SURGA
DAN KLAIM YANG MEMILIKI
Dalam pandangan agamaku Islam Surga adalah tujuan akhir dalam
proses panjang perjalanan hidup manusia yang beriman. Suasana surge serba
berkebalikan dengan suasana di Neraka yang identik dengan tempat penyiksaan dan
penebus dosa. Surga digambarkan sebagai kehidupan yang penuh rahmat, yang hidup
ditemani bidadari yang takkan pernah layu di makan zaman, di surga disediakan
apapun yang kita inginkan. Rumah, piring, mangkuk, gelas, dan semua peralatan
terbuat dari emas. Pendek kata, hidup di surga adalah hidup yang penuh
kenikmatan. Namun untuk bisa masuk ke dalam surga memerlukan tiket yang harus
dibeli pada saat hidup di dunia ini, tiket tersebut harus dibeli dengan iman
dan amal shaleh, atau dalam bahasa awamnya keyakinan dan perbuatan baik.
Sebagai sebuah tujuan akhir yang penuh kenikmatan, surga selalu
dijadikan alat atau wahana sebagai ingatan bagi seseorang untuk mengendalikan
diri dari perbuatan-perbuatan tercela dan sebaliknya berbanyak-banyak berbuat
baik, dengan satu harapan agar kelak
masuk surga.
Menjalankan keyakinan beragama.
Disinilah peran agama atau keyakinan bermain, dimana agama atau
keyakinan sebagai benteng penjaga moral selalu menjanjikan siapapun pemeluknya
yang benar-benar beriman dan berbuat baik akan mendapat ganjaran kelak masuk
surga. Tidak ada yang salah dalam konsep agama atau keyakinan apapun yang
menjanjikan surga tersebut, sebab Allah sebagai pemberi wahyu keagamaan memang
secara jelas memberikan jaminan bagi orang-orang yang beriman dan beramal
shaleh sebuah surga yang penuh kenikmatan.
Sebagai benteng penjaga moral, sudah semestinya konsep agama atau
keyakinan harus diterangkan secara baik dan benar, agar masyarakat pada umumnya
bisa memahami konsep agama atau keyakinan dengan baik dan benar, dan mampu
mengejawantahkan nilai-nilai luhur agama atau keyakinan tersebut dalam praktek
kehidupan dengan baik dan benar, sehingga surga yang dijanjikan Allah dan
menjadi tujuan akhir setiap orang tersebut benar-benar bisa menjadi miliknya
kelak.
Namun sangat disayangkan, dikarenakan begitu besarnya harapan
setiap orang untuk bisa masuk surga justru surga dijadikan alat atau wahana
bagi sebagian juru dakwah atau seseorang yang memiliki keyakinan atau pemahaman
tertentu untuk mempengaruhi orang lain atau masyarakat agar mau mengikuti
keyakinan atau pemahaman sang juru dakwah tersebut. Lebih parah lagi jika
transfer pemahaman atau proses penyampaian keyakinan atau pemahaman tersebut
kepada masyarakat awam dilakukan dengan cara memaksakan kehendak ; seperti
dengan mengatakan keyakinan atau pemahaman kelompok mereka saja yang benar ;
atau dengan melarang melakukan perbuatan baik (amal shaleh) yang sudah menjadi
adat kebiasaan atau budaya masyarakat dengan dalil-dalil penafsiran sendiri
dengan mengatas-namakan Allah padahal faktanya Allah sendiri tidak menyebutkan
dalil-dalil tersebut dalam Al-Quran.
Akan menjadi persoalan besar ketika ceramah para para juru dakwah
adalah memiliki agenda tertentu atau pemahaman tertentu yang merasa paling
benar sendiri, pada akhirnya proses penyampaian dakwah akan menyimpang dari
waton-waton Islam yang semestinya penuh rahmat (rahmatan li l-alamin) ; seperti
menyalahkan pemahaman orang lain, menyalahkan cara hidup orang lain,
menyalahkan praktek atau ibadah orang lain, dan menyalahkan agama-agama lain.
Sehingga ceramah bukan lagi memakai waton tetapi menjadi waton ceramah. Surga
bukanlah milik kelompok, partai atau apapun juga.
Menjalankan Agama dengan keyakinan
Surga milik Alloh SWT semata, bukan milik organisasi tertentu.
Jadi mau milih model Islam apa, itu masalah selera..yang TERPENTING adalah kita
hidup sekali ini harus sukses masuk surga selamat dari neraka Alloh SWT dan
memang Alloh dan Rasul-Nya sudah memberi tuntunannya, sudah ada aturan mainnya,
sudah ada rel nya..supaya tahu tidak tersesat dan berada di jalur yang benar,
ya tentunya dengan mempelajari isi Quran Hadits dan mengamalkannya sesuai
kemampuan kita. Jadi, jawabannya adalah “kita harus belajar ilmu agama!”
Allah SWT telah menurunkan Wahyu kepada kepada Nabi Muhammad SAW,
yang beliau jelaskan kepada para sahabatnya dalam hadits-hadits shahih. Beliau
memerintahkan umat Islam agar berpegang teguh kepada keduanya:
“Aku tinggalkan padamu dua perkara yang kalian tidak akan tersesat apabila (berpegang teguh) kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku. Tidak akan bercerai-berai sehingga keduanya menghantarku ke telaga (Surga).” (Di-shahih-kan Al-Albani dalam kitab Shahihul Jami’)
“Aku tinggalkan padamu dua perkara yang kalian tidak akan tersesat apabila (berpegang teguh) kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku. Tidak akan bercerai-berai sehingga keduanya menghantarku ke telaga (Surga).” (Di-shahih-kan Al-Albani dalam kitab Shahihul Jami’)
Golongan
Yang Selamat akan kembali (merujuk) kepada Kalamullah dan RasulNya tatkala
terjadi perselisihan dan pertentangan di antara mereka,
Sebagai
realisasi dari firman Allah:
…’“Kemudian
jika kamu berselisih tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah
(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah
dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibat-nya.” (An-Nisaa’: 59)
…“Maka demi
Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu
hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa
keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya.” (An-Nisaa’: 65)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang akan terjadi
perselisihan yang banyak setelah meninggalnya beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam, sebagaimana dalam sabdanya:
“Aku wasiatkan padamu agar engkau bertakwa kepada Allah, patuh dan
ta’at, sekalipun yang memerintahmu seorang budak Habsyi. Sebab barangsiapa
hidup (lama) di antara kamu tentu akan menyaksikan perselisihan yang banyak.
Karena itu, berpegang teguhlah pada sunnahku (ajaran Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, red) dan sunnah khulafa’ur rasyidin yang (mereka itu)
mendapat petunjuk. Pegang teguhlah ia sekuat-kuatnya. Dan hati-hatilah terhadap
setiap perkara yang diada-adakan (dalam agama), karena semua perkara yang
diada-adakan itu adalah bid’ah, sedangkan setiap bid’ah adalah sesat (dan
setiap yang sesat tempatnya di dalam Neraka).” (HR. Nasa’i dan At-Tirmidzi, ia
berkata hadits hasan shahih).
Intinya kita memang jangan selalu menyalahkan, bahkan menghujat..
siapa yang benar, siapa yang sesat jika kita pintar kita akan berdiri di tengah
menjadi yang netral… mengambil apa yang baik… dan yang pasti tujuan Sholat kita
menyembah Allah SWT… bukan yang lain.
IMAN dan AMAL SHALEH,
dan itulah kunci masuk SURGA
Meyakini agama atau keyakinan yang kita anut adalah suatu
keharusan (wajib). Dan dengan keyakinan tersebut hendaknya dapat mengejawantah
pada hati yang baik dan bersih dari penyakit hati seperti iri, dengki, kikir,
riak, tamak, takabur dan sebagainya. Kemudian diiringi dengan tutur kata yang
baik dan menyejukkan, jauh dari ucapan-ucapan yang menyakiti atau
menjelek-jelekkan atau menyalahkan apalagi memfitnah orang lain. Serta
ditindak-lanjuti dengan perbuatan-perbuatan atau ibadah-ibadah hidupnya yang
senantiasa baik dan memberikan kenyamanan bagi orang lain. Itulah IMAN dan AMAL
SHALEH, dan itulah kunci masuk SURGA. Surga Milik Orang-orang Beriman dan
Berbuat Baik” tulus ikhlas tanpa ada tendensi apapun selain mengharap ridha
kepada Allah SWT. Jika sekiranya ada perbedaan-perbedaan pemahaman atau
perbedaan pendapat diharapkan bisa menjadi sebuah kemajemukan dalam ber-Islam
dan saling menyadari dari sudut manapun kita melangkah, intinya tetap menyembah
satu Allah, dan sama-sama mengharap semoga Islam kita sama-sama menjadi rahmat
bagi alam, dan jalan hidup yang kita tempuh di dunia ini bisa menjadi kunci
untuk masuk surga kelak di akherat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar