InspirasI

Jumat, 27 November 2015

Diangkat dari sebuah cerita tentang
 seseorang yang bangun dari tidur malamnya & merenungkan
 tentang apa Kunci Sukses hari ini...


=>Jendela kamar tidur berkata
"lihatlah dunia diluar!"
=>Langit-langit kamar berpesan
"bercita-citalah setinggi mungkin"
=>Jam dinding berdetak
"setiap menit itu berharga!"
=>Cermin mengatakan
"berkacalah sebelum bertindak"
=>Kalender meja berbisik
"jangan menunda sampai besok"
=>Pintu berteriak
"dorong yg keras tekadmu dan pergilah!"
=>Tapi yang wajib diperhatikan adalah pesan karpet pelapis lantai,
"Berlutut dan Berdo'alah agar hidup kita mendapat berkah!"


Kamis, 19 November 2015

KACA MATA

Jika warna kacamata anda hitam,
Serba gelaplah apa yang ada di sekitar anda
Jika warna kacamata anda kuning,
Serba kuninglah apa yang ada disekitar anda.
Jika warna kacamata anda merah,
Serba merahlah apa yang ada di sekitar anda.
Kesan anda terhadap kejadian sekeliling anda,
Tergantung pada warna kacamata anda.

Maka…..
Jika hati penuh kebencian,
Apapun yang terjadi di sekeliling kita begitu memuakkan.
Jika hati anda penuh penderitaan,
Apapun yang terjadi di sekeliing kita begitu mengenaskan,
Jika hati penuh kecurigaan,
Apapun yang terjadi di sekeliling kita begitu membahayakan.
Jika hati penuh kecemburuan,
Apapun yang terjadi di sekeliling kita begitu menjengkelkan
Jika hati penuh kesombongan,
Apapun yang terjadi di sekeliling kita begitu remeh.
Dan…
Jika hati penuh syukur,
Apapun yang  terjadi  di sekeliling kita begitu menikmatkan
Jika hati penuh rasa pasrah,
Apapun yang terjadi di sekeliling kita begitu merilekskan
Jika hati penuh kesabaran,
Apapun yang terjadi di sekeliling kita begitu penuh persahabatan
Jika hati penuh dengan CINTA…
Apapun yang terjadi di sekeliling kita begitu penuh keindahan.
Keadaan diri anda,
Tergantung pada warna kaca kacamata hati dan pikiran anda.
Warna kaca kacamata hati dan pikiran anda,
Tergantung bagaimana pola pikir dan merasa anda.


Mahfud…(bee a good teacher)

Senin, 16 November 2015

AKU CINTAI SUAMIKU
SETELAH KEMATIANNYA

Aku adalah seorang gadis cantik dari keluarga kaya terpandang di kampungku sebut saja Sinta. Sebagai anak tunggal tentu kehidupanku manja dan serba berkecukupan. Hidupku penuh dengan keindahan dengan menghabiskan waktuku sejak kecil hingga dewasa dengan serba mewah dan cukup. Tidak terasa waktu terus berganti hingga suatu hari aku diwisuda sebagai sarjana ekonomi. Aku tidak pernah mempunyai hubungan serius dengan seorang laki-laki karena aku selalu berfoya ria dengan teman-temanku. Tidak pernah terpikirkan olehku kalau aku harus mempersiapkan diri untuk berjodoh. Semua laki-laki yang mendekatiku, aku tanggapi dengan hati yang dingin. Setiap ada lelaki yang mau serius denganku, tidak pernah aku beri jawaban yang pasti.
            Suatu hari aku dipanggil ibu dan ayah di ruang makan. Sambil menikmati makan malam ibu dan ayah begitu memperhatikanku. Namun aku tidak begitu peduli dengan apa yang ada. Tiba-tiba ayah menepuk pundakku dan bilang “Sinta, kamu sudah dewasa, kamu sudah cukup umur”. Aku terhenyak sesaat dan menjawab “ Maksud ayah?”. “Saatnya kamu untuk berumahtangga nak, umurmu sudah menginjak 33 tahun. Lusa kamu ulang tahun” sahut ibu. Aku tetap menikmati makan malam dengan tenangnya tanpa mau pusing memikirkannya. Namun, walaupun aku manja serba berkecukupan, aku adalah anak yang begitu penurut tanpa pernah melawan.
            Waktu berlalu dengan begitu cepat. Pada suatu malam yang ke sekian kalinya, kami sekeluarga makan malam bersama-sama. Kegiatan ini sebagai suatu kebiasaan yang baik sambil saling menasihati dan saling mengingatkan. “Nak, Rubi dengan kedua orang tuanya datang kemari kemarin. Mereka bermaksud melamarmu untuk nak Rubi. Dia seorang yang sudah mapan sebagai wirausaha” akupun tidak menjawab sepatahkatapun. Dengan bersikap demikian, maka hal itu dimaknai sebagai persetujuan. Aku tidak pernah membicarakannya tentang mas Rubi secara mendalam. mas Rubi sebenarnya masih saudara dari ibu walaupun saudara jauh.
            Tiba saatnya acara lamaran dilakukan sekaligus pemberian cincin sebagai ikatan. Aku nurut saja dijodohkan oleh kedua orangtuaku karena memang aku sudah berumur. Waktu terus bergulir hingga hari pernikahan tiba. Betapa besar dan meriahnya pernikahanku dengan mas Rubi. Itu tentunya sebagai ukuran gengsi dari keluargaku bahwa aku anak tunggal dan keluarga kaya terpandang. Namun dalam lubuk hatiku tidak ada rasa bangga maupun rasa cinta pada mas Rubi. Hanya karena aku memang anak yang menuruti kemauan orang tua. Setelah hari pesta pernikahan usai, tentunya aku menjadi seorang ibu rumahtangga yang baik bagi suamiku. Namun itu jauh dari kenyataan. Aku adalah tetap anak yang manja yang suka pergi makan dan berbelanja serta berfoya-foya dengan teman-temanku SMA dulu.
            Aku adalah aku Sinta yang dulu walaupun sebenarnya statusku adalah sebagai seorang istri. Bagaimanapun aku tetap melayani mas Rubi dalam hubungan suami-istri, namun aku minta pada mas Rubi agar aku jangan sampai hamil. Aku tidak mencintai mas Rubi, bahkan kehidupanku rumah tanggaku berbanding terbalik dengan  kehidupan rumahtangga normal umumnya. Semua kebutuhan mas Rubi yang memenuhi dan mempersiapkan. Ketika aku belum bangun, suamiku selalu dengan sabar membangunkanku dan memeprsiapkan air hangat untukku. Bahkan Sarapan pagipun suamiku yang mempersiapkan.
            Aku sering  marah pada suamiku karena dia selalu mendengkur kalau tidur. Selalu membuat kotor didapur ketika memasak. Selalu ada kotoran susu dan kopi ketika membuat minum. Hal yang membuat aku marah besar adalah aku ternyata hamil. Sungguh aku tidak bahagia dengan keadaanku ini. Orang lain akan senang ketika hamil, namun aku tidak. Aku menjadi orang yang malas karena keadaanku ini. Aku selalu mual, tidak mau makan dan gampang tersinggung. “Istriku, kamu sedang hamil sayang! Ayo makan dan minum susu”, suamiku membujuknya. Dengan penuh kesabaran suamiku selama aku hamil. Dia menyuapiku, mempersiapkan air hangat dan segala keperluan mandiku. Walaupun aku menampakkan rasa tidak sukanya pada suamiku, dia tetap menyayangiku dengan pernuh kesabaran. Dia tetap melayaniku dengan penuh kasih sayang.
            Tiba saatnya aku untuk melahirkan. Betapa terkejutnya aku ternyata bayi yang aku lahirkan adalah kembar laki-laki. Tentu bahagia yang dirasakan keluargaku, demikian juga mertuaku. Namun, tidak demikian dengan aku. Bahkan akupun tidak mau menyususi kedua buah hatiku. Betapa kecewanya keluargaku dengan sikap ini, namun akhirnya mereka mendiamkannya. Dengan sabar suamiku membuatkan susu, menggantikan popok hingga memandikannya, semua dikerjakan suamiku. Aku selalu marah ketika membuatkan susu ataupun menyiapkan makan untuk anakku tersisa kotoran ataupun tumpahan. Aku juga marah ketika suamiku terlambat mempersiapkan makanan anakku. Aku juga marah ketika sumiku menggantungkan baju dihanger kamarku karena bagiku baunya tidak sedap. Aku selalu marah ketika suamiku tidur dekat berdampingan denganku karena dengkuran dan bau badannya.
Hari demi hari berganti. Tidak terasa usia anakku sudah 3 tahun dan kedua buah hatiku masuk PAUD. Kerjaanku adalah hanyalah mengantar dan menjemput anakku dengan mobil sedan kesayanganku. Sambil menunggu anakku sekolah, aku kadang pergi ke salon, ke mall, ke rumah teman maupun pergi senam. Yang penting bagiku aku harus menjaga kondisi tubuhku agar tetap cantik dan menawan. Aku tidak pernah merasakan bagaimana mencari uang. Yang aku tahu, aku selalu membelanjakan uang semauku dan tidak peduli bagaimana suamiku mencarinya. Aku juga tidak peduli dengan pekerjaan suamiku.
Suatu pagi seperti biasa suamiku mempersiapkan segala sesuatunya untuk aku dan anak-anakku. Setelah semuanya beres, aku dan anak-anakku berangkat menuju PAUD, sedangkan sumiku berangkat kerja. Anak-anakku jabat tangan dan mencium ke dua pipi ayahnya untuk berpamitan. Kemudian gantian sumiku mencium kening dan kedua pipiku. Akupun hanya diam tanpa reaksi. Kamipun berangkat karena pagi itu sudah menunjukkan waktu untuk berangkat. Sesampainya di PAUD, aku pergi ke salon langgananku karena anakku bersekolah sampai jam 11.00. Untuk menunggu selama anakku di PAUD, aku lulur dan merapikan rambut di salon seperti biasanya. Setelah semua urusan di salon selesai, aku bergegas menjemput anakku.  Betapa terkejutnya aku ternyata aku tidak membawa dompet seperti biasanya. Betapa marahnya aku ternyata dompetku tertinggal di mobil suamiku karena kemarin sore kami  pergi keluar kotadalam acara keluarga bersama.
Aku selalu menyalahkan suamiku apapun alasannya walaupun sebenarnya itu juga keteledoranku sendiri. Dengan nada marah aku telpon suamiku. ”Mas, tolong antarkan dompetku sekarang juga ke salon Dewi sepertia biasa”
“Dimana dompetmu?”
“Di Mobilmu mas, di laci mobi. Cepat, mas. Ni dah siang aku mau jemput anak kita”
“Ya, ya sayang. Tunggu sebentar karena jalan agak macet” Jawab suamiku di kejauhan
“Aku tidak mau tahu, yang penting cepat” komentarku kethus.
            Dengan gelisah dan campur marah aku menunggu suamiku beberapa saat. Selalu kutengok jam dan hand phoneku yang tidak berdering juga. “Kurang ajar suamiku, ngantar dompet aja lama sekali” gumamku dalam hati. Tiba-tiba HPku bordering. Dengan nada marah dan gelisah aku angkat HPku dan akan aku omelin suamiku.
“Selamat pagi ibu Rubi, apakah betul ini Ibu Rubi”. Suara asing terdengar ditelingaku. Betapa lemasnya aku mendengar sura asing tadi.
“Ya, ya benar saya ibu Rubi” jawabku dengan penuh tanda tanya.
“Kami dari kepolisian, maaf kalau kami harus menepon Ibu karena di HP suami Ibu ada nomor ibu rubi”. 
“Ya, betul Pak! Gimana, ada apa dengan sumiku?” jawabku dengan gugup.
“Sebaiknya sekarang Ibu ke rumah sakit kota, suami ibu kecelakaan. Kami sudah mengantar suami ibu ke IGD”
            Dengan serba tergesa dan kekalutan pikiranku,  aku segera bergegas ke rumah sakit. Di sana sudah ada kedua orang tuaku dan mertuaku. Anakku juga sudah dijemput oleh supir ayahku. Kami menunggu dengan serba tidak menentu. Ternyata suamiku kecelakaan karena mengantar dompetku dengan tergesa-gesa. Aku hanya bisa menangis menunggu suamiku bersama keluargaku. Selang beberapa saat, keluarlah seorang dokter dari ruang IGD dimana suamiku dirawat.
“Bagaimana dokter keadaan suamiku” kuberanikan diri untuk bertanya.
“Maaf ibu dan bapak, kami sudah berusaha sekuat tenaga, namun Allah SWT berkehendak lain” jawab dokter sambil berlalu.
“Mas Rubi, jangan tinggalkan aku dan anak-anakmu” teriakku hingga aku tidak sadar karena pingsan.
            Ternyata aku tersadar dari pingsanku setelah sampai dirumah. Dengan sedih dan serba salah aku lepaskan kepergianku suamiku bersama kedua anakku untuk yang terakhir kali. Aku menangis karena tidak terbiasa hidup tanpa suamiku. “Siapa yang akan mengurus anak-anakku, memandikannya, menyuapinya, membuatkan susu dan lain-lainnya”. “Aku tidak terbiasa mengerjakan itu semua” gumamku dalam hati. Upacara pemakaman suamiku berjalan dengan lancar dan aku hanya bisa termangu menyaksikannya bersama dua buah hatiku. “Oh suamiku, selamat jalan, semoga engaku mendapatkan tempat yang baik disisiNya.
            Sekarang aku hidup dirumah hanya bersama dengan dua buah hatiku dan seorang bibi sebagai pembantu. Aku pandangi semua ruangan rumahku, semuanya sepi tanpa mas Rubi. Aku ke dapur disana tidak ada kotoran bekas suamiku memasak. Aku ke meja makan. disana tidak ada tumpahan susu dan makanan yang biasa dilakukan mas Rubi. Aku pandangi kamarku, disana tidak ada celana dan baju berbau badan suamiku yang tergantung dikamarku. Aku rebahkan badanku di tempat tidur, disana tidak ada suara dengkuran suamiku yang sering membuat aku marah. Aku benar-benar bingung hidup tanpa suami.
            Aku sadari bahwa aku memang tidak pernah mencintai suamiku. Aku memang bukan istri yang baik. Aku memang tidak terbiasa mengerjakan pekerjaan rumahtangga. Karena semuanya telah dikerjakan oleh suamiku. namun dalam kenyataan, aku tidak bisa hidup tanpa mas Rubi suamiku. Hatiku menjerit, menangis memanggil mas Rubi. “Aku tidak bisa hidup tanpamu mas Rubi, mas pulanglah, pulanglah!” Begitulah aku selalu mengigau dalam tidurku. Aku mulai mencintai suamiku. Aku merindukan semua tingkah suamiku dulu yang mebuatku marah.
“Mas, aku tidak bisa tidur sekarang. Aku merindukan dengkuranmu disampingku”. Sekarang tiada terdengar dengkuran sumiku. Terasa kamar ini sunyi tanpa suara dengkuran tidurmu.
Ketika kulangkahkan kakiku ke ruqang makan, meja makanku juga sepi, bersih seakan ikut juga mati. Tidak ada lagi tumpahan susu dan kopi serta tumpahan makanan lainnya. “Aku merindukan tumpahan susu, kopi dan tumpahan makananmu Mas!”. Dapur rumahku juga bersih, sepi seakan tidak ada lagi hangatnya api yang mematangkan makanan oleh suamiku. ‘Mas, aku merindukan masakanmu, aku merindukan untuk disuapi seprti dulu ketika aku hamil”. Setiap aku terbangun, seakan-akan suamiku masih mempersiapkan segala sesuatunya. Aku selalu terngiang suara dengkuran suamiku, suara bunyi alat dapur  oleh suamiku, suara sambutan suamiku ketika aku pulang ke rumah. Aku merindukanmu, aku mencintaimu.
Kini waktu terus berlalu. Aku harus menghidupi ke dua anakku sendiri. Aku juga harus bekerja agar ke dua anakku hidup layak. Semua harus aku kerjakan sendiri tanpa suamiku dan tanpa siapapun karena kedua orang tuaku juga sudah tua renta, Begitu juga dengan mertuaku. Semuanya harus aku kerjakan sendiri, semuanya harus aku penuhi sendiri, sementara aku tidak terbiasa mencari uang karena semuanya telah dipenuhi oleh suamiku dulu. Kini penyesalan tiada arti karena semua telah terjadi. Aku membutuhkan suamiku setelah kematiannya, aku merindukan suamiku setelah kematiannya, aku mencintai suamiku setelah kematiannya. Aku mencintai suamiku, aku merindukan suamiku dan ternyata aku tidak berdaya tanpa suamiku. Semoga engkau mendapatkan tempat yang layak disisiNya dan semoga engakau memaafkan aku. Suamiku, engkau telah meninggalkanku saat aku mencintaimu.

Terimakasih pak widyaswara atas  cerpennya.
(Adakah isteri yang demikian ini)


KARAWANG BEKASI
Khairil Anwar


Kami yang kini terbaring antara Karawang –Bekasi
Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan berdegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4 -5 ribu jiwa
Kami Cuma tulang-belulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang-kenanglah kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
 Menjaga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan  dan impian
Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi.

Jumat, 13 November 2015

COBALAH UNTUK MERENUNG

Sediakan beberapa menit dalam sehari untuk melakukan perenungan. Lakukan di pagi hari yang tenang, segera setelah bangun tidur. Atau di malam hari sesaat sebelum beranjak tidur. Merenunglah dalam keheningan. Jangan gunakan pikiran untuk mencari berbagai jawaban. Dalam perenungan anda tidak mencari jawaban. Cukup berteman dengan ketenangan maka anda akan mendapatkan kejernihan pikiran. Jawaban berasal dari pikiran anda yang bening. Selama berhari-hari anda disibukkan oleh berbagai hal. Sadarilah bahwa pikiran anda memerlukan istirahat. Tidak cukup hanya dengan tidur. Anda perlu tidur dalam keadaan terbangun. Merenunglah dan dapatkan ketentraman batin.
Pikiran yang digunakan itu bagaikan air sabun yang diaduk dalam sebuah gelas kaca. Semakin banyak sabun yang tercampur semakin keruh air. Semakin cepat anda mengaduk semakin kencang pusaran. Merenung adalah menghentikan adukan. Dan membiarkan air berputar perlahan. Perhatikan partikel sabun turun satu persatu, menyentuh dasar gelas. Benar-benar perlahan. Tanpa suara. Bahkan anda mampu mendengar luruhnya partikel sabun. Kini anda mendapatkan air jernih tersisa di permukaan. Bukankah air yang jernih mampu meneruskan cahaya. Demikian halnya dengan pikiran anda yang bening.  Pasti ada jawaban yang akan datang memberikan solusi.



KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM

 

Sebagai muslim, kita tentu ingin menjadi muslim yang sejati. Untuk itu, seorang muslim harus menjalankan ajaran Islam secara kaaffah, bukan hanya mementingkan satu aspek dari ajaran Islam lalu mengabaikan aspek yg lainnya. Oleh karena itu, pemahaman kita terhadap ajaran islam secara syamil (menyeluruh) dan kamil (sempurna) menjadi satu keharusan. Karena itu disinilah letak kita memahami karakteristik atau ciri2 khas ajaran Islam dgn baik.
Dr. Qaradhawi dalam bukunya "khasaais al'ammah lil Islam" menyebutkan bahwa: karakteristik ajaran Islam itu terdiri dari tujuh hal penting. Ini pula yang menjadi sebab, mengapa hanya Islam satu2nya agama yg tidak "takut" dengan kemajuan ilmu-pengetahuan dan teknologi. Ketujuh karakteristik ajaran Islam itu adalah:
1. Robbaniyyah
Allah Swt merupakan Robbul alamin (Tuhan semesta alam), juga dengan abbun nas (Tuhan manusia) dan banyak lagi sebutan lainnya. Kalau karakteristik Islam itu adalah Robbaniyyah, itu artinya bahwa Islam merupakan agama yang bersumber dari Allah Swt, bukan dari manusia,Karena itu, ajaran Islam sangat terjamin kemurniannya sebagaimana Allah telah menjamin kemurnian Al-Qur'an, Allah berfirman yang artinya:
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (QS Al-Hijr 15:9)
Disamping itu, seorang muslim tentu saja harus mengakui Allah Swt sebagai Rabb (Tuhan) dengan segala konsekuensinya, yakni mengabdi hanya kepada-Nya sehingga dia menjadi seorang yang rabbani dari arti memiliki sikap dan prilaku dari nilai-nilai yang datang dari Allah. Allah berfirman yang artinya:
"Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi  menyembah-penyembahku bukan penyembah Allah". Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang Tuhanani, karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya." (QS:Al-'Imran 3:79)
Karakteristik selanjutnya dari ajaran Islam adalah :
2. Insaniyyah
Islam merupakan agama yang diturunkan untuk manusia, karena itu Islam merupakan satu-satunya agama yang cocok dengan fitrah manusia. Pada dasarnya, tidak ada satupun ajaran Islam yang bertentangan dengan jiwa manusia. Seks misalnya, merupakan satu kecenderungan jiwa manusia untuk dilampiaskan, karenanya Islam tidak melarang manusia untuk melampiaskan keinginan seksualnya selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri.
Prinsipnya, manusia itu kan punya kecenderungan untuk cinta pada harta, tahta, wanita dan segala hal yang bersifat duniawi, semua itu tidak dilarang di dalam Islam, namun harus diantur keseimbangannya dengan kenikmatan ukhrawi, sebagaimana dalam firman Allah yg artinya:
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al-Qasas:28:77)
Kemudian karakteristik ajaran Islam selanjutnya adalah:
3. syumuliyah
Islam merupakan agama yang lengkap, tidak hanya mengutamakan satu aspek lalu mengabaikan aspek lainnya. Kelengkapan ajaran Islam itu nampak dari konsep Islam dalam berbagai bidang kehidupan, mulai dari urusan pribadi, keluarga, masyarakat sampai pada persoalan-persoalan berbangsa dan bernegara.
Kesyumuliyahan Islam tidak hanya dari segi ajarannya yang rasional dan mudah diamalkan, tapi juga keharusan menegakkan ajaran Islam dengan metodologi yang islami. Karena itu, di dalam Islam kita dapati konsep tentang da'wah, jihad dan sebagainya. Dengan demikian, segala persoalan ada petunjuknya di dalam Islam, sebagaimana firman Allah yg artinya:
"(Dan ingatlah) akan hari (ketika) kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammmad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri. (QS An-Nahl 16:89)
"Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (QS Fatir 35:6)
Karakteristik Islam selanjutnya adalah :
4. Al-Wasathiyah
Di dunia ini ada agama yang hanya menekankan padapersoalan-persoalan tertentu, ada yang lebih mengutamakan masalah materi ketimbang rohani atau sebaliknya. Ada pula yang lebih menekankan aspek logika daripada perasaan dan begitulah seterusnya. Allah Subhanahu wata'ala menyebutkan bahwa umat Islam adalah ummatan wasathan (umat yang pertengahan), umat yang seimbang dalam beramal, baik yang menyangkut pemenuhan terhadapkebutuhan jasmani dan akal pikiran maupun kebutuhan rohani.
Manusia memang membutuhkan konsep agama yangseimbang, hal ini karena tawazun (kesimbangan) merupakan sunnatullah. Di alam semesta ini terdapat siang dan malam, gelap dan terang, hujan dan panas dan begitulah seterusnya sehingga terjadi keseimbangan dalam hidup ini. Dalam soal aqidah misalnya, banyak agama yang menghendaki keberadaan Tuhan secara konkrit sehingga penganutnya membuat simbol-simbol dalam bentuk patung. Ada juga agama yang menganggap tuhan sebagai sesuatu yang abstrak sehingga masalah ketuhanan merupakan kihayalan belaka, bahkan cenderung ada yang tidak percaya akan adanya tuhan sebagaimana komunisme.
Islam mempunyai konsep bahwa Tuhan merupakansesuatu yang ada, namun adanya tidak bisa dilihat dengan mata kepala kita, keberadaannya bisa dibuktikan dengan adanya alam semesta ini yang konkrit, maka ini merupakan konsep ketuhanan yang seimbang.
Karakteristik ajaran Islam lainnya adalah :
5. Al Waqi'iyyah
Al waqi'iyyah (realistis), ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang dapat diamalkan oleh manusia atau dengan kata lain dapat direalisir dalam kehidupan sehari-hari.
Islam dapat diamalkan oleh manusia meskipun merekaberbeda latar belakang, kaya, miskin, pria, wanita, dewasa, remaja, anak-anak, berpendidikan tinggi, berpendidikan rendah, bangsawan, rakyat biasa, berbeda suku, adat istiadat dan sebagainya. Islam sendiri tidak bertentangan dengan realitas perkembangan zaman bahkan Islam menjadi satu-satunya agama yang mampu menghadapi dan mengatasi dampak negatif dari kemajuan zaman.
Dua karakteristik Islam lainnya adalah: Al-wudhuh dan al Jam'u Baina Ats Tsabat wa al Murunnah
6. Al-wudhuh
Al-wudhuh atau jelas dengan pengertian: Kejelasankonsep Islam membuat umatnya tidak bingung dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam, bahkan pertanyaan umat manusia tentang Islam dapat dijawab dengan jelas, apalagi kalau pertanyaan tersebut mengarah pada maksud merusak ajaran Islam itu sendiri. Dalam masalah aqidah, konsep Islam begitu jelas sehingga dengan aqidah yang mantap, seorang muslim menjadi terikat pada ketentuan- ketentuan Allah dan Rasul-Nya.
Konsep syari'ah atau hukumnya juga jelas sehinggaumat Islam dapat melaksanakan peribadatan dengan baik dan mampu membedakan antara yang haq dengan yang bathil, begitulah karakteristik yg dapat dikemukakan selanjutnya adalah :
7. Al Jam'u Baina Ats Tsabat wa Al Murunnah
Di dalam Islam, tergabung juga ajaran yang permanendengan yang fleksibel (al jam'u baina ats tsabat wa al muruunah).
Yang dimaksud dengan yang permanen adalah hal-halyang tidak bisa diganggu gugat, dia mesti begitu, misalnya shalat lima waktu yang mesti dikerjakan, tapi dalam melaksanakannya ada ketentuan yang bisa fleksibel, misalnya bila seorang muslim sakit dia bisa shalat dengan duduk atau berbaring, kalau dalam perjalanan jauh bisa dijama' dan diqashar dan bila tidak ada air atau dengan sebab-sebab tertentu, berwudhu bisa diganti dengan tayamum.
Dengan demikian, menjadi jelas bagi kita bahwa, Islam merupakan satu-satunya agama yang sempurna dan kesempurnaan itu memang bisa dirasakan oleh penganutnya yang setia.


Selasa, 10 November 2015

                                              FILE KEHIDUPAN

Suatu ketika Amirul Mukminin Umar bin Khathab RA berkeliling kampung guna melihat keadaan rakyatnya lebih dekat. Umar berhenti sejenak di sebuah rumah di mana dia mendengar perdebatan kecil antara seorang ibu dan anaknya.

Ibu itu berkata kepada anaknya, ''Anakku, tambahkanlah air pada susu yang akan kita jual ini.'' Sang anak menjawab, ''Wahai ibu, saya tidak mungkin melakukannya karena hal itu dilarang Khalifah Umar.'' Ibunya kembali berkata, ''Anakku, Umar tidak melihat apa yang kita kerjakan ini.'' Sang anak menjawab, ''Wahai ibu, biar pun Umar tidak melihat kita, tapi Tuhannya Umar (Allah) sedang melihat kita.'' Sang ibu tertegun mendengar kata-kata yang diucapkan anaknya itu, dan akhirnya tidak jadi melakukan perbuatan buruk itu.

Khalifah Umar yang ikut mendengarkan tak kalah tertegunnya. Beliau merasa kagum dengan akhlak dan kepribadian gadis itu. Beliau pulang ke rumahnya dan menceritakan kejadian itu kepada istri dan anak-anaknya. Kemudian beliau menawarkan gadis itu kepada seorang putranya untuk dinikahi. Dari hasil pernikahan itu, kelak terlahirlah anak keturunan yang cerdas lagi shalih, pemimpin umat dan pembaru yang tiada tandingannya, Umar bin Abdul Aziz Rahimahullah.

Orang lain mungkin tidak melihat keburukan yang kita lakukan, tetapi Allah Penguasa langit dan bumi melihatnya. Allah telah menyimpan file film kehidupan kita yang kelak akan diperlihatkan kepada kita di yaumil akhir, tanpa sensor sedikit pun! Tidakkah kita merasa malu, jika keburukan-keburukan kita mulai dari yang kecil hingga yang besar dipertontonkan kepada seluruh makhluk-Nya?

Ternyata orang yang selama ini kita kenal baik sebagai pejabat, tokoh masyarakat, telah melakukan perbuatan buruk dan tercela. Namun, mereka sengaja menyembunyikannya. Padahal, tidak ada sesuatu pun yang luput dari Allah atas apa yang telah mereka kerjakan. Allah SWT berfirman, ''Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah. Padahal, Allah beserta mereka, ketika suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan.'' (QS 4: 108).

Dalam ayat-Nya yang lain Allah SWT berfirman, ''Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Alquran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).'' (QS 10: 61).

Karena itu, berhati-hatilah dalam meniti kehidupan ini. Setiap kali kita bertutur kata, berusahalah untuk jujur. Setiap kali kita berjalan, berusahalah untuk selalu melangkah dalam kebaikan. Setiap kali tangan kita digerakkan, berusahalah agar tangan ini kelak tidak menjadi saksi atas keburukan yang pernah kita lakukan.




Senin, 09 November 2015

MENGAPA RIDHO SUAMI ITU SYURGA BAGI PARA ISTRI?.

1. Suami dibesarkan oleh ibu yang mencintainya seumur hidup. Namun ketika dia dewasa, dia memilih mencintaimu yang bahkan belum tentu mencintainya seumur hidupmu, bahkan sering kala rasa cintanya padamu lebih besar daripada cintanya kepada ibunya sendiri.
2. Suami dibesarkan sebagai lelaki yang ditanggung nafkahnya oleh ayah ibunya hingga dia beranjak dewasa.Namun sebelum dia mampu membalasnya, dia telah bertekad menanggung nafkahmu,perempuan asing yang baru saja dikenalnya dan hanya terikat dengan akad nikah tanpa ikatan rahim seperti ayah dan ibunya.
3. Suami ridha menghabiskan waktunya untuk mencukupi kebutuhan anak-anakmu serta dirimu.Padahal dia tahu, di sisi ALLAH, engkau lebih harus di hormati tiga kali lebih besar oleh anak-anakmu dibandingkan dirinya.Namun tidak pernah sekalipun dia merasa iri, disebabkan dia mencintaimu dan berharap engkau memang mendapatkan yang lebih baik daripadanya di sisi ALLAH.
4. Suami berusaha menutupi masalahnya dihadapanmu dan berusaha menyelesaikannya sendiri.Sedangkan engkau terbiasa mengadukan masalahmu pada dia dengan harapan dia mampu memberi solusi.padahal bisa saja disaat engkau mengadu itu, dia sedang memiliki masalah yang lebih besar.namun tetap saja masalahmu di utamakan dibandingkan masalah yang dihadapi sendiri.
5. Suami berusaha memahami bahasa diammu,bahasa tangisanmu sedangkan engkau kadang hanya mampu memahami bahasa verbalnya saja.Itupun bila dia telah mengulanginya berkali-kali.
6. Bila engkau melakukan maksiat,maka dia akan ikut terseret ke neraka karena dia ikut bertanggung jawab akan maksiatmu. Namun bila dia bermaksiat, kamu tidak akan pernah di tuntut ke neraka karena apa yang dilakukan olehnya adalah hal-hal yang harus dipertanggung jawabkannya sendiri..Semoga wanita yg membaca tulisan ini mendapatkan jodoh yg sholeh dan lelaki pula mendapatkan jodoh yg sholehah pula yg di Ridhoi ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala..Aamiin ya Rabbal'alamin

Jumat, 06 November 2015

10 FALSAFAH URIP WONG JOWO


  1.   URIP IKU URUP / Kehidupan itu bersinar /Nyala.
Kehidupan seorang hamba itu hendaknya dapat memberikan manfaat bagi sekitarnya ibarat lampu yang menyala atau bagai mentari bagi semesta.

  1.   MEMAYU HAYUNING BAWONO AMBRASTO DUR HANGKORO.
Menjalani hidup di dunia, seorang hamba hendaknya mengupayakan ketentraman dan menghapus sifat serakah, tamak dan  angkara murka

  1.   SURO DIRO JOYO JAYANINGRAT, LEBUR DENING PANGASTUTI
Segala bentuk kerasnya hati pikiran kerdil, penakluknya hanya kebijaksanaan, halusnya sikap dan hati yang sabar.

  1.  NGLURUK TANPO BOLO, MENANG TANPO NGASORAKE, SEKTI TANPO AJI-AJI  SUGIH TANPA BONDHO .
Berupaya tanpa bala bantuan menjadi pemenang dengan tidak mengecilkan dan merendahkan sakti tanpa jampi-jampi dan kaya raya tanpa hal yang bersifat kebendaan (materi).

  1.   DATAN SERIK LAMUN KETAMAN DATAN SUSAH LAMUN KELANGAN.
Tidah mudah tersakiti ketika bencana menimpa, tidak merasa susah tatkala kehilangan sesuatu.

  1.   OJO GUMUNAN, OJO GETUNAN, OJO KAGETAN, OJO ALEMAN .
Jangan gampang tekagum-kagum, jangan mudah terheran, jangan mudah kaget, dan janganlah bersikap manja.

  1.   OJO KETUNGKUL MARANG KALUNGGUHAN, KADONYAN LAN KEMAREMAN .
 Hindari Obsesi terhadap kedudukan materi dan mengejar kenikmatan duniawi.

  1.   OJO KUMINTER MUNDAK KEBLINGER, OJO CIDRO MUNDAK CILAKA
Hindari merasa paling pandai  agar tidak tersesat arah hindari berlaku curang agar tidak celaka.

  1.   OJO MILIK BARANG KANG MELOK, OJO MANGRO MUNDAK KENDO
 Jangan mudah tergiur pada hal yang kelihatan mewah, rupawan dan indah. Jangan pula memecah  pikiran menjadi dua agar tidak mudah patah semangat.

  1.    OJO ADIGANG, ADIGUNG, ADIGUNO.
 Jangan sok kuasa, sok merasa paling besar dan sok paling sakti.



Senin, 02 November 2015

CARA BERAMAL YANG DISUKAI ALLOH SWT



Agama Islam ini diturunkan oleh Allah bukanlah untuk membuat diri kita menjadi sengsara, tidak bahagia, dan terbebani, akan tetapi Allah menginginkan bahwa hidup kita menjadi mudah, tentram dan damai; bukankah Islam itu sendiri berarti damai, selamat. Akan tetapi karena kebanyakan dari kita belum mengerti, maka akhirnya banyak yang menganggap agama ini menjadi beban saja, hingga terkadang banyak orang meninggalkannya.

          Allah sendiri telah menegaskan, bahwa “Allah menghendaki keringanan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” [2 :185]. Karenanya Allah sama sekali tidak menuntut hal yang diluar batas kemampuan kita, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala [dari kebajikan] yang diusahakannya dan ia mendapat siksa [dari kejahatan] yang dikerjakannya.” [2:286].

          Demikian pula dalam amal, Allah lebih menyukai amal yang dilakukan dengan sewajarnya dan tidak berlebihan. Persoalan sewajarnya ini sebenarnya sangat tergantung dari kemampuan seseorang, karena yang dimaksudkan dengan sewajarnya barangkali ada yang menganggap membaca AlQur’an satu juz sehari, atau barangkali dua lembar saja sehari dsb, yang penting kita merasa menikmati dalam proses amal ibadah itu. Yang tidak wajar jika ia tidak membaca Al Qur’an sama sekali.

            Yang diinginkan Allah adalah bahwa amalan yang kita lakukan itu akan terus berlanjut, kontinyu, terus menerus; tidak hari ini kita mengaji satu juz, lalu selanjutnya seminggu tidak mengaji lagi.

           Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Aisyah ra, “ Ketika Nabi masuk ke rumah kami bertepatan ada seorang wanita. Nabi bertanya, Siapakah wanita itu ? Jawab Aisyah, ini adalah akhwat yang ibadah shalatnya terkenal banyak sekali. Maka kata Nabi, Hendaknya kerjakan sekuat-kuatnya saja, dengan tidak memaksa diri; maka Allah tidak akan jemu menerima amalmu, hingga kamu jemu beramal. Dan kebiasaan agama yang lebih disukai Allah, ialah yang dapat dilakukan dengan terus menerus”

            Demikianlah Agama ini menghendaki bahwa amal yang kita lakukan itu hendaknya melekat dalam diri kita hingga akhirnya menjadi sebuah kebiasaan. Dan amal yang baik adalah amal yang menjadi kebiasaan, yang dikerjakan terus-menerus, yang jika ketinggalan maka ia akan merasakan “ada sesuatu yang hilang” dari dirinya.

          Akan tetapi kebanyakan orang tidak demikian, jika dalam keadaan “mood” ia ingin sekali rasanya melumat segalanya, akan tetapi sikap manusia yang kurang baik adalah bahwa ia tidak dapat menjaganya, dan menjadikannya sebagai sebuah kebiasaan yang seseorang akan merasakan “enjoy” ketika melakukannya.

         Suatu saat datanglah serombongan orang ke rumah istri nabi dan bertanya tentang ibadah nabi. Setelah diceritakan kepadanya, maka seseorang mengatakan, saya akan shalat terus sepanjang malam; yang kedua mengatakan, saya akan menjauh dari istri dan tidak akan kawin; dan yang ketiga mengatakan pula, saya akan puasa tiap hari. Ketika nabi datang maka Nabi meluruskan persepsi orang itu dalam beribadah. Nabi berkata,” Engkau tadi telah berbicara banyak hal. Akan tetapi sebenarnya aku lebih takut kepada Allah daripada kamu, bahkan aku lebih bertaqwa, namun aku berpuasa dan berbuka, shalat dan tidur, serta menikah dengan beberapa wanita. Maka siapa yang mengabaikan sunnahku, maka bukan bagian dari umatku.”

           Begitulah, nampaknya nabi ingin sekali membenarkan pandangan salah para sahabatnya, yang menilai berlebihan ibadah akan lebih baik baginya. Namun Nabi memberitahukan kepada mereka, bahwa melakukan ibadah itu harus sewajarnya.

          Dalam kesempatan lain, ketika Nabi masuk masjid, maka beliau melihat tali yang terikat pada sebuah tiang, dan ketika orang-orang memberitahukan bahwa itu adalah tali Zainab yang digunakan untuk berpegangan ketika capai berdiri dalam shalat, maka Nabi mengatakan,” Lepaskan tali itu, hendaknya shalat dalam keadaan tangkas dan cekatan, apabila telah letih maka hendaknya tidur”.

        Ketika Amr bin Ash diketahui nabi selalu mengkhatamkan Al Qur’an hingga tiap malam maka beliau mengatakan padanya, khatamkan dalam sebulan. Saya lebih kuat dari itu ya Nabi. Khatamkan dalam sepuluh hari. Saya lebih kuat dari itu ya Nabi. Khatamkan dalam tujuh hari, dan jangan lebih cepat dari itu.

         Barangkali kita memang harus menata amalan kita secara tawazun, dengan tidak meringan-ringankannya, serta tidak memperberatnya, semuanya tentu harus dalam batas ukuran kemampuan kita. Yang penting kita beristiqamah, membiasakan diri, hingga amalan-amalan itu, meski mungkin belum banyak, dapat menyatu dalam diri kita, inheren dalam perilaku kita hingga membangun aklaq terpuji. Cara beramal seperti inilah yang menjadikan seorang muslim akan menikmati setiap ibadah yang dikerjakannya, dapat menimbulkan kepribadian yang luar biasa dalam dirinya.

          Inilah cara pendidikan yang barangkali harus kita fikirkan, kepada saudara kita, mad’u kita, istri kita, suami kita, anak kita. Dengan membiasakan sedikit demi sedikit dan mencobanya agar ia mampu menikmati serta beristiqamah dengan amalnya sebatas kemampuannya. Kita memang akan terus berusaha meningkatkan kemampuan dalam beramal itu, dan menjadikannya sebagai kebiasaan, akan tetapi tentu semuanya memerlukan proses, yang berpijak pada kebiasaan sebelumnya.

          Dengan demikian semoga saja ibadah-ibadah yang kita lakukan akan semakin bermakna, dan semakin berdampak dalam kehidupan kita

Minggu, 01 November 2015

8 TAHUN PERNIKAHAN

          Pernikahan adalah sebuah momen yang bersejarah bagi pasangan hidup di dunia ini. Saya juga memilikinya kenangan bersama pasangan dalam pernikahan. 1 November 2007 itulah pernikahan kami. Tak terasa sudah 8 tahun berlalu dan Alhamdulillah kami bahagia bersama kedua buah hati kami.
 Ulang tahun pernikahan banyak dianggap sebagai  tonggak sejarah dalam memasuki kehidupan yang baru . Hidup memang tidak seindah impian akan banyak  ujian yang akan dihadapi. Banyak cara dalam merayakan pernikahan tersebut, bagi kami adalah mensyukurinya dengan mengingat lintasan peristiwa yang telah terjadi dan menghimpun apa yang terserak.Sangat penting bagi pasangan untuk senantiasa mempererat jalinan cinta, merekatkan ikatan hati dan memperkuat tekad untuk saling berbagi dan menjaga hingga nanti.
          Mengingat ulang tahun pernikahan adalah sarana atau media  menumbuhkan kembali kenangan yang lama. Yang lebih penting adalah  diperlukan kesungguhan untuk merawat anugerah dan berkah yang dilimpahkan-Nya yaitu pasangan hidup yang telah dipersandingkan untuk kita. Cinta adalah kalori bagi kekuatan hati yang tidak akan pernah habis tercerna melintasi waktu, untuk siapapun bagi mereka yang mampu menghargai anugerah terindah Sang Maha Cinta itu sendiri.