InspirasI
Minggu, 27 Desember 2015
Kamis, 24 Desember 2015
Rabu, 23 Desember 2015
Senin, 21 Desember 2015
Rabu, 16 Desember 2015
Kamis, 10 Desember 2015
Senin, 07 Desember 2015
Jumat, 04 Desember 2015
Jumat, 27 November 2015
"lihatlah dunia diluar!"
"bercita-citalah setinggi mungkin"
"setiap menit itu berharga!"
"berkacalah sebelum bertindak"
"jangan menunda sampai besok"
"dorong yg keras tekadmu dan pergilah!"
"Berlutut dan Berdo'alah agar hidup kita mendapat berkah!"
Kamis, 19 November 2015
Selasa, 17 November 2015
Senin, 16 November 2015
Jumat, 13 November 2015
KARAKTERISTIK
AJARAN ISLAM
Selasa, 10 November 2015
Suatu ketika Amirul Mukminin Umar bin Khathab RA berkeliling kampung guna melihat keadaan rakyatnya lebih dekat. Umar berhenti sejenak di sebuah rumah di mana dia mendengar perdebatan kecil antara seorang ibu dan anaknya.
Ibu itu berkata kepada anaknya, ''Anakku, tambahkanlah air pada susu yang akan kita jual ini.'' Sang anak menjawab, ''Wahai ibu, saya tidak mungkin melakukannya karena hal itu dilarang Khalifah Umar.'' Ibunya kembali berkata, ''Anakku, Umar tidak melihat apa yang kita kerjakan ini.'' Sang anak menjawab, ''Wahai ibu, biar pun Umar tidak melihat kita, tapi Tuhannya Umar (Allah) sedang melihat kita.'' Sang ibu tertegun mendengar kata-kata yang diucapkan anaknya itu, dan akhirnya tidak jadi melakukan perbuatan buruk itu.
Khalifah Umar yang ikut mendengarkan tak kalah tertegunnya. Beliau merasa kagum dengan akhlak dan kepribadian gadis itu. Beliau pulang ke rumahnya dan menceritakan kejadian itu kepada istri dan anak-anaknya. Kemudian beliau menawarkan gadis itu kepada seorang putranya untuk dinikahi. Dari hasil pernikahan itu, kelak terlahirlah anak keturunan yang cerdas lagi shalih, pemimpin umat dan pembaru yang tiada tandingannya, Umar bin Abdul Aziz Rahimahullah.
Orang lain mungkin tidak melihat keburukan yang kita lakukan, tetapi Allah Penguasa langit dan bumi melihatnya. Allah telah menyimpan file film kehidupan kita yang kelak akan diperlihatkan kepada kita di yaumil akhir, tanpa sensor sedikit pun! Tidakkah kita merasa malu, jika keburukan-keburukan kita mulai dari yang kecil hingga yang besar dipertontonkan kepada seluruh makhluk-Nya?
Ternyata orang yang selama ini kita kenal baik sebagai pejabat, tokoh masyarakat, telah melakukan perbuatan buruk dan tercela. Namun, mereka sengaja menyembunyikannya. Padahal, tidak ada sesuatu pun yang luput dari Allah atas apa yang telah mereka kerjakan. Allah SWT berfirman, ''Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah. Padahal, Allah beserta mereka, ketika suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan.'' (QS 4: 108).
Dalam ayat-Nya yang lain Allah SWT berfirman, ''Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Alquran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).'' (QS 10: 61).
Karena itu, berhati-hatilah dalam meniti kehidupan ini. Setiap kali kita bertutur kata, berusahalah untuk jujur. Setiap kali kita berjalan, berusahalah untuk selalu melangkah dalam kebaikan. Setiap kali tangan kita digerakkan, berusahalah agar tangan ini kelak tidak menjadi saksi atas keburukan yang pernah kita lakukan.
Senin, 09 November 2015
MENGAPA RIDHO SUAMI ITU SYURGA BAGI PARA ISTRI?.
1. Suami dibesarkan oleh ibu yang mencintainya seumur hidup. Namun ketika dia dewasa, dia memilih mencintaimu yang bahkan belum tentu mencintainya seumur hidupmu, bahkan sering kala rasa cintanya padamu lebih besar daripada cintanya kepada ibunya sendiri.
2. Suami dibesarkan sebagai lelaki yang ditanggung nafkahnya oleh ayah ibunya hingga dia beranjak dewasa.Namun sebelum dia mampu membalasnya, dia telah bertekad menanggung nafkahmu,perempuan asing yang baru saja dikenalnya dan hanya terikat dengan akad nikah tanpa ikatan rahim seperti ayah dan ibunya.
3. Suami ridha menghabiskan waktunya untuk mencukupi kebutuhan anak-anakmu serta dirimu.Padahal dia tahu, di sisi ALLAH, engkau lebih harus di hormati tiga kali lebih besar oleh anak-anakmu dibandingkan dirinya.Namun tidak pernah sekalipun dia merasa iri, disebabkan dia mencintaimu dan berharap engkau memang mendapatkan yang lebih baik daripadanya di sisi ALLAH.
4. Suami berusaha menutupi masalahnya dihadapanmu dan berusaha menyelesaikannya sendiri.Sedangkan engkau terbiasa mengadukan masalahmu pada dia dengan harapan dia mampu memberi solusi.padahal bisa saja disaat engkau mengadu itu, dia sedang memiliki masalah yang lebih besar.namun tetap saja masalahmu di utamakan dibandingkan masalah yang dihadapi sendiri.
5. Suami berusaha memahami bahasa diammu,bahasa tangisanmu sedangkan engkau kadang hanya mampu memahami bahasa verbalnya saja.Itupun bila dia telah mengulanginya berkali-kali.
6. Bila engkau melakukan maksiat,maka dia akan ikut terseret ke neraka karena dia ikut bertanggung jawab akan maksiatmu. Namun bila dia bermaksiat, kamu tidak akan pernah di tuntut ke neraka karena apa yang dilakukan olehnya adalah hal-hal yang harus dipertanggung jawabkannya sendiri..Semoga wanita yg membaca tulisan ini mendapatkan jodoh yg sholeh dan lelaki pula mendapatkan jodoh yg sholehah pula yg di Ridhoi ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala..Aamiin ya Rabbal'alamin
Jumat, 06 November 2015
- URIP IKU URUP / Kehidupan itu bersinar
/Nyala.
- MEMAYU HAYUNING BAWONO AMBRASTO DUR
HANGKORO.
- SURO DIRO JOYO JAYANINGRAT, LEBUR DENING
PANGASTUTI
- NGLURUK TANPO BOLO, MENANG TANPO
NGASORAKE, SEKTI TANPO AJI-AJI SUGIH TANPA BONDHO .
- DATAN SERIK LAMUN KETAMAN DATAN SUSAH
LAMUN KELANGAN.
- OJO GUMUNAN, OJO GETUNAN, OJO KAGETAN, OJO
ALEMAN .
- OJO KETUNGKUL MARANG KALUNGGUHAN, KADONYAN
LAN KEMAREMAN .
- OJO KUMINTER MUNDAK KEBLINGER, OJO CIDRO
MUNDAK CILAKA
- OJO MILIK BARANG KANG MELOK, OJO MANGRO
MUNDAK KENDO
- OJO ADIGANG, ADIGUNG, ADIGUNO.
Senin, 02 November 2015
Allah sendiri telah menegaskan, bahwa “Allah menghendaki keringanan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” [2 :185]. Karenanya Allah sama sekali tidak menuntut hal yang diluar batas kemampuan kita, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala [dari kebajikan] yang diusahakannya dan ia mendapat siksa [dari kejahatan] yang dikerjakannya.” [2:286].
Demikian pula dalam amal, Allah lebih menyukai amal yang dilakukan dengan sewajarnya dan tidak berlebihan. Persoalan sewajarnya ini sebenarnya sangat tergantung dari kemampuan seseorang, karena yang dimaksudkan dengan sewajarnya barangkali ada yang menganggap membaca AlQur’an satu juz sehari, atau barangkali dua lembar saja sehari dsb, yang penting kita merasa menikmati dalam proses amal ibadah itu. Yang tidak wajar jika ia tidak membaca Al Qur’an sama sekali.
Yang diinginkan Allah adalah bahwa amalan yang kita lakukan itu akan terus berlanjut, kontinyu, terus menerus; tidak hari ini kita mengaji satu juz, lalu selanjutnya seminggu tidak mengaji lagi.
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Aisyah ra, “ Ketika Nabi masuk ke rumah kami bertepatan ada seorang wanita. Nabi bertanya, Siapakah wanita itu ? Jawab Aisyah, ini adalah akhwat yang ibadah shalatnya terkenal banyak sekali. Maka kata Nabi, Hendaknya kerjakan sekuat-kuatnya saja, dengan tidak memaksa diri; maka Allah tidak akan jemu menerima amalmu, hingga kamu jemu beramal. Dan kebiasaan agama yang lebih disukai Allah, ialah yang dapat dilakukan dengan terus menerus”
Demikianlah Agama ini menghendaki bahwa amal yang kita lakukan itu hendaknya melekat dalam diri kita hingga akhirnya menjadi sebuah kebiasaan. Dan amal yang baik adalah amal yang menjadi kebiasaan, yang dikerjakan terus-menerus, yang jika ketinggalan maka ia akan merasakan “ada sesuatu yang hilang” dari dirinya.
Akan tetapi kebanyakan orang tidak demikian, jika dalam keadaan “mood” ia ingin sekali rasanya melumat segalanya, akan tetapi sikap manusia yang kurang baik adalah bahwa ia tidak dapat menjaganya, dan menjadikannya sebagai sebuah kebiasaan yang seseorang akan merasakan “enjoy” ketika melakukannya.
Suatu saat datanglah serombongan orang ke rumah istri nabi dan bertanya tentang ibadah nabi. Setelah diceritakan kepadanya, maka seseorang mengatakan, saya akan shalat terus sepanjang malam; yang kedua mengatakan, saya akan menjauh dari istri dan tidak akan kawin; dan yang ketiga mengatakan pula, saya akan puasa tiap hari. Ketika nabi datang maka Nabi meluruskan persepsi orang itu dalam beribadah. Nabi berkata,” Engkau tadi telah berbicara banyak hal. Akan tetapi sebenarnya aku lebih takut kepada Allah daripada kamu, bahkan aku lebih bertaqwa, namun aku berpuasa dan berbuka, shalat dan tidur, serta menikah dengan beberapa wanita. Maka siapa yang mengabaikan sunnahku, maka bukan bagian dari umatku.”
Begitulah, nampaknya nabi ingin sekali membenarkan pandangan salah para sahabatnya, yang menilai berlebihan ibadah akan lebih baik baginya. Namun Nabi memberitahukan kepada mereka, bahwa melakukan ibadah itu harus sewajarnya.
Dalam kesempatan lain, ketika Nabi masuk masjid, maka beliau melihat tali yang terikat pada sebuah tiang, dan ketika orang-orang memberitahukan bahwa itu adalah tali Zainab yang digunakan untuk berpegangan ketika capai berdiri dalam shalat, maka Nabi mengatakan,” Lepaskan tali itu, hendaknya shalat dalam keadaan tangkas dan cekatan, apabila telah letih maka hendaknya tidur”.
Ketika Amr bin Ash diketahui nabi selalu mengkhatamkan Al Qur’an hingga tiap malam maka beliau mengatakan padanya, khatamkan dalam sebulan. Saya lebih kuat dari itu ya Nabi. Khatamkan dalam sepuluh hari. Saya lebih kuat dari itu ya Nabi. Khatamkan dalam tujuh hari, dan jangan lebih cepat dari itu.
Barangkali kita memang harus menata amalan kita secara tawazun, dengan tidak meringan-ringankannya, serta tidak memperberatnya, semuanya tentu harus dalam batas ukuran kemampuan kita. Yang penting kita beristiqamah, membiasakan diri, hingga amalan-amalan itu, meski mungkin belum banyak, dapat menyatu dalam diri kita, inheren dalam perilaku kita hingga membangun aklaq terpuji. Cara beramal seperti inilah yang menjadikan seorang muslim akan menikmati setiap ibadah yang dikerjakannya, dapat menimbulkan kepribadian yang luar biasa dalam dirinya.
Inilah cara pendidikan yang barangkali harus kita fikirkan, kepada saudara kita, mad’u kita, istri kita, suami kita, anak kita. Dengan membiasakan sedikit demi sedikit dan mencobanya agar ia mampu menikmati serta beristiqamah dengan amalnya sebatas kemampuannya. Kita memang akan terus berusaha meningkatkan kemampuan dalam beramal itu, dan menjadikannya sebagai kebiasaan, akan tetapi tentu semuanya memerlukan proses, yang berpijak pada kebiasaan sebelumnya.
Dengan demikian semoga saja ibadah-ibadah yang kita lakukan akan semakin bermakna, dan semakin berdampak dalam kehidupan kita