InspirasI

Selasa, 05 Juli 2016

PENSIL DAN PENGHAPUS

Bismillah, 
Pensil : “Maafkan aku!” 
Penghapus : “Maafkan untuk apa? Kamu kan tidak melakukan kesalahan apa-apa!” 
Pensil : “Aku minta maaf karena telah membuatmu terluka. Setiap kali aku melakukan kesalahan, kamu selalu berada untuk menghapusnya. Namun setiap kali kamu membuat kesalahanku hilang, kamu pun kehilangan sebagian dari dirimu. Kamu akan menjadi semakin kecil dan kecil setiap saat.” 

Penghapus : “Hal itu benar. Namun aku sama sekali tidak merasa keberatan. Kau lihat, aku memang tercipta untuk melakukan hal itu. Diriku tercipta untuk selalu membantumu setiap kau melakukan kesalahan. Walaupun suatu hari, aku tahu bahwa aku akan pergi dan kau akan menggantikan diriku dengan yang baru. Aku sungguh bahagia dengan perananku. Jadi tolonglah, kau tak perlu khawatir. Aku tidak suka melihat dirimu bersedih!” 

Orang tua kita layaknya si penghapus sedangkan kita layaknya si pensil. Mereka selalu ada untuk anak-anak mereka, memperbaiki kesalahan anak-anaknya. 

Terkadang, seiring berjalannya waktu, mereka akan terluka dan akan menjadi semakin kecil (dalam hal ini, maksudnya bertambah tua dan akhirnya meninggal). 

Walaupun anak-anak mereka akhirnya akan menemukan seseorang yang baru (suami atau istri), namun orang tua akan selalu tetap merasa bahagia atas apa yang mereka lakukan terhadap anak-anaknya dan akan selalu merasa tidak suka bila melihat buah hati tercinta mereka merasa khawatir ataupun sedih. 

“Hingga saat ini, kita masih selalu menjadi si pensil, dan hal itu sangat menyakitkan diri kita untuk melihat si penghapus atau orang tua kita semakin bertambah “kecil” dan “kecil” seiring berjalannya waktu. Kita tahu bahwa kelak suatu hari, yang tertinggal hanyalah “serutan” si penghapus dan segala kenangan yang pernah dilalui dan miliki bersama mereka ...” 












Tidak ada komentar: