InspirasI

Sabtu, 24 Agustus 2019

HATI-HATI HILANG KEBERKAHAN ILMU
 KARENA ETIKA WALI MURID
Dari: Bu Nyai Ida Lirboyo
   
Sebuah Kisah Inspiratif di zaman Syekh Abdul Qadir Al-Jailani....
Ada seorang yang busuk hatinya ingin memfitnah Syekh Abdul Qadir..
lalu ia berupaya mencari jalan untuk memfitnahnya..
Maka ia membuat lubang di dinding rumah Syekh Abdul Qadir dan mengintipnya..
Kebetulan ketika ia mengintip Syekh Abdul Qadir..
ia melihat Syekh Abdul Qadir sedang makan dengan muridnya..
Syekh Abdul Qadir suka makan ayam..
dan setiap kali ia makan ayam dan makanan yang lain.. ia akan makan separuh saja
lebihan makanan tersebut akan diberi kepada muridnya.
Maka orang tadi pergi kepada bapak dari murid Syekh Abdul Qadir tadi.
Bpk punya anak yg namanya ini?
Jawab si bapak: ya ada..
Apakah benar anak bpk belajar dengan Syekh Abdul Qadir?
Jawab si bapak: ya.
Bpk tahu, anak Bpk diperlakukan oleh Syekh Abdul Qadir Jailani seperti seorang hamba sahaya dan kucing saja..
Syekh Abdul Qadir beri lebihan sisa  makanan pada anak Bpk...
Maka si bapak tidak puas hati lalu ke rumah Syekh Abdul Qadir..
*Wahai tuan syekh, saya menghantar anak saya kepada tuan syekh bukan untuk jadi pembantu atau dilakukan seperti kucing*...
*Saya hantar kepada tuan syekh, supaya anak saya jadi alim ulama'*...
Syekh Abdul Qadir hanya jawab ringkas saja..
*Kalau begitu ambillah anakmu*...
Maka si bapak tadi mengambil anaknya untuk pulang..
Ketika keluar dari rumah syekh menuju jalan pulang..
bapak tadi bertanya pada anaknya beberapa hal mengenai ilmu hukum syariat ... ternyata kesemua soalannya dijawab dengan betul..
Maka bapak tadi berubah fikiran untuk kembalikan anaknya kepada tuan Syekh Abdul Qadir..
*Wahai tuan syekh terimalah anak saya untuk belajar dengan tuan kembali*...
Tuan didiklah anak saya.. ternyata anak saya bukan seorang pembantu dan juga diperlakukan seperti kucing...
Sy melihat ilmu anak sy sangat luar biasa bila bersamamu..
Maka jawab tuan Syekh Abdul Qadir..
Bukan aku tidak mau menerimanya kembali.. tapi ALLAH sudah menutup pintu hatinya untuk menerima ILMU..
ALLAH sudah menutup futuhnya untuk mendapat ilmu... disebabkan seorang AYAH yang tidak beradab kepada GURU... maka anak yang menjadi  korban...
*Begitulah ADAB dalam menuntut ilmu*...
*Anak, Ibu, ayah dan siapa pun perlu menjaga adab kepada guru*...
*Betapa pentingnya adab dalam kehidupan seharian kita*...
Kisah di atas menceritakan seorang ayah yang tiada adab pada guru..
*Bagaimana kalau diri sendiri yang tiada adab, memaki dan mengaibkan gurunya*...
Kata ulama: *Satu perasangka buruk saja kepada gurumu*... *Maka Allah haramkan seluruh KEBERKAHAN* *yang ada pada gurumu kepadamu*.
Semoga Allah jadikan kita orang yang beradab kepada makhluknya terlebih lagi kepada guru yang mengajarkan ilmu kepada kita... Aamiin..
Sekedar berbagi, semoga manfaat.
Aamiin


                                      Tsabit bin Ibrahim

Seorang lelaki yang sholeh bernama Tsabit bin Ibrahim sedang berjalan di pinggiran kota Kufah. Tiba-tiba dia melihat Sebuah apel jatuh keluar pagar sebuah kebun buah-buahan.
Melihat apel yang merah ranum itu tergeletak di tanah membuat air liur Tsabit terbit, apalagi di hari yang panas dan tengah kehausan. Maka tanpa berfikir panjang dipungut dan dimakannyalah buah apel yang lezat itu, akan tetapi baru setengahnya di makan dia teringat bahwa buah itu bukan miliknya dan dia belum mendapat izin pemiliknya.
Maka ia segera pergi kedalam kebun buah-buahan itu hendak menemui pemiliknya agar meminta dihalalkan buah yang telah dimakannya. Di kebun itu ia bertemu dengan seorang lelaki.
Maka langsung saja dia berkata, "Aku sudah makan setengah dari buah apel ini. Aku berharap anda menghalalkannya".
Orang itu menjawab, "Aku bukan pemilik kebun ini. Aku Khadamnya yang ditugaskan menjaga dan mengurus kebunnya".
Dengan nada menyesal Tsabit bin Ibrahim bertanya lagi, "Dimana rumah pemiliknya? Aku akan menemuinya dan minta agar dihalalkannya apel yang telah ku makan ini."
Pengurus kebun itu memberitahukan, "Apabila engkau ingin pergi kesana maka engkau harus menempuh perjalan sehari semalam".
Tsabit bin Ibrahim bertekad akan pergi menemui si pemilik kebun itu. Katanya kepada orang tua itu, "Tidak mengapa. Aku akan tetap pergi menemuinya, meskipun rumahnya jauh. Aku telah memakan apel yang tidak halal bagiku karena tanpa izin pemiliknya. Bukankah Rasulullah s.a.w. sudah memperingatkan kita melalui sabdanya: "Siapa yang tubuhnya tumbuh dari yang haram, maka ia lebih layak menjadi umpan api neraka"
Tsabit bin Ibrahim pergi juga ke rumah pemilik kebun itu, dan setiba di sana dia langsung mengetuk pintu. Setelah si pemilik rumah membukakan pintu, Tsabit langsung memberi salam dengan sopan, seraya berkata,
"Wahai tuan yang pemurah, saya sudah terlanjur makan setengah dari buah apel tuan yang jatuh ke luar kebun tuan. Karena itu maukah tuan menghalalkan apa yang sudah ku makan itu?"
Lelaki tua yang ada dihadapan Tsabit mengamatinya dengan cermat. Lalu dia berkata tiba-tiba, "Tidak, aku tidak boleh menghalalkannya kecuali dengan satu syarat."
Tsabit bin Ibrahim merasa khawatir dengan syarat itu kerana takut ia tidak dapat memenuhinya.
Maka segera ia bertanya, "Apa syarat itu tuan?" Orang itu menjawab, "Engkau harus mengawini putriku !"
Tsabit bin Ibrahim tidak memahami apa maksud dan tujuan lelaki itu, maka dia berkata, "Apakah karena hanya aku makan setengah buah apelmu yang keluar dari kebunmu, aku harus mengawini putrimu?"
Tetapi pemilik kebun itu tidak mempedulikan pertanyaan Tsabit bin Ibrahim. Ia malah menambahkan, katanya,
"Sebelum pernikahan dimulai engkau harus tahu dulu kekurangan-kekurangan putriku itu. Dia seorang yang buta, bisu, dan tuli. Lebih dari itu ia juga seorang yang lumpuh!"
Tsabit bin Ibrahim amat terkejut dengan keterangan si pemilik kebun. Dia berfikir dalam hatinya, apakah perempuan seperti itu patut dia persunting sebagai isteri gara-gara setengah buah apel yang tidak dihalalkan kepadanya?
Kemudian pemilik kebun itu menyatakan lagi, "Selain syarat itu aku tidak akan menghalalkan apa yang telah kau makan !"
Namun Tsabit bin Ibrahim kemudian menjawab dengan mantap,
"Aku akan menerima pinangannya dan perkawinanya. Aku telah bertekad akan mengadakan transaksi dengan Allah Rabbul 'alamin. Untuk itu aku akan memenuhi kewajiban-kewajiban dan hak-hakku kepadanya karena aku amat berharap Allah selalu meridhaiku dan mudah-mudahan aku dapat meningkatkan kebaikan-kebaikanku di sisi Allah Ta'ala".
Maka pernikahan pun dilaksanakan. Pemilik kebun itu menghadirkan dua saksi yang akan menyaksikan akad nikah mereka. Sesudah perkawinan selesai, Tsabit dipersilahkan masuk menemui isterinya.
Sewaktu Tsabit hendak masuk kamar pengantin, dia berfikir akan tetap mengucapkan salam walaupun isterinya tuli dan bisu, kerana bukankah malaikat Allah yang berkeliaran dalam rumahnya tentu tidak tuli dan bisu juga. Maka iapun mengucapkan salam, "Assalamu"alaikum..."
Tak disangka sama sekali wanita yang ada dihadapannya dan kini resmi jadi isterinya itu menjawab salamnya dengan baik. Ketika Tsabit masuk hendak menghampiri wanita itu, dia mengulurkan tangan untuk menyambut tangannya. Sekali lagi Tsabit terkejut karena wanita yang kini menjadi isterinya itu menyambut uluran tangannya.
Tsabit sempat terhentak menyaksikan kenyataan ini. "Kata ayahnya dia wanita tuli dan bisu tetapi ternyata dia menyambut salamnya dengan baik. Jika demikian berarti wanita yang ada dihadapanku ini dapat mendengar dan tidak bisu. Ayahnya juga mengatakan bahwa dia buta dan lumpuh tetapi ternyata dia menyambut kedatanganku dengan ramah dan mengulurkan tangan dengan mesra pula", Kata Tsabit bin Ibrahim dalam hatinya.
Tsabit bin Ibrahim berfikir, mengapa ayah mertuaya menyampaikan berita-berita yang bertentangan dengan yang sebenarnya ?
Setelah Tsabit bin Ibrahim duduk di samping isterinya, dia bertanya, "Ayahmu mengatakan kepadaku bahwa engkau buta. Mengapa?"
Wanita itu kemudian berkata, "Ayahku benar, karena aku tidak pernah melihat apa-apa yang diharamkan Allah".
Tsabit bin Ibrahim bertanya lagi, "Ayahmu juga mengatakan bahwa engkau tuli, mengapa?"
Wanita itu menjawab, "Ayahku benar, karena aku tidak pernah mau mendengar berita dan cerita orang yang tidak membuat ridha Allah.
"Ayahku juga mengatakan kepadamu bahwa aku bisu dan lumpuh, bukan?" Tanya wanita itu kepada Tsabit bin Ibrahim yang kini sah menjadi suaminya.
Tsabit bin Ibrahim mengangguk perlahan mengiyakan pertanyaan isterinya. Selanjutnya wanita itu berkata,
"aku dikatakan bisu karena dalam banyak hal aku hanya menggunakan lidahku untuk menyebut asma Allah Ta'ala saja. Aku juga dikatakan lumpuh kerana kakiku tidak pernah pergi ke tempat-tempat yang boleh menimbulkan kegusaran Allah Ta'ala".
Tsabit bin Ibrahim amat bahagia mendapatkan isteri yang ternyata amat soleh dan wanita yang memelihara dirinya.
Dengan bangga ia berkata tentang isterinya, "Ketika kulihat wajahnya... Subhanallah, dia bagaikan bulan purnama di malam yang gelap".
Tsabit bin Ibrahim dan isterinya yang salihah dan cantik itu hidup rukun dan berbahagia. Tidak lama kemudian mereka dikaruniai seorang putra yang ilmunya memancarkan hikmah ke seluruh penjuru dunia, Beliau adalah Al Imam Abu Hanifah An Nu'man bin Tsabit.


Kamis, 22 Agustus 2019

HIDUP INI JARANG SEKALI
 MENGAPRESIASI HAL-HAL BAIK
.
Suatu hari seorang Guru menulis ini di whiteboard :
9×1=7
9×2=18
9×3=27
9×4=36
9×5=45
9×6=54
9×7=63
9×8=72
9×9=81
9×10=90
.
Ketika Guru tersebut telah menyelesaikan tulisannya, ia menatap para muridnya yang kemudian mulai menertawakannya karena perhitungan yang paling atas adalah salah.
Kemudian Guru tersebut berkata :
"Saya sengaja menulis salah dengan satu tujuan sebab saya ingin kalian belajar sesuatu dari ini.
Saya ingin kalian tahu bagaimana dunia ini memperlakukan kita. Kalian kan sudah melihat bahwa saya menuliskan hal yang benar sebanyak 9 kali. Tapi tak ada satupun dari kalian yang memberi selamat atau pujian kepada saya. Kalian malah menertawakan saya hanya untuk satu kesalahan saja."
Hidup ini jarang sekali mengapresiasi hal-hal baik yang kita lakukan jutaan kali sekalipun.
Hidup ini justru akan mengkritisi satu saja kesalahan kecil yang kita lakukan.
.
Tapi kita tak perlu berkecil hati..
Teruslah melangkah...
Jangan takut berbuat salah..
Jangan risaukan apa yang akan orang lain katakan tentang kita...
Jadikan kesalahan sebagai pembelajaran dan perbaikan kualitas yang lebih baik.
.
Semoga Sukses, Berkah dan Bertumbuh Terus. Aamiin...


Berikut ini adalah contoh Doa berbahasa Jawa
yang diijazahkan oleh para Kyai
dari berbagai daerah di Jawa.

1. KH. Ahmad Abdul Haq meriwayatkan bahwa KH. Dalhar Watucongol Magelang mempunyai doa agar tekun bekerja dan diberi kelapangan rizki.
“Allahumma ubat-ubet, biso nyandang biso ngliwet. Allahumma ubat-ubet, mugo-mugo pinaringan slamet. Allahumma kitra-kitri, sugih bebek sugih meri. Allahumma kitra-kitri, sugih sapi sugih pari.”
(Allahumma ubat-ubet, punya baju punya nasi. Allahumma ubat-ubet, semoga diberi selamat. Allahumma kitra-kitri, kaya bebek dan anaknya. Allahumma kitra-kitri, kaya sapi kaya padi)
2. KH. Achmad Chalwani Nawawi mempunyai doa yang terkait dengan keamanan.
“Bismillahirrahmānirrahim. Kun Fayakun, rinekso dhening Allah, jinogo dhening moloekat papat, pinayungan dhening poro nabi, Laa ilaha illallah Muhammadur Rasulullah.”
(Bismillahirrahmanirrahim. Kun Fayakun, dikehendaki oleh Allah, dijaga oleh 4 malaikat, dipayungi oleh para Nabi, Laa ilaaha illallah Muhammadur Rasulullah)
3. KH. Ma’ruf Kedunglo mempunyai doa suwuk untuk bekal pasukan Hizbullah dan ditiupkan ke air.
“Allahumma sallimnaa minal bom wal bedil wal bunduq wal martil wa uddada hayatina”
(Ya Allah selamatkan kami dari bom dan senapan dan meriam dan jagalah hidup kami)
4. KH. Bisri Musthofa meriwayatkan doa dari KH. Kholil Kasingan Rembang sebuah doa agar berhasil menyapih bayi.
“Bismillahirrahmanirrahim. Cerma ratu, si bayi laliyo duduh susu, ilingo sego lan banyu, adem asrep, saking Allah Ta’ala, Laa ilaaha illallah, Muhammadur Rasulullah”
(Bismillahirrahmaanirrahiim, Cerma ratu, si bayi lupakan air susu, ingatlah nasi dan air, adem asrep, dengan kehendak Allah Ta’ala, Laa ilaaha illallah, Muhammadur Rasulullah)
5. KH. Bisri Musthofa juga meriwayatkan doa dari KH. Ma’ruf Kedunglo, doa agar orator dan orang berpidato diberi kelancaran.
“Bismillahirrahmanirrahim, sang manik cemar uripmu wus kacekel.
Diluk dingkul katungkul dingkul (diwoco ping 3 tanpo ambekan)
Laa ilaaha illallah, Muhammadur Rasulullah”
(Bismillahirrahmaanirrahim, sang manik cemar hidupmu sudah kupegang.
Diluk dingkul katungkul dingkul (dibaca 3 kali tanpa bernafas)
Laa ilaaha illallaah, Muhammadur Rasulullah”.
Dari sini, kita tidak perlu takut atau ragu berdoa. Gunakan bahasa apapun yang kita bisa, yakin kepada Allah SWT akan menerimanya. Semoga bermanfaat.
sumber : https://www.sarkub.com/doa-berbahasa-jawa/


♡~WAHAI RASULULLAH,  MENGAPA ENGKAU MENANGIS ? ~♡♡♡

Pada suatu hari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam ditemui oleh malaikat Jibril.
Rasul bertanya “Ada apa wahai Jibril?”.

Jibril menjawab, “Wahai Muhammad, sesungguhnya hari ini Allah Subhanahu Wa Ta'ala sedang mengobarkan nyala api Neraka dan seluruh malaikat amat ketakutan, mereka tidak tahu harus bagaimana,

Untung aku ingat bahwa engkau adalah sumber cinta dan sayang Allah Subhanahu Wa Ta'ala kepala alam semesta. Dgn alasan itu aku kesini, bertabaruk dengan cinta Allah kepada dirimu".

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam terdiam beberapa saat. Kemudian bertanya lagi, “Wahai Jibril, ceritakan padaku bagaimanakah neraka itu sesungguhnya”.

Jibril menjawab “Wahai Muhammad, Neraka itu bagaikan lubang-lubang yang terdiri dari 7 tingkat. Jarak antara satu lubang dengan yang lain ialah perjalanan 70 tahun.
Lubang yang palingbawah adalah yang paling panas".

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam meneruskan pertanyaannya, "Lalu siapakah penghuni lubang-lubang neraka itu wahai Jibril?”.

Jibril menjawab, “Lubang yang paling bawah diciptakan untuk orang orang munafik, lubang berikutnya untuk penyembah berhala, lalu untuk penyembah bintang dan matahari".

Jibril terus menerangkan penghuni tingkatan neraka hingga lubang yang ke 5 tempatnya umat Yahudi dan yang ke 6 dihuni oleh umat Nasrani.Setelah menjelaskan penghuni 6 tingkatan Neraka,Jibril diam cukup lama.

Rasulullah saw penasaran dan bertanya kembali, “Wahai Jibril, siapakah penghuni neraka yang ke 7 ?”. Jibril diam saja tidak menjawab.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam mengulangi pertanyaannya, tapi Jibril tetap diam.Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam tambah penasaran dan mendesak jibril agar dijawab pertanyaannya.

Akhirnya Jibril pun berkata, “Umatmu wahai Muhammad, mereka itu para pelaku dosa besar di kalangan umatmu yang dimana sampai mereka mati belum sempat bertaubat".

Mendengar jawaban Jibril, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam langsung jatuh pingsan. Jibril merangkulnya dan meletakkan tubuh baginda di atas pangkuannya.

Tak berapa lama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam sadar dan langsung menangis bersimbah air mata, dengan terisak-isak Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam mempertegas pertanyaannya, “Wahai Jibril, apakah benar ada diantara umatku yang masuk neraka?”.

Jibril mejawab : “Benar wahai Muhammad, pelaku dosa besar di antara umatmu yang belum bertaubat. "

Setelah itu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam langsung menghadap kiblat dan sujud kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam isak tangisnya.

Sesekali dengan suara pelan beliau membisikkan kata-kata "Ummati ya Rabb, ummati, ummati, ummati.

Beliau Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam tidak mengangkat kepalanya dalam keadaan seperti itu selamat 3 hari 3 malam kecuali setiap Bilal bin Rabah mengumandangkan adzan, barulah beliau bangkit untuk menjadi imam dan setelah itu kembali sujud lagi.

Pada hari ke 3, Abu Bakar Ra menyadari hal ini, beliau mengetuk pintu Rasulullah saw dan mengucapkan salam 3 kali, namun tidak ada jawaban.

Abu Bakar Ra sedih dan berseru di depanpintu Nabi saw, “ Apakah ada jalan untuk masuk kerumah Rasulullah. "
Tetap tidak ada jawaban.

Lalu beliau menangis dan melangkah pulang
Di jalan beliau bertemu sahabat Umar Ra, “Mengapa engkau menangis wahai Abu Bakar?”.

Abu Bakar Ra menceritakan keadaan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam.
Maka Umar Ra pun melangkah menuju rumah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dan terjadilah hal yang sama.
Umar pun pulang dan menangis.

Di jalan beliau bertemu Salman Al Farizi Ra.
Dengan terisak-isak Umar Ra bercerita kepada Salman Ra hingga membuat dia amat sedih, namun dia tidak berani mengulangi hal yang sama.

Salman melangkah menuju rumah Fatimah Ra dan menceritakan hal itu.

Setengah berlari Fatimah Ra menuju rumah Ayahnya Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dan mengetuk pintu sambil mengucapkan salam.

Mendengar suara lembut putri tercinta, sejuklah dada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam.

Rasullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bangkit dari sujud dan membuka pintu.

Alangkah terkejutnya Fatimah Ra melihat beliau yang amat kurus dan pucat.

Fatimah memeluk beliau Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam lalu menangis.

" Wahai ayahanda, apa yang terjadi ?
mengapa engkau amat sedih seperti ini ?”.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam kembali menangis dan berkata dengan suara lirih,

" Wahai Fatimah, belahan jiwaku, bagaimana mungkin aku tidak sedih sedangkan Jibril mengatakan akan ada kelak diantara umatku yang akan masuk neraka"

Cinta Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam begitu besar kepada kita
Apakah cinta beliau akan terbalaskan...
Atau hanya akan menjadi cinta bertepuk sebelah tangan ?

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد
Allahumma shalli 'alaa sayyidinaa Muhammad.

Sabtu, 17 Agustus 2019

KEMERDEKAAN SEJATI
SALAM MERDEKA

74 tahun yg lalu bangsa kita terbebas dari belenggu penjajahan yg sangat panjang tak berkesudahan.
Kala itu orang berjuang mati matian untuk mendapatkan keamanan ketenangan, tetapi tak berapa lama mereka terancam lagi dan lagi.
Kala tenaga masih prima badan masih sehat maka dia sanggup berjuang dan terus berjuang.
Lalu tiba saatnya 17 agustus 1945 kemerdekaan itu dikumandangkan maka penindasan sirna , keamanan muncul kenyamanan menyelimuti. Tak tua tak muda atau anak anak mereka merasakan keamanan dan kenyamanan. Itulah hakekat Merdeka.
Begitu juga di masa kemerdekaan kita pontang panting bekerja untuk mendapatkan uang dan kecukupan.
Banyak bapak bapak muda dan ibu ibu muda berangkat pagi pagi pulang petang untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup, karena memang kebutuhan itu tidak pernah berhenti. Seberapa duit terkumpul akan selalu habis.
Tak masallah amat bagi bapak bapak muda yang sehat dan kekar badannya, masih mampu memacu diri mengikuti roda. Tetapi menjadi masalah tatkala memasuki usia senja, badan lemah tak sehat kebutuhan terus berjalan.
Bayangan beban dan tumpukan hutang pasti sudah didepan mata.
Hal paling mungkin adalah kita mau *berakit rakit ke hulu berenang renang ke tepian mencoba sabar diawal dengan usaha yang melelahkan mencari penghasilan pasive untuk diri kita dan keluarga. Tetapi memang tidak mudah dan berat bagi yang malas dan belum tahun *hakekat kemerdekaan* .
Tatkala kita sudah mendapatkan penghasilan pasive maka kita akan terbebas dari ketakutan bayangan beban dan tumpukan hutan. Diri kita anak cucu kita ikut merasakan kebebasan yang sejati kebebasan keuangan dan waktu.

I choose freedom
KEMERDEKAAN SEJATI