InspirasI

Senin, 28 Juli 2014

Makna Lebaran dengan Ketupat

Simbolisasi  makna lebaran untuk sebagian besar masyarakat Jawa adalah ketupat lebaran. Di dalam ketupat ada biji beras yang melebur menjadi satu kesatuan. Lebaran merupakan istilah yang sering dipakai dalam masyarakat kita untuk menyambut hari Raya Idhul Fitri. Lagi-lagi kata ini berasal dari bahasa Jawa. Lebaran akar kata bahasa jawa “Lebar” yang berarti selesai atau sudah berlalu. Maksudnya Ibadah Bulan Ramadhan dengan kewajiban wajibnya puasa sudah selesai tinggalah waktunya masuk bulan syawal.
            Bulan syawal inilah dilaksanakan Hari Raya Idhul Fitri atau dalam bahasa Jawanya “Riyaya” atau “Badha”. Riyaya merupakan istilah yang disingkat dari kata “Hari Raya”. Ba’da berasal dari kata Bahasa Arab yaitu ba’da yang berarti setelah, selesai. Maksudnya telah selesai melaksanakan ibadah puasa ramadhan dan tiba di  Hari Raya Idhul Fitri. Istilah Lebaran sudah dipakai oleh masyarakat secara Nasional sebagai nama lain dari Hari Raya Idhul Fitri.

Ketupat seperti sudah menjadi  makanan ciri khasa lebaran
Ketupat adalah hidangan khas yang berbahan dasar beras yang dibungkus dengan selongsong terbuat dari anyaman daun kelapa (Janur). Makanan ini akan kita temui ketika Lebaran tiba saat umat Islam khususnya di Jawa merayakan Hari Raya Idhul Fitri.  Khususnya di daerah pedesaan masih banyak menyediakan hidangan ketupat. Mungkin sekarang dengan era yang sudah maju ketupat digantikan dengan makanan modern seperti roti, kacang. Makanan instan lainnya juga sudah memenuhi meja . Tidak lupa dengan aneka minuman yang merknya sangat beragam. Tentang  makanan ketupat ada dari  tradisi yang sarat dengan nilai-nilai kebudayaan simbolik. Maka kemudian tidak salah ketika Polri dalam rangka pengamanan Lebaran menggunakan istilah “Operasi Ketupat Lebaran”

              Asal muasal Ketupat.
Masyarakat Jawa mempercayai Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan Ketupat. Kata “Ketupat” atau kupat berasal dari kata jawa “ngaku lepat” yang berarti mengakui kesalahan. Sehingga dengan sesama muslim diharapkan mengakui kesalahan dan  saling memaafkan serta melupakan kesalahan dengan memakan ketupat. Maka kemudian orang yang bertamu ke rumah akan disuguhi ketupat  pada hari lebaran dan diharapkan ikut memakannya sebagai pertanda sudah rela dan saling memaafkan. Dalam masyarakat jawa ketupat dihari raya juga dibagikan kepada lingkungannya sanak saudara untuk bisa menikmatinya. Ketupat diantarkan kerumah sebagai lambang silaturahmi dan permohonan maaf. Di hari lebaran orang banyak mengaku salah (mengaku lepat) mungkin karena selama setahun sebelumnya mengaku benar.Bisa dilihat kejadian seperti ini di lingkungan sekitar kita atau dalam lingkup yang lebih besar lagi. Budaya saling berkunjung orang muda mengaku lepat (salah) sebagai orang yang sudah tua juga merasa banyak salah sehingga timbullah interaksi saling memahami dan merasakan kebersamaan. Pangkat jabatan, harta  seharusnya tidak boleh menghalangi untuk saling meminta maaf kepada sesama. Hal ini mencerminkan pandangan hidup orang Jawa, bahwa orang harus tepo seliro, unggah-ungguh (tahu tata karma dan sopan santun). Kebenaran mutlak hanya milik Tuhan namun manusia kadang berbuat baik namun juga bisa berbuat salah maka diperlukan sikap saling memahi dan mau saling memaafkan kepada sesama.

    Filosofis dalam Ketupat.
            Kalau melihat bungkus ketupat yang berwarna kuning dalam bahasa jawa lambang penolak bala. Janur artinya sejatine nur (Cahaya) yang melambangkan kondisi manusia dalam keadaan suci setelah mendapatkan pencerahan (cahaya) selama bulan Ramadhan. Makna Lebaran Ketupat adalah kesucian lahir batin dalam menuju tujuan hidup yang hakiki.

            Bentuk Ketupat yang segi empat mencerminkan prinsip “kiblat papat lima pancer” yang bermakna bahwa kemanapun manusia pasti menuju, pasti kembali kepada Alloh. Kiblat papat lima pancer ini bisa diartikan sebagai empat macam nafsu manusia, yaitu amarah, yaitu nafsu emosional, aluamah atau nafsu memuaskan rasa lapar, supiah yaitu nafsu untuk memiliki sesuatu yang indah dan mutmainah, nafsu untuk memaksakan diri. Jadi dengan memakan ketupat orang disimbolkan sudah mampu menaklukan keempat nafsu tersebut.Ada juga yang memaknai rumitnya anyaman ketupat mencerminkan berbagai macam kesalahan manusia sedangkan warna putih ketupat ketika dibelah dua mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah memohon ampunan dari Alloh SWT. Beras dan isi ketupat diharapkan menjadi lambang kemakmuran setelah hari raya. Makan kupat enaknya dengan opor ayam yang banyak menggunakan santan. Maka kemudian muncul istilah Jawa lagi “Mangan kupat nganggo santen, Menawi lepat nyuwun pangapunten..Semoga di hari Kemenangan ini kita bisa memaknai arti kemenanagan dalam kehidupan selanjutnya setelah bulan Ramadhan. Salam.

Tidak ada komentar: