BIDADARI DI BATAS GAZA
Warna merah menyambut mereka. Merah darah
yang tercecer dari depan UGD, ruang triage hingga ruang tindakan P1,P2 dan P3.
Bau anyir menyertai kemanapun mereka melangkah. Belum pernah Kirey melihat
darah yang tercecer begitu masif seperti ini di Indonesia. Tampak beberapa
tenaga medis berlalu lalang dengan sigap menangani pasien. Dokter Fahri
bertanya kepada salah seorang perawat yang bertugas. Mereka berbincang sejenak.
Dokter Fahri lalu mengangguk, tampak paham dengan penjelasan perawat tersebut.
Dokter Fahri memberi instruksi kepada mereka
untuk mengikutinya ke arah belakang UGD. Dia mengatakan rombongan tim medis
dari negara lain sudah tiba lebih dahulu dan menunggu mereka di perpustakaan
rumah sakit.
Mereka lalu
bergegas. Kirey melewati beberapa bilik tindakan. Dia melihat begitu
banyak pasien yang sedang dilayani. Hampir semua bed terisi. Beberapa
keluarga pasien yang mendampingi tampak panik dan menangis. Sisanya seperti
memandang kosong di kejauhan. Seperti ada yang hilang dari manik matanya. Tak
ada cahaya harapan.
"Ayo, Rei, kita sudah hampir
tertinggal!" Ucapan dokter Arni menyadarkan Kirey. Rupanya dia tertinggal
cukup jauh dari rombongan di depan. Kirey dan dokter Arni mempercepat langkah
mereka menuju perpustakaan Rumah Sakit.
***
Ruangan itu cukup lega. Di bagian dindingnya
tampak beberapa rak yang berisi buku tebal yang tersusun rapi. Di tengah
ruangan terdapat meja yang cukup besar. Disitu tampak beberapa orang yang duduk
pada kursi panjang yang berhadapan dengan meja tersebut.
Salah seorang
lelaki yang sudah cukup berumur dengan rambut keperakan segera berdiri
menyambut mereka. Senyumnya yang hangat terkembang.
"Welcome
to Gaza! Selamat datang di Gaza! Saya harap perjalanan anda tadi lancar tanpa
hambatan," ucapnya dengan bahasa Inggris dengan aksen british. Tangannya
terulur menyalami dokter Fahri, sang ketua rombongan.
"Hallo
dokter Mark. We meet again. Nice to meet you," jawab dokter Fahri dengan
senyum terkembang.
Dokter Fahri lalu memperkenalkan lelaki berambut
keperakan itu. Beliau adalah dokter ahli bedah TKV (BedahJantung dan Dada) yang
terkenal se antero Eropa. Dokter Mark menimpali dengan mengatakan bahwa dokter
Fahri terlalu berlebihan. Senyum tulus dan sederhana terkembang dibibirnya.
Dokter Mark
kemudian memperkenalkan anggota tim yang terlebih dahulu tiba. Ada dua orang
lelaki dan dua wanita. Lelaki pertama yang diperkenalkan berambut pirang.
Usianya sekitar akhir tigapuluhan. Dokter Mark memperkenalkannya sebagai
salah satu dokter bedah syaraf yang terkenal di London. Namanya Adam Stevenson.
Dia tampak tersenyum lebar kepada Kirey. Kirey membalas singkat hanya demi
tatakrama.
Pria yang satu lagi berkepala botak dengan usia
sekitar empatpuluh tahunan. Dokter Mark memperkenalkannya sebagai dokter Roy,
seorang Psikiater.
Sedangkan dua
wanita berikutnya adalah dokter umum atau GP, sama seperti Kirey. Salah
seorangnya berhijab hitam dan bermata biru bernama July. Sedangkan seorang lagi
bernama Carol.Dia berambut pirang yang diikat seperti ekor kuda. Mereka
tersenyum ramah kepada Kirey. Kirey langsung menyukai keduanya.
Setelah
perkenalan selesai, dilanjutkan dengan pembahasan tugas dan shift jaga. Kirey,
Carol dan July akan membantu dokter Palestina yang bekerja di UGD. Jam kerja
dibagi menjadi dua shift. Bergantian tiap 12 jam
Setelah rapat selesai, mereka dipersilahkan
beristirahat di ruangan masing-masing. Mereka akan tinggal di mess tenaga medis
di basement rumah sakit.
Kirey baru
merasakan betapa penat badannya. Bekas keringat terasa lengket di kulit
putihnya. Bau keringat menguar dari tubuhnya. Jiwa dan raganya lelah. Dia
begitu merindukan bantal.
***
Kirey baru menyelesaikan setengah rotinya, saat
salah seorang perawat memberitahukan bahwa baru saja ada serangan udara di
distrik Sabra. Kirey mempercepat mengunyah sisa roti di dalam mulutnya, minum
seteguk air, lalu segera berlari ke arah UGD.
Dia meraih jas plastik di lemari penyimpanan UGD
lalu mengenakan sarung tangan lateks ukuran medium. Suara sirine ambulans
meraung-raung memekakkan telinga dari depan UGD. Kirey memanggil Najwa yang
tampak tergopoh-gopoh berlari ke arah UGD, memintanya untuk mendampinginya.
Pemandangan
berikutnya banar-benar di luar bayangan Kirey. Serbuan brankar masuk dari pintu
UGD. Suara roda yang beradu dengan lantai berdecit-decit. Aroma anyir darah
segera menyerbu hidung Kirey yang tertutup masker hijau. Kirey bersiap-siap di
depan bilik triage.
Pemandangan berikutnya yang dilihatnya adalah
sesosok bocah dengan kesadaran menurun. Matanya setengah terpejam.
Seluruh tubuhnya tampak tertutup debu berwarna abu-abu. Beberapa luka terbuka
tampak di sekujur tubuhnya. Seorang lelaki yang berurai air mata mendampinginya
sambil terus menerus mengucapkan sebuah kata yang Kirey tebak sebagai nama
bocah itu. Kirey memberi isyarat kepada Najwa untuk meminta lelaki itu menunggu
di luar bilik triage.
Dengan cepat Kirey melakukan pemeriksaan CAB
(Circulatiob Airway Breathing) pada bocah itu. Nadi masih teraba, tetapi
napasnya tampak tak beraturan. Tampak jejas di bagian samping tempurung kepala
bocah itu. Kirey segera mendorong brankar ke arah bilik P1.
"New
patient, with severe head injury. GCS 1x1. Ambubag and ETT please!" pinta
Kirey pada seorang perawat wanita yang berjaga di P1.
Detak jantung
Kirey bergemuruh. Adrenalin memgambil alih seluruh kewaspadaannya. Diraihnya laringoskop
untuk anak dan membuka bladenya. Segera di susurinya lidah bocah itu, lalu
diangkatnya laringoskop perlahan hingga tampak glotisnya. Kemudian diraihnya
ETT ukuran anak yang di serahkan perawat tersebut dan dimasukkan perlahan-lahan
hingga melewati pita suara. Setelah stylet dicabut perlahan, diraihnya ambubag
dan dipasangnya ke muara ETT. Dipintanya perawat itu memompa ETT saat dia
mengecek apakah udara berhasil memasuki paru-paru. Diraihnya stetoskop, dan
diletakkan di atas dada yang mulai bergerak naik turun. Kirey menghembuskan
nafas lega, udara berhasil masuk dengan sempurna. Baru disadari jika tangannya
bergetar hebat. Lututnya pun terasa lemas.
Dipandanginya
wajah bocah itu. Mungkin usianya sekitar delapan atau sembilan tahun. Dia
terkenang dengan ponakannya di Jogja yang mungkin seumuran dengan bocah di
hadapannya. Saat ini mungkin dia sedang berlari-lari dengan riang di
sekolahnya. Kontras dengan bocah di hadapannya yang sedang berjuang melawan
maut.
Kirey baru menyadari rembesan air pada pipinya.
Dia tak sadar tengah menangis di P1. Dikerjab-kerjabkan matanya. Untuk
menghapus air matanya tidak mungkin karena seluruh tubuhnya tertutup jas
plastik. Dia tidak boleh melow dalam kondisi seperti ini. Masih ada yang harus
diperiksa. Diraihnya senter pupil dan melanjutkan mengecek status neurologi
bocah itu.
Pupil sebelah kiri tampak berdilatasi. Tanda
adanya herniasi pada otaknya. Sirine di hati Kirey berbunyi. EDH (Epidural
Hematome), batin Kirey. Segera dimintanya perawat yang berjaga di sebelahnya
untuk membawa pasien ke ruang radiologi yang terletak di samping UGD.
Dimintanya pemeriksaan CT scan cito untuk pasien di hadapannya.
Mata Kirey menyapu seluruh ruangan UGD yang saat
ini penuh sesak dengan pasien baru. Beberapa dokter Palestina maupun asing bahu
membahu menyelamatkan pasien. Serangan udara kali ini tampaknya cukup fatal.
Brankar berisi pasien berdatangan bagai air bah, seolah tanpa henti. Beberapa
korban dewasa, tapi banyak pula anak-anak bahkan bayi. Kirey memegang dadanya
yang terasa teremas-remas. Tenggorokannya tercekat. Apa yang tersaji di
hadapannya lebih mengerikan dari yang dibayangkannya. Sakit yang dirasa
di hatinya sebulan yang lalu tak sebanding dengan perih yang kini di rasakan.
Mungkin hanya seujung kuku bila dibanding saat ini.
Sebagian besar korban yang berdatangan masih
anak-anak. Bahkan ada yang masih belum lepas tali pusatnya. Mungkin usianya
masih beberapa hari. Luka-luka tampak menganga di beberapa bagian. Ada yang
datang dengan luka bakar gade dua dan tiga, ada yang datang dengan kaki atau
tangan yang remuk dengan darah yang mengucur, tapi banyak pula yang datang
dalam diam. Tanpa nadi, tanpa gerakan napas. Hidup mereka telah terampas,
bahkan sebelum masa remaja mereka rasakan.
"Where is
the patient with head injury?" Seseorang bertanya dengan logat british
yang sangat kental. Kirey tersentak dari renungannya. Refleks ditolehnya asal
suara itu.
Rupanya
pemilik suara itu adalah dokter Adam, ahli neurosurgery dari UK. Bibirnya
tertutup masker, tapi Kirey mengenali dari posturnya yang seperti atlet renang
dan rambut pirang pendeknya.
"Still in
radiology room, got CT scan. Suspect EDH." Kirey baru menyelesaikan
kalimatnya saat seorang perawat wanita membawa hasil CT scan pasiennya tadi.
Dokter Adam
langsung meraih hasil CT scan itu yang belum sepenuhnya diterima Kirey.
Kemudian dengan sigap memasangnya pada photo viewer di dinding UGD.
Gambaran
serupa dorayaki doraemon tampak pada foto. Tergambar pada bagian temporal
kepala pasien. Ukurannya cukup besar. Tak heran pasien tadi kehilangan
kesadarannya.
"Good
job, dokter Rey. Send this patient to operating room. I will do craniectomy for
this patient!" Telinga Kirey agak terganggu dengan cara dokter Adam
memanggil namanya, mengingatkannya pada Abang Adlin.
"Just
call me Kirey, Doc!" protes Kirey.
"What,
curry? Sound delicious, ha!"
Kirey melirik tajam pada dokter Adam. Dipasangnya
wajah paling judes yang dimilikinya. Dokter Adam mengacuhkannya, lalu mendorong
sendiri brankar pasien EDH tersebut menuju OK.
Kirey
terperangah. Hal kecil yang jarang dilihatnya di Indonesia. Seorang dokter
spesialis yang rela mendorong sendiri brankar pasiennya. Biasanya mereka akan
meminta perawat untuk membantunya.
"Sorry,
Doc, new patient." Suara lembut menyadarkan Kirey. Perawat wanita yang
sama mengangsurkan selembar status. Ujung jarinya menunjuk pada seorang ibu
yang baru melewati pintu UGD. Hati Kirey langsung mencelos.
Di dalam
dekapan ibu itu ada seorang anak yang meringkuk dalam diam. Luka menganga
tampak di kepalanya yang mengucurkan darah segar. Ibu itu mengucapkan kata-kata
dalam bahasa arab yang tidak dimengertinya. Dimintanya perawat yang bersamanya
tadi untuk menenangkan sang ibu dan memintanya untuk membaringkan anaknya di
atas bed pemeriksaan.
Nadi carotis tak teraba. Tak ada gerakan dinding
dada. Tak ada suara hembusan dari cuping hidungnya. Dengan bergetar, Kirey
meraih senter pupil dan menyorotkan ke arah dua pupil mata balita itu.
Midriasis maksimal, tanpa ada refleks cahaya.
Hati Kirey mencelos. Embun menggenang di matanya.
Ditolehnya perawat itu. Kepalanya menggeleng perlahan. Perawat itu segera
paham. Lalu dengan perlahan menjelaskan kepada ibu berjilbab hitam itu.
Seketika suara rintihan yang menyayat hati menggaung di bilik triage yang
sempit itu. Aroma kepedihan dan kehilangan menguar dari seorang ibu yang tengah
memeluk jasad anaknya.
Kirey
kehilangan kata-kata. Dengan perlahan, diberinya ruang bagi ibu itu untuk
mengucapkan salam perpisahan. Hatinya ikut pilu. Merasa betapa kerdil dirinya,
begitu menderita hanya karena perpisahan dengan seseorang yang batal
menjadi imamnya. Bahkan sempat berharap mati saja supaya Abang menyesali
kepergiannya.
Sedangkan dihadapannya adalah perpisahan untuk
selamanya. Seorang ibu dengan darah dagingnya, dengan semestanya.
Kirey
memejamkan matanya yang basah. Tak ada kata terlambat untuk memperbaharui
niatnya. Dengan mengucap bismillah, diniatkannya seluruh usahanya untuk ibadah.
*Sepenuhnya fiksi, tidak
berkaitan dengan individu ataupun organisasi manapun
Keterangan :
Epidural
hematoma (EDH) adalah perdarahan yang terjadi di antara bagian dalam tengkorak
dan dura (selaput tebal yang menutupi otak).
ETT
Endotracheal Tube (ETT) adalah sejenis alat yang digunakan di dunia medis untuk
menjamin saluran napas tetap bebas
GCS (Glasgow
Coma Scale) adalah skala yang dipakai untuk menentukan/menilai tingkat
kesadaran pasien, mulai dari sadar sepenuhnya sampai keadaan koma.
Translate :
We meet again. Nice to meet you : kita bertemu kembali. Senang bisa bertemu kembali
We meet again. Nice to meet you : kita bertemu kembali. Senang bisa bertemu kembali
Where is the
patient with head injury? Dimana pasien dengam trauma pada kepala?
Still in
radiology room, got CT scan : masih di ruang radiologi. Sedang dilakukan CT
scan
Good job,
dokter Rey. Send this patient to operating room. I will do craniectomy for this
patient : kerja bagus, dokter Rey. Kirim pasien ini ke ruang operasi. Saya akan
melakukan operasi buka kepala
Just call me
Kirey, Doc : panggil saya kirey, dok
What, curry?
Sound delicious, ha! : Apa? Masakam kari? Kedengarannya enak
Sorry, Doc,
new patient : maaf dok. Ada pasien baru
S Gotama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar