InspirasI

Minggu, 26 Juli 2020


TANGGUNG JAWAB


Beberapa hari yang lalu, ketika dalam perjalanan menuju Jakarta, seorang pengendara motor tiba-tiba menabrak saya dari belakang.
Kondisi jalan sedang macet.
Tetapi motor dengan kecepatan lumayan menyerobot dari sisi kiri.
Sedangkan mobil di depanku mengerem mendadak.
Terjadilah..... brakkk !!
Pengemudi motor terjatuh.
Seorang lelaki muda usia 20 tahunan tergeletak di aspal.

"Mas luka ?"

"Ngga mbak"

"Coba saya lihat kakinya. Mau saya bawa ke klinik ?"

"Gausah mbak. Gapapa."

Walau dia bilang gapapa tapi dia memegangi kakinya dan meringis. Saya tau dia menahan sakit.

"Maaf ya mbak. Saya buru-buru."

"Mas salah lho motong jalur gitu. Apalagi inikan macet. Bahaya ".

"Iya mba, saya salah. Saya tanggung jawab. Maaf mba mobilnya jadi rusak".

Saya lihat spakbor motornya melesak ke dalam. Sedangkan mobilku penyok sedikit saja di bagian belakang.

"Mbak saya gak ada uang. Tapi saya tanggungjawab kerusakan mobilnya. Mbak pegang KTP saya dulu ya. Nanti perbaikannya berapa mbak WA saya aja. Nanti saya bayar sekalian ambil KTP".

Saya diam saja. Tidak bereaksi apapun.
Pengemudi motor memberikan KTPnya dan nomor whatsapp padaku.
Lalu dia mengendarai motornya lagi.
"Maaf mbak, saya pergi dulu. Masih banyak paket yg belum terkirim. Sekali lagi maaf saya nabrak mbak".

3 hari kemudian saya iseng WA nomor hape orang yg menabrak saya. Padahal mobil belum saya bawa ke bengkel. Jadi belum tau biaya perbaikannya berapa.
Singkat saja saya tulis : Mas, ini biayanya habis 300 ribu.
Tak lama kemudian dia membalas : Baik mbak. Tapi maaf saya hanya bisa kasih setengahnya. Mohon maaf banget... istri saya mau melahirkan. Kata bidan sudah dekat hpl. Saya hanya ada uang 500 ribu.
Saya balas : OK mas. Kamu ke rumah saya ya. Bawa istri kamu juga.
Dia membalas : Baik mbak.
Saya kirimkan shareloc rumah saya.

Sore ini penabrak mobil saya datang bersama istrinya.
Benar, istrinya hamil tua.
Kami lalu mengobrol banyak.
Pasangan muda ini menikah setahun lalu, saat ini sedang menunggu kelahiran putra pertamanya.
Sang suami bekerja sebagai pengantar paket.
Waktu menabrakku, dia sedang terburu-buru karena banyak paket yg belum diantar. Jika terlambat antar dia bisa kena peringatan dari kantor, katanya.
Duh, saya jadi malu karena sering sekali ngomel kalau paket terlambat datang...

Mas itu menyerahkan amplop berisi uang 150 ribu.
Saya menerimanya.
Lalu menyerahkan amplop berisi KTP nya.

" Apa ini mbak ? Kok tebel banget ?"

" Buat tambahan biaya melahirkan istrinya mas. Semoga nanti melahirkan lancar. Selamat dan sehat semuanya".

Mata istrinya kulihat berkaca-kaca.

"Mbak, ini beneran ? Banyak banget ini. Ini gimana sih ? Saya nabrak mbak tapi malah dikasih uang".

"Benar mas nabrak saya, tapi mas kan sudah bertanggungjawab kasih saya biaya perbaikan. Saya terima. Jadi masalahnya sudah selesai.
Terimakasih ya.
Hati-hati loh kalo kerja. Walau seburu-buru apapun gaboleh ugal-ugalan berkendara. Karena ada anak dan istri yg menunggu di rumah".

"Ya tapi initu... Ya Allah mbak... terimakasih banyak... "

"Saya juga berterimakasih pada mas dan mbak yg sudah mengajari saya apa itu arti tanggung jawab. Saya banyak belajar dari kalian berdua.
Kalau putranya sudah lahir kabarin saya ya ".
Istrinya memeluk saya.
Mereka lalu berpamitan pulang.

Tentang tanggung jawab...
Banyak dari kita yg mampu menuntut pertanggungjawaban pada orang lain atas kesalahan yg dilakukannya.
Namun sedikit dari kita yg mampu bertanggungjawab pada  kesalahan diri sendiri.
Dan menolong yg lemah adalah bentuk pertanggungjawaban atas kekuatan yg diberikan Tuhan pada kita.

(ALIN)


Kamis, 23 Juli 2020


KISAH JENAZAH YANG DISHOLAWATI
70 RIBU MALAIKAT


Kisah ini diriwayatkan oleh Anas bin Malik r.a. : Pada suatu pagi Rasulullah SAW bersama dengan sahabatnya Anas bin Malik r.a. melihat suatu keanehan. Bagaimana tidak, matahari terlihat begitu redup dan kurang bercahaya seperti biasanya.
Tak lama kemudian Rasulullah SAW dihampiri oleh Malaikat Jibril.
Lalu Rasulullah SAW bertanya kepada Malaikat Jibril : "Wahai Jibril, kenapa Matahari pagi ini terbit dalam keadaan redup? Padahal tidak mendung?"
"Ya Rasulullah, Matahari ini nampak redup karena terlalu banyak sayap para malaikat yang menghalanginya." jawab Malaikat Jibril.
Rasulullah SAW bertanya lagi : "Wahai Jibril, berapa jumlah Malaikat yang menghalangi matahari saat ini?"
"Ya Rasulullah, 70 ribu Malaikat." jawab Malaikat Jibril.
Rasulullah SAW bertanya lagi : "Apa gerangan yang menjadikan Malaikat menutupi Matahari?"
Kemudian Malaikat Jibril menjawab : "Ketahuilah wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah SWT telah mengutus 70 ribu Malaikat agar membacakan shalawat kepada salah satu umatmu."
"Siapakah dia, wahai Jibril?" tanya Rasulullah SAW.
"Dialah Muawiyah...!!!" jawab Malaikat Jibril.
Rasulullah SAW bertanya lagi : "Apa yang telah dilakukan oleh Muawiyah sehingga saat ia meninggal mendapatkan kemuliaan yang  sangat luar biasa ini?"

Malaikat Jibril menjawab : "Ketahuilah wahai Rasulullah, sesungguhnya Muawiyah itu semasa hidupnya banyak membaca Surat Al-Ikhlas di waktu malam, siang, pagi, waktu duduk, waktu berjalan, waktu berdiri, bahkan dalam setiap keadaan selalu membaca Surat Al-Ikhlas."
Malaikat Jibril melanjutkan penuturannya : "Dari itulah Allah SWT mengutus sebanyak 70 ribu malaikat untuk membacakan shalawat kepada umatmu yang bernama Muawiyah tersebut."
SubhanAllah ..
Walhamdulillah ..
Wala ilaha illallah ..
Wallahu akbar .
Rasulullah SAW bersabda : ''Apakah seorang di antara kalian tidak mampu untuk membaca sepertiga Al-Qur'an dalam semalam?" Mereka menjawab, "Bagaimana mungkin kami bisa membaca sepertigai Al-Qur'an?" Lalu Nabi SAW bersabda, "Qul huwallahu ahad itu sebanding dengan sepertiga Al-Qur'an.'' (H.R. Muslim no. 1922)
Subhaanallaah...
Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang pandai bersyukur dan bersemangat untuk membaca, belajar serta mengamalkan Al-Qur'an. Aamiin
Apakah anda Rindu Kepada Rasulullah SAW ?
Ya Allah ..
Pertemukanlah kami dengan Rasalullah SAW Di Akhirat Nanti. Aamiin
 Aamiin ya Rabbal'alamiin


Senin, 13 Juli 2020


 Kisah Marmer Penyerap Panas
 di Masjid Nabawi


Bismillah...
Pria yang  mendesain Masjidil Harom Mekkah & Masjidil Nabawi Madinah
Dia adalah insinyur dan arsitek Mesir yg lebih suka menjauh dari pusat perhatian publik, tidak diketahui banyak orang, ia adalah Muhammad Kamal Isma'eel (1908-2008)
Dia adalah:
 ▪Orang termuda dalam sejarah Mesir yg memperoleh ijazah sekolah menengah,
▪Orang termuda yg mendaftar di Royal School of Engineering dan yg menjadi wisudawan termuda,
▪Orang termuda dikirim ke Eropa utk mendapatkan 3 gelar doctor dalam Arsitektur Islam,
▪Orang termuda yg mendapatkan *syal Nil* dan *pangkat besi* dari Raja Saudi Arabia.

Dia adalah insinyur pertama yg melakukan perencanaan dan implementasi proyek perluasan Masjidil Haramain (Mekkah dan Madinah).
Dia menolak menerima bayaran untuk desain teknik dan pengawasan arsitekturalnya, meskipun ada upaya dari Raja Fahd dan perusahaan Bin Laden untuk membayar berapapun yang dia tuliskan dalam selembar cek.
Ketika dia mengembalikan cek kosongnya, dia mengatakan kepada Bakar Bin Ladan: "Mengapa saya harus menerima uang (untuk pekerjaan saya) di 2 Masjid Suci (Mekkah & Madinah), bagaimana saya akan menghadapi Allah (pada Hari Pengadilan nanti?)."
Dia menikah pada usia 44 tahun, istrinya melahirkan seorang putra, tetapi kemudian meninggal, dan setelah itu ia tetap melajang dan mengabdikan seluruh waktunya untuk menyembah Allah sampai ia wafat.
Dia melebihi 100 tahun waktu yang dihabiskannya untuk melayani 2 Masjid Suci tersebut dan jauh dari pusat perhatian media massa, ketenaran dan uang.
Jenius ini memiliki kisah yang luar biasa mengenai marmer (karya) Masjidil Harom, karena ia ingin menutupi lantai Masjidil Harom bagi mereka yg melakukan thowaf, dan marmer khusus utk menyerap panas, dan marmer ini hanya ada di gunung kecil di Yunani.

Dia melakukan perjalanan ke Yunani dan menandatangani kontrak untuk membeli marmer dalam jumlah yg banyak untuk Masjidil Haram (marbling), yakni hampir setengah dari gunung marmer itu.
Dia menandatangani perjanjian dan kembali ke Mekah, sampai marmer putih itu tiba di Mekkah. Memulai dan mengawasi proses  pemasangan marmer putih di lantai Masjidil Haram di Mekkah sampai selesai.
Setelah 15 tahun, pemerintah Saudi memintanya kembali untuk menggunakan jenis marmer yg serupa agar dipasang di Masjidil Nabawi di Madinah.
Insinyur Muhammad Kamal berkata, "Ketika Raja meminta untuk menggunakan jenis marmer yang sama untuk Masjid Nabawi, saya sangat bingung, karena hanya ada 1 tempat di bumi ini yang terdapat  marmer jenis ini, yaitu Yunani, dan saya sudah membeli 1/2 dari  deposit marmer yang ada di gunung tersebut."
Lantas Kamal pergi ke perusahaan yg sama di Yunani dan bertemu CEO, dan bertanya kepadanya tentang deposit marmer yg tersisa. CEO mengatakan bahwa setengah deposit marmer itu telah dijual segera setelah Kamal pergi 15 tahun yg lalu.
Kamal menjadi sangat sedih. Kamal meninggalkan pertemuan, dan ketika meninggalkan kantor mereka, dia bertemu dengan Sekretaris Kantor dan memintanya untuk mencari informasi  keberadaan orang yg telah membeli sisa deposit marmer itu.

Sekretaris Kantor mengatakan bahwa hal itu akan sulit diketahui jika tidak membuka arsip karena proses bisnis nya telah berlalu begitu lama. Atas permintaan Kamal, dia berjanji untuk mencari datanya di arsip. Kamal memberikan alamat dan nomor kamar hotelnya, serta berjanji akan mengunjungi kembali keesokan harinya.
Pada hari berikutnya, beberapa jam sebelum berangkat ke bandara, Kamal menerima panggilan telepon dari sekretaris yg mengatakan bahwa dia telah menemukan alamat pembeli, lantas Kamal menuju kantor yg dimaksud, ternyata pembelinya sebuah perusahaan di Saudi Arabia.
Kemudian Kamal terbang ke Arab Saudi pada hari yg sama dan pada saat kedatangan, dia langsung pergi ke kantor perusahaan tersebut dan bertemu dengan Direkturnya, dan bertanya kepadanya apa yang telah dia lakukan dengan marmer yang dia beli bertahun-tahu  lalu dari Yunani. 
Direktur itu berkata, dia tidak ingat. Dia menghubungi bagian stok (perusahaan) dan bertanya kepada mereka tentang marmer putih dari Yunani dan mereka mengatakan kepada nya bahwa semua marmer masih ada, tidak pernah digunakan.
Kamal mulai menangis seperti bayi, dan selanjutnya menceritakan kisah lengkapnya kepada pemilik perusahaan.  
Kamal menyodorkan cek kosong (tanpa menulis besaran nilai transaksi) kepada pemilik marmer, dan memintanya menuliskan jumlah yang inginkan, berapa pun besarnya.
Ketika Pemilik marmer mengetahui bahwa marmer itu untuk pembangunan Masjid Nabawi di Madinah, dia berkata: "Saya tidak akan menerima 1 Riyal pun. Allah yang membuat saya membeli marmer ini dan melupakannya, itu artinya marmer ini memang sudah ditakdirkan oleh Allah  harus digunakan untuk Masjid Nabawi."
Semoga Allah memberkati Kamal tempat tertinggi di Jannah, aamiin.

Ditulis oleh:
Dr. Zaglool Al Najjar, seorang Ilmuwan Bumi,


Jumat, 03 Juli 2020


Ibnu Hajar Al-Asqolani

Pada jaman dahulu ada seorang anak yang terkenal rajin, namun disisi kerajinannya dia juga terkenal sebagai murid yang tidak pintar. Dirinya sering tertinggal dari teman-teman sekelasnya, dan hal itu membuat dirinya menjadi minder bahkan hingga patah semangat.
Karena merasa patah semangat, dirinya memutuskan untuk pulang ke rumahnya, agar semangatnya kembali tumbuh. Setelah berbicara kepada gurunya dia pun segera melakukan perjalanan. Akan tetapi ditengah perjalanan hal yang tidak terduga pun terjadi.
Ditengah perjalanan pulang hujan mengguyur dengan sangat lebat, dan mengharuskan anak ini mencari tempat berteduh. Anak ini pun memutuskan untuk berteduh di goa.
Saat berada di dalam goa, anak ini menemukan sebuah hal yang cukup menarik perhatiaannya. Anak ini melihat sebuah air yang menetes di atas batu yang keras, tes, tes, tes. Anak ini pun memperhatikan kejadian itu dengan seksama.
Setelah mengamati kejadian tersebut beberapa saat, anak ini mengambil pelajaran. Anak ini mempunyai sebuah kesimpulan yang sangat luar biasa “batu yang sangat keras saja bisa dilubangi dengan setetes air yang sangat lembut, bagaimana dengan otakku yang tidak lebih keras dari batu ini”
Setelah melihat kejadian itu, semangat anak ini pun kembali tumbuh, dan dia memutuskan pulang ke sekolahnya untuk kembali menuntut ilmu.
Sesampainya di sekolah anak ini menceritakan peristiwa yang dilihatnya kepada gurunya. Karena melihat semangat dari anak ini sang guru kembali mengajarkan ilmu-ilmu kepada anak ini. Setelah kejadian tersebut, anak ini memiliki kecerdasan yang sangat luar biasa, bahkan dirinya mampu melampaui kecerdasan teman-temannya.

Dialah seorang Ibnu Hajar Al-Asqolani, seorang ulama yang memiliki banyak karangan. Dari kisah tersebut bisa kita ambil pelajaran bahwa walaupun kadang-kadang kita sulit untuk menerima ilmu, jika kita melakukannya dengan tekun insyaallah ilmu tersebut lama-kelamaan akan masuk ke jiwa kita selama kita mau berusaha dan berdoa.



Aku laki-laki, tapi sekarang
merasa bukanlah lelaki.

Sebagai pencari nafkah bebanku menggunung, hari-hari terkejar kebutuhan yang makin sulit didapat.
“Abang keluarlah lagi, kerja apa kek. 
Kasian anak-anak buka puasa nanti masa cuma minum?”

Baru saja aku pulang, belum panas pantat duduk istri sudah suruh keluar lagi. 
Kasihan dia, pastilah bingung, di rumah cuma ada beras sisa dua liter. Isi kulkas sudah kosong, terakhir isinya dimakan saat sahur tadi. 

Gas pun habis. Yang ada hanya utang di warung makin nambah. Lengkaplah semua kebingungan. 

Andai jadi wanita mungkin akan tetap tinggal di rumah mendoakan saja. Ini aku, apa pun caranya harus kudu wajib dapat duit!
Ah, terasa betapa lemahnya aku jadi lelaki ….

Sudah delapan bulan di-PHK, sempat kerja serabutan ikut teman jadi kuli panggul barang di pasar, terakhir gabung di gojek. 
Namun, efek Covid 19 semua harus terhenti. 
Penghasilan hari-hari sudah tidak ada lagi.

“Apa gak ada receh gitu, Dek. Di saku apa di kaleng celengan anak-anak?”

Bukannya tak mau keluar lagi. Aku sudah keluar dari pagi curi-curi tempat menunggu penumpang, sambil was-was kalau ada petugas yang razia. Tetap nihil, yang ada bensin mau habis. Pun liur ini sudah terasa pahit. Sepertinya fisikku sedang kurang fit, mungkin efek pening mikir masalah cari duit.

“Tidak ada Abang. Kalau ada juga sudah dari tadi Mala ke warung. Cuma dapet ini.” Istriku itu perlihatkan koin 100 rupiah di genggaman.

Wajahnya tersirat putus asa. Kutatap dia iba. Untuuung wanitaku ini orangnya sabar, kalau tidak? Entahlah...

Jam sudah menunjuk arah setengah satu. Masih ada waktu 5 jam ….
“Iyalah Abang keluar lagi.”
Aku bangkit, pasang masker, sarung tangan, helm. Langkah gontai kembali keluar rumah.

Tengah hari begini jalanan makin sepi, hanya ada satu dua kendaraan lewat, itupun jarang. Kunyalakan motor, bensin sudah menunjuk garis merah, kalau aku jauh-jauh bakal tidak bisa pulang nanti.

Kuparkirkan motor di halaman masjid sekitar satu kilometer dari rumah. Awalnya duduk saja di selasar, bersandar di tembok menerawang dalam pikiran hampa. 

Selain ngojek harus ke mana, kerja apa? Masih membingungkan. Minta tolong ke teman-teman mereka juga sedang kesulitan. Keseringan dibantu juga rasanya tidak enak.

Tiba -tiba ada panggilan hati untuk masuk, siapa tahu di dalam pikiran lebih adem, dapat jalan keluar. Siapa tahu Allah kasih jawaban segera, aamiin.

Di dalam ada satu orang duduk bersila persis menghadap tempat imam. Sepertinya tengah khusyuk menunduk berdoa. Mungkin masalahnya sama denganku. Masalah duit.

Aku mengambil duduk di belakang, dekat tembok.
Allah … berikan hambamu ini pikiran terbuka, tunjukkan jalan rezeki untuk anak-anak hamba, kasihan mereka kalau sampai tidak makan ya Allah….

Sampai jam menunjuk angka dua, pikiranku masih blank. Sekilas pandangan jatuh pada kotak amal yang digembok tepat di dekatku. Uang kertas hampir penuh di dalamnya, ada lembar warna biru dan merah terasa melambai minta dijemput. Susah payah kutelan ludah.
Ambil satu lembar saja biru itu, enam orang anggota keluargaku akan kenyang nanti buka.

Astaghfirullah, kuatnya setan menggoda sampai aku hampir beranjak ke kotak kaca itu. 

Berulang-ulang kuucap istighfar sambil menutup mata. Jangan sampai darah daging mereka tumbuh dari kerjaku yang tidak halal, ya Allah ….

“Bang.” Kubuka mata, lelaki muda bermata bersih menegurku dalam jarak semeter, pakai masker kain batik. Ini orang yang duduk di depan tadi.

“Abang gojek, ya?” Ia melihat jaket yang kupangku.

“Iya, Mas.”
“Sedang sepi ya, Bang?”
“Ya, gitulah, Mas. Orang pada di rumah.”
“Abang bisa nyetir?”
“Bisa. Kenapa, Mas? Ada kerjaan?” Aku sangat berharap ini jalan pekerjaan.

“Oh iya, kebetulan saya mau minta tolong, bisa?”
Alhamdulillah, kuusap wajah penuh syukur. 

Mata rasanya seketika terang benderang.
“Bisa, bisa!” Kuangguk kepala yakin.
“Abang ikut saya, ya. Rumah di belakang,” katanya sembari berdiri. “Ayo, Bang.”
Aku bergegas mengikuti.

Rumah cukup besar dengan halaman seukuran rumahku.
“Kita akan antar ini ke daerah Koja. 
Tadinya saya bingung, supir malah nekad pulang kampung. Dadakan dia baru bilang,” katanya terlihat senang bertemu aku.

Segera kubantu lelaki muda itu mengangkat 10 karung beras, puluhan kotak yang sudah dilakban ke dalam Expander silver.

Sepanjang jalan, lelaki muda bernama Ridwan itu cerita punya nazar yang dikabulkan. Pantas saja wajahnya cerah, ia amat bersyukur istrinya bangun dari koma selama 3 tahun, setelah melahirkan anak pertama mereka. Ia juga pernah kecelakaan fatal sampai membuatnya takut nyetir. Berat juga masalahnya. 

Ternyata punya banyak uang dan rumah bagus tak jua lepas dari masalah hidup.

Tiga Panti Asuhan di Koja mendapat bantuan berupa barang juga uang dalam amplop.

“Begitulah, Bang. Selalu ada ujian untuk kesabaran. Ceramah Ustaz di masjid tiap subuh itu yang kuatkan saya,” ceritanya mengalir lagi di perjalanan kami pulang.
Ia berbagi cerita lagi tentang ujian yang menimpa rumah tangganya sejak awal menikah. Imanlah yang menguatkannya.

Kesabaran luar biasa.

Aku? Punya anak banyak sehat-sehat, istri sabar, hanya diuji dengan ketiadaan uang sudah bingung, hampir putus asa, malah sempat berpikir mencuri.

Ah, malunya aku ya Allah. 

Dia lebih muda, tapi lebih dewasa dariku memandang hidup.

“Abang mau nggak jadi supir pribadi saya?”
Bagai disiram air sejuk aku mendapat nikmat berlipat sore ini.

Pulang dengan senyum lebar, bawa serantang makanan dari mas Ridwan, sembako, upah dua lembar uang merah, dan pekerjaan baru.
Benar-benar rezeki tak terduga.

Alhamdulillah, mendekatkan diri berserah memohon pada-Nya ternyata pilihan terbaik tadi. 

Ini akan jadi awal jalanku meraih kemenangan. Belajar lagi sabar, belajar lagi melawan nafsu diri dan berbaik sangka pada-Nya.

“Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin. Semua perkara (yang menimpanya) adalah kebaikan baginya dan tidaklah hal ini terjadi kecuali hanya pada diri seorang mukmin.
Jika dia mendapat kebahagiaan dia bersyukur maka hal ini adalah baik baginya. Dan jika tertimpa musibah dia bersabar maka itu juga baik baginya.”
(HR. Muslim).

Ruang Hati, 05/05/2020



Kamis, 02 Juli 2020


LELAKONE WONG URIP

Dalan urip sing sarwo mulus lan lurus kuwi ora ono, mesthi ono tikungan, tanjakan kadangkolo ugo ngadepi watu sandungan lan sakwernane eri kang dadi alangan,senajan mengkono kito kudu tetep setyo budyo ngenut laku kang dadi garise lelakon.

Urip sakdermo nglakoni, uripsadermo urip paringane sing gawe urip, waton tenanan nglakoni urip bakale ono pitulungan seko sing gawe urip.

Langit sing tanpo mendung kuwi ora ono. Segara sing tanpo ombak iku ugo ora ono. Semana ugo katresnan sing tanpo pacoban iku ugo ora ono.

Ing bab opo wae,opo-opo sing ngluwihi wates iku dadine kurang becik.. luwih-luwih ing bab katresnan. Sayang/tresno kuwi becik, nanging yo kudu biso ngukur/naker sepiro pantese supoyo biso dadi  becik sekabehane, ora mung biso ngukur kanggo kabecikane dhewe..

Dadi wong dewoso iku pancen angel, nanging angel ora ateges ora biso.. kabeh butuh laku, butuh niat, butuh proses, ora mung jumedul seko karepe dhewe. Mula kito kudu biso olah roso/nimbang roso..kanthi mapanake roso banjur kelair ing pangucap kang adem,kepenak dirungokake,biso ditompo lan gawe becik sekabehane.

Sing uwis yo wis.. ora perlu digethuni.. ayo sing becik digoleki..... Dewoso kuwi ora mapan ono ing umur nanging mapan ono ing landepe pikir lan roso..... Banjur biso mapanake patrap lan pangucap.....Pepeling