dengan kehidupan dunia dan tertipu oleh pekerjaan setan.
Di ayat lain dalam surat Al-Hadid ayat 20, Allah berfirman, ''Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan, dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
''Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.'' (QS Al-Kahfi: 45).
Rabu, 13 November 2013
TUJUH CIRI KEBAHAGIAN HIDUP DI DUNIA
Ibnu Abbas ra. adalah salah seorang
sahabat Nabi Shalallahu Alaihi Wa sallam yang sangat telaten dalam menjaga dan
melayani Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa sallam , dimana ia pernah secara
khusus didoakan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa sallam, selain itu pada usia 9
tahun Ibnu Abbas telah hafal Al-Quran dan telah menjadi imam di mesjid.
Suatu hari ia ditanya oleh para Tabi’in (generasi sesudah wafatnya Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa sallam ) mengenai apa yang dimaksud dengan kebahagiaan dunia. Jawab Ibnu Abbas ada 7 (tujuh) indikator kebahagiaan dunia, yaitu :
Pertama, Qalbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur.
Memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya (qona’ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukur sangatlah cerdas memahami sifat-sifat Allah Subhanahu Wa ta’ala, sehingga apapun yang diberikan Allah ia malah terpesona dengan pemberian dan keputusan Allah.Bila sedang kesulitan maka ia segera ingat sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa sallam yaitu :“Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita”. Bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyak amal ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Bila ia tetap “bandel” dengan terus bersyukur maka Allah akan mengujinya lagi dengan kemudahan yang lebih besar lagi.Maka berbahagialah orang yang pandai bersyukur!
Kedua. Al azwaju shalihah, yaitu pasangan hidup yang sholeh.
Pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yang sholeh pula. Di akhirat kelak seorang suami (sebagai imam keluarga) akan diminta pertanggungjawaban dalam mengajak istri dan anaknya kepada kesholehan. Berbahagialah menjadi seorang istri bila memiliki suami yang sholeh, yang pasti akan bekerja keras untuk mengajak istri dan anaknya menjadi muslim yang sholeh. Demikian pula seorang istri yang sholeh, akan memiliki kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa dalam melayani suaminya, walau seberapa buruknya kelakuan suaminya. Maka berbahagialah menjadi seorang suami yang memiliki seorang istri yang sholeh.
Ketiga, al auladun abrar, yaitu anak yang soleh.
Saat Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa sallam lagi thawaf. RasulullahShalallahu Alaihi Wa sallam bertemu dengan seorang anak muda yang pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW bertanya kepada anak muda itu : “Kenapa pundakmu itu ?” Jawab anak muda itu : “Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu yang sudah udzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika sholat, atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu menggendongnya”. Lalu anak muda itu bertanya: ” Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua ?”Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan: “Sungguh Allah ridho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu”. Dari hadist tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua kita, namun minimal kita bisa memulainya dengan menjadi anak yang soleh, dimana doa anak yang sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialah kita bila memiliki anak yang sholeh.
Keempat, albiatu sholihah, yaitu lingkungan yang kondusif untuk iman kita.
Yang dimaksud dengan lingkungan yang kondusif ialah, kita boleh mengenal siapapun tetapi untuk menjadikannya sebagai sahabat karib kita, haruslah orang-orang yang mempunyai nilai tambah terhadap keimanan kita. Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang yang sholeh. Orang-orang yang sholeh akan selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan kita bila kita berbuat salah.Orang-orang sholeh adalah orang-orang yang bahagia karena nikmat iman dan nikmat Islam yang selalu terpancar pada cahaya wajahnya. Insya Allah cahaya tersebut akan ikut menyinari orang-orang yang ada disekitarnya.Berbahagialah orang-orang yang selalu dikelilingi oleh orang-orang yang sholeh.
Kelima, al malul halal, atau harta yang halal.
Paradigma dalam Islam mengenai harta bukanlah banyaknya harta tetapi halalnya. Ini tidak berarti Islam tidak menyuruh umatnya untuk kaya.Dalam riwayat Imam Muslim di dalam bab sadaqoh, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa sallam pernah bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan. “Kamu berdoa sudah bagus”, kata Nabi Shalallahu Alaihi Wa sallam , “Namun sayang makanan, minuman dan pakaian dan tempat tinggalnya didapat secara haram, bagaimana doanya dikabulkan”. Berbahagialah menjadi orang yang hartanya halal karena doanya sangat mudah dikabulkan Allah. Harta yang halal juga akan menjauhkan setan dari hatinya, maka hatinya semakin bersih, suci dan kokoh, sehingga memberi ketenangan dalam hidupnya. Maka berbahagialah orang-orang yang selalu dengan teliti menjaga kehalalan hartanya.
Keenam, Tafakuh fi dien, atau semangat untuk memahami agama.
Semangat memahami agama diwujudkan dalam semangat memahami ilmu-ilmu agama Islam. Semakin ia belajar, maka semakin ia terangsang untuk belajar lebih jauh lagi ilmu mengenai sifat-sifat Allah dan ciptaan-Nya.Allah menjanjikan nikmat bagi umat-Nya yang menuntut ilmu, semakin ia belajar semakin cinta ia kepada agamanya, semakin tinggi cintanya kepada Allah dan rasul-Nya. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya.Semangat memahami agama akan meng “hidup” kan hatinya, hati yang “hidup” adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam dan nikmat iman. Maka berbahagialah orang yang penuh semangat memahami ilmu agama Islam.
Ketujuh, yaitu umur yang baroqah.
Umur yang baroqah itu artinya umur yang semakin tua semakin sholeh, yang setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Seseorang yang mengisi hidupnya untuk kebahagiaan dunia semata, maka hari tuanya akan diisi dengan banyak bernostalgia (berangan-angan) tentang masa mudanya, iapun cenderung kecewa dengan ketuaannya (post-power syndrome). Disamping itu pikirannya terfokus pada bagaimana caranya menikmati sisa hidupnya, maka iapun sibuk berangan-angan terhadap kenikmatan dunia yang belum ia sempat rasakan, hatinya kecewa bila ia tidak mampu menikmati kenikmatan yang diangankannya. Sedangkan orang yang mengisi umurnya dengan banyak mempersiapkan diri untuk akhirat (melalui amal ibadah) maka semakin tua semakin rindu ia untuk bertemu dengan Sang Penciptanya. Hari tuanya diisi dengan bermesraan dengan Sang Maha Pengasih. Tidak ada rasa takutnya untuk meninggalkan dunia ini, bahkan ia penuh harap untuk segera merasakan keindahan alam kehidupan berikutnya seperti yang dijanjikan Allah. Inilah semangat “hidup” orang-orang yang baroqah umurnya, maka berbahagialah orang-orang yang umurnya baroqah.
Demikianlah pesan-pesan dari Ibnu Abbas ra. mengenai 7 indikator kebahagiaan dunia.Bagaimana caranya agar kita dikaruniakan Allah ke tujuh buah indikator kebahagiaan dunia tersebut ? Selain usaha keras kita untuk memperbaiki diri, maka mohonlah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dengan sesering dan se-khusyu’mungkin membaca doa `sapu jagat’ , yaitu doa yang paling sering dibaca oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa sallam .
Dimana baris pertama doa tersebut “Rabbanaa aatina fid dun-yaa hasanaw” (yang artinya “Ya Allah karuniakanlah aku kebahagiaan dunia “), mempunyai makna bahwa kita sedang meminta kepada Allah ke tujuh indikator kebahagiaan dunia yang disebutkan Ibnu Abbas ra, yaitu hati yang selalu syukur, pasangan hidup yang soleh, anak yang soleh, teman-teman atau lingkungan yang soleh, harta yang halal, semangat untuk memahami ajaran agama, dan umur yang baroqah.Walaupun kita akui sulit mendapatkan ketujuh hal itu ada di dalam genggaman kita, setidak-tidaknya kalau kita mendapat sebagian saja sudah patut kita syukuri.
Sedangkan mengenai kelanjutan doa sapu jagat tersebut yaitu “wa fil aakhirati hasanaw” (yang artinya “dan juga kebahagiaan akhirat”), untuk memperolehnya hanyalah dengan rahmat Allah.Kebahagiaan akhirat itu bukan surga tetapi rahmat Allah, kasih sayang Allah. Surga itu hanyalah sebagian kecil dari rahmat Allah, kita masuk surga bukan karena amal soleh kita, tetapi karena rahmat Allah.
Amal soleh yang kita lakukan sepanjang hidup kita (walau setiap hari puasa dan sholat malam) tidaklah cukup untuk mendapatkan tiket masuk surga. Amal soleh sesempurna apapun yang kita lakukan seumur hidup kita tidaklah sebanding dengan nikmat surga yang dijanjikan Allah.Kata Nabi Shalallahu Alaihi Wa sallam , “Amal soleh yang kalian lakukan tidak bisa memasukkan kalian ke surga”. Lalu para sahabat bertanya: “Bagaimana dengan Engkau ya Rasulullah ?”. Jawab Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa sallam : “Amal soleh saya pun juga tidak cukup”. Lalu para sahabat kembali bertanya :“Kalau begitu dengan apa kita masuk surga?”. Nabi Shalallahu Alaihi Wa sallam kembali menjawab : “Kita dapat masuk surga hanya karena rahmat dan kebaikan Allah semata”.Jadi sholat kita, puasa kita, taqarub kita kepada Allah sebenarnya bukan untuk surga tetapi untuk mendapatkan rahmat Allah. Dengan rahmat Allah itulah kita mendapatkan surga Allah. Insya Allah, amiin.
Suatu hari ia ditanya oleh para Tabi’in (generasi sesudah wafatnya Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa sallam ) mengenai apa yang dimaksud dengan kebahagiaan dunia. Jawab Ibnu Abbas ada 7 (tujuh) indikator kebahagiaan dunia, yaitu :
Pertama, Qalbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur.
Memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya (qona’ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukur sangatlah cerdas memahami sifat-sifat Allah Subhanahu Wa ta’ala, sehingga apapun yang diberikan Allah ia malah terpesona dengan pemberian dan keputusan Allah.Bila sedang kesulitan maka ia segera ingat sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa sallam yaitu :“Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita”. Bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyak amal ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Bila ia tetap “bandel” dengan terus bersyukur maka Allah akan mengujinya lagi dengan kemudahan yang lebih besar lagi.Maka berbahagialah orang yang pandai bersyukur!
Kedua. Al azwaju shalihah, yaitu pasangan hidup yang sholeh.
Pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yang sholeh pula. Di akhirat kelak seorang suami (sebagai imam keluarga) akan diminta pertanggungjawaban dalam mengajak istri dan anaknya kepada kesholehan. Berbahagialah menjadi seorang istri bila memiliki suami yang sholeh, yang pasti akan bekerja keras untuk mengajak istri dan anaknya menjadi muslim yang sholeh. Demikian pula seorang istri yang sholeh, akan memiliki kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa dalam melayani suaminya, walau seberapa buruknya kelakuan suaminya. Maka berbahagialah menjadi seorang suami yang memiliki seorang istri yang sholeh.
Ketiga, al auladun abrar, yaitu anak yang soleh.
Saat Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa sallam lagi thawaf. RasulullahShalallahu Alaihi Wa sallam bertemu dengan seorang anak muda yang pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW bertanya kepada anak muda itu : “Kenapa pundakmu itu ?” Jawab anak muda itu : “Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu yang sudah udzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika sholat, atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu menggendongnya”. Lalu anak muda itu bertanya: ” Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua ?”Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan: “Sungguh Allah ridho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu”. Dari hadist tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua kita, namun minimal kita bisa memulainya dengan menjadi anak yang soleh, dimana doa anak yang sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialah kita bila memiliki anak yang sholeh.
Keempat, albiatu sholihah, yaitu lingkungan yang kondusif untuk iman kita.
Yang dimaksud dengan lingkungan yang kondusif ialah, kita boleh mengenal siapapun tetapi untuk menjadikannya sebagai sahabat karib kita, haruslah orang-orang yang mempunyai nilai tambah terhadap keimanan kita. Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang yang sholeh. Orang-orang yang sholeh akan selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan kita bila kita berbuat salah.Orang-orang sholeh adalah orang-orang yang bahagia karena nikmat iman dan nikmat Islam yang selalu terpancar pada cahaya wajahnya. Insya Allah cahaya tersebut akan ikut menyinari orang-orang yang ada disekitarnya.Berbahagialah orang-orang yang selalu dikelilingi oleh orang-orang yang sholeh.
Kelima, al malul halal, atau harta yang halal.
Paradigma dalam Islam mengenai harta bukanlah banyaknya harta tetapi halalnya. Ini tidak berarti Islam tidak menyuruh umatnya untuk kaya.Dalam riwayat Imam Muslim di dalam bab sadaqoh, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa sallam pernah bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan. “Kamu berdoa sudah bagus”, kata Nabi Shalallahu Alaihi Wa sallam , “Namun sayang makanan, minuman dan pakaian dan tempat tinggalnya didapat secara haram, bagaimana doanya dikabulkan”. Berbahagialah menjadi orang yang hartanya halal karena doanya sangat mudah dikabulkan Allah. Harta yang halal juga akan menjauhkan setan dari hatinya, maka hatinya semakin bersih, suci dan kokoh, sehingga memberi ketenangan dalam hidupnya. Maka berbahagialah orang-orang yang selalu dengan teliti menjaga kehalalan hartanya.
Keenam, Tafakuh fi dien, atau semangat untuk memahami agama.
Semangat memahami agama diwujudkan dalam semangat memahami ilmu-ilmu agama Islam. Semakin ia belajar, maka semakin ia terangsang untuk belajar lebih jauh lagi ilmu mengenai sifat-sifat Allah dan ciptaan-Nya.Allah menjanjikan nikmat bagi umat-Nya yang menuntut ilmu, semakin ia belajar semakin cinta ia kepada agamanya, semakin tinggi cintanya kepada Allah dan rasul-Nya. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya.Semangat memahami agama akan meng “hidup” kan hatinya, hati yang “hidup” adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam dan nikmat iman. Maka berbahagialah orang yang penuh semangat memahami ilmu agama Islam.
Ketujuh, yaitu umur yang baroqah.
Umur yang baroqah itu artinya umur yang semakin tua semakin sholeh, yang setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Seseorang yang mengisi hidupnya untuk kebahagiaan dunia semata, maka hari tuanya akan diisi dengan banyak bernostalgia (berangan-angan) tentang masa mudanya, iapun cenderung kecewa dengan ketuaannya (post-power syndrome). Disamping itu pikirannya terfokus pada bagaimana caranya menikmati sisa hidupnya, maka iapun sibuk berangan-angan terhadap kenikmatan dunia yang belum ia sempat rasakan, hatinya kecewa bila ia tidak mampu menikmati kenikmatan yang diangankannya. Sedangkan orang yang mengisi umurnya dengan banyak mempersiapkan diri untuk akhirat (melalui amal ibadah) maka semakin tua semakin rindu ia untuk bertemu dengan Sang Penciptanya. Hari tuanya diisi dengan bermesraan dengan Sang Maha Pengasih. Tidak ada rasa takutnya untuk meninggalkan dunia ini, bahkan ia penuh harap untuk segera merasakan keindahan alam kehidupan berikutnya seperti yang dijanjikan Allah. Inilah semangat “hidup” orang-orang yang baroqah umurnya, maka berbahagialah orang-orang yang umurnya baroqah.
Demikianlah pesan-pesan dari Ibnu Abbas ra. mengenai 7 indikator kebahagiaan dunia.Bagaimana caranya agar kita dikaruniakan Allah ke tujuh buah indikator kebahagiaan dunia tersebut ? Selain usaha keras kita untuk memperbaiki diri, maka mohonlah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dengan sesering dan se-khusyu’mungkin membaca doa `sapu jagat’ , yaitu doa yang paling sering dibaca oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa sallam .
Dimana baris pertama doa tersebut “Rabbanaa aatina fid dun-yaa hasanaw” (yang artinya “Ya Allah karuniakanlah aku kebahagiaan dunia “), mempunyai makna bahwa kita sedang meminta kepada Allah ke tujuh indikator kebahagiaan dunia yang disebutkan Ibnu Abbas ra, yaitu hati yang selalu syukur, pasangan hidup yang soleh, anak yang soleh, teman-teman atau lingkungan yang soleh, harta yang halal, semangat untuk memahami ajaran agama, dan umur yang baroqah.Walaupun kita akui sulit mendapatkan ketujuh hal itu ada di dalam genggaman kita, setidak-tidaknya kalau kita mendapat sebagian saja sudah patut kita syukuri.
Sedangkan mengenai kelanjutan doa sapu jagat tersebut yaitu “wa fil aakhirati hasanaw” (yang artinya “dan juga kebahagiaan akhirat”), untuk memperolehnya hanyalah dengan rahmat Allah.Kebahagiaan akhirat itu bukan surga tetapi rahmat Allah, kasih sayang Allah. Surga itu hanyalah sebagian kecil dari rahmat Allah, kita masuk surga bukan karena amal soleh kita, tetapi karena rahmat Allah.
Amal soleh yang kita lakukan sepanjang hidup kita (walau setiap hari puasa dan sholat malam) tidaklah cukup untuk mendapatkan tiket masuk surga. Amal soleh sesempurna apapun yang kita lakukan seumur hidup kita tidaklah sebanding dengan nikmat surga yang dijanjikan Allah.Kata Nabi Shalallahu Alaihi Wa sallam , “Amal soleh yang kalian lakukan tidak bisa memasukkan kalian ke surga”. Lalu para sahabat bertanya: “Bagaimana dengan Engkau ya Rasulullah ?”. Jawab Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa sallam : “Amal soleh saya pun juga tidak cukup”. Lalu para sahabat kembali bertanya :“Kalau begitu dengan apa kita masuk surga?”. Nabi Shalallahu Alaihi Wa sallam kembali menjawab : “Kita dapat masuk surga hanya karena rahmat dan kebaikan Allah semata”.Jadi sholat kita, puasa kita, taqarub kita kepada Allah sebenarnya bukan untuk surga tetapi untuk mendapatkan rahmat Allah. Dengan rahmat Allah itulah kita mendapatkan surga Allah. Insya Allah, amiin.
Kamis, 07 November 2013
GROJOGAN SEWU
BEBERAPA WAKTU YANG
LALU
Beberapa bulan yang lalu kami
sekeluarga berwisata ke Tawangmangu. Refresing keluarga liburan ke tempat
Wisata yang menarik dan murah. Menarik karena alam dan murah sesuai dengan
kemampuan kita karena bisa terjangkau. Pilihan lalu jatuh ke Wisata di
Karangannyar salah satunya adalah tawangmangu.Dahulu waktu kuliah di Solo
sering ada acara kampus di Tawangmangu yang memang menyimpan pesona alam daerah
pegunungan yang sejuk. Sudah lima tahun lebih tak ke Tawangmangu dan
Alhamdulillah bisa kembali melihat-lihat suasana alam yang elok ini.
Bersama Fadhil..istirahat dulu..
Suasana ramai
menjadi ciri khas pengunjung di tawangmangu khususnya lokasi Grojogan Sewu yang
artinya Air terjun seribu. Air Terjun Grojogan
Sewu, berada di Kecamatan Tawangmangu, yang memiliki luas lahan 20 ha,
dapat ditempuh dengan kendaraan umum dari terminal bus Tawangmangu atau
berjalan kaki sejauh 1 km lumayan ya sambil olahraga. Kalau pakai mobil pribadi
atau sepeda motor bisa langsung sampai ke lokasi karena ada parkirannya. Grojogan
sewu sendiri sebenarnya hanya terdiri dari 1 buah air terjun dengan ketinggian
80 meter, disebelahnya terdapat puluhan kucuran kecil dari mata air diatasnya.
Udara yang sejuk dan panorama yang indah menambah daya tariknya. Namun karena
lagi musim kemarau air terjunnya tidak begitu besar dan suasana hutan tropis
basah tidak begitu terasa.
Masuk ke
lokasi harus bayar tiket masuk namun tak perlu khawatir karena harganya murah.
Menuju ke lokasi air terjun pengunjung harus menuruni banyak sekali anak tangga
atau undakan yang melingkar menuruni gunung. Anak tangga turun dan kembali
berbeda agar pengunjung nyaman melihat-lihat pemandangan lokasi wisata. Bila
lelah disediakan seperti tempat
istirahat berbentuk rumah kecil di sisi tangga. Hati-hati lho ada banyak monyet
yang berlarian dan dipepohonan minta makanan ke pengunjung. Yang terpenting
hati-hati bawa bekal makanan kita.
Musim kemarau memang berbeda dengan
musim penghujan karena air terjun tidak
begitu besar dan jalan-jalan tampak berdebu.Walau di Gunung banyak sekali para
pedagang yang berjualan di tepi jalan dan di dekat lokasi wisata.Namun
sayangnya banyak sampah yang berserakan di sekitar jalan. Selesai di tempat
wisata ada lagi wisata baru yaitu naik kuda. Siapa berani boleh naik tapi
tentunya bayar kepada jokinya untuk berputar-putar sekitar lokasi wisata. Siapa
yang belum berkunjung kesana tidak ada salahnya dijadikan sebagai wisata
alternatif buat keluarga.
Jumat, 01 November 2013
Mengenang Usia Perkawinan
1 November
1 November
Di
hari ketika usia perkawinan telah bertambah, merayakan ulang tahun pernikahan
menjadi hal yang sangat penting bagi setiap pasangan. Dengan mengingat kembali
kenangan saat acara pernikahan diselenggarakan dan supah yang dulu tlah terucap,
dapat menjadi lebih bermakna dalam kehidupan pasangan yang merayakan di masa
mendatang.
Cara
orang dalam merayakan ulang tahun pernikahannya bervariasi, terkadang
bergantung pada dimana (negara) dia tinggal. Dibeberapa negara barat, ada
yang merayakan ulang tahun pernikahan dari usia pernikahan pertama, 5, 10, 15,
25, 50 dengan pesta yang meriah. Oleh sebagian orang hal itu dipandang sebagai
tindakan pemborosan. Namun bagaimanapun juga, hal tersebut dikembalikan kepada
dimana dia tinggal dan adat istiadat yang berlaku ditempatnya.
Pasangan yang merayakan ulang tahun pernikahan umumnya diberikan hadiah khusus sesuai dengan jumlah tahun mereka telah menikah. Menurut sejarawan, kebiasaan ini merupakan perpanjangan dari Abad Pertengahan, di mana orang percaya bahwa hadiah yang diberikan setelah beberapa tahun pernikahan, diharapkan untuk membawa keberuntungan yang lebih baik bagi pasangan yang sedang merayakan. Selain menjadi tanda keberuntungan, sumbangan yang diberikan juga dapat menjadi investasi yang tak ternilai bagi pasangan seperti ketika mereka menikah dulu.
Pasangan yang merayakan ulang tahun pernikahan umumnya diberikan hadiah khusus sesuai dengan jumlah tahun mereka telah menikah. Menurut sejarawan, kebiasaan ini merupakan perpanjangan dari Abad Pertengahan, di mana orang percaya bahwa hadiah yang diberikan setelah beberapa tahun pernikahan, diharapkan untuk membawa keberuntungan yang lebih baik bagi pasangan yang sedang merayakan. Selain menjadi tanda keberuntungan, sumbangan yang diberikan juga dapat menjadi investasi yang tak ternilai bagi pasangan seperti ketika mereka menikah dulu.
Usia Pernikahan kami
Tak terasa usia pernikahan kami sudah memasuki tahun yang
ke 7. Mengingat perjalanan liku-liku awal pernikahan sampai sekarang kami
merasa cukup berhasil melewati semua ujian dan cobaan. Hidup itu tidak melulu
selurus jalan tol dan hidup. Jika dalam berumah tangga ada kesalahpahaman,
pertengkaran dan rasa jenuh itu hal yang wajar. Asal selama kedua pasangan bisa
saling mengontrol emosi masing-masing agar tidak sampai kelewat batas sampai
terjadi KDRT. Serius! pasti terasa sulit menjalaninya. Tapi setiap berhasil
melalui setiap masa sulit membuat saya dan isteri semakin kuat dan kompak
menjalani pernikahan. Insya Allah.
Bersama anakku yang pertama Yusuf Fadhil Nur Firdaus.
Bersama anakku yang ke 2 Luthfia Aulia Zahra
Langganan:
Postingan (Atom)