InspirasI

Sabtu, 30 Juni 2018

ORANG SOMBONG TIDAK AKAN MEMBACA INI

Kisah yang diceritakan oleh seorang Hamba ALLAH tentang mimpi Seorang Wali di Pekuburan. Di dalam mimpi, wali itu melihat roh ahli-ahli kubur sedang mengais-ngais rumput seperti mencari sesuatu.
Tiba-tiba beliau terlihat ada seorang roh ahli kubur yang sudah berusia tua duduk istirahat di atas kuburnya sendiri.
Beliau memutuskan untuk bertanya kepada roh orang tua tersebut.
Wali :
Paman, kenapa paman sedang duduk istirahat dengan tenang, sedangkan ramai ahli kubur yg lain sedang mengais-gais rumput di situ?
Roh Org tua:
Jikalau kau mau tahu jawabannya,
esok kau pergi ke pasar dan cari penjual daging yg masih muda di situ. Penjual daging itu adalah anakku sendiri.
Wali tersebut lalu beranjak dari situ dan terjaga dari mimpinya.
Keesokan harinya.
Wali itu mencari penjual daging yang masih muda tersebut di pasar.
Setelah ketemu beliau hanya memperhatikan dari jauh kelakuan penjual daging tersebut.
Selepas penjual daging tersebut menjual dagingnya, dia sambung membaca Al Qur'an.
Wali tadi terkejut lalu mengambil keputusan untuk menjumpai pemuda tersebut.
Wali:
Assalammualaikum anak muda, saya ada beberapa pertanyaan untuk anak muda.
Penjual daging:
Waalaikumsalam, ya boleh. Apakah pertanyaan itu?
Wali:
Adakah kamu mempunyai seorang ahli keluarga yang meninggal dunia yang di kubur di kampung ini?
Penjual daging:
Ya ada. Itu adalah Ayahku.
Wali:
Aku ada melihat Roh ayahmu dalam mimpiku. Beliau tenang disana.
Apa yg kau lakukan untuk ayahmu wahai anak muda?
Penjual daging:
Aku membaca Al-Qur'an dan aku berdoa kepada Allah...
Jika bacaanku itu terdapat pahalanya, aku sedekahkannya untuk ayahku.
Iktibar dari Kisah ini
Kenapa Roh ahli kubur yang lain sedang mengais-gais rumput di situ?
Jawabannya,
Mereka sedang mencari percikan-percikan doa yang didoakan oleh orang ramai dan lafaz "Ala kulli muslimin wal muslimat, wal mukminin wal mukminat".
Mengapa roh orang tua itu hanya duduk istirahat, adalah karena doa anaknya yang selalu dikhususkan untuknya.
Pesan:
Perbanyaklah berdoa untuk kedua orang tua dan saudara kita yang sudah tiada untuk kesenangan mereka di alam barzakh.
Doa seorang anak akan terus sampai kepada ibu bapaknya, terutama anak laki-laki yang mana syurganya di bawah ridho ibunya....
Kemudian laksanakan 7 Sunnah Nabi Muhammad SAW :
Pertama:
Solat Tahajjud.
Karena kemuliaan seorang mukmin terletak pada sholat tahajjudnya.
Doanya pasti akan mudah terkabul dan membuat kita semakin dekat dengan Allah SWT
Kedua:
Membaca Al-Qur’an sebelum terbit matahari.
Alangkah baiknya sebelum mata melihat dunia, kita membaca Al-Qur’an terlebih dahulu dengan penuh penahaman. Paling tidak jika sesibuk manapun kita, bacalah ayat 3Qul, atau ayat qursi.
Ketiga:
Pergilah ke masjid (Khususnya di waktu subuh).
Sebelum melangkahkan kaki kemanapun, langkahkan kaki ke masjid dahulu, karena masjid merupakan pusat keberkahan, bukan karena panggilan muadzin tetapi panggilan Allah yang mencari orang beriman untuk memakmurkan masjid Allah SWT .
Keempat:
Jaga sholat dhuha.
Karena kunci rezeki terletak pada sholat dhuha.
Yakinlah, kekuatan sholat dhuha sangat dasyat dalam mendatangkan rezeki.
Kelima:
Jaga sedekah setiap hari.
Allah menyukai orang yang suka bersedekah dan malaikat selalu mendoakan kepada orang yang bersedekah setiap hari.
Percayalah, sedekah yang diberikan akan dibalas oleh Allah berlipat-lipat ganda.
Keenam:
Selalu Jaga wudhu.
Karena Allah SWT menyayangi hamba yang berwudhu.
Kata khalifah Ali bin Abu Thalib,
“Orang yang selalu berwudhu, ia akan senantiasa merasa selalu dalam keadaan sholat walaupun ia belum sholat dan dijaga oleh malaikat dengan dua doa yaitu
*Ampuni dosanya dan sayangi dia ya Allah SWT*"
Ketujuh:
Amalkan istighfar setiap saat.
Dengan istighfar masalah yang terjadi karena dosa kita akan dijauhkan oleh Allah.
Semoga bermanfaat. Aamiin..


Jumat, 29 Juni 2018

Hidup itu Perjalanan

Maka mulailah hidupmu dengan mengenal Jalanmu
Karena mereka yang mengenal dan menjalani jalannya pasti kelak akan sampai kepada tujuannya
Mereka yang tak kenal jalan tak akan pernah sampai kepada tujuannya
Tiada perjuangan tanpa jalan
Semua kesungguhan dan ketekunan tanpa tahu jalan hanya akan membawamu jauh tersesat
"Man jadda wajada" hanya berlaku pada mereka yang punya jalan
Ketahuilah, jalanmu itu telah Allah semayamkan dalam dirimu,
Maka kenali dirimu, lalu kau kan tahu jalanmu
Maka dengarkan panggilan jiwamu, lalu kau kan temukan jalanmu
Ketahuilah bahwa ujung dari jalanmu adalah pertemuan dengan Tuhanmu
Maka barangsiapa yang sungguh sungguh mengenal dirinya, pasti mengenal Tuhannya
Maka barangsiapa yang jujur menyambut panggilan jiwanya, pasti Robbnya akan membimbing jalan menuju kepadaNya.
Tuhanmu telah persiapkan titik tumpu keberangkatan jalanmu, titik tumpu itulah fitrahmu
Maka tumbuhkan fitrahmu dan fitrah anak anakmu hingga tumbuh paripurna, kau kan kenali jalanmu dan jalan anak anakmu
Fitrahmu itu kan bercerita banyak tentang siapa dirimu dan apa jalanmu itu
Sesungguhnya, Islam itu agama yang selaras fitrah, itulah mengapa Islam adalah Petunjuk Jalan
Namun, tak akan berguna petunjuk jalan tanpa kau temukan dan jalani Jalanmu.
Para pemikul agama tanpa jalan, ibarat keledai memikul kitab namun tak tahu jalan
Sesungguhnya tiap orang beramal menurut takdir jalannya masing masing
Dan Tuhanmulah yang paling tahu, siapa yang paling benar jalannya
Maka mendekatlah pada Robbmu, agar Dia tunjuki jalan yang tepat bagimu sesuai fitrahmu
Didiklah dirimu dan keluargamu untuk menemukan jalannya
Antarakan anak anakmu kepada jalannya masing masing ketika saatnya aqilbaligh
Ajarkanlah Kitabullah agar mereka mampu membaca Petunjuk Jalan
Lalu biarkan mereka yang mengupayakan sisanya untuk menempuh jalan mereka sendiri sepanjang hidupnya menuju Robbnya
Ilmu yang banyak tiada berguna tanpa kau tahu jalanmu
Ilmu bukan untuk dikuasai, ilmu ibarat cahaya yang berpendar pendar dalam ruang yang gelap,
dimana kau hanya bisa melangkah dalam pendar pendar cahaya itu menuju jalan sejatimu
Jika telah kau temukan jalanmu itu, maka berjalanlah dengan hati hati dan sungguh sungguh
Berhati hatilah pada onak dan duri, titilah jalanmu itu, jangan sampai tergoda kepada apapun yang menyimpangkanmu dari jalanmu
Itulah makna Taqwa sesungguhnya, fokus pada jalan dan hati hati pada laranganNya
Ketahuilah bahwa jalanmu itu bukan jalan mendatar lagi mulus, ia jalan mendaki lagi sukar
Namun percayalah bahwa jalanmu itu adalah kenikmatan sejatimu, sesukar apapun itu akan membahagiakanmu 
Karena jalan lurusmu yang kau minta 17 kali dalam sehari itu, adalah jalan orang orang yang diberi nikmat
Ketahuilah, para penempuh jalan yang diberi nikmat itu adalah para Nabi, para Syuhada, para Shalihin
Jalan mereka tentu bukan jalan kesenangan dunia, tetapi jalan penuh ujian dan tantangan menuju Tuhannya
Namun mereka merasakan kenikmatan tiada tara atas jalannya itu.
Sungguh jika Allah beri 1000 kehidupan lagi kepada mereka, mereka pasti akan mengulangi jalan yang sama.
Maka fokuslah dan tuntaskanlah jalanmu, karena hidup hanya sekali ini saja 
Ringankanlah semua beban ranselmu dari obsesi duniamu yang melambatkan bahkan menyimpangkanmu dari jalanmu
Ingatlah bahwa sisa hidupmu adalah pacuan menjalani jalanmu menuju Robbmu dengan menebar sebanyak manfaat dan rahmat 
Semoga jiwamu tenang karena telah menemukan dan menjalani jalanmu
Semoga Robbmu ridha padamu karena manfaat besar dan rahmat yang kau tebar dengan jalanmu itu di sepanjang perjalananmu
Semoga tercapailah maksud Tuhanmu menciptakanmu untuk beribadah kpdNya, dengan tercapainya jalanmu itu
Semoga Robbmu memasukanmu ke dalam golongan HambaNya dan memberi bonus SyurgaNya
Ada banyak pintu SyurgaNya, maka masuklah kepada salah satu pintu itu dengan melintasi Jalanmu sendiri
Sesungguhnya jalanmu itu adalah misi hidupmu
Salam Pendidikan Peradaban


Kamis, 21 Juni 2018

4 Kata yang Kelihatan Ringan Tapi Maknanya Sangat Dalam

Dalam keseharian kita, ada 4 kata yang sepertinya ringan dikatakan, padahal punya makna yang sangat dalam. Di antaranya adalah:

1. Kata Salam
          Mengucapkan salam itu sama dengan mendoakan keselamatan pada orang lain. Dan hakikat mendoakan orang lain adalah mendoakan diri sendiri.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh (Semoga keselamatan dan rahmat Allah, serta keberkahan-Nya terlimpah kepada kalian).
Dalam situs Islamcendekia.com dijelaskan, bahwa salam memiliki makna yang substansial, esensial dan mendalam bagi umat Islam. Mengapa? Karena kalimat salam tak hanya digunakan sebagai tradisi menegur sapa saja, namun mengandung filosofi bahwa umat Islam harus saling mendoakan dan tidak saling membenci.
      Kalimat salam harus kita tebarkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga keselamatan menyebar luas di seluruh lapisan masyarakat.
Salam adalah kalimat yang sangat baik di setiap keadaan sehingga bisa menimbulkan cinta dan kasih sayang antar sesama.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw., bersabda, “Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman. Dan tidaklah kalian beriman hingga saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang jika kalian kerjakan niscaya kalian akan saling mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian." (HR. Muslim)
          Rasulullah juga bersabda, "Wahai sekalian manusia, tebarkanlah salam di antara kalian, berilah makan, sambunglah tali silaturahmi dan shalatlah ketika manusia tidur malam, niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat." (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Kalimat salam keutamaannya tidak bisa tergantikan dengan kalimat-kalimat yang lain, seperti selamat pagi, good morning, selamat siang, salam sejahtera, dan yang lain. Karena salam adalah sebuah kata orisinil dari Islam.
Termasuk juga di dalam rumah-rumah kita harus dibiasakan kata salam ini, sehingga rumah tangga kita suasananya selalu baiti jannati: bawaannya suami dan istri semakin harmonis. Anak-anak juga tambah dekat ke Allah Swt.
Sehingga, meskipun tak ada orang ketika kita masuk rumah, ucapkan saja salam, karena salam kita akan dijawab oleh saudara-saudara kita yang lain.
Maka, jika rumah tidak sering dibacakan salam di sana, maka akan jauh dari keberkahan dan suasana nyaman.

2. Kata Tolong
         Manusia tak mungkin bisa hidup sendiri, karenanya pasti membutuhkan orang lain, sehingga manusia disebut sebagai makhluk sosial.
Khususnya adalah dengan orang-orang terdekat, termasuk di sini dengan tetangga. Maka, antar tetangga harus saling tolong dan menolong, khususnya tentang kebaikan serta amal saleh.
      Jangan sampai dengan tetangga tidak tegur sapa dan saling bermusuhan, maka hal itu sangat dibenci Allah Swt. Kalau sudah dibenci Allah, maka kita termasuk orang-orang yang rugi, baik di dunia maupun di akhirat.
Maka, kalimat tolong ini harus kita biasakan ketika ingin minta bantuan dengan orang. Sepintar apa pun orang tak akan mungkin bisa mengerjakan semua pekerjaannya sendirian, pasti membutuhkan bantuan orang lain.
      Tapi yang nggak boleh adalah hobinya minta tolong pada orang lain. Tidak mau berusaha dengan maksimal. Inginnya selalu merepotkan. Pokoknya ada orang repot dan kesusahan dia senang. Ini yang tak dibolehkan dalam Islam.

3. Kata Terima kasih
      Ucapkan terima kasih jika kita setelah minta bantuan kepada orang lain. Kita mengucapkan terima kasih kepada manusia, hakikatnya kita bersyukur kepada Allah Swt., dengan segala nikmat-nikmat yang sudah diberikan ke kita.
Ungkapan terima kasih termasuk rasa ketidakmampuan, bahwa ada yang lebih mampu dari kita. Jazakumullah khairan katsira. Saling memberi dan menerima satu satu sama lain.
      Maka, jangan pernah abaikan ucapan terima kasih dan jangan pernah lupa mengucapkan terima kasih kepada mereka yang telah meluangkan pikiran, tenaga, dan waktu untuk membantu kita.
      Ikhlas atau tidak mereka membantu kita, itu urusan mereka. Yang penting ucapan terima kasih yang kita ucapkan adalah cara menghargai bantuan yang mereka berikan. Tidak harus uang, karena uang dalam beberapa kasus dapat membuat orang lain malah tersinggung bukan merasa dihargai.
Bisa jadi karena ucapan terima kasih, bantuan yang tadinya tidak ikhlas berubah jadi ikhlas. Dan bantuan yang ikhlas akan lebih ikhlas lagi.

4. Kata Maaf
         Kata maaf ini kadang kita berat mengungkapkannya. Apalagi kita dalam posisi benar yang kemudian kita disuruh untuk meminta maaf ke orang lain. Apalagi orang itu yang tidak kita sukai. Tapi dengan minta maaf ke orang lain, kita juga akan dimaafkan kesalahan-kesalahan oleh Allah Swt. Dan termasuk ciri orang bertakwa adalah mau memaafkan kesalahan orang lain.
Allah Swt., berfirman:
          "Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan." (QS. Ali 'Imran: Ayat 133-134)
Selalu ingat-ingatlah kebaikan orang lain ke kita dan lupakan kesalahannya. Karena manusia tempat salah dan lupa. Yang penting tidak selalu salah dan selalu lupa.


​​"Guru Dan Murid Tertawa
Karena Beda Pendapat" tentang Rezeki

Imam Malik ( guru Imam Safii ) dalam majlis menyampaikan :
​Sesungguhnya rezeki itu datang tanpa sebab, cukup dengan tawakkal yang benar kepada Allah niscaya Allah akan memberikan Rezeki. Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah mengurus lainnya.​
Sementara Imam Syafii ( sang murid berpendapat lain) :
​Seandainya seekor burung tidak keluar dari sangkarnya, bagaimana mungkin ia akan mendapatkan rezeki.​
​​Guru dan murid bersikukuh pada pada pendapatnya.​​
Suatu saat tengah meninggalkan pondok, Imam Syafii melihat serombongan orang tengah memanen anggur. Diapun membantu mereka. Setelah pekerjaan selesai, Imam Syafii memperoleh imbalan beberapa ikat anggur sebagai balas jasa.
​Imam Syafii girang, bukan karena mendapatkan anggur, tetapi pemberian itu telah menguatkan pendapatnya. Jika burung tak terbang dari sangkar, bagaimana ia akan mendapat rezeki. Seandainya dia tak membantu memanen, niscaya tidak akan mendapatkan anggur.​
Bergegas dia menjumpai Imam Malik sang guru. Sambil menaruh seluruh anggur yang didapatnya, dia bercerita. . Imam Syafii sedikit mengeraskan bagian kalimat  ​“seandainya saya tidak keluar pondok dan melakukan sesuatu (membantu memanen), tentu saja anggur itu tidak akan pernah sampai di tangan saya.”​
Mendengar itu Imam Malik tersenyum, seraya mengambil anggur dan mencicipinya. Imam Malik berucap pelan.
​“Sehari ini aku memang tidak keluar pondok...hanya mengambil tugas sebagai guru, dan sedikit berpikir alangkah nikmatnya kalau dalam hari yang panas ini aku bisa menikmati anggur.​Tiba-tiba engkau datang sambil membawakan beberapa ikat anggur untukku. ​Bukankah ini juga bagian dari rezeki yang datang tanpa sebab. Cukup dengan tawakkal yang benar kepada Allah niscaya Allah akan berikan Rezeki. Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah yang mengurus lainnya.”​
Guru dan murid itu kemudian tertawa. Dua Imam madzab mengambil dua hukum yang berbeda dari hadits yang sama.
Begitulah cara seorang santri bila melihat perbedaan, bukan dengan cara menyalahkan orang lain dan hanya membenarkan pendapatnya saja.


Nasehat Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,

Sesungguhnya dalam hati terdapat sebuah sobekan yang tidak mungkin dapat dijahit kecuali dengan menghadap penuh kepada Allah.
Di dalamnya juga ada sebuah keterasingan yang tak mampu diobati kecuali dengan menyendiri bersama Allah.
Di dalam hati juga ada sebuah kesedihan yang tidak akan mampu dihilangkan kecuali dengan kebahagiaan yang tumbuh karena mengenal Allah dan ketulusan berinteraksi dengan-Nya.
Di dalam hati juga terdapat sebuah kegelisahan yang tidak mampu ditenangkan kecuali dengan berhimpun karena Allah dan pergi meninggalkan kegelisahan itu menuju Allah.
Di dalam hati, juga terdapat gejolak api yang tidak mampu dipadamkan kecuali oleh keridhaan akan perintah, larangan, dan keputusan Allah, yang diiringi dengan ketabahan dan kesabaran sampai tiba saat perjumpaan dengan-Nya.




TANDA-TANDA AKHIR ZAMAN


Tanda- tanda akhir zaman telah ada dan saat ini telah terjadi diantaranya adalah menyusutnya air di danau tiberias, tersumbatnya mata air dan kebon kurma yang ada di bysan telah berhenti berbuah. Ada enam perkara yang harus dilakukan oleh kaum muslimin pada akhir zaman ini, yaitu;
1Ijmal baiti, artinya perbanyaklah berdiam diri didalam rumah dan jangan keluar rumah jika tidak ada keperluan yang mendesak. Maksudnya adalah perbanyaklah berada dirumah untuk selalu bersama dengan keluarga terdekat yaitu saudara, ibu, ayah dan anak. Tanyakanlah keadaan iman dan amal soleh yang telah mereka lakukan. Bagaimana sholatnya ngajinya dan amalan amalan soleh lainnya. Jagalah diri dan keluarga kita dari siksa api neraka.
2. Kuasai dan kendalikan lidah kita. Lidah adalah organ vital manusia yang bisa membuat kita tinggi derajatnya jika kita mampu menjaga lisan kita. Lidah juga dapat membuat diri kita hina jika kita tidak dapat menjaga lisan kita. Alloh swt telah melindungi lidah dengan dua tirai penjaga yaitu gigi dan bibir agar lidah senantiasa terjaga untuk berkata yang baik baik dan selalu basah dengan mengucap zikir kepada alloh swt.
3. Segeralah berbuat kebaikan sedini mungkin. Raih dan ambillah setiap kesempatan untuk kita beramal soleh. Jangan tunda waktu karena belum tentu kesempatan itu akan hadir kembali kepada kita. Entah karena kesehatan atau kesempatan yang menghalangi kita untuk berbuat baik. Jangan sampe menyesal dikemudian hari seperti menyesalnya mayit yang telah meninggal dunia karena tidak bersedekah dan beramal soleh selama masa hidupnya.
4. Bedakanlah mana yang hak dan yang batil. Jangan campur adukan antara yang hak dan yang batil karena yang hak jelas haknya dan yang batil jelas batilnya. Tinggalkan yang subhat ambillah yang jelas halalnya. janganlah kita terjebak oleh keadaan. Misalnya jika kita dihadapkan kepada dua pilihan antara wanita berhijab tapi akhlaknya tidak baik dengan wanita tidak berhijab tapi akhlaknya baik dan lembut. Keduanya tidak benar dan tidak baik. Yang baik adalah wanita berhijab dan berakhlak yang baik dan lembut.
5. Perbanyaklah muhasabah terhadap diri. Timbanglah amalan yang telah kita laksanakan dan bandingkan dengan hilap dan dosa yang telah kita lakukan. Berpikirlah sejenak tentang siapa diri kita untuk apa kita hidup dan akan kemana kita ketika kita mati nanti. hisablah diri kita sebelum kita dihisab oleh Alloh SWT.
6. Jangan ikut orang banyak. Saat ini telah berlaku suatu fenomena yang banyak adalah yang benar dan yang harus diikuti. Kebenaran tidak bisa dilihat dari sedikit atau banyaknya yang melaksanan sebuah amalan. Kebenaran hanya bisa dilihat dari kesesuaian dengan alquran dan sunnah nabi. Berpeganglah kepada tali agama alloh swt dan gigitlah dengan gigi geraham agar tidak mudah lepas. Istiqomahlah dengan ilmu yang telah para guru ajarkan dan beramallah dengan panduan ilmu. Islam pada awalnya asing dan dianggap aneh maka pada akhir zaman ini islam akan kembali di anggap asing dan aneh.
Demikian semoga bermanfaat teriring doa semoga allo swt senantiasa memberikan kekuatan dan petunjuk kepada kita untuk dapat melaksanakan segala apa yang telah rosullulloh ajarkan dan contohkan. Aamiin


Rabu, 20 Juni 2018

WANITA YANG KEMATIANNYA DISAMBUT PARA MALAIKAT

Kisah ini mungkin telah sering kita dengar. Namun, sekedar mengingatkan kembali tentang perjuangan wanita mulia ini, semoga dapat mengembalikan ghirah kita untuk juga bisa menteladani beliau, wanita yang ‘berhati baja’.
Nusaibah Binti Ka’ab radhiyallahu anha, namanya tercatat dalam tinta emas penuh kemuliaan.
          Bahkan kematiannya mengundang ribuan malaikat untuk menyambutnya.
Hari itu Nusaibah sedang berada di dapur. Suaminya, Said sedang beristirahat di bilik tempat tidur. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh bagaikan gunung-gunung batu yang runtuh. Nusaibah menerka, itu pasti tentara musuh. Memang, beberapa hari ini ketegangan memuncak di kawasan Gunung Uhud. Dengan bergegas, Nusaibah meninggalkan apa yang sedang dilakukannya dan masuk ke bilik. Suaminya yang sedang tertidur dengan halus dan lembut dikejutkannya.
“Suamiku tersayang”, Nusaibah berkata, “Aku mendengar pekik suara menuju ke Uhud. Mungkin orang-orang kafir telah menyerang.”
Said yang masih belum sadar sepenuhnya, tersentak. Dia menyesal mengapa bukan dia yang mendengar suara itu. Malah isterinya. Dia segera bangun dan mengenakan pakaian perangnya. Sewaktu dia menyiapkan kuda, Nusaibah menghampiri. Dia menyodorkan sebilah pedang kepada Said.
“Suamiku, bawalah pedang ini. Jangan pulang sebelum menang.”
Said memandang wajah isterinya. Setelah mendengar perkataannya itu, tak pernah ada keraguan padanya untuk pergi ke medan perang. Dengan sigap dinaikinya kuda itu, lalu terdengarlah derap suara langkah kuda menuju ke utara. Said langsung terjun ke tengah medan pertempuran yang sedang berkecamuk. Di satu sudut yang lain, Rasulullah melihatnya dan tersenyum kepadanya. Senyum yang tulus itu semakin mengobarkan keberanian Said.
Di rumah, Nusaibah duduk dengan gelisah. Kedua anaknya, Amar yang baru berusia 15 tahun dan Saad yang dua tahun lebih muda, memperhatikan ibunya dengan pandangan cemas. Ketika itulah tiba-tiba muncul seorang penunggang kuda yang nampaknya sangat gugup.
“Ibu, salam dari Rasulullah,” berkata si penunggang kuda, “Suami Ibu, Said baru sahaja gugur di medan perang. Beliau syahid…”
Nusaibah tertunduk sebentar,
“Inna lillah…..” gumamnya,
“Suamiku telah menang perang. Terima kasih, ya Allah.”
Setelah pemberi kabar itu meninggalkan tempat, Nusaibah memanggil Amar. Ia tersenyum kepadanya di tengah tangis yang tertahan,
“Amar, kaulihat Ibu menangis?.. Ini bukan air mata sedih mendengar ayahmu telah Syahid. Aku sedih karena tidak memiliki apa-apa lagi untuk diberikan pagi para pejuang Nabi. Maukah engkau melihat ibumu bahagia?”
Amar mengangguk. Hatinya berdebar-debar.
“Ambillah kuda di kandang dan bawalah tombak. Bertempurlah bersama Nabi hingga kaum kafir terhapus.”
Mata Amar bersinar-sinar. “Terima kasih, Ibu. Inilah yang aku tunggu sejak dari tadi. Aku ragu, seandainya Ibu tidak memberi peluang kepadaku untuk membela agama Allah.”
Putera Nusaibah yang berbadan kurus itu pun terus menderapkan kudanya mengikut jejak sang ayah. Tidak terlihat ketakutan sedikitpun dalam wajahnya. Di hadapan Rasulullah, ia memperkenalkan diri.
“Ya Rasulullah, aku Amar bin Said. Aku datang untuk menggantikan ayahku yang telah gugur.”
Rasul dengan terharu memeluk anak muda itu. *“Engkau adalah pemuda Islam yang sejati, Amar. Allah memberkatimu….”
Hari itu pertempuran berlalu cepat. Pertumpahan darah berlangsung hingga petang. Pagi-pagi seorang utusan pasukan Islam berangkat dari perkemahan di medan tempur, mereka menuju ke rumah Nusaibah.
Setibanya di sana, wanita yang tabah itu sedang termangu-mangu menunggu berita, “Ada kabar apakah gerangan?..” serunya gemetar ketika sang utusan belum lagi membuka suaranya, “Apakah anakku gugur?..”
Utusan itu menunduk sedih, “Betul….”
“Inna lillah….” Nusaibah bergumam kecil. Ia menangis.
“Kau berduka, ya Ummu Amar?..”
Nusaibah menggeleng kecil. “Tidak, aku gembira. Hanya aku sedih, siapa lagi yang akan kuberangkatkan?.. Saad masih kanak-kanak.”
Mendengar itu, Saad yang sedang berada tepat di samping ibunya, menyela, “Ibu, jangan remehkan aku. Jika engkau izinkan, akan aku tunjukkan bahwa Saad adalah putera seorang ayah yang gagah berani.”
Nusaibah terperanjat. Ia memandang puteranya. *“Kau tidak takut, nak?..”
Saad yang sudah meloncat ke atas kudanya menggeleng, yakin. Sebuah senyum terhias di wajahnya. Ketika Nusaibah dengan besar hati melambaikan tangannya, Saad hilang bersama utusan tentara itu.
Di arena pertempuran, Saad betul-betul menunjukkan kemampuannya. Pemuda berusia 13 tahun itu telah banyak menghempaskan nyawa orang kafir. Hingga akhirnya tibalah saat itu, yakni ketika sebilah anak panah menancap di dadanya. Saad tersungkur mencium bumi dan menyerukan, “Allahu Akbar!..”
Kembali Rasulullah memberangkatkan utusan ke rumah Nusaibah.
Mendengar berita kematian itu, Nusaibah meremang bulu tengkuknya.
“Hai utusan,” ujarnya, “Kau saksikan sendiri aku sudah tidak memiliki apa-apa lagi. Hanya masih tersisa diriku yang tua ini. Untuk itu izinkanlah aku ikut bersamamu ke medan perang.”
Sang utusan mengerutkan keningnya.
“Tapi engkau wanita, ya Ibu….”
Nusaibah tersinggung, *“Engkau meremehkan aku karena aku wanita?.. Apakah wanita tidak ingin pula masuk ke Syurga melalui jihad?..”*
Nusaibah tidak menunggu jawaban dari utusan tersebut. Ia bergegas menghadap Rasulullah dengan mengendarai kuda yang ada.
Tiba di sana, Rasulullah mendengarkan semua perkataan Nusaibah. Setelah itu, Rasulullah pun berkata dengan senyum.
“Nusaibah yang dimuliakan Allah. Belum masanya wanita mengangkat senjata. Untuk sementara engkau kumpulkan saja obat-obatan dan rawatlah tentara yang luka-luka. Pahalanya sama dengan yang bertempur.”
Mendengar penjelasan Nabi demikian, Nusaibah pun segera menenteng obat-obatan dan berangkatlah ke tengah pasukan yang sedang bertempur.
Dirawatnya mereka yang mengalami luka-luka dengan cermat. Pada suatu saat, ketika ia sedang menunduk dan memberi minum seorang prajurit muda yang luka-luka, tiba-tiba rambutnya terkena percikan darah. Nusaibah lalu memandang. Ternyata kepala seorang tentara Islam tergolek, tewas terbabat oleh senjata orang kafir.
Timbul kemarahan Nusaibah menyaksikan kekejaman ini.
Apalagi ketika dilihatnya Rasulullah terjatuh dari kudanya akibat keningnya terserempet anak panah musuh. Nusaibah tidak dapat menahan diri lagi, menyaksikan hal itu.
Ia bangkit dengan gagah berani. Diambilnya pedang prajurit yang tewas itu.
Dinaiki kudanya.
Lantas bagaikan singa betina, ia mengamuk.
Musuh banyak yang terbirit-birit menghindarinya. Puluhan jiwa orang kafir pun tumbang.
Hingga pada suatu waktu ada seorang kafir yang mengendap dari arah belakang, dan langsung menebas putus lengan kirinya. Nusaibah pun terjatuh, terinjak-injak oleh kuda. Peperangan terus berjalan. Medan pertempuran makin menjauh, sehingga tubuh Nusaibah teronggok sendirian.
Tiba-tiba Ibnu Mas’ud menunggang kudanya, mengawasi kalau-kalau ada orang yang bisa ditolongnya. Sahabat itu, begitu melihat ada tubuh yang bergerak-gerak dengan susah payah, dia segera mendekatinya. Dipercikannya air ke muka tubuh itu.
Akhirnya Ibnu Mas’ud mengenalinya, “Isteri Said-kah engkau?..”
Nusaibah samar-sama memperhatikan penolongnya. Lalu bertanya, “Bagaimana dengan Rasulullah?.. Selamatkah baginda?..”
“Baginda Rasulullah tidak kurang suatu apapun…”
“Engkau Ibnu Mas’ud, bukan?.. Pinjamkan kuda dan senjatamu kepadaku….”
“Engkau masih terluka parah, Nusaibah….”
*“Engkau mau menghalangi aku untuk membela Rasulullah?..”*
Terpaksa Ibnu Mas’ud menyerahkan kuda dan senjatanya. Dengan susah payah, Nusaibah menaiki kuda itu, lalu menderapkannya menuju ke medan pertempuran. Banyak musuh yang dijungkirbalikkannya. Namun karena tangannya sudah buntung, akhirnya tak urung juga lehernya terbabat putus oleh sabetan pedang musuh.
Gugurlah wanita perkasa itu ke atas pasir. Darahnya membasahi tanah yang dicintainya.
Tiba-tiba langit berubah mendung, hitam kelabu. Padahal tadinya langit tampak cerah dan terang benderang. Pertempuran terhenti sejenak.
Rasul kemudian berkata kepada para sahabatnya,
“Kalian lihat langit tiba-tiba menghitam bukan?.. Itu adalah bayangan para malaikat yang beribu-ribu jumlahnya. Mereka berduyun-duyun menyambut kedatangan arwah Nusaibah, wanita yang perkasa.”
Subhanallah..
Allahu Akbar..
Allahu Akbar..
Allahu Akbar..
Tanpa pejuang sejati seperti dia, mustahil agama Islam bisa sampai dengan damai kepada kita yang hidup di jaman sekarang.
Semoga Allah ‘Azza Wa Jalla menempatkan mereka, dan kita semua di Syurga-Nya disamping Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Aamiin..
Apa yang telah kita perbuat untuk menegakkan Dienullah Islam ?
Kisah penuh inspiratif ini seharusnya dapat menggugah jiwa juang kita, agar tidak cengeng melepas anak -anak yang sedang berjuang. Kalo ingin anak menjadi kuat, maka kita harus menjadi ibu yang kuat terlebih dahulu.
Wallahu'alam...

Rabu, 13 Juni 2018

"Jangan Gampang Membangun Prasangka"

Sudah menjadi kebiasaan setiap ramadhan para  orang tua, kakek-nenek, paman dan bibi menyiapkan uang recehan baru untuk dibagikan kepada anak, cucu, ponakan dan juga tetangga.
Tanpa diminta pun dihari raya idul fitri, para orang tua akan segera  memberikan hadiah berupa uang yg besarnya hanya cukup buat beli es kepel kepada anak-anak, sebagai wujud kegembiraan menyambut hari raya
Angpau itu terkadang bentuk apresiasi kepada anak atau cucu yang masih kecil, dapat menjalankan puasa sampai tuntas, sehinggal layak diberi hadiah berupa uang.
Jika rejeki berlebih para orang tua rela menukarkan banyak uang dengan uang baru agar kesan memberi menjadi istimewa, inilah tradisi yang sudah melekat puluhan tahun.
Jadi yang harus dipahami, tradisi bagi-bagi uang di hari raya itu adalah semangat memberi dari orang tua ke anak-anak bukan sebaliknya anak-anak meminta seperti pengemis kepada yang lebih tua.
Sangatlah lebay jika tiba-tiba  tradisi bagi uang itu   dikatakan sebagai bentuk mengajarkan kepada anak mental pengemis, sebuah tulisan di FB sedang viral, judulnya sangat bombatis JANGAN AJARI ANAKMU JADI PENGEMIS DI HARI IED FITRI.
Penulis membangun narasi di awal tulisan tanpa data valid,  seakan menuduh para orang tua banyak bermental pengemis :
"Liat tuh Om datang. Salim sana biar dapat uang"
"Ayo kita ke rumah teman ayah. Dia orang kaya, kalo kesana pasti dikasih"
Saya rasa tidak ada orang tua yang seperti itu, mengajarkan anak menjadi mental pengemis di hari raya,  terlebih bagi-bagi uang itu hanya terjadi pada lingkungan keluarga dekat, hanya terjadi setahun sekali (ingat yang dibahas di sini dalam konteks hari raya saja ya, bukan diluar hari raya..!!!)
Imajinasi penulis saja yang kebangatan liar, hingga sampai hati menulis seperti ini, di ujung tulisan, penulis membuat kesimpulan ngawur seperti ini
"Sungguh malang nasibmu, nak.
Jika yang orang tuamu ajarkan adalah mental orang yang lemah"
"Mental peminta-minta yang justru sebenarnya dalam islam sangat dilarang."
"Tinggikan derajatmu dengan tidak mengajarkan  si kecil meminta pada nenek, kakek, om, tante, paman, uwa, dll, dsb, dst di hari nan suci.
Wallahu a'lam"
What??? "anak-anak  diajarkan orang tuannya meminta-minta di hari fitri? Ngawur.
Cobalah berpikir dari cara  berbeda, para orang tua di hari fitri sedang memberi contoh semangat berbagi kepada anak-anak juga kepada tetangga. Sehingga si anak bisa menauladani semangat berbagi dari orang tuanya.
Semangat berbagi itu dilakukan di saat silaturahmi kumpul keluarga, sesuatu yang sulit di lakukan selain hari raya, dalam suasana gembira.
Coba rubah sudut pandang anda menjadi positif terhadap tradisi itu, manakala anak anda di beri uang oleh keluarga bukannya ditolak, karena kurang baik menolak pemberian orang terlebih dari keluarga, tetap diterima seraya kita bilang ke anak.
"Nak ucapkan terima kasih ya, kelak kalau sudah dewasa nanti kamu harus mencontoh bapak/kakek/nenek mau berbagi rejeki kepada orang lain".
Sekali lagi, tidak ada orang tua yang mengajarkan anaknya menjadi mental pengemis, terlebih di hari fitri, ada memang anak-anak dan juga orang tua yang sengaja datang ke rumah tetangga yang mampu, untuk silaturahmi sekedar menikmati hidangan istimewa karena di rumahnya mungkin tidak ada, lalu tuan rumah menyambut dengan ceria dan membagikan uang.
Nah itu bukan mental pengemis itu hikmah ramadhan menjadi insan pemberi dan anak-anak yang kurang mampu ingin ikut merayakan kegembiraan bersama orang yang mampu, jangan di generalisir mereka bermental pengemis.
Bagi-bagi uang di hari fitri tidak akan mengakibatkan anak-anak menjadi pengemis atau bermental pengemis, kalaupun anda pernah mendengar, melihat bahkan mengalami sendiri disuruh atau diajarkan melakukan minta uang di hari lebaran oleh orang tua anda diwaktu kecil, kepada kakek-nenek-paman-bibi saya rasa itu hanya sekedar ungkapan kegembiraan, ditengah jalinan silaturahmi keluarga, diungkapkan dengan kalimat guyon bukan serius seperti layaknya pengemis meminta-minta dengan menadahkan tangan.
Toh faktanya anda yang barangkali  pernah disuruh meminta uang di hari fitri, setelah dewasa tidak ada yang berfrofesi menjadi pengemis, bukan ajaran mental pengemisnya yang melekat, justru sebaliknya manakala anda sudah bekerja, sudah memiliki penghasilan sendiri, turut melestarikan tradisi ini, dengan menyediakan rejeki membagi angpau kepada para keponakan anda.
Mari rayakan idul fitri dengan mengapresiasi tradisi yang baik, jauhkan prasangka, janganlah gampang sekali membangun narasi dengan sudut pandang pribadi yang ujungnya membuat kesimpulan salah, ngawur dan menimbulkan ketersinggungan bagi yang menjalankan tradisi. (Copas).