Umurku bertambah, Usiaku berkurang
Usia
haruslah dimanfaatkan sebaik - baiknya
"Apa makna usia?" tanya seorang murid kepada seorang mursyid.
"Jawabannya sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah SAW: Apabila hari ini amal pekerjaan Anda masih sama dengan hari kemarin, berarti Anda merugi. Bila lebih jelek daripada kemarin, terkutuk namanya. Bila lebih bagus, barulah termasuk beruntung. Nah, apakah usia Anda yang setiap saat berkurang, telah digantikan oleh hal-hal yang lebih baik, atau sebaliknya? Di situlah makna usia Anda."
"Apa makna usia?" tanya seorang murid kepada seorang mursyid.
"Jawabannya sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah SAW: Apabila hari ini amal pekerjaan Anda masih sama dengan hari kemarin, berarti Anda merugi. Bila lebih jelek daripada kemarin, terkutuk namanya. Bila lebih bagus, barulah termasuk beruntung. Nah, apakah usia Anda yang setiap saat berkurang, telah digantikan oleh hal-hal yang lebih baik, atau sebaliknya? Di situlah makna usia Anda."
Haruskah kita
merayakan Ultah dengan tertawa tanda bahagia ?Atau dengan banyak menebar dana
buat memperingati hari sejarah itu ?.Umur berkaitan dengan waktu yang terus
berjalan.Satu hal yang tidak bisa kembali, dia adalah waktu. Waktu yang
berjalan sepersekian detik barusan tidak akan bisa terulang lagi. Dia hanya
akan mengikuti pola geraknya hingga waktu yang tak ditentukan. Semua peristwa
alam semesta terkandung di dalamnya. Bahkan karena alasan ini, waktu bisa saja
tak akan musnah seperti halnya manusia dan alam semesta. Karena ketika kiamat
besar nanti datang, juga akan terjadi dalam pergulatan waktu.
Ketika menulis artikel ini, perenungan semakin dalam tentang proses kehidupan yang saya alami selama ini. Tepat 12 Oktober 1981 beberapa tahun yang lalu, seorang manusia dilahirkan di alam dunia setelah melewati kehidupan di alam rahim. Alam yang penuh dengan keajaiban dan kekuasaan Allah yang mampu menghidupkan manusia dalam ruang yang sangat sempit. Ruang yang manusia tak mampu bergerak bebas, hanya bisa menghentak-hentakan kaki dan tangan atau anggota tubuh yang lain. Seorang manusia itu adalah laki-laki pilihan Allah dari sekian miliar calon-calon manusia yang berusaha untuk lahir ke dunia ini. Dari jumlah sel sperma yang bergerak membuahi sel telur (inilah proses kejadian manusia) atau kandidiat manusia yang akan lahir itu ternyata hanya satu yang berhasil menang mengalahkan yang lain dan dia adalah saya. Nama ku M3S nama pena
Renungan…..
Jika kita melihat hakekat proses penciptaan manusia seperti di atas, tak mesti kita mengeluh dengan segala kehidupan di dunia ini. Meskipun mungkin terasa berat, penuh dengan tantangan, cobaan dan rintangan yang kadang membuat manusia harus menyerah. Namun kembali lagi kita harus mengingat dan merenungi hakekat proses penciptaan manusia. Kita ada di alam rahim hingga ke dunia bukanlah sesuatu tanpa proses pergulatan atau sesutau yang ada terberi begitu saja (given). Melainkan sebuah pertarungan menang-kalah untuk memenangkan siapa yang berhak hidup. Tahukah kita tentang proses bagaimana Allah mempertemukan dua jenis makhluk_Nya, pria dan wanita hingga dipersatukan dan dari persatuan itu akhirnya menjadi manusia lain yang memiliki bentuk fisik dan bernyawa? Kita adalah manusia yang dilahirkan untuk menang, bukan untuk kalah. Kita berhasil menyingkirkan rival (miliaran sel sperma) kita untuk berenang menuju sel telur mencari kehidupan. Maka terbentuklah kita melalui setetes mani itu dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian menjadi segumpal darah dan berubah menjadi daging. Dari situlah kemudian menjadi tulang-belulang dan tulang-belulang itu dibungkus dengan daging hingga dijadikan bentuk tubuh.
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk (lain). Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. ” (Al Mukminun : 12-14)
Renungkanlah! Tahukah dari mana kamu berasal? Tahukah untuk apa kamu hidup di dunia? taukah akan kemana nanti setelah hidup di dunia?
. Tiga pertanyaan ini adalah pertanyaan yang saya kenal dari seorang ulama timur tengah. Menurut beliau, jika kita mampu menjawab tiga pertanyaan ini dengan benar maka sesungguhnya kita telah mengetahui hakekat hidup yang sesungguhnya. Konsekuensinya, kita manusia akan mampu menjalani hidup dengan tujuan yang sebenar-benarnya, yakni kepada sang Maha penguasa atas segala sesuatu dan raja dari segala raja.
Jika kita semua merasa berasalah dari Allah yang satu, maka kita pun akan mengabdi kepada_Nya karena kita akan kembali pada_Nya pula. Meskipun hal ini menjadi pengetahun yang lumrah namun baru sebatas lahiriah saja. Pengetahuan tanpa ada internalisasi dalam proses kontempelasi (perenungan) atau belum menjadi pengetahuan ‘batiniah’, tak ada gunanya. Sekarang banyak orang yang berpengatahuan tinggi dengan berbagai gelar pendidikannya. Namun, banyak pula dari mereka bersikap tak menggambarkan seperti tingkat pendidikannya. Pengetahuan yang tinggi tak berarti memiliki sikap dan prilaku yang bermartabat tinggi pula.
Inilah yang menjadi motivasi dalam batin saya. Dengan umur sekain bertambah namun usia di dunia semakin berkurang, saya harus menjadi lebih baik lagi dengan kualitas jiwa yang semakin baik. Memang dalam hidup tantangan dalam mencapai tujuan itu sebuah keniscayaan. Apalagi jika tujuan kita adalah baik maka tantanganpun juga kadang lebih banyak. Banyak yang mengeluh bahkan akhirnya putus asa dan tak mau melanjutkan misinya (tujuannya). Bahkan lebih parah dan ekstrim lagi, ketika tidak mampu mengatasi tantangan hidup tak sedikit yang sengaja mengkhiri hidupnya, bunuh diri.
Manusia yang melakukan langkah ini sangat di sayangkan karena harus dipahami bahwa bukan hidup jika tak memiliki masalah. Bahkan masalah akan berakhir ketika manusia telah sampai ke terminal kehidupan sealanjutnya yakni ketika manusia meninggal dunia. Seperti halnya dikatakan oleh seorang ulama besar, Imam Ahmad ketika di tanya oleh orang yang berguru padanya. Kurang lebihnya sebagai berikut, “wahai syeh!!! Kapan kita beristirahat dari masalah hidup ini?” tanya seorang murid. Imam Ahmad berkata“kita akan berhenti dari masalah hidup ketika ajal telah menjemput dan disaat itulah semua proses kehidupan kita di dunia akan dimintai pertanggung jawabannya”. Sebenarnya jika kita merenungi lagi lebih dalam, masalah memiliki fungsi yang sangat penting bagi kematangan jiwa dalam menjalani kehidupan manusia.
Sebagaimana pertanyaan kedua dari tiga
pertanyaan tadi, Tahukah untuk apa kamu hidup di dunia? sesungguhnya shalatku,
ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan sekalian alam.
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (QS. Az-Zariyat)
Waktu terus bergulir. Semua terus berubah. Bayi menuju balita menuju anak-anak menuju remaja menuju dewasa menuju tua dan akhirnya mati, bahkan ada pula yang tak sampai tua. Demikianlah proses kehidupan manusia yang berjalan dalam waktu termasuk saya. Sekali lagi kita tidak bisa mereplay untuk mengulang masa-masa sebelumnya. Yang kita lakukan hanya merefleksi sembari membenahi apa yang masih kurang dan membaikan lagi yang telah baik. Sekali lagi semua dalam waktu.
Seorang
ulama besar Imam Al Ghazali pernah menghitung betapa urgennya untuk menghargai
waktu dalam kehidupan kita didunia. Beliau bernah berkata bahwa jika umur
manusia 60 tahun dan rata-rata menjadikan tidurnya 8 jam sehari, maka sesungguhnya
tidur manusia selama 60 tahun itu adalah 20 tahun. Belum lagi jika manusia
tidur lebih dari 8 jam, apalagi selama 40 tahun itu tidak digunakan
sebaik-baiknya. Bagaimana jika digunakan untuk berbuat dosa? Sungguh sia-sia
hidup ini.
Semoga saja kita semua
terutama saya sendiri dapat mengambil hikmah dari setiap proses perubahan
waktu. Dengannya kita dapat menyempurnakan ibadah, menjadikan kualitas hidup
yang diwarnai iman dan taqwa menjadi lebih baik lagi. Semoga dalam umur yang
bertambah dan jatah hidup atau usia di dunia semakin berkurang, kita mampu
menjawab dengan baik dari mana kita berasaral, untuk apa kita hidup dan akan
kemana serta peristiwa apa yang akan terjadi dalam kehidupan setelah mati itu?
Bukan hanya mengetahui secara lahiriah melainkan juga batiniah sehingga dapat
mengakar dan berimplikasi dalam kehidupan kita. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar