InspirasI

Minggu, 07 Oktober 2018


KISAH ISTRI SHOLEHAH YANG
 MENJAGA HARGA DIRI SUAMINYA

Dikisahkan suatu ketika Syaikh Abu Ishaq Al Huwaini mengunjungi salah seorang sahabatnya dan ia mendapati sahabatnya itu sedang menangis. Ketika ditanya mengapa dia menangis, sahabatnya itu justru menangis semakin hebat.
Kemudian sahabatnya berkata: “Wahai Syaikh, istriku sedang sakit dan beberapa hari ini saya merawatnya”.
Syaikh Abu Ishaq sangat heran dengan tangisan sahabatnya yang hebat itu, padahal ia seorang yang sholeh. Ketika tangisnya sudah mulai reda, sahabatnya pun kembali berkata:
“Wahai Syaikh, apakah Engkau heran dengan tangisanku yang seperti ini? Semua ini karena istriku. Seandainya engkau mengenal istriku, sebagaimana aku mengenalnya maka engkau akan memaklumi sikapku ini dan tidak akan mencelaku. Wahai Syaikh, aku adalah orang yang miskin dan pekerjaanku rendah. Penghasilanku hampir tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupku.
Akan tetapi dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah membukakan hati seseorang untuk menikahkan putrinya denganku. Padahal bapak perempuan itu adalah seorang yang cukup berharta. Kami pun menikah dan sungguh istriku ternyata seorang wanita yang sholehah yang sangat baik. Hidup bersamanya terasa kudapatkan surga dunia dengan segala maknanya.
Suatu hari sang mertua lelaki ku datang berkunjung dan berkata kepadaku, ‘Bertakwalah kepada Allah dan belikanlah istrimu roti, keju, ful (sejenis kacang) dan jangan terlalu sering memberinya daging dan buah-buahan karena ia sudah bosan makan daging dan buah’.
Mendengar ucapan mertuaku, aku pun hanya ternganga dan tidak tahu apa yang harus aku katakan. Aku sungguh tidak mengerti apa yang dibicarakannya. Sebab, selama ini aku tidak mampu membelikannya daging maupun buah-buahan. Kemudian aku menemui istriku dan bertanya kepadanya. Dan sungguh aku terkejut dengan jawabannya, seakan bumi tempat aku berpijak berguncang.
Ternyata, setiap kali istriku pergi ke rumah orang tuanya, mereka selalu menyuguhkan daging dan buah, akan tetapi istriku selalu menolaknya seraya berkata, ‘Saya tidak mau makan daging dan buah, saya sudah bosan memakannya. Sesungguhnya suami saya tidak pernah melarang saya untuk memakan daging dan buah, akan tetapi ia sering sekali memberi saya makanan itu hingga saya bosan dengan daging dan buah. Saya lebih suka makan makanan ringan saja,’.
Padahal kenyataannya di rumah kami, ia tidak pernah melihat daging kecuali dalam satu atau dua bulan sekali saja. Sehari-hari lebih banyak makan kacang ful. Aku tidak memiliki sesuatu yang dapat mengenyangkan perutku maupun perut istriku”.
Sahabatku, istri sahabat sang Syaikh tersebut melakukan hal seperti itu adalah karena ia ingin mengangkat derajat suaminya di hadapan keluarganya dan menjadikannya besar di mata mereka. Ia mampu menahan lapar, akan tetapi ia tidak ridha seorang pun mengetahui kemiskinan suaminya.
Ia terus bersabar dengan apa yang ada dan senantiasa mengingatkan suaminya dengan janji Allah Subhanahu wa Ta’ala jika ia mau bersabar. Semua itu bukan karena sang suami melarangnya, akan tetapi karena ia adalah sebaik-baik wanita shalehah yang sabar.
Sahabat itu kemudian berkata kepada Syaikh, “Apakah engkau tahu mengapa aku menangis dan sangat khawatir atas istriku? Sesungguhnya ini hanya salah satu keistimewaannya saja. Jika aku menceritakan semua keshalihannya, maka aku tidak akan mungkin mampu menceritakannya”.
Sahabatku, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan dunia ini penuh dengan keindahan dan kesenangan. Setiap orang yang beriman tentu akan suka dengan keindahan dan menginginkan kesenangan.
Keindahan dan kesenangan yang tidak membawanya terlena dalam kehidupan ini tetapi ia bisa bawa ke dalam keabadian. Dan ketahuilah duhai sahabatku, keindahan dan kesenangan terbaik dalam kehidupan dunia tersebut adalah wanita yang sholihah.
Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam bersabada:
“Dunia merupakan kesenangan, dan kesenangan terbaik dunia adalah wanita yang sholihah,” (Hadits Riwayat Imam Muslim, Nasa’i dan Ibnu Majah).


Tidak ada komentar: