InspirasI

Jumat, 17 Maret 2017


*FILOSOFI BILANGAN DALAM BAHASA JAWA* 
          
Dalam bhs Indonesia ;
21 = Dua Puluh Satu
22 = Dua Puluh Dua...s/d.
29 = Dua Puluh Sembilan
Dlm bhs Jawa tidak dinamakan Rong Puluh Siji (21), Rong Puluh Loro (22),... dst, melainkan... Selikur (21), Rolikur (22), .... s/d  Songo Likur (29).
Disini terdapat satuan *LIKUR* , yang  merupakan kependekan dari *Lingguh KURsi*, artinya duduk di Kursi.
Pada usia 21-29 itulah pada umumnya manusia mendapatkan *TEMPAT:DUDUKNYA*, Pekerjaannya, Profesi yang akan  ditekuni dlm kehidupannya ...
Ada penyimpangan pada Bilangan *25*, tidak disebut sebagai LIMANG LIKUR, melainkan *SELAWE*.
SELAWE ; ( *SEneng-senenge  LAnang lan WEdok* ). Puncak asmara laki-laki dan perempuan, yg ditandai oleh Pernikahan.
Maka pada usia tersebut pada umumnya orang menikah (dadi manten).
Ada penyimpangan lagi pada bilangan *50*, setelah  Sepuluh, Rong Puluh (20), Telung Puluh (30), Patang Puluh (40), mestinya  Limang Puluh (50) .
Tapi 50 diucapakan menjadi *SEKET*.
SEKET ( *SEneng KEthunan*); suka memakai Kethu/tutup kepala, Topi/Kopiah. Tanda usia semakin lanjut. Tutup kepala bisa untuk menutup botak atau rambut yang memutih karena semirnya habis....
Disisi lain bisa juga kopiah atau tutup kepala melambangkan orang yang seharusnya sudah lebih taat beribadah...!!
Pada usia 50 thn mestinya seseorang seharusnya lebih memperbanyak ibadahnya dan lebih berbagi untuk bekal memasuki Kehidupan Akherat yang Kekal dan Abadi...!!
Dan kemudian masih ada Satu Bilangan lagi, yaitu *60*, yang namanya menyimpang dari pola, bukan Enem Puluh melainkan *SEWIDAK atau SUWIDAK*.
SEWIDAK  ( *SEjatine Wis wayahe TinDAK*).
Artinya ? 
Sesungguhnya sudah saatnya pergi, sudah matang....
Harus sudah siap dipanggil menghadap Tuhan.

Tidak ada komentar: