InspirasI

Sabtu, 30 Mei 2015


MEMBUKA HATI MELALUI DZIKIR

Salah satu cara membuka hati kita adalah melalui zikir. Kalau dari segi bahasa, zikir berasal dari bahasa Arab, yang arti bahasa Indonesianya adalah “ingat.” Mungkin zikir itu seperti anda yang selalu ingat dengan si doi, tidak pernah lepas satu detik pun. Nah, mestinya sih yang seperti itu anda berikan kepada Allah.
Sebenarnya, saya juga tidak sangat tahu soal ini, tapi begini saja. Kita mulai dari ajarannya Abu Hamid Al-Ghazali. Tahu kan, siapa beliau? Kalau belum, cari tahu sendiri ya. Gampang kok, soalnya beliau itu seorang guru sufi yang sudah tenar sekali. Tanya saja ustadz anda, pasti beliau tahu siapa Al-Ghazali.

Menurut beliau, zikir punya empat makna.
Pertama, zikir adalah usaha yang istiqamah alias terus-menerus untuk senantiasa mengingat Allah. Artinya, zikir itu adalah lawan kata “lalai.” Anda selalu ingat dan tidak lalai kepada siapa yang memberi anda hidup, memberi anda napas, memberi anda perasaan, memberi anda pikiran, atau bahkan yang memberi anda nafsu, dan semua yang ada dalam diri anda. Nah, jangan salah, menurut beliau, shalat juga merupakan sebentuk zikir. Sebab, lewat shalat, kita seolah-olah hadir kepada Allah, maka Allah pun akan datang menemui kita.
Kedua, zikir adalah mengulang-ulang ungkapan, do’a atau nama-nama Allah, misalnya “La ilaha ilallah,” atau kata “Allah-Allah” yang diulang-ulang, atau “Ya Hayy” atau “Ya Haqq”, dan sebagainya. Zikir-zikir seperti ini harus dilakukan dengan kesungguhan niat, kesadaran, dan konsentrasi. Cara zikir seperti ini disebut zikir lidah.

Ketiga, zikir itu artinya kondisi batin saat kesadaran anda terhadap Allah memenuhi diri. Anda “putus” perhatian kepada dunia, paling tidak pada saat anda berzikir itu. Ini namanya zikir hati. Zikir seperti ini tampak sulit. Tapi paling tidak, anda harus mulai melatih diri.
Keempat, zikirnya orang yang ada di level batin yang sangat dalam. Tidak berubah, sangat istiqamah. Inilah zikir jiwa yang suci.
            Sekarang, cara yang paling mungkin kita kerjakan yang mana? Kalau anda sudah siap, mulailah dengan apa yang selalu anda temui dalam kehidupan sehari-hari. Semua yang anda lihat, dengar, cium, raba dan rasakan oleh mata, telinga, hidung, kulit, dan lidah, sebenarnya memberi kesaksian yang tak terbantahkan tentang Allah. Batu dan bongkahan, tumbuhan dan pohon-pohon, makhluk hidup, langit, bumi, bintang-bintang, daratan dan lautan, api dan udara, semuanya mengingatkan indra-indra anda akan kebesaran-Nya. Semuanya bisa anda jadikan alat untuk berzikir.
Ada seorang syaikh di Istanbul, Sunbul Effendi namanya. Karena sudah mulai tua, dia berniat mencari pengganti untuk dirinya. Dia menguji murid-muridnya dengan cara menyuruh mereka mencari bunga untuk menghias pondok. Semua muridnya berhasil melaksanakan ujian itu. Mereka kembali sambil membawa bunga-bunga yang besar dan indah. Tapi, salah seorang dari mereka tidak mendapat apa-apa, kecuali bunga kecil dan sudah layu. Saat ditanya kenapa dia tidak mendapatkan yang bagus, dia menjawab, “Aku lihat, semua bunga sedang sibuk berzikir kepada Allah. Aku ingin membiarkan mereka. Aku tidak mau memotong ibadah mereka yang istiqamah itu. Lalu, aku lihat ada sebuah bunga yang sudah selesai berzikir. Ya, bunga itu yang aku bawa.” Nah tuh, hanya dengan setangkai bunga kecil dan sudah layu, sang murid bisa mengingat Allah.
Ujung ceritanya, si murid yang mendapat bunga kecil dan layu itu malah menjadi syaikh yang menggantikan Sunbul Effendi. Kok bisa, sih? Ya, bisa karena dia sering melatih diri untuk berzikir. Jadi, ketika ada bunga yang sedang berzikir pun dia bisa merasakan. Murid seperti dialah yang sebenarnya dicari Sunbul Effendi.
            Contoh lainnya lagi adalah kelelawar. Manusia mulia seperti anda seharusnya tidak punya sifat kelelawar. Kelelawar tidak bisa melihat di siang hari karena silau akan matahari. Jadi, ia justru keluar dalam gelap. Kalau anda sudah keseringan menghabiskan waktu dengan percuma, keseringan menonton ilm atau gambar porno, keseringan dengar lagu-lagu yang gersang dan membuat anda gerah, maka nurani anda akan buta karena silau oleh itu semua. Otak anda akan tumpul dan lama-kelamaan anda jadi seperti mayat hidup. Semua indra anda tidak berfungsi dengan baik. Anda sudah tidak sanggup lagi menciptakan kebaikan-kebaikan. Seperti kelelawar di siang hari.
Dunia anda begitu terang! Anda bisa mengambil apapun yang bermanfaat dari sana. Anda bisa bertemu Allah setiap saat. Anda bisa hidup sambil menebar kebahagiaan dan keindahan terhadap sesama. Anda bisa menuai panen intan permata, asal anda tidak buta.
Sekarang, mulailah memanfaatkan semua indra anda, bersihkan pikiran anda, beningkan hati anda dengan sering-sering berbagi, murnikan akal anda dengan sering-seing merenungi diri sendiri, latih otak anda dengan sering belajar. Semua itu adalah awal belajar berzikir. 
(Dari lampu islam).



Kamis, 21 Mei 2015



KESEMPATAN

Setiap hari yang Anda dan saya jalani adalah hadiah yang sangat indah dari Yang Maha Kuasa (ALLOH SWT). Dia yang menjadikan keseluruhan kehidupan kita penuh dengan makna dan warna-warni kebahagiaan.
Untuk merasa bahagia, bingung, kecewa, sedih, atau marah adalah masalah keputusan. Bila Anda memutuskan untuk merasa berbahagia maka bahagialah Anda. Dengannya, kebahagiaan Anda adalah sebetulnya hasil dari ketepatan keputusan-keputusan Anda .
Mohon Anda sadari bahwa perasaan-perasaan itu ada, dan kita sendiri yang dapat mencegah pikiran dan tindakan kita dari melakukan yang baik, tetapi kita juga dapat mendorong diri untuk lebih banyak melakukan kebaikan.
Itu sebabnya, jangan pernah menelantarkan perasaan Anda ke dalam sebuah perasaan yang sulit dimengerti oleh diri Anda sendiri dan orang lain.
Sadarilah bahwa ada sebuah mekanisme yang sedang mengamati sikap dan perilaku kita, Anda dan saya; yang setia melakukan penilaian, dan yang dengan tegas mendekatkan atau menjauhkan kita dari kualitas hidup yang kita impikan. (MTST Fate).
Sehingga, ketika kita terjebak pada hari yang sama sekali tidak menyenangkan, mengerikan, tidak ada yang baik, dan sangat buruk, … berilah hari itu kesempatan.
Karena kita tidak bisa lagi memiliki hari kemarin.
Anda dan saya pernah memiliki kenangan-kenangan di masa lalu. Ada di antara kita yang terjebak pada kenangan masa lalu yang menahan langkahnya dari meraih kesempatan-kesempatan yang paling memungkinkan bagi tercapainya kecemerlangan hidup, tetapi ada pula yang tetap melangkah dengan gagah dalam kepingan-kepingan bara semangat.
Anda harus menjadikan diri Anda sebagai pribadi yang sepenuhnya bertanggungjawab atas kualitas kehidupan Anda. Jangan mengeluhkan kehidupan yang sepertinya berlaku tidak cantik bagi kehidupan Anda.
Mohon Anda sadari bahwa mungkin ada orang lain yang memiliki perasaan yang sama bahkan lebih buruk dari yang Anda terima, tetapi lebih memperhatikan cara-cara yang mendamaikan kehidupannya.
Itu sebabnya, tanggungjawab kita adalah menjadikan hari ini lebih baik dengan pelajaran yang kita unduh dari kesalahan-kesalahan kita di masa lalu, dan menjadikan hari esok lebih menjanjikan karena kelebihan-kelebihan yang kita capai hari ini.
Karena kualitas motivasi kita adalah sebuah target bergerak, dan karena dalam dua hari hari ini akan menjadi kemarin; maka tetaplah setia kepada cara-cara yang baik untuk berdamai dengan masa lalu Anda.
Sadarilah bahwa masa lalu Anda dibangun oleh urutan teratur dari berubahnya hari ini menjadi kemarin, dan yang terjadi setiap hari; dan bahwa masa depan Anda datang mendekat dalam berubahnya hari esok menjadi hari ini.
Maka bangunlah dan peliharalah semangat Anda, karena tidak ada apa pun di dunia ini yang berubah bentuk dan kekuatan secepat perubahan perasaan kita. (MTMN keberhasilan demikian dekat di lidah; tetapi bisa demikian jauh dari jangkauan)
Kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok, tetapi kita memiliki pengalaman di masa lalu yang dapat menjadikan kita lebih baik di hari ini. Itu sebabnya, segera putuskan untuk hidup di hari ini dengan sepenuhnya, karena hari ini adalah hari yang terbaik untuk kita melangkah dalam pencapaian masa depan. Kita belum memiliki hari esok. Kita tidak bisa menjalani hari esok. Kita hanya memiliki hari ini.
Bekerja keraslah hari ini, dan ubahlah perasaan Anda dari yang perasaan-perasaan yang tidak menentu menjadi sebuah perasaan yang kegembiraannya dapat menyemangati Anda melangkah lebih damai menuju keberhasilan masa depan.




Orang-orang yang bekerja keras hari ini




dan memastikan bahwa yang dilakukannya hari ini pantas mendapat




penghargaan di masa depan,




akan bisa lebih senang nanti menyambut masa depan yang datang




dengan kualitas yang lebih baik.




( MT Star Point )

Apabila tahun 2015 adalah sebuah perjalanan, perjalanan kita akan mencapai bagian akhir.
Anda dan saya masih memiliki kesempatan yang akan kita pergunakan untuk melangkah maju di tahun depan.
Sejenak, kita melakukan evaluasi dan introspeksi diri : “Apakah kita masih dan akan terus berusaha untuk berjalan di jalur yang benar ?”
Belum terlambat bagi kita untuk memperbaiki hal-hal yang keliru ketika kita mulai sadar bahwa kita telah jauh berbelok dari tujuan kita.




Awal dari kehidupan kita bukanlah rencana kita,




dan saat berakhirnya pun bukan keputusan kita;




tetapi telah semakin jelas bagi kita bahwa tugas kita




adalah menjadikan waktu antara yang awal dan akhir itu,




sebagai sebuah perjalanan yang ter-indah




yang bisa kita capai dengan upaya kita,




dan dengan bantuan penuh kasih




dari Tangan Yang Tidak Terlihat itu.


Rabu, 20 Mei 2015

ISLAM DAN SEMANGAT KEBANGSAAN

Oleh : Marsudi Tri Sampurno
Semangat kebangsaan disebut juga sebagai nasionalisme dan patriotisme. Nasionalisme adalah suatu paham yang menganggap bahwa kesetiaan tertinggi atas setiap pribadi harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Nasionalisme dibagi menjadi dua, yaitu nasionalisme dalam arti sempit, juga disebut dengan nasionalisme yang negatif karena mengandung makna perasaan kebangsaan atau cinta terhadap bangsanya yang sangat tinggi dan berlebihan, sebaliknya memandang rendah terhadap bangsa lain. Dan nasionalisme arti luas atau yang berarti positif. Nasionalisme dalam pengertian inilah yang harus dibina oleh bangsa Indonesia karena mengandung makna perasaan cinta yang tinggi atau bangga terhadap tanah air dan tidak memandang rendah bangsa lain.
Nasionalisme menurut Soekarno adalah bukan yang berwatak chauvinisme, tapi bersifat toleran, bercorak ketimuran hendaknya dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila. Pandangan Soekarno tentang Pancasila merupakan gagasannya untuk mewadahi beragam aliran pemikiran dan kelompok pergerakan nasional pada waktu itu dengan didasari semangat mempersatukan Indonesia yang luas dan majemuk tentu saja tidak hanya disatu pihak namun dibanyak pihak. Beliau menyatakan “toleransi itu bersifat ketimuran” dengan maksud bahwa kita adalah bangsa timur dengan ciri atau identitas diri kita adalah bangsa timur yang besar akan toleransi ditengah banyaknya bermacam-macam aliran dan pendapat ditampung dalam sebuah wadah sehingga timbul persatuan dan kesepakatan untuk membentuk semangat demokrasi.
Nasionalisme ditengah terjangan Globalisasi
Dewasa ini tantangan terhadap keberadaan bangsa kita Indonesia semakin besar. Ancaman territorial menjadi salah satu sorotan diantara sekian banyak masalah yang menyelimuti bangsa kita. Masalah bangsa seakan-akan terus terjadi dan terus bertumpuk yang akhirnya membuat lemah bangsa ini karena hanya fokus mengurus keadaan didalamnya dan lupa keluar lingkup masalah. Kesungguhan pemerintah dalam melindungi aset yang dimiliki baik laut, darat harus diperbesar lagi. Menjual sesuatu yang menyangkut kepentingan rakyat banyak dan merugikan rakyat bisa dikatakan mendegradasi semangat nasionalisme itu sendiri. Nasionalisme harus tetap ada dan menjadi pondasi dalam menjaga kedaulatan dan aset yang dimiliki bangsa ini.
Nasionalisme ketika dikaitkan dengan kehidupan warga negara adalah perwujudan sikap dan aksi yang proaktif dan dinamis dalam rangka mempertahankan identitas diri sebagai warga suatu negara. maka menurut saya, nasionalisme itu bukan hanya soal pengetahuan semata, tapi soal menyikapi dan menghayatinya dalam kehidupan. Kita sebagai warga negara harus bangga sebagai warga Negara Indonesia dan wajib mengisi kemerdekaan dengan pembangunan sesuai dengan kemampuan dan peran kita saat ini, tetapi kebanggaan yang ditonjolkan haruslah kebanggaan yang dapat dirasakan oleh seluruh bangsa. Jangan sekali-sekali menonjolkan prestasi suku ataupun golongan secara berlebih-lebihan agar tidak memperlemah persatuan nasional. Menggunakan bahasa daerah kepada golongan yang tidak mengerti bahasa tersebut adalah perbuatan yang sangat tidak bijaksana. Maka dari itu, sifat tenggang rasa demi kesetiakawanan nasional harus dipupuk terus-menerus khususnya kepada generasi muda, dengan cara membangun bangsa dan negara dengan wawasan nusantara.
Dewasa ini hubungan antar bangsa sangat erat, untuk itu masyarakat utamanya generasi muda harus membuka diri dengan kebudayaan lain. Bangsa yang menutup rapat-rapat dirinya akan ditinggal oleh kemajuan zaman, akan ditinggal oleh kemajuan bangsa-bangsa lain. Dalam meletakkan masyarakat modern, usaha untuk menyerap masuknya modal asing, teknologi, ilmu pengetahuan, dan ketrampilan dari luar, akan terbawa pula nilai-nilai sosial dan politik yang berasal dari kebudayaan lain. Masuknya nilai-nilai kebudayaan lain ini akan makin deras mengalir sejalan dengan kebebasan dan keterbukaan.
Nasionalisme sangat penting bagi suatu bangsa agar bisa survive dalam percaturan global.Nasionalisme akan menjaga kedaulatan dalam satu identitas bersama.Nasionalisme juga berperan sebagai inspirasi yang menjadi motivasi bagi individu bangsa secara kolektif untuk berprestasi. Dalam iklim persaingan kapitalistik ditingkat global nasionalisme merupakan modal untuk membangun harga diri yang pada gilirannya akan membangun bargaining position yang kuat dalam persaingan. Membangun rasa nasionalisme menjadi mendesak ditengah persaingan global yang datang menjamah dari kiri dan kanan,depan dan belakang serta ditengah identitas nasional yang semakin tergerus.
Terkikisnya semangat nasionalisme dalam diri setiap individu warga Indonesia bukan suatu hal yang tidak mungin. Arus Globalisasi yang begitu deras akan menerpa siapapun dan dimanapun. Semua butuh penguat agar Nasionalisme tidak hilang. Beruntunglah Indonesia punya Ideologi Pancasila dengan slogannya Bhineka Tunggal Ika. Dengan slogan tersebut perbedaan suku, ras, agama, bahasa dan yang lainnya bukan suatu ancaman melainkan potensi yang perlu dikembangkan agar tumbuh dan lestari.
Nasionalisme dalam Islam   
Suatu hari Soekarno bertanya pada KH. Abdul Wahab Hasbullah – Rais Aam Nahdotul Ulama(NU) setelah KH. Hasyim Asyari  mengenai nasionalisme dalam ajaran Islam. Sangkiyai kemudian mengatakan, “Kalau Islam dilaksanakan dengan benar pasti umat Islam akan nasionalis.”
Apa salah kalau kita mencintai tanah di mana kita lahir di sana? tentunya tidak,dan itu salah satu fitrah yang Tuhan tanamkan di lubuk hati setiap manusia. Contoh kecilnya, ketika kita berjumpa di kota Kabupaten dengan seseorang yang berasal dari Kecamatan yang sama kita merasa ada kedekatan tersendiri, walaupun sebelumnya kita belum pernah bertemu. Begitu pun ketika berjumpa di ibu kota Provinsi dengan seseorang dari Kabupaten yang sama, di ibu Kota negara dari Provinsi yang sama, atau bahkan di luar negeri dari negara yang sama.


Islam sangat mengapresiasi seseorang yang mencintai tanah airnya, karena itu bersesuaian dengan fitrah kemanusiaan. “Demi Allah,” ujar nabi bersumpah ketika berangkat hijrah meninggalkan kota Makkah, “Sesungguhnya engkau adalah negeri Allah yang paling dicintai-Nya. Dan seseungguhnya aku juga sangat mencintaimu. Kalaulah pendudukmu tidak mengusirku, maka aku tidak akan pernah meninggalkanmu.” Islam sangat menantang penjajahan yang dilakukan kaum imperialis, karena itu kita lihat bagaimana dalam upaya mencapai kemerdekaan republik tercinta ini para ulama dan santrinya bahu membahu untuk mengusir mereka. Islam juga mengajarkan untuk saling mencintai, mempererat hubungan kemanusiaan, seperti halnya yang pernah terjadi di kota Madinah di masa-masa Rasulullah memimpin. Tinggal kalau ada orang-orang yang mengklaim bahwa nasionalisme itu mestilah membela negara dalam kondisi menzolimi negara lain, atau membela kelompok yang menzolimi kelompok lain, maka Islam berlepas diri dari defenisi seperti ini. Tentunya Islam juga menolak kalau ada pemimpin yang mengatakan nasionalisme di mulut, tetapi di belakang satu persatu aset bangsa ini diserahkan ke tangan asing. Harus konsisten antara perkataan dan perbuatan dalam mengelola negara sebesar Indonesia ini.
Berbicara masalah nasionalisme pemikiran  kita pasti terbatas hanya pada batas geografis suatu wilayah saja. Namun kalau dilihat dari sudut agama  Islam justru mengatakan bahwa batas nasionalisme-nya adalah aqidah (kesamaan keyakinan). Di mana ada muslimnya maka itu adalah tanah air Islam, dan hubungan dengan muslim di tanah tersebut melebihi hubungan darah yang berbeda keyakinan.Di sinilah konsep ukhuwah(persaudaraan dalam Islam) berlaku seperti satu batang tubuh, yang satu merasakan sakit maka yang lain ikut merintih, yang satu sejahtera maka yang lain merasakan ketentramannya. Inilah konsep Nasionalisme bila dilihat dari sisi agama Islam sebagai agama mayoritas di negeri Nusantara ini.
Peran Organisasi Massa di Indonesia
Dua Ormas Islam terbesar di bangsa ini NU-Muhammadiyah menggunakan legitimasi sejarah untuk mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara dan NKRI sebagai konsepsi ideal-kontekstual. Kedua Ormas Islam dengan penganut mayoritas itu terlibat langsung dalam pergulatan memformulasikan konsep bernegara pasca penjajahan yang mewariskan catatan hitam sejarah Indonesia dan mengamini Pancasila sebagai ideologi negara, dengan keyakinan bahwa Pancasila sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran Islam, bahkan lima nilai yang terkandung di dalamnya merupakan satu bentuk penjabaran ajaran agama Islam yang universal (rahmatan lil alamin).Bagi umat Islam tidak ada alasan  lagi untuk menolak Pancasila sebagai dasar Negara.   
NU dan Muhammadiyah adalah benteng pluralisme dan NKRI dalam balutan Islam rahmatan lil alamin. Tak sadar ternyata semua presiden berasal dari keluarga besar dan bersentuhan dengan NU dan Muhammadiyah. Setiap saat terjadi peristiwa politik, setiap terjadi kasus sosial dan keagamaan, maka saat itu pula mata tertuju ke NU dan Muhammadiyah. NU dan Muhammadiyah sejak lama, sejak berdirinya dua organisasi ini, maka kedua organisasi ini menjadi rujukan. NU dan Muhammadiyah adalah penjaga pluralisme bangsa Indonesia.
Nahdhatul ‘Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Dua organisasi masa (ormas) Islam yang lahir di bumi Indonesia sebelum kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hitung saja berapa jumlah putra-putri kader mereka yang di setiap orde dan periode kepemimpinan Indonesia pasti muncul menjadi bagian dari pemegang amanah penderitaan rakyat. Kelahiran kedua ormas Islam sama-sama dibidani oleh Kyai, oleh ‘Ulama Besar (Kubara’) Indonesia pada masanya. Keduanya sama-sama memiliki jumlah anggota 30-an juta,satu jumlah yang cukup besar. Maka semua sepakat jika kedua ormas Islam ini adalah terbesar di Indonesia.
Ajaran NU dan Muhammadiyah
Ormas Muhammadiyah didirikan langsung oleh KH Ahmad Dahlan, sedangkan NU (Nahdatul Ulama) didirikan oleh KH Hasyim Asy’arie. jika diurutkan silsilah kedua ulama tersebut, maka beliau berdua akan bertemu pada Syeikh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik. KH Ahmad Dahlan dari Maulana Ainul Yakin (Sunan Giri) anak Maulana Ishak dan KH Hasyim Asy’arie dari Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang, Guru Sunan Kalijaga) anak Raden Rahmatullah (Sunan Ampel).Walisongo mempunyai peran dalam perintisan awal cikal bakal kedua ormas di negeri ini lewat para penerusnya.
Ajaran Islam NU dan Muhammadiyah adalah ajaran Islam yang kaffah. Ajaran Islam yang menghargai setiap perbedaan. Islam dimaknai oleh NU dan Muhammadiyah sebagai ahlussunnah wal jamaah, berjalan dan pengamal sunnah dalam kelompok jamaah Islam penganut ajaran Rasullullah Muhammad SAW. Islam pun diajarkan untuk hidup berdampingan secara damai. Di kalangan kedua organisasi Islam terbesar di Indonesia itu diajarkan berbagai ajaran tentang cara hidup Rasullullah SAW di Madinah. NU dan Muhammadiyah mengajarkan Islam sebagai rahmat. Islam sebagai hadiah bagi seluruh umat Islam, bagi umat non Islam, dan bahkan bagi alam semesta. Al Qur’an dan Hadits tetap menjadi pedoman utama umat Islam dalam kehidupan ini.
Bung Karno adalah anak didik Muhammadiyah. Pengaruh Muhammadiyah dalam diri Bung Karno menyebabkan Bung Karno menjadi pribadi yang terbuka terkait keberagaman. Bahkan persentuhan dengan Muhammadiyah tampak sekali dalam diri Bung Karno berupa rumusan Pancasila yang sangat berbau Islam. Setiap isi sila dalam pancasila adalah representasi dan pengaruh ajaran Islam yang kental. Tidak ada satu pun sila-sila Pancasila keluar dari ajaran Islam.
Negara menjamin kebebasan beragama
Seiring dengan semakin dewasanya bangsa ini nampaknya Islam menjadi suatu kekuatan tersendiri yang kemudian pada babak awal didirikannya bangsa ini terjadi perdebatan yang cukup alot mengenai pijakan dasar dari Negara ini. Walau Islam bisa dibilang sangat dominan ketika itu, tetapi  sejarah masa lalu tidak bisa diabaikan begitu saja, kebhinnekaan bangsa ini tidak bisa dihilangkan begitu saja dengan memihak pada kubu tertentu yang kuat secara politis dan massa. Untuk menjawab semua itu akhirnya negeri ini secara khusus mendirikan suatu lembaga khusus yang membidangi hubungan Negara dan agama yang kemudian dikenal dengan Depertemen agama (sekarang kementerian agama). Namun maksud dari adanya kementrian agama tersebut bukan berarti Negara ikut campur dalam keberagamaan penduduknya, tetapi Negara tetap berpegang teguh pada dasar Negara yang memberikan kebebasan dalam memeluk agama yaitu bunyi sila pertama dari Pancasila dan pasal 29 ayat (2) UUD’ 45 yang berisi tentang kebebasan beragama dan jaminan tidak ada diskriminasi agama di Indonesia. Negara peduli kepada rakyatnya untuk memilih suatu agama yang diyakininya. Kepedulian Negara terhadap adanya agama sangat penting agar masyarakat bisa tertata akan akhlak budi pekertinya.
 Menumbuhkan Semangat Nasionalisme
Membangun semangat nasionalisme memang tidak mudah. Beruntung bangsa ini sudah mempunyai  lambang Negara yaitu Burung Garuda Pancasila yang diakui sebagai salah satu pilar pemersatu bangsa ini. Pancasila sama sekali bukan sekedar semboyan untuk dikumandangkan. Pancasila bukan dasar falsafah negara yang sekedar dikeramatkan dalam dokumen pembukaan UUD, melainkan Pancasila harus diamalkan. Tanpa diamalkan, apapun dasar falsafah yang dipakai, apapun konsepsi yang dibuat tidak akan berguna dan tidak ada artinya.
Satu lagi pilar yang penting adalah bahasa Indonesia karena bahasa merupakan alat komunikasi yang menyatakan segala sesuatu yang tersirat dalam diri kita. Bahasa sebagai suatu sistem ketetapan hubungan pengertian memungkinkan manusia melakukan hubungan di antara sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat. Bahasa Indonesia mempunyai fungsi yang menjadi sangat dominan, yaitu bahasa sebagai alat pemersatu bangsa. Karena pada kenyataannya, hampir semua penduduk di Indonesia mengerti bahasa Indonesia. Bahasa ini juga sudah diikrarkan menjadi bahasa nasional ketika sumpah pemuda dikumandangkan tahun 1928. Kekuatannya dalam mempersatukan bangsa Indonesia sudah tak bisa diremehkan lagi. Sebagai buktinya, semangat para pejuang pada saat mengupayakan kemerdekaan Negara Indonesia. Mereka dengan lantang menyuarakan semboyan “Merdeka atau Mati!”. Semboyan ini secara serta merta membangkitkan semangat rakyat untuk terus berjuang demi kesatuan bangsa.
Fakta kekiniannya menunjukkan jika bangsa kita masih mendapat penjajahan dalam bentuk lain yakni hegemoni bangsa-bangsa maju secara ekonomi maupun industri belum mampu kita hilangkan seratus persen dari tanah air Indonesia. Benturan globalisasi dan peradaban belum mampu menjadikan Pancasila dan UUD 1945 sebagai identitas bermasyarakat dan berbangsa. Nilai nasionalisme tersebut idealnya harus menjelma dalam praktik berdemokrasi kita, minimal menegakkan pilar-pilar demokrasi ala demokrasi pancasila yakni kedaulatan ada ditangan rakyat, bukan oleh bangsa lain.
Ruh Islam dalam Sila Pancasila
Praktik berbangsa dan bernegara harus mencirikan nilai filosofis pancasila. Pancasila adalah sumber nilai, sumber inspirasi sekaligus menjadi bintang penuntun dalam kehidupan bernegara yang secara tehnis dijabarkan lebih konkret dalam bentuk norma-norma hukum seperti yang tertuang dalam UUD 1945 sebagai konstitusi tertulis. Pancasila mendapatkan tempat yang tinggi karena ia menjadi sumber inspirasi dan jadi roh-roh kehidupan bagi setiap manusia Indonesia yang beragama. Dalam UUD 1945 dengan tegas disebut bahwa ‘Atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan didorong keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya’, teks tersebut secara subsatnsial sesuai dengan sila pertama pancasila tentang Ketuhanan Yang Maha Esa.
Ruh ke-Islam-an dapat dirasakan jika kita mengkaji satu persatu sila dalam Pancasila tersebut. Sila pertama ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ adalah pancaran Tauhid. Sila kedua ‘Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab merupakan salah satu unsur utama dari ajaran ijtima’iyah (nilai-nilai keadilan masyarakat) menurut ajaran Islam. Sila Ketiga Persatuan merupakan satu sendi ajaran Islam yakni “umatan wahidatan”. Sila Keempat Kerakyatan dilukiskan dengan kata musyawarah dalam al-Qur’an. Kemudian sila yang ke lima Keadilan Sosial menjadi sasaran pembentukan masyarakat marhamah menurut ajaran Islam, yang dipraktekkan dengan perasaan santun dan kasih sayang. Ada hubungan sangat erat antara Islam dan negara ini. Kita semua harus ingat bahwa konseptor-konseptor negara cikal bakalnya, pembuatan perangkat bernegara adalah para pimpinan tokoh besar organisasi Islam.
Para pahlawan yang telah berjuang dahulu juga memiliki kontribusi terhadap bangsa ini. Indonesia bisa berdiri tegak sebagai sebuah negara berdaulat dengan batas-batas teritorial yang jelas, dikelola oleh pemerintahannya sendiri berdasarkan elemen-elemen perekat bangsa berupa Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Mengguggat nasionalisme berarti juga menggugat kedaulatan Indonesia sebagai sebuah bangsa yang direkatkan oleh keempat pilar kebangsaan tersebut. Hal ini berarti juga menggugat Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika yang merupakan nilai-nilai dasar yang terkristal dari sejarah perjuangan bangsa menuju terbentuknya NKRI yang berdaulat. Nilai-nilai itu muncul dalam konteks sejarah perjuangan para bapak bangsa untuk mewujudkan dan menjaga keutuhan NKRI. Semangat nasionalismelah yang memungkinkan semuanya itu ada dan terjadi.
Bagi seorang siswa atau masyarakat pada umumnya cara menumbuhkan Nasionalisme adalah dengan aktif utuk upacara bendera setiap hari senin atau peringatan hari besar lainnya. Dalam upacara juga ada sesi dimana kita diingatkan dengan para Pahlawan yang telah gugur membela negeri Indonesia. Upacara adalah salah satu indikator bagaimana sikap nasionalisme rakyat Indonesia saat ini. Menghormat bendera itu bukan berarti kita menyembah bendera tersebut maknanya. Namun itu adalah sebagai bentuk penghormatan, kita bisa menjadi bangga karena dengan Bendera Merah Putih bangsa ini bisa bersatu untuk terus berjuang bersama meraih kejayaan bangsa. Nasionalisme memang tidak bisa hanya diukur sebatas ikut upacara saja namun kegiatan tersebut salah satu cara yang dapat memupuk rasa Nasionalisme terhadap bangsa ini.
Nasionalisme harga mati
Membangun nasionalisme merupakan tugas yang sangat penting untuk menghadapi persaingan. Pembangunan nasionalisme substantif diarahkan pada isu-isu strategis dan urgen saat ini yaitu, membangun ekonomi nasionalisme yang sesuai konstitusi,memecahkan problem kebinekaan, merevitalisasi Pancasila untuk lebih membangun persatuan bangsa, mengeliminasi munculnya separatisme dan penjagaan pulau-pulau terluar untuk menjaga kedaulatan bangsa Indonesia. Bangsa yang besar adalah bangsa yang berwibawa di tengah-tengah percaturan bangsa-bangsa di dunia ini.
Bung karno pernah berpesan bahwa jangan sekali-sekali meninggalkan  sejarah. Indonesia pernah menjadi negara besar di zamannya maka tidak cukup kita hanya berbangga diri saja. Maka untuk menjadi besar perlu semangat dan jiwa nasionalis sejati. Agama Islam telah memberikan kontribusi sangat banyak bagi berdirinya NKRI ini baik pemikiran, perjuangan senjata melawan penjajah, harta benda dan yang lainnya. Sebagai catatan terakhir penulis jangan sampai agama Islam ini terpinggirkan perannya dalam menjalankan pemerintahan siapapun pemimpinnya. Islam telah banyak memberikan kontribusi untuk negeri ini jangan sampai dilupakan. Umat Islam harus bersatu dan  harus pandai dalam bidang apa saja termasuk masuk ke lingkup pemerintahan dan politik. Membangun negara bisa dilakukan lewat parlemen karena memang itu salah satu jalannya. Parlemen adalah wujud representasi rakyat dalam ikut serta merumuskan kebijakan negara. Jangan anti kepada parpol lihat dahulu perjuangan dan hasil yang telah dilakukannya. Islam dan semangat membangun bangsa akan senantiasa relevan karena memang itu bagian dari ajaran agama Islam. Nasionalisme adalah harga mati agar NKRI tetap ada dan terjaga keberadaannya. Semoga semangat Nasionalis ini bisa terpatri di setiap insan  negeri ini.











Senin, 11 Mei 2015

KUPENUHI WASIATMU, RAHMA....



Muharram ….
  
 Kenalkan, ini Rahma, baru tiga hari di sini," ucap ibu pemilik rumah kost yang akan kutempati. Senyum manis dan tatap mata yang ramah menghiasi wajahmu. Jilbab putih yang kau pakai semakin menambah keanggunan si pemilik wajah yang memang cantik. 
"Wilfa..., panggil saja Ifa," kataku sambil mengulurkan tangan. Engkau menyambut dan menggenggam
tanganku erat. "Rahma....," katamu lembut. "Mudah-mudahan Ifa betah tinggal di sini," katamu lagi.
"Mudah-mudahan," jawabku.
Itulah awal perkenalanku denganmu, mahasiswi baru asal Jogyakarta. Kita menempati satu kamar di rumah Bu Santi, pemiliknya. Sikapmu yang ramah dan terbuka membuat kita cepat akrab, sehingga teman-teman menyebut kita "Dua Sejoli," di mana ada aku di situ ada kamu. Sejak OPSPEK sampai hari-hari pertama kuliah kita lalui bersama. Susah senang kita tanggung bersama. Maka tak heran bila hari-hari selanjutnya merupakan hari-hari yang menyenangkan bagi kita, karena masing-masing kita sudah seperti saudara satu sama lain walaupun tempat asal kita berbeda, engkau dari Jogya, sedang aku dari Bandung.

Muharram .....,
"Subhanallah......., kau kelihatan lebih anggun dengan pakaian itu," ucapmu kagum. Aku tersipu-sipu malu. Kuperhatikan diriku di kaca dengan busama muslimah plus jilbab yang kupinjam darimu. Ya, aku berniat memakainya besok pada perayaan Tahun Baru Islam 1 Muharram di kampus kita. Ketika menjelang tidur, fikiranku melayang pada kejadian tadi siang. Aku merasa, pantulan bayangan di cermin itu bukanlah diriku. Kulihat sosok anggun yang memancarkan cahaya iman di balik busana. Timbul hasrat di hatiku untuk bisa seperti bayangan itu. Tapi...akh, tidak ! Diriku masih kotor, pengetahuanku tentang Islam masih dangkal, kelakuanku masih jauh dari apa yang digariskan Islam. Aku masih suka hura-hura dan melakukan segala apa yang aku inginkan. Terbayang olehku orang tua dan saudara-saudaraku di Bandung. Mereka, terutama Bapakku sangat mengharapkan agar aku cepat menamatkan kuliahku dan bekerja di perusahaan besar tempat di mana Bapakku memegang jabatan penting. Bapakku ingin agar aku seperti anak-anak dari teman-teman relasinya yang saling berlomba-lomba mencapai kepuasan materi.
"Ada yang kaufikirkan, Fa?" pertanyaanmu mengejutkanku. "Boleh aku tahu ?" tanyamu lagi. Aku menghela nafasku, dan berkata,"Rahma....,sudah setahun kita bersama. Belajar..., berdiskusi..., bercanda..., seakan-akan kita tak berbeda." Aku diam sejenak, kemudian menghela nafas lagi. 
"Apa maksudmu, Fa ?" tanyamu sambil menatapku heran.
"Yach...,walaupun teman-teman tidak pernah membedakan kita, tapi hati kecilku tak dapat menyangkal. Ku akui, kita tidak sama. Ma..., masing-masing kita sudah saling tahu, siapa kau dan siapa aku. Tapi sampai sejauh itu kau tak pernah menyinggung tentang perbedaan kita. Kau tak pernah menyinggung tentang pakaian dan penampilanku," kataku hati-hati. 
Engkau memandangku lekat-lekat seakan ingin berusaha mengetahui isi hatiku. "Boleh kutanya sesuatu padamu ?" tanyaku. Engkau mengangguk. "Ma..., aku ingin tahu bagaimana perasaanmu ketika pertama kali kau kenakan busana muslimahmu itu," kataku.
Kulihat kau tersentak. Lama kau pandangi aku, kemudian berkata,"Sebelum kujawab pertanyaanmu, secara jujur kukatakan bahwa sebenarnya telah lama aku menanti pertanyaan seperti itu darimu. Dan baru sekarang kau menanyakannya, tanpa aku harus memancingmu, karena memang itulah yang aku harapkan. Fa...,ketika pertama kali kukenakan busana muslimah ini, berbagai perasaan ada di hatiku, sedih, terharu, takut, dan perasaan tentram campur jadi satu. Sedih, karena orang tuaku tak suka melihatku berjilbab. 'Terlalu fanatik', itu kata mereka. Terharu, karena pertama kali dengan busana muslimah ini kuinjakkan kakiku di SMA, teman-temanku juga kakak-kakak kelasku yang sudah berjilbab menyambutku dengan haru dan memberi selamat kepadaku. Tapi rasa takut ketika itu masih menghantuiku kalau kuingat cerita kakak-kakakku tentang sulitnya mencari pekerjaan bagi si pemakai jilbab. Tapi..., lepas dari itu semua, ketentraman merasuk di hatiku. Aku merasa diriku selalu berada dalam tatapan-Nya. Barulah saat itu kusadari, itulah kebahagiaan yang kucari selama ini. Yah..., kebahagiaan yang haqiqi. Akhirnya cobaan-cobaan kuhadapi dengan tabah, karena aku yakin Allah senantiasa akan menolong hamba-Nya yang sungguh-sungguh melaksanakan syari'at-Nya," katamu
dengan mata berkaca-kaca.
Entah mengapa, sejak itu aku mulai tertarik pada buku-buku Islam terutama buku-buku tentang wanita, aku mulai rajin mengikuti ta'lim di sela-sela kesibukan kuliah dan praktikumku. Diriku mulai terbiasa dengan rok dan kemeja lengan panjang. Dan dalam lemariku sudah tersedia tiga buah jilbab yang senantiasa kupakai ta'lim. Hari demi hari kita semakin dekat. Engkau sering mengajakku berdiskusi tentang Islam dan hal-hal yang pada mulanya masih terasa asing bagiku. Akhirnya hasrat yang terpendam di hatiku selama ini mencapai klimaksnya. Suatu malam kukatakan maksudku untuk berbusana muslimah kepadamu. 
Sambil berlinang air mata engkau memelukku dan berkata :"Ifa..., aku bahagia atas keputusanmu, kita sudah betul-betul sama, tidak ada lagi perbedaan di antara kita. Semoga engkau mendapat berkah-Nya dan semoga Dia senantiasa memberikan kekuatan kepada kita untuk tetap berpegang pada syari'at-Nya." Akhirnya malam yang penuh haru itu kita isi dengan Qiyamul lail untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya.

Muharram …..

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Kemarin kita telah menjalani wisuda. Semua mahasiswa rantauan termasuk kita bersiap-siap pulang ke kampung masing-masing."Selamat tinggal, kota hujan. Kota penuh kenangan. Kota tempat kami menyatukan hati dan fikiran. Kota tempat kami menuai benih-benih iman di hati." Itulah kata-kata terakhir dalam hatiku ketika mulai menaikkan kaki ke dalam bis yang akan membawaku ke Bandung. Kesedihan melanda hatiku ketika dalam perjalanan fikiranku melayang, teringat kata-katamu terakhir kali saat kau mengantarku ke terminal. "Aku harap, kau bisa datang ke walimahan kami di Jogya nanti," ucapmu sedih campur bahagia. Aku pun turut bahagia karena tak lama lagi engkau akan mendapat pendamping seorang ikhwan di kota kelahiranmu. "InsyaAllah, aku datang," ucapku bergetar menahan haru dan sedih. Waktu itu kita berjanji untuk saling berkirim kabar lewat surat. Hanya seraut wajah yang berlinang air mata dan lambaian tangan yang kulihat lewat jendela kaca bis yang mulai bergerak. "Selamat tinggal, Rahma..." ucapku dalam hati.
Kesedihanku belum reda ketika kulalui hari-hari pertamaku di Bandung, kota kelahiranku. Tak terasa sebulan berlalu, rasa rindu ingin bertemu denganmu mulai kutuangkan lewat surat pertamaku ke Jogya. Kutulis juga permintaan maafku kepadamu atas ketidakhadiranku pada acara walimahanmu. Walau saat itu ingin rasanya aku ke sana, tapi...musibah telah menimpa Bapakku dalam perjalanan tugasnya ke Menado. Pesawat yang dinaikinya jatuh dan beliau dipanggil ke hadirat-Nya. Dua minggu kemudian, suratmu datang. Dalam suratmu kau mengatakan ikut merasakan kesedihanku dan berharap agar
aku tabah menghadapi musibah itu. Dari isi surat yang kautulis, aku menangkap sinyal-sinyal kebahagiaan di balik goresanmu, ceritamu tentang Bang Hanif, suamimu yang kaubilang kelewat sabar, dan sebuah kabar gembira karena kalian sedang menunggu datangnya si buah hati. 

Muharram .....,
Dua tahun berlalu tanpa terasa. Kesibukan-kesibukanku sebagai guru sebuah TK Islam menyita hampir seluruh waktuku. Walau begitu kusempatkan diriku untuk membalas surat-suratmu. Tapi anehnya, surat terakhir yang kukirimkan dua bulan yang lalu, sampai saat ini belum kau balas. Barangkali kau sibuk
dengan Aisyah kecilmu yang sudah berlari ke sana ke mari, mengajarkannya mengaji, bernasyid, oh...alangkah bahagianya engkau. Aku melihat diriku sendiri, seperempat abad sudah usiaku dan sampai kini masih tetap sendiri. Tapi aku yakin, suatu saat nanti Allah akan memberikan aku seorang pendamping yang akan memberiku buah hati seperti yang kau miliki. Aku tetap sabar menunggu balasan darimu. 

Suatu sore di hari Ahad, seorang perempuan setengah tua datang ke rumahku. "Ini rumah Ibu Wilfa ?" tanyanya. "Ya, benar....saya sendiri Wilfa," jawabku. Kupersilahkan wanita itu masuk dan duduk. Sambil mempersiapkan minuman, tak henti-hentinya aku berfikir mengingat-ingat wajah wanita itu, wajah yang seakan-akan memendam duka teramat dalam."Rasa-rasanya aku pernah melihatnya, tapi...di mana ya....?" fikirku. Kupersilahkan dia minum, lalu kutanyakan maksud kedatangannya mencariku. Setelah dia memperkenalkan diri, barulah aku ingat bahwa dia adalah ibumu dari Jogya. Engkau pernah menunjukkan foto beliau kepadaku dulu waktu kita masih kuliah. Sewaktu kutanyakan kepadanya tentang keadaanmu, wajah yang sendu itu kelihatan bertambah sedih bahkan butiran-butiran air mata mulai membasahi pipinya yang sudah mulai keriput. Di sela-sela isak tangisnya, dia mengatakan bahwa engkau telah dipanggil ke hadirat-Nya seminggu yang lalu. Yah....leukimia yang sejak SMA kau derita telah memisahkanmu dari mereka yang mencintaimu. 
Aku terhenyak mendengar ini semua, seakan tak percaya. "Rahmah, kenapa kau tak pernah bercerita padaku tentang penyakitmu," kataku terisak. Wanita itu mengatakan bahwa engkau tak pernah menceritakan penyakit yang kau derita itu pada siapapun termasuk aku dan suamimu. Ingatanku melayang, teringat pada saat-saat terakhir bersamamu di terminal. Rupanya itulah saat terakhir aku melihatmu. Engkau telah menghadap-Nya, mudah-mudahan engkau bahagia di alam sana. Sebelum wanita itu pulang, beliau menyerahkan sepucuk surat yang kautulis sebelum engkau pergi, dan dia berharap, agar aku dapat memenuhi permintaan terakhir di surat itu. Kubuka surat itu, dan kubaca : 
---
"Ukhti Wilfa, maafkan bila surat terakhirmu belum sempat kubalas.
Aku sudah merasa Dia akan memanggilku. Leukimia yang telah lama bersemayan di tubuhku akan segera memisahkanku dari mereka yang kucintai dan mencintaiku. Maafkan bila selama ini aku bersalah atau berdosa kepadamu. Aku berharap engkau bisa memenuhi permintaan terakhirku. Tolong jaga Bang Hanif dan Aisyahku. Kupercayakan mereka kepadamu. Aku sudah mengatakan masalah ini pada Bang Hanif, dan dia berjanji akan berusaha memenuhi permintaanku. Aku mengharap ketulusan hatimu, ukhti. Didiklah Aisyah bagaikan anak ukhti sendiri."
Wassalamualaikum
Rahma 
---

Air mataku mengalir bertambah deras. Aku hanya berdoa mudah-mudahan aku dapat melaksanakan pesanmu dengan baik. 

"Aisyah...., tolong temani dik Azzam sebentar. Umi mau buatkan susu dulu," kataku sambil berlari ke dapur. Kesibukanku mendidik Aisyah dan Azzam bertambah kalau Bang Hanif tidak di rumah. Beliau sedang menghadiri peringatan tahun baru Islam 1 Muharram di masjid dekat rumah kami. Entah mengapa, setiap datang bulan Muharram, aku teringat kembali kepadamu, Rahma. Alhamdulillah...aku bisa memenuhi pesan terakhirmu, dua tahun yang lalu.  Sebulah setelah Dia memanggilmu, seorang ikhwan beserta gadis kecil berjilbab putih menemui paman dan ibuku untuk melamarku. Walaupun aku belum pernah melihat Bang Hanif dan Aisyahmu, tapi perasaanku mengatakan itulah mereka. Setelah kuceritakan isi surat itu kepada paman, akhirnya kami pun menikah sebulan kemudian. Alhamdulillah....sekarang kami telah memiliki dua buah hati yaitu Aisyah kita dan Azzam, buah hati kami. Ukhti....,telah kupenuhi pesanmu. InsyaAllah, akan kudidik mereka agar menjadi mujahid dan mujahidah yang nantinya akan membela Islam seperti apa yang kita harapkan. Amiin yaa Robbal'aalamiin


Sabtu, 09 Mei 2015

PELAJARAN DARI BURUNG GAGAK

Al-Quran merupakan kitab suci yang didalamnya banyak mengandung kisah dan pelajaran (ibrah) yang sangat berharga. Kisah atau kejadian itu merupakan salah satu uslub (cara) dalam mendidik umat manusia. Diantara pelajaran yang bias diambil dari Al-Quran yaitu berhubungan dengan burung. Allah SWT beberapa kali menyebut dan menceritakan hewan ini dalam berbagai peristiwa. Dan dari peristiwa atau apa yang dilakukan oleh hewan ini telah menginspirasi manusia untuk melakukan sesuatu yang lebih baik. Dibawah ini terdapat beberapa kisah atau pelajaran dari burung:

Burung Gagak dan Qabil
Berkaitan dengan seekor gagak yang menggali tanah untuk memperlihatkan kepada Qabil bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Setelah membunuh saudaranya, Qabil membawa mayatnya kemana-mana karena tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Sampai kemudia Allah SWT mengirimkan dua ekor burung gagak yang berkelahi. Salah satunya mati, dan yang hidup menggali tanah dengan cakarnya untuk menguburkan bangkai burung yang dibunuhnya. Ini dijleaskan dalam surah Al-Maidah (5) ayat 31.

فَبَعَثَ اللَّهُ غُرَابًا يَبْحَثُ فِي الْأَرْضِ لِيُرِيَهُ كَيْفَ يُوَارِي سَوْءَةَ أَخِيهِ ۚ قَالَ يَا وَيْلَتَا أَعَجَزْتُ أَنْ أَكُونَ مِثْلَ هَٰذَا الْغُرَابِ فَأُوَارِيَ سَوْءَةَ أَخِي ۖ فَأَصْبَحَ مِنَ النَّادِمِينَ


Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.

Setelah Qabil melihat burung gagak menguburkan kawannya, iapun menggali kubur bagi saudaranya dan menutupinya dengan tanah.

Burung dan Pesawat Terbang
     Berkaitan dengan penemuan pesawat terbang yang terinspirasi oleh burung sebagaimana firman Allah SWT dalam surah An-Nahl (16) ayat 79.

أَلَمْ يَرَوْا۟ إِلَى ٱلطَّيْرِ مُسَخَّرَٰتٍۢ فِى جَوِّ ٱلسَّمَآءِ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلَّا ٱللَّهُ ۗ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍۢ لِّقَوْمٍۢ يُؤْمِنُونَ

Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang diangkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman.

      Penelitian terhadap burung mengungkapkan bahwa ia dirancang khusus untuk terbang. Tubuhnya diciptakan dengan kantung udara dan tulang berrongga untuk mengurangi masa tubuh dan berat keseluruhan. Sifat cairan kotorannya memastikan agar kelebihan air dalam tubuhnya dibuang. Bulu-bulunya berbobot sangat ringan bila dibandingkan dengan volumenya. Bulu-bulu dengan atribut-atributnya itu menahan mereka di udara. Sedang sayap aerodinamis dan metabolism merespon kebutuhan energinya. Sifat-sifat ini adalah beberapa bukti bahwa burung adalah desain produk yang bias dicontoh.Kemudian instrument tersebut dipakai para ilmuwan untuk membuat pesawat. Mereka meniru keseimbangan bobot dan tenaga pendorong yang digunakan burung dan memperhatikan system aerodinamisnya. Sehingga dengan percobaan bertahun-tahun, akhirnya ditemukan kendaraan yang mirip burung.

Burung Hud-hud dan Nabi Sulaiman
        Diantara kisah dan kejadian unik tentang burung yang ditayangkan Al-Quran adalah kisah burung Hud-hud dengan Nabi Sulaiman as. Burung ini telah melakukan kerja pengintaian terhadap aktivitas suatu kaum yang kemudian ditiru dalam aktivitas spionase dewasa ini. Kerja buung ini dijelaskan dalam surah An-Naml (27) ayat 22-23.
 
إِنِّي وَجَدْتُ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ -22- فَمَكَثَ غَيْرَ بَعِيدٍ فَقَالَ أَحَطْتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ وَجِئْتُكَ مِنْ سَبَإٍ بِنَبَإٍ يَقِي-23

Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. (22) Sesungguhnya aku menjumpa seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. (23)


BELAJAR DARI SISI LAIN KEHIDUPAN BURUNG GAGAK
         Dipercaya sebagai burung pembawa sial, ternyata banyak hal yang bisa kita pelajari dari burung gagak. Apa saja manfaat yang bisa kita tarik dari 'burung tukang sihir' ini?

Kerjasama tim
; Burung gagak merupakan hewan sosial. Mereka selalu mencari makanan secara berkelompok dan terorganisasi.  Mereka juga tidak segan-segan saling berbagi makanan.

Pertemanan
; Ketika satu burung gagak terluka maka gagak yang lain akan datang membantu, bahkan terkadang bisa puluhan gagak berkumpul untuk menolongnya. Hal ini menunjukkan semangat kebersamaan dan merupakan kunci sukses dari spesies ini untuk bertahan.

Berbagi informasi
; Setiap sore hari gerombolan gagak akan berkumpul bersama dan berbagi informasi tentang apa yang mereka alami sepanjang hari. Dengan saling bertukar informasi, para gagak akan memberitahu dimana letak sumber makanan potensial untuk kelompoknya.

Etika
; Gagak selalu terlihat sebagai hewan yang licik dan mencuri dari mahkluk lain, namun ternyata mereka memiliki standar etika yang tinggi dikelompoknya. Jika seekor gagak tidak berbagi tentang informasi dan makanan dengan sesamanya, maka sang gagak akan mendapatkan hukuman. Hukumannya adalah gagak lain akan menggunakan cakar dan paruhnya untuk membuat sang gagak pelit menjadi jera.

Keberanian
; Jika kebanyakan burung mendekati manusia dengan tidak terlalu memperlihatkan keberadaannya, maka berbeda dengan burung gagak. Burung satu ini bisa dengan berani  mendekati manusia untuk memeriksa apakah ada makanan yang dibawa, malah pernah terjadi seekor gagak mencuri makanan dari tangan manusia. Dibandingkan dengan burung rajawali dan elang, burung gagak memang memiliki ukuran yang kecil. Walaupun demikian, tidak menyurutkan niat mereka untuk mencuri dari cakar kedua burung besar tersebut.  Jadi walaupun ukurannya kecil atau kelompoknya kecil, mereka selalu bisa berperilaku lebih baik dibandingkan ukuran mereka. Jika mereka percaya bahwa hal itu mungkin terjadi maka akan terjadilah.

Suka mandi
; Pendapat awam mengatakan bahwa burung gagak adalah burung hitam legam yang menakutkan. Namun dibalik warnanya yang terlihat sangat hitam tersebut, ternyata memiliki sekumpulan warna berbeda seperti warna ungu, hijau, biru dll. Bahkan, burung gagak ternyata sangat rajin membersihkan dirinya.

Kemampuan otak
; Burung gagak terkenal sebagai satu diantara hewan yang pintar di dunia. Mereka mampu mengingat beberapa hal sangat baik dan bahkan memiliki kemampuan menyusun suara yang bagus setara dengan kemampuan bahasa manusia primitif. Kemampuan ini digunakan untuk dapat sukses bertahan di lingkungannya. Dalam serangkaian percobaan yang dilakukan di Utsunomiya University, burung itu berhasil memilih wadah yang menyimpan makanan dengan jumlah tertinggi. Burung itu berhasil mengidentifikasi nomor yang tertera pada tutup wadah. Percobaan ini melibatkan delapan gagak hutan dan dua wadah yang telah ditandai dengan simbol numerik pada tutupnya, masing-masing "dua" dan "lima." Kedua wadah tertutup itu ditempatkan dalam kandang di mana hanya wadah "lima" yang berisi makanan. Hasilnya, burung-burung gagak mampu mengambil kotak yang benar. Shoei Sugita, seorang profesor morfologi hewan, mengatakan temuan ini menunjukkan jika gagak memiliki kemampuan kognisi numerik yang sama dengan manusia.
         Dalam serangkaian percobaan yang dilakukan di Utsunomiya University, burung itu berhasil memilih wadah yang menyimpan makanan dengan jumlah tertinggi. Burung itu berhasil mengidentifikasi nomor yang tertera pada tutup wadah. Percobaan ini melibatkan delapan gagak hutan dan dua wadah yang telah ditandai dengan simbol numerik pada tutupnya, masing-masing "dua" dan "lima." Kedua wadah tertutup itu ditempatkan dalam kandang di mana hanya wadah "lima" yang berisi makanan. Hasilnya, burung-burung gagak mampu mengambil kotak yang benar. Shoei Sugita, seorang profesor morfologi hewan, mengatakan temuan ini menunjukkan jika gagak memiliki kemampuan kognisi numerik yang sama dengan manusia.
         Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti Jepang mengatakan bahwa gagak memiliki kemampuan untuk membedakan simbol-simbol yang mewakili jumlah. Dalam serangkaian percobaan yang dilakukan di Utsunomiya University, burung itu berhasil memilih wadah yang menyimpan makanan dengan jumlah tertinggi. Burung itu berhasil mengidentifikasi nomor yang tertera pada tutup wadah. Percobaan ini melibatkan delapan gagak hutan dan dua wadah yang telah ditandai dengan simbol numerik pada tutupnya, masing-masing "dua" dan "lima." Kedua wadah tertutup itu ditempatkan dalam kandang di mana hanya wadah "lima" yang berisi makanan. Hasilnya, burung-burung gagak mampu mengambil kotak yang benar. Shoei Sugita, seorang profesor morfologi hewan, mengatakan temuan ini menunjukkan jika gagak memiliki kemampuan kognisi numerik yang sama dengan manusia.