InspirasI

Sabtu, 28 Desember 2019


Keutamaan Penghafal Quran

Banyak sekali keutamaan menghafal alquran, tentu saja ini dapat menjadi motivasi kita untuk belajar alquran dan juga mengajarkan alquran pada anak-anak, bahkan tidak hanya keutamaan untuk diri sendiri, seorang penghafal quran juga akan memberi keutamaan untuk keluarga terutama kedua orangtuanya.

Berikut ini 7 keutamaan penghafal quran berdasarkan hadits Rasulullah:

1.Menjadi keluarga Allah di dunia

“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya, “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasul menjawab, “Para ahli Al Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya.” (HR. Ahmad)

2. Lebih diutamakan untuk dihormati dan didahulukan

“Yang menjadi imam suatu kaum adalah yang paling banyak hafalannya.” (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah ia berkata, “Telah mengutus Rasulullah SAW sebuah delegasi yang banyak jumlahnya, kemudian Rasul mengetes hafalan mereka, kemudian satu per satu disuruh membaca apa yang sudah dihafal, maka sampailah pada Shahabi yang paling muda usianya, beliau bertanya, “Surat apa yang kau hafal? Ia menjawab,”Aku hafal surat ini.. surat ini.. dan surat Al Baqarah.” Benarkah kamu hafal surat Al Baqarah?” Tanya Nabi lagi. Shahabi menjawab, “Benar.” Nabi bersabda, “Berangkatlah kamu dan kamulah pemimpin delegasi.” (HR. At-Turmudzi dan An-Nasa’i)

“Adalah nabi mengumpulkan di antara dua orang syuhada Uhud kemudian beliau bersabda, “Manakah di antara keduanya yang lebih banyak hafal Al Qur’an, ketika ditunjuk kepada salah satunya, maka beliau mendahulukan pemakamannya di liang lahat.” (HR. Bukhari)

3. Mendapat syafaat dari Alquran

“Penghafal Quran akan datang pada hari kiamat dan AlQuran berkata: “Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia. Kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah (kehormatan). AlQuran kembali meminta: Wahai Tuhanku, ridhailaih dia, maka Allah meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu, bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga). Dan Allah menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan.” (HR Tirmidzi)

4. Termasuk sebaik-baik manusia

“Sebaik-baik orang di antara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya” (HR. Bukhari)

5. Dimuliakan oleh Allah

“Sesungguhnya termasuk mengagungkan Allah menghormati orang tua yang muslim, penghafal Al Qur’an yang tidak melampaui batas (di dalam mengamalkan dan memahaminya) dan tidak menjauhinya (enggan membaca dan mengamalkannya) dan Penguasa yang adil.” (HR. Abu Daud)

6. Orang lain boleh iri padanya

“Tidak boleh seseorang berkeinginan kecuali dalam dua perkara, menginginkan seseorang yang diajarkan oleh Allah kepadanya Al Qur’an kemudian ia membacanya sepanjang malam dan siang, sehingga tetangganya mendengar bacaannya, kemudian ia berkata, ’Andaikan aku diberi sebagaimana si fulan diberi, sehingga aku dapat berbuat sebagaimana si fulan berbuat” (HR. Bukhari)

7. Mampu menyelamatkan kedua orangtua

Sabda rasulullah s.a.w.:

“Daripada Buraidah Al Aslami ra, ia berkata bahawasanya ia mendengar Rasulullah s..a.w bersabda: “Pada hari kiamat nanti, Al Quran akan menemui penghafalnya ketika penghafal itu keluar dari kuburnya. Al Quran akan berwujud seseorang dan ia bertanya kepada penghafalnya: “Apakah anda mengenalku?”.

Penghafal tadi menjawab; “saya tidak mengenal kamu.” Al Quran berkata; “saya adalah kawanmu, Al Quran yang membuatmu kehausan di tengah hari yang panas dan membuatmu tidak tidur pada malam hari. Sesungguhnya setiap pedagang akan mendapat keuntungan di belakang dagangannya dan kamu pada hari ini di belakang semua dagangan.

Maka penghafal Al Quran tadi di beri kekuasaan di tangan kanannya dan diberi kekekalan ditangan kirinya, serta di atas kepalanya dipasang mahkota perkasa. Sedang kedua orang tuanya diberi dua pakaian baru lagi bagus yang harganya tidak dapat dibayar oleh penghuni dunia keseluruhannya.

Kedua orang tua itu lalu bertanya: “kenapa kami di beri dengan pakaian begini?”. Kemudian di jawab, “kerana anakmu hafal Al Quran.”

Kemudian kepada penghafal Al Quran tadi di perintahkan, “bacalah dan naiklah ketingkat-tingkat syurga dan kamar-kamarnya.” Maka ia pun terus naik selagi ia tetap membaca, baik bacaan itu cepat atau perlahan (tartil)



Jumat, 27 Desember 2019


"Cublak-Cublak suweng"

Cublak suweng <tempat suweng>.
Suweng adalah anting perhiasan wanita Jawa. 
Jadi, Cublak-cublak suweng, artinya ada tempat harta berharga, yaitu Suweng (Suwung, Sepi, Sejati) atau Harta Sejati.

"Suwenge ting gelenter",
Suwenge ting gelenter <suweng berserakan>. Harta Sejati itu berupa kebahagiaan sejati sebenarnya sudah ada berserakan di sekitar manusia.

"Mambu ketundhung gudel",
Mambu <baunya> Ketundhung <dituju> Gudel <anak kerbau>.
Maknanya, banyak orang berusaha mencari harta sejati itu. Bahkan orang-orang bodoh (diibaratkan gudel) mencari harta itu dengan penuh nafsu ego, korupsi dan keserakahan, tujuannya untuk menemukan kebahagiaan sejati.

"Pak empo lera-lere",
Pak empo <bapak ompong) Lera-lere <menengok kanan kiri>. Orang-orang bodoh itu mirip orang tua ompong yang kebingungan. Meskipun hartanya melimpah, ternyata itu harta palsu, bukan harta sejati atau kebahagiaan sejati. Mereka kebingungan karena dikuasai oleh hawa nafsu keserakahannya sendiri.

"Sopo ngguyu ndhelikake",
Sopo ngguyu <siapa tertawa> ndhelikake <dia yang menyembunyikan>. Menggambarkan bahwa barang siapa bijaksana, dialah yang menemukan tempat harta sejati atau kebahagian sejati. Dia adalah orang yang tersenyum (semeleh) dalam menjalani setiap keadaan hidup, sekalipun berada di tengah-tengah kehidupan orang-orang yang serakah.

"Sir-sir pong dele kopong".
Sir <hati nurani> pong dele kopong <kedelai kosong tanpa isi>.
Artinya di dalam hati nurani yang kosong. 
Maknanya bahwa untuk sampai kepada "Tempat Harta Sejati" (Cublak Suweng) atau "Kebahagiaan Sejati", orang harus melepaskan diri dari kecintaan pada harta benda duniawi, mengosongkan diri, rendah hati, tidak merendahkan sesama, serta senantiasa memakai rasa dan mengasah tajam Sir (hati nurani)-nya


Kamis, 19 Desember 2019


SYAFA'AT AL QUR'AN DI ALAM KUBUR

Dari Sa’id bin Sulaim ra, Rasulullah SAW bersabda: “Tiada penolong yg lebih utama derajatnya di sisi Allah pada hari Kiamat daripada Al-Qur’an. Bukan nabi, bukan malaikat dan bukan pula yang lainnya.” (Abdul Malik bin Habib-Syarah Ihya). 

Bazzar meriwayatkan dalam kitab La’aali Masnunah bahwa jika seseorang meninggal dunia, ketika orang - orang sibuk dgn kain kafan dan persiapan pengebumian di rumahnya, tiba -tiba seseorang yang sangat tampan berdiri di kepala mayat. Ketika kain kafan mulai dipakaikan, dia berada di antara dada dan kain kafan.

Setelah dikuburkan dan orang - orang mulai meninggalkannya, datanglah 2 malaikat. Yaitu Malaikat Munkar dan Nakir yang berusaha memisahkan orang tampan itu dari mayat agar memudahkan tanya jawab.

Tetapi si tampan itu berkata: ”Ia adalah sahabat karibku. Dalam keadaan bagaimanapun aku tidak akan meninggalkannya. Jika kalian ditugaskan utk bertanya kepadanya, lakukanlah pekerjaan kalian. Aku tidak akan berpisah dari orang ini sehingga ia dimasukkan ke dalam syurga.”

Lalu ia berpaling kepad sahabatnya dan berkata,”Aku adalah Al quran yang terkadang kamu baca dengan suara keras dan terkadang dengan suara perlahan. 

Jangan khawatir setelah menghadapi pertanyaan Munkar dan Nakir ini, engkau tidak akan mengalami kesulitan.”

Setelah para malaikat itu selesai memberi pertanyaan, ia menghamparkan tempat tidur dan  permadani sutera yang penuh dengan kasturi dari Mala’il A’la. (Himpunan Fadhilah Amal : 609)

Allahu Akbar, selalu saja ada getaran haru selepas membaca hadits ini. Getaran penuh pengharapan sekaligus kekhawatiran. Getaran harap karena tentu saja mengharapkan Al-Quran yang kita baca dapat menjadi pembela kita di hari yang tidak ada pembela. Sekaligus getaran takut, kalau-kalau Al-Quran akan menuntut kita.

Ya Allah … terimalah bacaan Al-Quran kami. Sempurnakanlah kekurangannya.

Banyak riwayat yang menerangkan bahwa Al-Quran adalah pemberi syafa’at yang insyaAllah dikabulkan Allah SWT. Aamiin .. 

AllahummarhamnabilQur'an


Jumat, 13 Desember 2019


Istri Boros


Istri boros 
Ya betull
Istri memang boros ..
Tp borosnya istri untuk perut 
Bukan untuk main
Bukan untuk mentraktir teman
Bukan untuk selingkuh
Istri hanya memikirkan perut ..
Bukan hanya perutnya
Tp juga perut keluarganya
Bukan hanya memikirkan perut 
Tp memikirkan utuhnya sebuah keluarga
Bermain disore hari dimalam hari jajan cemilan ini dan itu bukan untuk dirinya saja tp untuk kebahagiaan keluarganya 
Menghindari kejenuhan,
Menghadirkan ketentraman..
Istri banyak utang 
Ya 
Istri banyak utang
Bukan utang untuk belanja,ke mall,shopping,kuliner bersama teman,,bukan ..
Istri banyak utang karna tak sanggup 
Jika uang nafkah dibagi 2 untuk membeli alat alat rumah tangga...
Istri punya cara bagaimana agar uang nafkah cukup dan perabotan rumah ada
Misal
Utang tv,utang mesin cuci,utang kulkas,,dll
Lalu pernahkah istri mengeluh karna kecilnya gaji suami??tidak
Seorang istri sangat sangat bersyukur 
Bisa hidup bersama keluarga tanpa pertengkaran
Jd stop menanyakan kemana dan dipakai apa saja uang hasil gaji suami karna itu bisa menyebabkan pertengkaran..
Jika dihitung total pengeluaran seorang istri
 bisa bisa anda malu 
Karna belum bisa membahagiakan seorang istri sepenuhnya.
Bersyukur punya istri yg tidak meminta dibelikan make up,baju,perhiasan,dll
Karna uang nafkah saja tidak cukup untuk membelinya ..



Sabtu, 07 Desember 2019


DUNIA TIPUAN YANG NYATA

Akte Lahir...  Adalah Kertas.
Ijazah...  Juga Kertas.
Akte Nikah...  Kertas.
Paspor...  Kertas.
Surat Kepemilikan Rumah...   Juga Kertas.
UANG...  Juga Kertas.

Kehidupan Kita Layaknya Hanya Di Kelilingi Kertas-Kertas.

Seiring Waktu Berlalu, Semua Di Robek.
Kemudian Di Buang Dan Di Bakar.

Berapa Banyak Orang Bersedih Karena "Kertas-Kertas"Yang Di Milikinya.
Dan Berapa Banyak Orang Begitu Bahagia Dengan "Kertas-Kertas" Yang Di Milikinya.

Tetapi...

Ada 1 (Satu) Lembar Kertas Yang Tidak Mungkin Di Lihat Oleh Manusia Itu Sendiri  Yaitu,  "AKTE KEMATIAN" Nya Sendiri!

Maka Manusia Itu Ada Batasnya Yang Tidak Mungkin Dia Mampu Menjangkau Waktu.

Ada 2 (Dua) Hal Yang Tidak Akan Selamanya Ada Dalam Diri Seseorang :
~ Masa Mudanya, Dan
~ Kekuatannya.

Dan 2 (Dua) Hal Yang Berguna Untuk Setiap Orang :
~ Hati Yang Mulia, Dan
~ Hati Yang Mengampuni.

Juga 2 (Dua) Hal Pula Yang Akan Mengangkat Derajat Seseorang  :
~ Sikap Rendah Hati,Dan
‌~ Berbagi Kasih.

Belajarlah Punya Prinsip Hidup 

Ada 3 (Tiga) Fase Hidup Yang Tampak Dari Kita :

1. Masa Puber Kita Punya
    Waktu Dan Kekuatan
    Tetapi Tidak Punya
    "UANG".

2. Masa Bekerja Kita
    Punya Uang Dan
    Kekuatan, Tetapi Tidak
    Punya "WAKTU".

3. Masa Tua Kita Punya
    Uang Dan Punya Waktu,
    Tetapi Tidak Punya
    "KEKUATAN" Lagi.

Manfaatkan Kesempatan Hidup Sebaik-Baiknya Selagi Masih Bisa Bernapas.
Kita Selalu Yakin Bahwa Kehidupan Orang Lain Lebih Baik Dari Kehidupan Kita.
Dan Orang Lain Pun Meyakini, Bahwa Kehidupan Kita Jauh Lebih Baik Darinya.
Hal Itu Terjadi Di Karenakan Kita Melupakan 1 (Satu) Hal Terpenting Dalam Hidup, Yaitu :
Bersikap "MENSYUKURI APA YANG SUDAH KITA MILIKI".

Oleh Sebab Itu...

Nikmati Hidup, Sebelum Hidup Tidak Bisa Di Nikmati.
Dan Selalu Bersyukur Atas Segala Nikmat & Karunia Hidup.

Tidak Capek Pun Perlu Istirahat.
Tidak Kaya Pun Perlu Bersyukur.

Sadarlah Hidup Itu Pendek.
Pasti Ada Saatnya Finish.

Lakukan yang terbaik  hari Ini....


Jumat, 06 Desember 2019


TENTANG CERAI

Sekelas Nabi pun pernah perintahkan anaknya yang juga Nabi untuk menceraikan dan mempertahankan isterinya
Nabi Ismail semakin dewasa, ia pun menikah dengan seorang wanita yang tinggal di sekitar sumur Zamzam. Tidak lama kemudian ibu Ismail; Hajar meninggal dunia.
Di kemudian hari Nabi Ibrahim datang setelah Ismail menikah untuk mengetahui kabarnya, namun dia tidak menemukan Ismail. 
Ibrahim bertanya tentang Ismail kepada istri Ismail. Istrinya menjawab, “Dia sedang pergi mencari nafkah untuk kami.” 
Lalu Ibrahim bertanya tentang kehidupan dan keadaan mereka. 
Istri Ismail menjawab, “Kami mengalami banyak keburukan, hidup kami sempit dan penuh penderitaan yang berat.” 
Istri Ismail mengadukan kehidupan yang dijalaninya bersama suaminya kepada Ibrahim. 
Ibrahim berkata, “Nanti apabila suami kamu datang sampaikan salam dariku dan katakan kepadanya agar mengubah palang pintu rumahnya.”
Ketika Ismail datang dia merasakan sesuatu lalu dia bertanya kepada istrinya; “Apakah ada orang yang datang kepadamu?” 
Istrinya menjawab, “Ya. Tadi ada orang tua begini dan begitu keadaannya datang kepada kami dan dia menanyakan kamu lalu aku terangkan dan dia bertanya kepadaku tentang keadaan kehidupan kita maka aku terangkan bahwa aku hidup dalam kepayahan dan penderitaan.” 
Ismail bertanya, “Apakah orang itu memberi pesan kepadamu tentang sesuatu?” 
             Istrinya menjawab, “Ya. Dia memerintahkan aku agar aku menyampaikan salam darinya kepadamu dan berpesan agar kamu mengubah palang pintu rumahmu.” 

Ismail berkata, “Dialah ayahku dan sungguh dia telah memerintahkan aku untuk menceraikan kamu, maka kembalilah kamu kepada keluargamu.” 
Maka Ismail menceraikan istrinya.
Kemudian Ismail menikah lagi dengan seorang wanita lain dari kalangan penduduk yang tinggal di sekitar itu lalu Ibrahim pergi lagi meninggalkan mereka dalam kurun waktu yang dikehendaki Allah. 
Setelah itu, Ibrahim datang kembali untuk menemui mereka namun dia tidak mendapatkan Ismail hingga akhirnya dia mendatangi istri Ismail lalu bertanya kepadanya tentang Ismail. 
Istrinya menjawab, “Dia sedang pergi mencari nafkah untuk kami.” 
Lalu Ibrahim bertanya lagi, “Bagaimana keadaan kalian?” 
Dia bertanya kepada istrinya Ismail tentang kehidupan dan keadaan hidup mereka. 
Istrinya menjawab, “Kami selalu dalam keadaan baik-baik saja dan cukup.” 
Istri Ismail juga memuji Allah. 
Ibrahim bertanya, “Apa makanan kalian?” 
Istri Ismail menjawab, “Daging.” 
Ibrahim bertanya lagi, “Apa minuman kalian?" 
Istri Ismail menjawab, “Air.” 
Maka Ibrahim berdoa, “Ya Allah, berkahilah mereka dalam daging dan air mereka.”
Ibrahim selanjutnya berkata, “Jika nanti suamimu datang, sampaikan salam dariku kepadanya dan perintahkanlah dia agar memperkokoh palang pintu rumahnya.”
Ketika Ismail datang, dia berkata, “Apakah ada orang yang datang kepadamu?” 
Istrinya menjawab, “Ya. Tadi ada orang tua dengan penampilan sangat baik datang kepada kita." Dan istrinya memuji Ibrahim. 
"Dia bertanya kepadaku tentang kamu, maka aku terangkan lalu dia bertanya kepadaku tentang keadaan hidup kita, maka aku jawab bahwa aku dalam keadaan baik.” 
Ismail bertanya, “Apakah orang itu memberi pesan kepadamu tentang sesuatu?” 
Istrinya menjawab, “Ya.” 
Dia memerintahkan aku agar aku menyampaikan salam darinya kepadamu dan berpesan agar kamu mempertahankan palang pintu rumahmu.” 
Ismail berkata, “Dialah ayahku dan palang pintu yang dimaksud adalah kamu. Dia memerintahkanku untuk mempertahankan kamu.”




Maafkanlah hambamu yang kurang
bersyukur ini ya allah .

Abu Ibrahim bercerita:
Suatu ketika, aku jalan-jalan di padang pasir dan tersesat tidak bisa pulang. Di sana kutemukan sebuah kemah lawas… kuperhatikan kemah tersebut, dan ternyata di dalamnya ada seorang tua yg duduk di atas tanah dengan sangat tenang…
Ternyata orang ini kedua tangannya buntung… matanya buta… dan sebatang kara tanpa sanak saudara. Kulihat bibirnya komat-kamit mengucapkan beberapa kalimat..
Aku mendekat untuk mendengar ucapannya, dan ternyata ia mengulang-ulang kalimat berikut:
Segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas banyak manusia… Segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas banyak manusia…
Kuperhatikan kondisinya sambil mencari adakah ia memiliki anak yg mengurusinya? atau isteri yang menemaninya? ternyata tak ada seorang pun…
Aku beranjak mendekatinya, dan ia merasakan kehadiranku… ia lalu bertanya: “Siapa? siapa?”
“Assalaamu’alaikum… aku seorang yang tersesat dan mendapatkan kemah ini” jawabku, “Tapi kamu sendiri siapa?” Tanyaku.
“Mengapa kau tinggal seorang diri di tempat ini? Di mana isterimu, anakmu, dan kerabatmu? Lanjutku.
“Aku seorang yang sakit… semua orang meninggalkanku, dan kebanyakan keluargaku telah meninggal…” Jawabnya.
“Namun kudengar kau mengulang-ulang perkataan: “Segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas banyak manusia…!! Demi Allah, apa kelebihan yang diberikan-Nya kepadamu, sedangkan engkau buta, faqir, buntung kedua tangannya, dan sebatang kara…?!?” Ucapku.
“Aku akan menceritakannya kepadamu… tapi aku punya satu permintaan kepadamu, maukah kamu mengabulkannya?” Tanyanya.
“Jawab dulu pertanyaanku, baru aku akan mengabulkan permintaanmu.” Kataku.
“Engkau telah melihat sendiri betapa banyak cobaan Allah atasku, akan tetapi segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas banyak manusia… bukankah Allah memberiku akal sehat, yang dengannya aku bisa memahami dan berfikir…?
“Bukankah Allah memberiku pendengaran, yang dengannya aku bisa mendengar adzan, memahami ucapan, dan mengetahui apa yang terjadi di sekelilingku?” tanyanya.
“Iya benar.” Jawabku. “Maka segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas orang banyak tersebut.” Jawabnya.
“Betapa banyak orang yang tuli tak mendengar…?” Katanya.
“Banyak juga…” Jawabku. “Maka segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas orang banyak tersebut.” Katanya.
“Bukankah Allah memberiku lisan yg dengannya aku bisa berdzikir dan menjelaskan keinginanku?” Tanyanya.
“Iya benar” jawabku. “Lantas berapa banyak orang yg bisu tidak bisa bicara?” Tanyanya.
“Sangat banyak.” Jawabku. “Maka segala puji bagi Allah yg melebihkanku di atas orang banyak tersebut.”  Jawabnya.
“Bukankah Allah telah menjadikanku seorang muslim yang menyembah-Nya… mengharap pahala dari-Nya… dan bersabar atas musibahku?” Tanyanya.
“Iya benar.” Jawabku. Lalu katanya, “Padahal berapa banyak orang yg menyembah berhala, salib, dan sebagainya dan mereka juga sakit? Mereka merugi di dunia dan akhirat…!!”
“Banyak sekali.” Jawabku. “Maka segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas orang banyak tersebut.” Katanya.
Pak tua terus menyebut kenikmatan Allah atas dirinya satu-persatu… Ia begitu mantap keyakinannya dan begitu rela terhadap pemberian Allah…
Betapa banyak orang sakit selain beliau, yg musibahnya tidak sampai seperempat dari musibah beliau… mereka ada yg lumpuh, ada yg kehilangan penglihatan dan pendengaran, ada juga yg kehilangan organ tubuhnya… tapi bila dibandingkan dengan orang ini, maka mereka tergolong ‘sehat’. Pun “demikian, mereka meronta-ronta, mengeluh, dan menangis sejadi-jadinya… mereka amat tidak sabar dan tipis keimanannya terhadap balasan Allah atas musibah yg menimpa mereka, padahal pahala tersebut demikian besar…
pak tua mengatakan:
“Bolehkah kusebutkan permintaanku sekarang… maukah kamu mengabulkannya?”
“Iya.. apa permintaanmu?” Kataku.
Maka ia menundukkan kepalanya sejenak seraya menahan tangis.. ia berkata: “Tidak ada lagi yang tersisa dari keluargaku melainkan seorang bocah berumur 14 tahun… dia lah yang memberiku makan dan minum, serta mewudhukan aku dan mengurusi segala keperluanku… sejak tadi malam ia keluar mencari makanan untukku dan belum kembali hingga kini. Aku tak tahu apakah ia masih hidup dan diharapkan kepulangannya, ataukah telah tiada dan kulupakan saja… dan kamu tahu sendiri keadaanku yang tua renta dan buta, yang tidak bisa mencarinya…”
Maka kutanya ciri-ciri anak tersebut dan ia menyebutkannya, maka aku berjanji akan mencarikan bocah tersebut untuknya…
Aku pun meninggalkannya dan tak tahu bagaimana mencari bocah tersebut… aku tak tahu harus memulai dari arah mana…
Namun tatkala aku berjalan dan bertanya-tanya kepada orang sekitar tentang si bocah, nampaklah olehku dari kejauhan sebuah bukit kecil yang tak jauh letaknya dari kemah si pak tua.
Di atas bukit tersebut ada sekawanan burung gagak yg mengerumuni sesuatu, Aku pun mendaki bukit tersebut dan mendatangi kawanan gagak tadi hingga mereka berhamburan terbang.
Tatkala kudatangi lokasi tersebut, ternyata si bocah telah tewas dengan badan terpotong-potong… rupanya seekor serigala telah menerkamnya dan memakan sebagian dari tubuhnya, lalu meninggalkan sisanya untuk burung-burung…
Aku lebih sedih memikirkan nasib pak tua dari pada nasib si bocah
Aku pun turun dari bukit… dan melangkahkan kakiku dengan berat menahan kesedihan yang mendalam…
Haruskah kutinggalkan pak Tua menghadapi nasibnya sendirian… ataukah kudatangi dia dan kukabarkan nasib anaknya kepadanya?
Aku berjalan menujuk kemah pak Tua… aku bingung harus mengatakan apa dan mulai dari mana?
Lalu terlintaslah di benakku akan kisah Nabi Ayyub ‘alaihissalaam… maka kutemui pak Tua itu dan ia masih dalam kondisi yang memprihatinkan seperti saat kutinggalkan. Kuucapkan salam kepadanya, dan pak Tua yang malang ini demikian rindu ingin melihat anaknya… ia mendahuluiku dengan bertanya: “Di mana si bocah?”
Namun kataku, “Jawablah terlebih dahulu… siapakah yang lebih dicintai Allah: engkau atau Ayyub ‘alaihissalaam?”
“Tentu Ayyub ‘alaihissalaam lebih dicintai Allah” jawabnya.
“Lantas siapakah di antara kalian yg lebih berat ujiannya?” tanyaku kembali.
“Tentu Ayyub…” jawabnya.
“Kalau begitu, berharaplah pahala dari Allah karena aku mendapati anakmu telah tewas di lereng gunung… ia diterkam oleh serigala dan dikoyak-koyak tubuhnya…” jawabku.
Maka pak Tua pun tersedak-sedak seraya berkata, “Laa ilaaha illallaaah…” dan aku berusaha meringankan musibahnya dan menyabarkannya… namun sedakannya semakin keras hingga aku mulai menalqinkan kalimat syahadat kepadanya… hingga akhirnya ia meninggal dunia.
Ia wafat di hadapanku, lalu kututupi jasadnya dengan selimut yg ada di bawahnya… lalu aku keluar untuk mencari orang yang membantuku mengurus jenazahnya…
Maka kudapati ada tiga orang yg mengendarai unta mereka… nampaknya mereka adalah para musafir, maka kupanggil mereka dan mereka datang menghampiriku…
Kukatakan, “Maukah kalian menerima pahala yang Allah giring kepada kalian? Di sini ada seorang muslim yang wafat dan dia tidak punya siapa-siapa yg mengurusinya… maukah kalian menolongku memandikan, mengafani dan menguburkannya?”
“Iya..” Jawab mereka.
Mereka pun masuk ke dalam kemah menghampiri mayat pak Tua untuk memindahkannya… namun ketika mereka menyingkap wajahnya, mereka saling berteriak, “Abu Qilabah… Abu Qilabah…!!”
Ternyata Abu Qilabah adalah salah seorang ulama mereka, akan tetapi waktu silih berganti dan ia dirundung berbagai musibah hingga menyendiri dari masyarakat dalam sebuah kemah lusuh…
Kami pun menunaikan kewajiban kami atasnya dan menguburkannya, kemudian aku kembali bersama mereka ke Madinah…
Malamnya aku bermimpi melihat Abu Qilabah dengan penampilan indah… ia mengenakan gamis putih dengan badan yang sempurna… ia berjalan-jalan di tanah yang hijau… maka aku bertanya kepadanya:
“Hai Abu Qilabah… apa yg menjadikanmu seperti yang kulihat ini?”
.
Maka jawabnya: “Allah telah memasukkanku ke dalam Jannah, dan dikatakan kepadaku di dalamnya:

( سلام عليكم بما صبرتم فنعم عقبى الدار )

Salam sejahtera atasmu sebagai balasan atas kesabaranmu… maka (inilah Surga) sebaik-baik tempat kembali
Kisah ini diriwayatkan oleh Al Imam Ibnu Hibban dalam kitabnya: “Ats Tsiqaat” dengan penyesuaian.
Diterjemahkan oleh Abu Hudzaifah Al Atsary dari kitab: ‘Aasyiqun fi Ghurfatil ‘amaliyyaat, oleh Syaikh Muh. Al Arify.



Rabu, 04 Desember 2019


 Ya Rasulullah
-RAIHAN-

Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kutatap wajahmu
Kan pasti mengalir air mataku
Kerna pancaran ketenanganmu

Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kukucup tanganmu
Moga mengalir keberkatan dalam diriku
Untuk mengikut jejak langkahmu

Ya rasulullah ya habiballah
Tak pernah kutatap wajahmu
Ya rasulullah ya habiballah
Kami rindu padamu
Allahumma solli ala Muhammad
Ya rabbi solli alaihi wasallim

Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kudakap dirimu
Tiada kata yang dapat aku ucapkan
Hanya Tuhan saja yang tahu

Kutahu cintamu kepada umat
Umati kutahu bimbangnya kau tentang kami
Syafaatkan kami
Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kutatap wajahmu

Kan pasti mengalir air mataku
Kerna pancaran ketenanganmu
Ya rasulullah ya habiballah
Terimalah kami sebagai umatmu
Ya rasulullah ya habiballah
Kurniakanlah syafaatmu


Selasa, 03 Desember 2019


SAMPAH HATI

Seorang murid yang berbeda paham dengan gurunya mengeluarkan kecaman, kata-kata kasar, hinaan, dan meluapkan kebenciannya kepada Sang Guru. Sang Guru hanya diam, mendengarkan dengan sabar, tenang dan tidak berucap sepatah kata pun.
Setelah murid tersebut pergi, seorang murid lain yang melihat peristiwa itu dengan penasaran bertanya: "Mengapa Guru diam saja? Mengapa tidak membalas makian dia?".
Sang Guru pun berkata kepada muridnya: "Jika seseorang memberimu sesuatu,  tetapi kamu tidak mau menerimanya, menjadi milik siapakah pemberian itu...?". "Tentu saja menjadi milik si pemberi", jawab si murid dengan lugas. "Betul. Begitu pula dengan kata-kata kasar tersebut", tukas Sang Guru. "Karena aku tidak mau menerima kata-kata itu, maka kata-kata tadi akan kembali menjadi miliknya. Dia harus menyimpannya sendiri. Dia tidak menyadari, bahwa nanti dia akan menanggung akibatnya, baik di dunia maupun di akhirat. Energi negatif yang muncul dari pikiran, perasaan, perkataan, dan perbuatan kita hanya akan membuahkan penderitaan hidup bagi kita sendiri."
Sang Guru kemudian melanjutkan: "Sama seperti orang yang ingin mengotori langit dengan meludahinya. Ludah itu hanya akan jatuh mengotori wajahnya sendiri."
"Maka, jika di luar sana ada orang yang marah-marah kepadamu, biarkan saja, karena mereka sedang menyebarkan SAMPAH HATI mereka. Jika engkau diam saja, maka sampah itu akan kembali kepada diri mereka sendiri. Tetapi jika engkau tanggapi, berarti engkau menerima sampah itu...".
Sang Guru melanjutkan nasehatnya: "Hari ini begitu banyak orang yang hidup dengan membawa sampah di hatinya. Sampah kekesalan, sampah amarah, sampah kebencian, sampah dendam, sampah merasa diperlakukan tidak adil, dan lainnya. Sampah yang diakibatkan egoisme, keserakahan terhadap harta dan jabatan, fanatisme terhadap kelompok, kroni dan figur tertentu, sehingga mengalahkan etika luhur dan aturan. Mereka sampai berani berpaling dari kebenaran, karena membenci para pejuang kebenaran yang dianggap telah menyakitinya."
Inilah saatnya bagiku, bagimu, dan bagi kita semua, untuk melatih diri melenyapkan sampah yang ada di hati kita. Jikapun ada sampah kekecewaan, kekesalan, kemarahan, iri, dengki dan benci yang masih tersisa, setidaknya janganlah kita sebarkan sampah hati itu ke muka bumi ini.
Janganlah kita ludahkan ke langit, karena sampah itu hanya akan kembali mengotori diri dan wajah kita.