"Jangan
Gampang Membangun Prasangka"
Sudah menjadi
kebiasaan setiap ramadhan para orang tua, kakek-nenek, paman dan bibi
menyiapkan uang recehan baru untuk dibagikan kepada anak, cucu, ponakan dan
juga tetangga.
Tanpa diminta
pun dihari raya idul fitri, para orang tua akan segera memberikan hadiah
berupa uang yg besarnya hanya cukup buat beli es kepel kepada anak-anak,
sebagai wujud kegembiraan menyambut hari raya
Angpau itu
terkadang bentuk apresiasi kepada anak atau cucu yang masih kecil, dapat
menjalankan puasa sampai tuntas, sehinggal layak diberi hadiah berupa uang.
Jika rejeki
berlebih para orang tua rela menukarkan banyak uang dengan uang baru agar kesan
memberi menjadi istimewa, inilah tradisi yang sudah melekat puluhan tahun.
Jadi yang
harus dipahami, tradisi bagi-bagi uang di hari raya itu adalah semangat memberi
dari orang tua ke anak-anak bukan sebaliknya anak-anak meminta seperti pengemis
kepada yang lebih tua.
Sangatlah
lebay jika tiba-tiba tradisi bagi uang itu dikatakan sebagai
bentuk mengajarkan kepada anak mental pengemis, sebuah tulisan di FB sedang
viral, judulnya sangat bombatis JANGAN AJARI ANAKMU JADI PENGEMIS DI HARI IED
FITRI.
Penulis membangun narasi di awal tulisan tanpa
data valid, seakan menuduh para orang tua banyak bermental pengemis :
"Liat tuh Om datang. Salim sana biar dapat
uang"
"Ayo kita ke rumah teman ayah. Dia orang
kaya, kalo kesana pasti dikasih"
Saya rasa tidak ada orang tua yang seperti itu,
mengajarkan anak menjadi mental pengemis di hari raya, terlebih bagi-bagi
uang itu hanya terjadi pada lingkungan keluarga dekat, hanya terjadi setahun
sekali (ingat yang dibahas di sini dalam konteks hari raya saja ya, bukan
diluar hari raya..!!!)
Imajinasi penulis saja yang kebangatan liar,
hingga sampai hati menulis seperti ini, di ujung tulisan, penulis membuat
kesimpulan ngawur seperti ini
"Sungguh
malang nasibmu, nak.
Jika yang orang tuamu ajarkan adalah mental orang yang lemah"
Jika yang orang tuamu ajarkan adalah mental orang yang lemah"
"Mental peminta-minta yang justru sebenarnya
dalam islam sangat dilarang."
"Tinggikan derajatmu dengan tidak
mengajarkan si kecil meminta pada nenek, kakek, om, tante, paman, uwa,
dll, dsb, dst di hari nan suci.
Wallahu a'lam"
Wallahu a'lam"
What??? "anak-anak diajarkan orang
tuannya meminta-minta di hari fitri? Ngawur.
Cobalah berpikir dari cara berbeda, para
orang tua di hari fitri sedang memberi contoh semangat berbagi kepada anak-anak
juga kepada tetangga. Sehingga si anak bisa menauladani semangat berbagi dari
orang tuanya.
Semangat berbagi itu dilakukan di saat
silaturahmi kumpul keluarga, sesuatu yang sulit di lakukan selain hari raya,
dalam suasana gembira.
Coba rubah sudut pandang anda menjadi positif
terhadap tradisi itu, manakala anak anda di beri uang oleh keluarga bukannya
ditolak, karena kurang baik menolak pemberian orang terlebih dari keluarga,
tetap diterima seraya kita bilang ke anak.
"Nak ucapkan terima kasih ya, kelak kalau
sudah dewasa nanti kamu harus mencontoh bapak/kakek/nenek mau berbagi rejeki
kepada orang lain".
Sekali lagi, tidak ada orang tua yang mengajarkan
anaknya menjadi mental pengemis, terlebih di hari fitri, ada memang anak-anak
dan juga orang tua yang sengaja datang ke rumah tetangga yang mampu, untuk
silaturahmi sekedar menikmati hidangan istimewa karena di rumahnya mungkin
tidak ada, lalu tuan rumah menyambut dengan ceria dan membagikan uang.
Nah itu bukan
mental pengemis itu hikmah ramadhan menjadi insan pemberi dan anak-anak yang
kurang mampu ingin ikut merayakan kegembiraan bersama orang yang mampu, jangan
di generalisir mereka bermental pengemis.
Bagi-bagi uang di hari fitri tidak akan
mengakibatkan anak-anak menjadi pengemis atau bermental pengemis, kalaupun anda
pernah mendengar, melihat bahkan mengalami sendiri disuruh atau diajarkan
melakukan minta uang di hari lebaran oleh orang tua anda diwaktu kecil, kepada
kakek-nenek-paman-bibi saya rasa itu hanya sekedar ungkapan kegembiraan,
ditengah jalinan silaturahmi keluarga, diungkapkan dengan kalimat guyon bukan
serius seperti layaknya pengemis meminta-minta dengan menadahkan tangan.
Toh faktanya
anda yang barangkali pernah disuruh meminta uang di hari fitri, setelah
dewasa tidak ada yang berfrofesi menjadi pengemis, bukan ajaran mental
pengemisnya yang melekat, justru sebaliknya manakala anda sudah bekerja, sudah
memiliki penghasilan sendiri, turut melestarikan tradisi ini, dengan
menyediakan rejeki membagi angpau kepada para keponakan anda.
Mari rayakan
idul fitri dengan mengapresiasi tradisi yang baik, jauhkan prasangka, janganlah
gampang sekali membangun narasi dengan sudut pandang pribadi yang ujungnya
membuat kesimpulan salah, ngawur dan menimbulkan ketersinggungan bagi yang
menjalankan tradisi. (Copas).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar