InspirasI

Senin, 29 September 2014

PENGORBANAN NABI   ZAKARIA

Zakaria AS adalah salah satu Nabi Alloh SWT. Konon, pengorbanan beliau sebagai seorang Nabi sangat luar biasa dan itu sangat menginspirasi kita yang hidup di jaman setelahnya. Berikut cerita Nabi Zakaria AS yang dikirim sang sahabat via e-mail. Semoga kita bisa memetik hikmah yang terkandung di dalamnya!
Dalam usia yang masuk uzur, Zakaria AS merindukan kehadiran seorang putra. Ia khawatir jika hingga ajal dicabut belum juga memiliki keturunan, maka siapa nanti yang akan meneruskan perjuangan syiar agama-Nya. Karena itulah Zakaria AS tak pernah berhenti bermunajat kepada Allah SWT, minta agar Dzat Yang Maha Perkasa memberinya anak.
“Yaa, Allah, yaa Rabb. Janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri. Engkau sebaik-baiknya Dzat yang memberi keturunan. Yaa, Tuhanku, telah lemah tulang belulangku, telah penuh uban di kepalaku, dan bukanlah aku seorang sial dalam berdoa kepada-Mu. Sedangkan istriku adalah seorang perempuan mandul, berilah kepadaku dari karunia-Mu seorang anak yang kelak akan menjadi penggantiku,” doa Zakaria AS tak berhenti hanya sekali. Ia tak ingin kobaran semangat syiar agama yang ada di pundaknya terputus gara-gara tidak punya keturunan. Sementara kondisi rahim sang istri sudah tidak mungkin untuk melahirkan anak.
Doa Zakaria AS dijawab oleh Allah SWT. Melalui malaikat utusan-Nya, Allah SWT menjanjikan Zakaria AS akan dikaruniai seorang anak yang kelak diberi nama Yahya. “Belum pernah ada manusia yang bernama Yahya,” kata Sang Malaikat utusan Allah SWT. Namun jawaban dari Allah SWT tersebut justru membuat Zakaria AS merasa kebingungan. Bagaimana mungkin aku bisa membuahi rahim istriku, sementara aku sudah tidak punya kemampuan lagi mendekatinya? Bagaimana mungkin pula rahim istriku yang mandul dapat mengandung putra pemberian-Mu? Rasa gundah ini muncul karena memang Zakaria AS yang hidup di jamannya saat itu punya sifat selalu ingin jelas dan nyata dalam menghadapi persoalan apapun.
Gundah hati Zakaria AS segera pula dijawab oleh Allah SWT. Melalui Sang Malaikat, Dia berkata, “Bukankah Allah yang menjadikanmu, sedang sebelumnya kamu tidak ada? Dan Tuhan itu pulalah yang akan memberi engkau anak?”
Tanda-tanda kebesaran Sang Illahi pun terjadi. Istri Zakaria AS yang sudah uzur dengan rahim yang mandul suatu ketika diketahui hamil. Dari rahim sang istri itulah lahir seorang bayi laki-laki yang kemudian, sesuai dengan petunjuk Allah SWT, diberi nama Yahya. Kelak anak itu akan tumbuh jadi seorang pemimpin (nabi) yang mempunyai kecerdasan luar biasa, tegas dalam mengambil keputusan, serta memiliki keimanan yang teruji. Ia pun hafal segala isi Kitab Suci Taurat dan menerapkannya dalam perikehidupan sehari-hari.
Alkisah, Yahya, setelah ia tumbuh dewasa, ditetapkan sebagai seorang penghukum atau hakim. Saat mengemban amanah sebagai hakim, ia pernah menghadapi dilema yang sangat pelik. Dilema itu berawal dari keinginan Raja Hirodus yang menguasai Negeri Palestina yang hendak meminang salah seorang keponakan Yahya. Sang keponakan yang diceritakan berparas sangat cantik itu bernama Hirodia. Raja Hirodus sudah datang kepada orangtua Hirodia dan keputusan untuk mengawini gadis itu sudah bulat.
Mendengar kabar bahwa Hirodia akan dinikahi oleh Raja Hirodus, bukan main marahnya Yahya. Ia memvonis perkawinan kedua orang itu tidak sah karena bertentangan dengan ketentuan yang terkandung dalam Kitab Suci Taurat. “Perkawinan mereka tidak akan saya akui dan saya akan menentang sekeras-kerasanya perkawinan mereka!” ujar Yahya sambil menyebutkan, Hirodia atau Harduba itu sesungguhnya adalah anak Raja Hirodus itu sendiri. Kabar tersebut disampaikan oleh Abdullah bin Zubair. Sementara dari As-Suddy mengatakan, Hirodia merupakan anak tiri dari Raja Hirodus yang hukumnya “haram” dinikahi olehnya (Raja Hirodus). Begitu pula Ibnu Abbas memberi kabar, Hirodia masih merupakan anak saudara laki-laki Raja Hirodus. Semua argumentasi tersebut menurut Kitab Taurat, sama dengan hukum Al-Qur’an, sangatlah tidak halal Raja Hirodus memperistri Hirodia!
Keputusan Yahya demikian, tentu saja, membuat berang Raja Hirodus dan membuat kecewa Hirodia. Lalu keduanya mengatur siasat untuk menghabisi Yahya karena dianggap telah mengacaukan rencana perkawinan mereka. Hirodia pun, dengan kecantikan yang dimilikinya, berusaha menggoda Yahya. Namun kemolekan rupa dan tubuh gadis itu sama sekali tidak membuat Yahya mengubah keputusannya.
Gagal menggoda Yahya dengan berahi yang ditawarkannya, Hirodia lantas menghasut Raja Hirodus untuk membunuh “hakim agung” yang dianggapnya keras kepala itu.  Permintaan sang kekasih itu tentu saja tidak ditolak oleh Raja Hirodus yang memegang tampuk kekuasaan sebagai raja di negerinya dari tahun 4 sebelum Masehi hingga tahun 37 sesudah Masehi. Raja dzolim itu pun segera menangkap Yahya, kemudian memenjarakannya. Diriwayatkan, di dalam penjara itulah lelaki yang kemudian dalam sejarah dikenal sebagai Nabi Yahya AS tersebut dibunuh dengan cara yang biadab: disembelih!
Cerita di atas menunjukkan bahwa, Nabi Zakaria AS telah melakukan pengorbanan yang sangat luar biasa. Tidak semua umat manusia, apalagi yang hidup di jaman sekarang, yang bisa menyamai pengorbanan beliau. Yakni harus rela kehilangan putra semata wayang yang tewas dengan cara mengenaskan, padahal sebelumnya beliau sangat berharap hadirnya seorang anak untuk melanjutkan tugas-tugasnya sebagai Utusan Allah SWT. Padahal saat itu sangat memungkinkan bagi Nabi Zakaria AS memengaruhi Yahya untuk mencabut keputusannya atau mencari solusi lain, lalu merestui perkawinan Raja Hirodus dengan Hirodia. Apa pula pengorbanan lain dari sosok Nabi Zakaria AS?
Setelah menghabisi Nabi Yahya AS dengan cara keji, Raja Hirodus mencari pula Nabi Zakaria AS. Mungkin dia berpikir orang itu kelak akan pula menghalangi keinginannya mengawini Hirodia, gadis cantik pujaan hatinya. Karena itu, Raja Hirodus berniat menghabisi pula Nabi Zakaria AS! Rupanya Raja Hirodus ingin meneruskan “kepiawaian” sang bapak dalam urusan bunuh membunuh manusia. Konon sang bapak, Raja Hirodus Agung, adalah pembegal ratusan nyawa manusia.
Kabar dirinya hendak dibunuh oleh Raja Hirodus, rupanya terendus oleh Nabi Zakaria AS. Beliau pun lari untuk bersembunyi dan menyelamatkan diri. Konon Nabi Zakaria AS sempat bersembunyi di sebuah kebun dekat kota Yerusalem. Tetapi apa lacur tempat persembunyian beliau diketahui oleh balatentara Raja Hirodus. Sebatang pohon yang membelah dirinya dan mempersilakan Nabi Zakaria AS bersembunyi di dalamnya, ditunjukkan oleh iblis kepada tentara Raja Hirodus. Alhasil, batang pohon tempat bersembunyi Nabi Zakaria AS digergaji oleh mereka. Nabi Zakaria AS tewas dengan tubuh terbelah dua!
Allah SWT pun murka. Kematian para Sang Kekasih itu kemudian dibalas oleh-Nya dengan menimpakan berbagai bencana kepada kaum Bani Israil yang merupakan  kaum Raja Hirodus. Dalam sebuah kisah diceritakan, mereka pernah terbunuh hingga 120.000 orang dalam sebuah peperangan yang kemudian tercatat dalam sejarah sebagai serangan Nebukadnezar dari Babill dan serangan Titus dari Kerajaan Romawi. Dan itu terjadi sebelum serta sesudah kelahiran Nabi Isa bin Maryam AS.


Jumat, 26 September 2014


FILSAFAT PENDIDIKAN NABI IBRAHIM


      Nabi Ibrahim merupakan teladan (Q.S al-Mumtahinah, 04) di dalam pendidikan unggulan di dunia modern. Karena Nabi Ibrahim ternyata sangat cerdas di dalam melihat fenomena yang sedang terjadi dan berkembang disekitarnya. Saat Istri Ibrahim melahirkan Ismail, dimana Babylonia kala itu, tidak memungkinkan untuk sebuah pertumbuhan (tarbiyah) seorang anak. Seperti emosional, piritual, walaupun secara fisik anak bisa tumbuh dengan baik dan sempurna. Ibrahim segera mengambil inisiatif, yaitu membawa istri dan putrinya menjauhi tempat yang banyak vitus pendidikan.
Langkah-langkah yang ditempuh oleh Nabi Ibrahim agar supaya pertumbuhan anak bisa berkembang dengan baik, sebagai berikut:
a. Memilih Tempat :
Nabi Ibrahim memilih kota Makkah. Di tempat sacral inilah Ibrahim memluai hidupnya. Ismail masih balita, ia ingin menyelamatkan keluarganya dari suasana yang tidak kondusif, yang sekaligus menyelamatkan anak dan keluarganya dari komunitas yang penuh dengan kesyirikan kala itu. Di tempat ini, Ibrahim meninggalkan anak dan istrinya. Langkah ini diambil dalam rangka ingin menyelamatkan keturuanan dari kesyrikan, serta komunitas yang tidak baik bagi masa depan pertumbuhan anaknya. Dalam sebuah ayat al-Qur’an, Allah SWT berfirman:” Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur. Nabi Ibrahim memilih kota Makkah yang masih bersih nan suci. Ia yakin kelak anak dan istrinya akan menjadi orang yang bermanfaat, karena tempat tersebut mendukung bagi kelangsungan pertumbuhan spritualnya. Walaupun kondisi Makkah pada waktu itu sangat tandus nan kering. Tapi, ia benar-benar yakin, bahwa Allah SWT ikut campur tangan di dalam mendidik anaknya untuk menjadi generasi sholih, yang selalu menjalankan perintah-Nya. Di dalam dunia pendidikan modern, memilih lembaga pendidikan formal sangat penting, baik Negeri atau swasta. Tempat (lembaga Pendidikan) modern harus memiliki criteria, antara lain (1) Bagus serta Kondusif ketika dalam proses belajar mengajar (2) Lingkungan sehat, dan pergaulan juga mendukung (3) Manajemennya bagus dan disinplin, baik proses belajar atau adminitrasinya (4) Terhindar dari kontaminasi barang-barang terlarang (5) Kualitas tenaga pengajarnya mumpuni disiplin ilmunya masing-masing.
b. Motivasi Orangtua: Ibrahim adalah sosok yang senantiasa memberikan motivasi terhadap putra-berupa do’a. Beliau sadar, bahwa dirinya tidak bisa memberikan dorongan, atau menumbuhkan (mendidik) fisik secara langsung. Oleh karena itu, beliau memberikan makanan ruhani (do’a) setiap saat, agar putranya senantiasa mampu melangsungkan kehidupan di Makkah bersama Ibunya. Dorongan do’a Ibrahim itu tertuang di dalam al-Qur’an yang artinya:” Ya Tuhan Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur. di dalam redaksi lain, Nabi Ibrahim berdo’a ‘’ Ya Allah, jadikanlah kami orang yang senantiasa menjaga sholat dan juga keturunanku”.

c. Kompak Dengan Istri. Ibrahim bukan hanya memilih tempat yang tepat. Tetapi, sang istri juga termasuk wanita tangguh serta sholihah. Lihat saja, ketika Ibrahim diutus meninggalkan kota Makkah menuju palestina. Sang istri tegar serta perkasa. Hajar menjadi single parent, selama Nabi Ibrahim pergi ke-Palestina dalam rangkan melaksanakan perintah-Nya. Sejak kaki menginjak tanah Makkah, ia melempar pan dangan pada tanah kosong yang ada di sekelilingnya dengan perasaan tak menentu disertai pertanyaan kepada Ibrahim apakah ia telah meninggalkan mereka. la tak menjawab. Lalu ia bertanya adakah ini perintah Allah? Ibrahim lalu mengiyakan. Mendengar jawaban itu ia berkata, “Jika demikian halnya, Tuhan tak akan membuat kita sia-sia.” Pada akhirnya, air Zamzam menyembur dari dalam tanah gersang membasahi kaki si kecil, Isma’il.
Hajar begitu ihlas, sedangkan Ibrahim begitu yakin dengan istrinya yang mampu mendidik anaknya.

a. Demokratis. Di samping menjadi ayah yang baik bagi kedua istri, dan anak-anaknya. Ternyata, Nabi Ibrahim sosok pendidik yang demokratis. Beliau r.a lebih mengedepankan pendekatan musawarah. Ini terlihat ketika ia, sedang bermimpi (wahyu), agar menyembelih Ismail. Ibrahim tidak bertindak otoriter, atau diktaror terhadap sang putra. Di dalam al-Qur’an dialog antara Ibrahim dan Ismail di abadikan sebagai berikut “Maka Kami beri Dia khabar gembira dengan seorang anak yang Amat sabar” Selanjutnya, al-Qur’an menjelaskan dialog antara anak yang sabar (Ismail) dengan orangtuanya yang demokratis. Nabi Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah, bagaimana menurut pendapatmu! ia menjawab: “Hai Ayahandaku, kerjakanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar“. Selanjutnya, ketika keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).
     Di dalam dunia pendidikan, Filsafat pendidikan Nabi Ibrahim perlu direnungi untuk menghasilkan generasi unggulan dan berkualitas. Jika dilihat dari kontek ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa Ibrahim lebih mementingkan makanan ruhani seorang anak dari pada makanan jasmani. Dilihat dari kondisi tempat, Makkah saat itu sangat kering, tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan fisik (makan, minum). Tapi, tempat itu sangat memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan rohani (spiritual). Dan ternyata, kekuatan spiritual itu yang mampu membentuk kepribadian seorang anak dikemudian hari.
      Terahir, yang dilakukan Nabi Ibrahim adalah tawakkal kepada-Nya. Karena hanya tawakkal inilah yang bisa menghilangkan rasa kekhawatiran-kekhwatiran yang menyelimuti dirinya. Bagaimana mungkin, sang ayah meninggalkan anak dan istrinya ditempat yang kering, tandus, tiada satupun orang, semesntara itu tidak ada tumbuhan yang dapat di makanan, atau mata air yang bisa digunakan air minum.
       Di dalam sebuh do’a Nabi Ibrahim memohon kepada-Nya, dengan curahan air mata agar do’a yang dipanjatkan dikabulkan serta menjadi sebuah kenyataan, bukan hanya sekedar teori-teori yang Nampak dipermukaan.

Kamis, 25 September 2014

PENGORBANAN HEWAN KURBAN
 DI IDHUL ADHA


      Idul Adha hari raya umat Islam seminggu lagi  umat islam akan melakukan salat Ied bersama-sama di tanah lapang, seperti ketika merayakan Idul Fitri. Setelah salat, dilakukan penyembelihan hewan kurban, untuk memperingati perintah Allah kepada Nabi Ibrahim yang menyembelih domba sebagai pengganti putranya.
        Pada Idul Adha hari ini dan besok kita akan coba memaknai dari arti sebuah pengorbanan para hewan yang dihalalkan untuk kurban di Idul Adha bagi umat manusia, khususnya bagi kaum muslim.
Kita tahu hewan-hewan yang hari ini dijadikan sebuah persembahan untuk kurban di Idul Adha adalah hewan-hewan yang wajib dan dihalalkan oleh agama Islam untuk disajikan dan dibagikan kepada umat muslim, khususnya untuk para kaum miskin. Dan kita paham betul hewan-hewan itu adalah bagian dari sekian banyak mahkluk Allah yang diciptakan-Nya, selain manusia, malaikat, jin maupun tumbuhan.
     Mereka para hewan kurban tidak sesempurna apa yang dimiliki manusia. Mereka tidak punya akal dan pikiran, akan tetapi dibalik semua itu mereka sungguh besar manfaatnya bagi kehidupan manusia. Mereka para hewan kurban yang tidak memiliki akal dan pikiran justru lebih besar memiliki rasa pengorbanannya kepada manusia. Mereka rela dan ihklas di sembelih juga kemudian di masak untuk berbagai hidangan yang kemudian di makan oleh umat manusia yang menyebelihnya.
      Pengorbanan para hewan kurban ini sesungguhnya lebih besar dari pada pengorbanan umat manusia. Mereka para hewan tidak pernah menuntut imbalan apapun dalam pengorbanannya kepada manusia. Dan mereka para hewan kurban tidak pernah meminta imbalan balik kepada manusia, agar manusia pun mau mengorbankan dirinya untuk  mereka hewan kurban. Inilah perbedaan kandungan makna di sebuah keihklasan dan pengorbanan.
      Kita tahu bahwa kita sebagai umat manusia yang diciptakan Allah SWT adalah mahkluk yang sempurna, dan hal itu sesuai dengan apa yang terkandung di dalam kalimat Allah SWT di kitab suci Al-Qur’an (kitab sucinya umat Islam).  Akan tetapi kesempurnaan manusia yang diciptakan Allah SWT justru tidak pernah sedikitkpun dijadikan sebuah rasa syukur yang dalam bagi manusia itu sendiri.
      Manusia lebih cenderung kepada kerakusan, keserakahan dan kekuasaan. Manusia lebih mementingkan keistimewahan dirinya sendiri. Dan manusia juga jauh dari rasa rela pengorbanannya kepada sesamanya. Kita sebagai umat manusia lebih cenderung kepada egoisme yang berlebihan dalam semua permasalahan. Justru lebih banyak yang salah adalah benar, dan yang benar adalah salah. Begitu pula kita selalu menilai kepada kebaikan manusia lainnya belum tentu kebaikan itu adalah kebenaran.
       Inilah perbedaan yang mendasar yang dimiliki manusia dengan hewan-hewan kurban di Idul Adha tahun ini. Hewan-hewan kurban tidak pernah membantah apa yang diperintahkan manusia, mereka para hewan kurban juga ihklas menerima perlakuan manusia yang sering menyakitkan fisiknya bahkan jiwanya. Akan tetapi para hewan kurban tahu kalau memang dirinya diciptakan Allah SWT adalah hewan yang memang harus berbakti kepada manusia dalam berbagai urusan.Para hewan kurban juga begitu patuhnya menjalankan perintah Allah SWT untuk menerima takdirnya dihadapan manusia. Beda dengan manusia, manusia justru lebih banyak melalaikan dan bahkan menyepelekan segala perintah dan larangan Allah SWT. Kebaikan lebih banyak dijaukan justru keburukan lebih diutamakan.
     Di hari raya Idul Adha ini mari kita kembali kefitrahnya diri kita sendiri sebagai umat manusia yang sempurna di dalam ciptaan Allah SWT. Kita sama-sama memaknai arti Idul Adha itu sendiri dan sekaligus memahami arti pentingnya pengorbanan para hewan kurban di Idul Adha tahun 2014 ini.
     Di hari Idul Adha, bagi umat manusia, khususnya umat Islam yang mampu dianjurkan untuk menyembelih hewan kurban. Pada dasarnya, penyembelihan hewan kurban ini mengandung dua nilai yakni kesalehan ritual dan kesalehan sosial. Kesalehan ritual berarti dengan berkurban, kita telah melaksanakan perintah Allah SWT yang bersifat transedental. Kurban dikatakan sebagai kesalehan sosial karena selain sebagai ritual keagamaan, kurban juga mempunyai dimensi kemanusiaan.
    Bentuk solidaritas kemanusiaan ini termanifestasikan secara jelas dalam pembagian daging kurban. Perintah berkurban bagi yang mampu ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang respek terhadap fakir-miskin dan kaum dhu’afa lainnya. Dengan disyari’atkannya kurban, kaum muslimin dilatih untuk mempertebal rasa kemanusiaan, mengasah kepekaan  terhadap masalah-masalah sosial, mengajarkan sikap saling menyayangi terhadap sesama.
      Meski waktu pelaksanaan penyembelihan kurban dibatasi (10-13 Dzulhijjah), namun jangan dipahami bahwa Islam membatasi solidaritas kemanusiaan. Kita harus mampu menangkap makna esensial dari pesan yang disampaikan teks, bukan memahami teks secara literal. Oleh karenanya, semangat untuk terus ’berkurban’ senantiasa kita langgengkan pasca Idul Adha.
     Saat ini kerap kita jumpai, banyak kaum muslimin yang hanya berlomba meningkatkan kualitas kesalehan ritual tanpa diimbangi dengan kesalehan sosial. Banyak umat Islam yang hanya rajin shalat, puasa bahkan mampu ibadah haji berkali-kali, namun tidak peduli dengan masyarakat sekitarnya. Sebuah fenomena yang menyedihkan. Mari kita jadikan Idul Adha sebagai momentum untuk meningkatkan dua kesalehan sekaligus yakni kesalehan ritual dan kesalehan sosial. (kompasiana).


Rabu, 24 September 2014


PENDIDIKAN  DAN RUH BANGSA

         PENDIDIKAN suatu bangsa itu selalu linier dengan peradaban bangsa itu sendiri. Bangsa yang memiliki sistem pendidikan baik lah yang akan menghasilkan akademisi yang tangguh dan siap berkompetisi pada zamannya. Out put pendidikan yang kompitebel sejalan alias berbanding lurus dengan penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul. Dengan adanya SDM yang baik juga akan menjadikan peradaban bangsa itu maju dan diperhitungkan oleh dunia.
            Permasalahan pendidikan di Indonesia nampaknya masih dipandang sebelah mata. Terbukti, prioritas pendidikan hanyalah sebatas wacana yang aplikasinya jauh dari apa yang telah dirumuskan. Janji pemerintah yang akan mengulirkan anggaran pendidikan sebesar 20% dari jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terkesan membesar-besarkan. Bukti di lapangan menunjukkan bahwa objek dari anggaran itu belum mengenai sasaran yang tepat dan masih terlalu bias. Aspek mana dari pendidikan itu yang akan dibiayai dan sektor mana yang seharusnya tidak perlu diberi kucuran dana belum dijelaskan secara rinci dalam Undang-undang yang ada.
        Melihat kondisi yang ada, selayaknya bangsa ini sadar bahwa penyebab keterpurukan bangsa di mata dunia adalah ketidakmampuan Indonesia dalam menciptakan iklim pendidikan yang baik, kondusif dan relevan untuk seluruh rakyat Indonesia. Bangsa ini belum mampu memosisikan pendidikan sebagai sesuatu yang paling urgen (sakral) yang berpengaruh terhadap kemajuan dan peradaban bangsa ke depan. Sehingga wajar jika kemudian banyak anak bangsa yang belum bisa mengenyam pendidikan dasar sekalipun, masih begitu sulit bagi rakyat kecil untuk menikmati pendidikan layaknya kaum berada lagi mampu. Padahal negara sebagaimana termaktub dalam UUD akan menjamin pendidikan anak bangsa.
          Penghargaan bangsa terhadap ilmu pengetahuan akan mempengaruhi spirit (ruh) bangsa yang bersangkutan untuk menyiapkan sistem pendidikan yang merakyat dan berproyeksi jauh ke depan. Dengan demikian pendidikan tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang formal temporal melainkan wadah untuk menggali investasi demi terwujudnya masa depan bangsa yang cerah yang wajib didapatkan oleh setiap warga negara. Hal ini karena pendidikan adalah modal utama yang tiada pernah sirna dan lekang dimakan waktu, ilmu pengetahuan akan tetap terkristal erat dalam jiwa pemiliknya yang akan membentuk keterampilan (skill) dan kepribadiannya. Sehingga efek dari pendidikan itu akan benar-benar berpengaruh terhadap kemajuan dan kejayaan bangsa di masa yang akan datang.
         Apabila bangsa sudah bisa memaknai urgensi pendidikan sebagai tonggak penentu peradaban bangsa ke depan maka mulai saat ini harus segera diformulasikan sebuah sistem yang mengacu pada integritas pendidikan itu sendiri. Pendidikan bukanlah sesuatu yang parsial melainkan kesatuan yang holistik yang semestinya diberikan kepada para pemuda, anak bangsa secara berkelanjutan. Hal ini dilakukan agar kualitas pendidikan bangsa semakin hari semakin meningkat baik dan tentu akan terus memperbesar investasi bangsa untuk menciptakan bangsa yang berperadaban dan berdaya saing tinggi di mata dunia. Semakin baik kondisi pendidikan Indonesia maka semakin tinggi pula probabilitas bangsa tercinta ini untuk memperoleh kejayaan di masa mendatang tentunya

Senin, 22 September 2014

Saat Ini Adalah Karunia


     “Bayangkan hidup sebagai suatu permainan ketangkasan dimana kita harus memainkan keseimbangan 5 buah bola yang dilempar ke udara. Bola-bola tersebut bernama : Pekerjaan, Keluarga, Kesehatan, Teman dan Spirit dan kita harus menjaga agar ke-5 bola ini seimbang di udara.
Kita akan segera mengerti bahwa ternyata “Pekerjaan” hanyalah sebuah bola karet. Jika kita menjatuhkannya maka ia akan dapat memantul kembali.Tetapi empat bola lainnya *Keluarga, Kesehatan, Teman dan Spirit-terbuat dari gelas.
    Dan jika kita menjatuhkan salah satunya maka ia akan dapat terluka, tertandai, tergores, rusak atau bahkan hancur berkeping-keping. Dan ingatlah mereka tidakakan pernah kembali seperti aslinya. Kita harus memahaminya benar dan berusaha keras untuk menyeimbangkannya. Bagaimana caranya ?
Jangan rusak nilai kita dengan membandingkannya dengan nilai orang lain. Perbedaan yang ada diciptakan untuk membuat masing-masing diri kita special.
Jangan tetapkan tujuan dan sasaran Kita dengan mengacu pada apa yang orang lain anggap itu penting. Hanya Kita yang mengerti dan dapat merasa “apa yang terbaik untuk kita”.
    Jangan mengganggap remeh sesuatu yang dekat di hati kita, melekatlah padanya seakan-akan ia adalah bagian yang membuat kita hidup, dimana tanpanya, hidup menjadi kurang berarti.
Jangan biarkan hidup kita terpuruk dengan hidup di ‘masa lampau’ atau dalam mimpi masa depan. Satu hari hidup pada suatu waktu berarti hidup untuk seluruh waktu hidupmu.
     Jangan menyerah ketika masih ada sesuatu yang dapat kita berikan.Tidak ada yang benar-benar kalah sampai kita berhenti berusaha. Jangan takut mengakui bahwa diri kita tidaklah sempurna. Ketidaksempurnaan inilah yang merupakan sulaman benang rapuh untuk mengikat kita satu sama lain. Jangan takut menghadapi resiko. Anggaplah resiko sebagai kesempatan kita untuk belajar bagaimana menjadi berani.
    Jangan berusaha untuk mengunci Cinta memasuki hidupmu dengan berkata : “tidak mungkin saya temukan”. Cara tercepat untuk mendapatkan cinta adalah dengan memberinya, cara tercepat untuk kehilangan cinta adalah dengan menggenggamnya sekencang mungkin, dan cara terbaik untuk menjaga agar cinta tetap tumbuh adalah dengan memberinya “sayap”.
     Janganlah berlari, meskipun hidup tampak sangat cepat, sehingga kita lupa dari mana kita berasal dan juga lupa sedang menuju kemana kita. Jangan lupa bahwa kebutuhan emosi terbesar dari seseorang adalah kebutuhan untuk merasa dihargai.
     Jangan takut untuk belajar sesuatu. Ilmu Pengetahuan adalah harta karun yang selalu dapat Kita bawa kemanapun tanpa membebani. Jangan gunakan waktu dan kata-kata dengan sembrono. Karena keduanya tidak mungkin kita ulang kembali jika telah lewat. Hidup bukanlah pacuan melainkan suatu perjalanan dimana setiap tahap sepanjang jalannya harus dinikmati.

Dan akhirnya resapilah :
MASA LALU adalah SEJARAH,
MASA DEPAN merupakan Misteri dan
SAAT INI adalah KARUNIA.



Minggu, 21 September 2014


TANDA-TANDA CINTA KEPADA RASULULLOH SAW

Assalamualaikum wr wb
Sahabatku rahimakumullah,
Cinta adalah sebuah anugerah yang Allah SWT berikan pada setiap hati makhluknya. Sebagai manusia yang memiliki akal, kita harus bisa menempatkan cinta itu pada Allah SWT dan manusia yang tepat, manusia yang dapat membimbing kita meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat, yaitu Rasul Saw.
Kecintaan kepada Rasulullah Saw.adalah perintah agama. Dalam hadits dari Anas ra. Nabi Saw bersabda: “Tidaklah (sempurna) iman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada orangtuanya, anaknya dan segenap umat manusia.” (Muttafaq Alaih)
Dengan mengacu pada hadits shahih di atas, dapat kita ambil poin-poin berikut ini: Kewajiban cinta kepada Rasul Saw. , kenapa harus cinta Rasul Saw. ?, apa tanda-tanda cinta Rasul Saw. ?,
Pertama, Kewajiban Cinta Kepada Rasul Saw.
Berdasarkan hadits shahih di atas adalah dalil tentang wajibnya mencintai Nabi Saw.dengan kualitas cinta tertinggi, yakni kecintaan yang benar-benar melekat di hati yang mengalahkan kecintaan kita terhadap apapun dan siapapun di dunia ini. Bahkan meskipun terhadap orang-orang yang paling dekat dengan kita, seperti anak-anak dan ibu bapak kita. Bahkan cinta Rasul Saw.itu harus pula mengalahkan kecintaan kita terhadap diri kita sendiri.
Dalam Hadits Riwayat Imam Bukhari diriwayatkan, Umar bin Khathab berkata kepada Nabi Saw.: “Sesungguhnya engkau wahai Rasulullah, adalah orang yang paling aku cintai daripada segala sesuatu selain diriku sendiri.”
Nabi Saw.bersabda, ‘Tidak, demi Dzat yang jiwaku ada di TanganNya, sehingga aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri’.
Maka Umar berkata kepada beliau, ‘Sekarang ini engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.’
Kemudian Nabi Saw.bersabda, Sekarang (telah sempurna kecintaanmu (imanmu) padaku) wahai Umar.” (HR Bukhari)
Karena itu, barangsiapa yang kecintaannya kepada Nabi Saw.belum sampai pada tingkat ini, maka belumlah sempurna imannya, dan ia belum bisa merasakan manisnya iman, sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Anas ra, dari Nabi Saw., bersabda:
“Ada tiga hal, barang siapa melaksanakan ketiga-tiganya maka ia akan merasakan kelezatan iman: Orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi cinta kepada yang lain, orang yang mencintai orang lain hanya karena Allah dan orang yang benci untuk kembali kekafiran sebagaimana benci untuk masuk ke dalam neraka.”
Kedua, Mengapa kita harus mencintai Rasul Saw. ?
Cinta Rasul Saw inilah yang  dengan izin Allah menjadi sebab bagi kita mendapatkan hidayah (petunjuk) kepada agama yang lurus. Karena cinta Rasul pula, Allah menyelamatkan kita dari Neraka, serta dengan mengikuti beliau Saw. , kita akan mendapatkan keselamatan dan kemenangan di akhirat.
Mencintai Nabi Saw saja tidaklah lengkap kecuali kita juga mencintai Keluarga Nabi Saw.
Dalam Hadits shahih diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas ra, berkata,Rasulullah Saw, bersabda:“Cintailah Allah atas anugerah nikmat yang diberikan kepadamu, dan cintailah aku karena cintaku kepada Allah, dan cintailah keluargaku karena kecintaanku kepada mereka.” (Hr. At-Tirmidzy dan al-Hakim).
Adapun cinta kita kepada selain Allah Swt dan Rasul-Nya, termasuk mencintai keluarga, isteri dan anak-anak maka ini adalah jenis cinta duniawi. Sebab cinta itu lahir karena mereka memperoleh kasih sayang dan manfaat materi. Cinta itu akan sirna dengan sendirinya saat datangnya Hari Kiamat. Yakni hari di mana setiap orang berlari dari saudara, ibu, bapak, isteri dan anak-anaknya karena sibuk dengan urusannya sendiri. Dan barangsiapa lebih mengagungkan cinta dan hawa nafsunya kepada isteri, anak-anak dan harta benda duniawi maka cintanya ini akan bisa mengalahkan kecintaannya kepada para ahli agama, utamanya Rasul Saw..
Ketiga, Tanda-tanda Cinta Rasul Saw.
Cinta Nabi Saw. haruslah benar-benar murni dari lubuk hati seorang mukmin dan senantiasa terpatri di hati. Sebab dengan cinta itulah hatinya menjadi hidup, melahirkan amal shalih dan menahan dirinya dari kejahatan dan dosa.
Adapun tanda-tanda cinta sejati kepada Rasul Saw.adalah:
1) Mentaati beliau Saw.dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Pecinta sejati Rasul Saw.manakala mendengar Nabi Saw.memerintahkan sesuatu akan segera menunaikannya. Ia tak akan meninggalkannya meskipun itu bertentangan dengan keinginan dan hawa nafsunya. Ia juga tidak akan mendahulukan ketaatannya kepada isteri, anak, orang tua atau adat kaumnya. Sebab kecintaannya kepada Nabi Saw dan keluarganya.lebih dari segala-galanya. Dan memang, pecinta sejati akan patuh kepada yang dicintainya.
Dari Anas bin Malik RA, “Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi SAW tentang hari kiamat, “Kapankah kiamat datang?” Nabi pun SAW menjawab, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?” Orang itu menjawab, “Wahai Rasulullah, aku belum mempersiapkan shalat dan puasa yang banyak, hanya saja aku mencintai Allah dan Rasul-Nya SAW” Maka Rasulullah SAW pun bersabda, “Seseorang (di hari kiamat) akan bersama orang yang dicintainya, dan engkau akan bersama yang engkau cintai.” (HR. Imam Bukhari)
Adapun orang yang dengan mudah-nya menyalahi dan meninggalkan perintah-perintah Nabi Saw.serta menerjang berbagai kemungkaran maka pada dasarnya dia jauh lebih mencintai dirinya sendiri. Sehingga kita saksikan dengan mudahnya ia meninggalkan shalat lima waktu, padahal Nabi Saw.sangat mengagungkan perkara shalat, hingga ia diwasiatkan pada detik-detik akhir sakaratul mautnya. Dan orang jenis ini, akan dengan ringan pula melakukan berbagai larangan-larangan agama yang lainnya. Na’udzubillah min dzalik.
2) Menolong dan mengagungkan beliau Saw., melaui dakwah, mensosialisasikan hadits-hadist Nabi, Riwayat hidup Nabi Saw, menyebarkan dan mengagungkan sunnah-sunnahnya di tengah-tengah kehidupan umat manusia, betapapun tantangan dan resiko yang dihadapinya.
3) Tidak menerima sesuatupun perintah dan larangan kecuali melalui beliau Saw. , rela dengan apa yang beliau tetapkan, serta tidak merasa sempit dada dengan sesuatu pun dari sunnah-nya .
4) Mengikuti Nabi Saw dalam segala halnya. Dalam hal shalat,zakat, puasa, haji-nya,  wudhu, makan, tidur dsb. Juga berakhlak dengan akhlak beliau, dalam kasih sayangnya kepada keluarga, rendah hatinya, kedermawanannya, kesabaran dan zuhudnya dsb.
5) Memperbanyak mengingat dan  bershalawat atas beliau Saw dan keluarganya
Sebagai dzat Yang Maha Segalanya, tentu saja Allah Swt tidak shalat, tidak berpuasa dan tidak berhaji, namun Allah Swt bershalawat kepada Nabi.
Allah Swt bersabda, “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya berselawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu kepada Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” [QS Al-Ahzaab: 56]
Dalam hal shalawat Nabi Saw.bersabda:
“Barangsiapa bershalawat atasku sekali, niscaya Allah bershalawat atasnya sepuluh kali.” (HR. Muslim).
Adapun bentuk shalawat atas Nabi Saw.adalah sebagaimana yang beliau ajarkan. Salah seorang sahabat bertanya tentang bentuk shalawat tersebut, beliau menjawab: “Ucapkanlah:” Ya Allah, bershalawatlah atas Muhammad dan keluarga Muhammad.” (HR. Al-Bukhari No. 6118, Muslim No. 858).
6) Mencintai orang-orang yang dicintai Nabi Saw sebagaimana yang disebutkan hadits dan membenci orang yang dibenci beliau. Lebih dari itu, hendaknya kita mencintai segala sesuatu yang dicintai Nabi Saw, termasuk ucapan, perbuatan dan sesuatu lainnya.
So sahabatku, mencintai Rasulullah Saw. adalah dengan menaati beliau, sabar dalam menghidupkan sunnah-sunnahnya, mengikuti beliau dalam segala hal, mencintai beliau dan orang-orang yang dicintainya dan bershalawat kepadanya.
Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah untuk junjungan kita,  manusia Agung, Nabi Muhammad Saw berserta Keluarganya, sahabatnya dan ummat-Nya hingga akhir zaman.
Allahumma shali ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad.
Semoga Allah Swt senantiasa menganugerahkan kepada kita dan anak keturunan kita, keimanan dan rasa cinta yang tinggi kepada Rasulullah Saw dan keluarganya. sehingga segala apa yang telah beliau tetapkan dapat kita terima dan laksanakan tanpa ada keberatan sedikitpun.
(Kompasiana).

Sabtu, 20 September 2014

TAK ADA JALAN PINTAS

     Keberhasilan tak diperoleh begitu saja. Ia adalah buah dari pohon kerja keras yang berjuang untuk tumbuh. Jangan terlalu berharap pada kemujuran. Apakah kalian tahu apa itu kemujuran? Apakah kalian dapat mendatangkan kemujuran sesuai keinginan kalian? Padahal kita tahu, kita tak selalu mampu menjelaskan dari mana datangnya.
       Sadarilah bahwa segala sesuatu berjalan secara alami dan semestinya. Layaknya proses mendaki tangga, kalian melangkahkan kaki kalian melalui anak tangga satu per satu. Tak perlu repot-repot membuang waktu kalian untuk mencari jalan pintas, karena memang tak ada jalan pintas. Sesungguhnya kemudahan jalan pintas itu takkan pernah memberikan kepuasan sejati. Untuk apa kalian berhasil jika kalian tak merasa puas?
    Hargailah setiap langkah kecil yang membawa anda maju. Janganlah melangkah dengan ketergesaan, karena ketergesaan adalah beban yang memberati langkah saja.
      Amatilah jalan lurus kalian. Tak peduli bergelombang maupun berbatu, selama kalian yakin berada di jalan yang tepat, maka melangkahlah terus. Ketahuilah, jalan yang tepat itu adalah jalan yang menuntun kalian menjadi diri kalian sendiri.


Sabtu, 13 September 2014

BERLAYARLAH MENUJU PANTAI HARAPAN

           Anda adalah perahu kokoh yang sanggup menahan beban, terbuat dari kayu terbaik, dengan layar gagah menentang angin. Kesejatian anda adalah berlayar mengarungi samudra, menembus badai dan menemukan pantai harapan. Sehebat apapun perahu diciptakan tak ada gunanya bila hanya tertambat di dermaga.
        Dermaga adalah masa lalu anda. Tali penambat itu adalah ketakutan dan penyesalan anda. Jangan buang percuma seluruh daya kekuatan yang dianugrahkan pada anda. Jangan biarkan masa lalu menambat anda di siti. Lepaskan diri anda dari ketakutan dan penyesalan. Berlayarlah. Bekerjalah.
Yang memisahkan perahu dengan pantai harapan adalah topan badai, gelombang dan batu karang. Yang memisahkan anda dengan keberhasilan adalah masalah yang menantang. Di situlah tanda kesejatian teruji.               Hakikatnya perahu adalah berlayar menembus segala rintangan. Hakikat diri anda adalah berkarya menemukan kebahagiaan.


Kamis, 11 September 2014

DNA MANUSIA MEREKAM SEMUA PERBUATAN MANUSIA SELAMA DIDUNIA

 Bismillahir-Rahmaani r-Rahim ...Salah satu hal yang sangat berperan dalam upaya kita meningkatkan takwa pada Allah SWT adalah mengingat mati dan kehidupan di akhirat. Bahwa semua makhluk tanpa kecuali akan meninggalkan dunia yang sementara ini. Entah nanti, atau besok, seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan, kita semua pasti akan mati. كل نفس ذائقة الموت (Setiap makhluk hidup pasti akan mati). Dan kita, sebagai umat Islam memang diperintahkan untuk sering-sering ingat mati agar hidup kita menjadi baik. Nabi bersabda: أكثروا ذكر هاذم اللذات (Perbanyaklah mengingat pemutus keenakan duniawi).
        Selanjutnya, berkaitan dengan kehidupan di akhirat, ada dua hal utama yang harus selalu menjadi peringatan bagi kita. Pertama, bahwa hidup di dunia ini teramat sangat sementara, dan hidup di akhirat itu tiada batasnya. Andaikan saja kita dikaruniai umur panjang sampai 100 tahun, maka sebenarnya itu hanyalah sepersepuluh hari akhirat. Sebab 1 hari di akhirat sama dengan 1000 tahun di dunia.
 Ini didasarkan pada ayat ke-7 surat As-Sajdah yang berarti:
 Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNYA dalam satu hari yang kadarnya seribu tahun menurut perhitunganmu.
 Jadi, secara matematis masa 100 tahun di dunia = 2 jam 24 menit (menurut perhitungan akhirat). Lebih detil lagi, 1 jam akhirat = 41,66 tahun, 1 menit = sekitar 255 hari, dan 1 detik = 4,25 hari.
 Kedua, bahwa semua perbuatan yang kita lakukan di dunia terekam oleh tubuh kita. Kita harus tahu bahwa agama kita tidak mengajarkan apa yang sering diungkapkan orang “surgo nunut neroko katut” (ke surga numpang, ke neraka ikut). Karena yang benar adalah, orang masuk surga karena amal baiknya, dan yang masuk neraka karena kesalahannya sendiri. Sehingga ada sebuah ilustrasi (penggambaran) di dalam al-Quran surat al-Anam ayat 94. Seolah-olah ketika nanti di hari Kiamat dan kita berbondong-bondong menuju pengadilan Allah, terpampang sebuah sepanduk besar yang artinya:
 Dan sungguh kalian telah datang kepada kami sendiri-sendiri sebagaimana Kami ciptakan kalian pada mulanya. Dan kalian tinggalkan di dunia apa yang telah Kami karuniakan pada kalian. dan Kami tiada melihat bersama kalian pemberi syafa’at yang kalian anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu. Sungguh telah terputus hubungan-hubungan di antara kalian dan lenyaplah apa yang dahulu (di dunia) kalian anggap (sebagai sekutu Allah).
 Kita lahir di dunia dari dua garba ibu sebagai pribadi-pribadi. Tetapi kemudian kita dituntut untuk hidup yang baik. Dan kebaikan kita di dunia ini selalu diukur secara sosial. Perbuatan baik adalah perbuatan baik dalam konteks sosial. Itulah makanya manusia disebut makhluk sosial. Makhluk yang harus selalu memikirkan sesamanya. Seperti dilambangkan dalam ucapan terakhir setiap kali kita salat, yaitu assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh (semoga keselamatan dan keberkahan dari Allah senantiasa tercurah untuk kalian) sambil menengok ke kanan dan kiri. Seakan ini adalah peringatan dari Allah SWT, “Kalau kamu sudah melaksanakan salat untuk mengingatku, maka sekarang buktikan bahwa kamu mempunyai tekad baik untuk memperhatikan sesama makhluk di sekitarmu. Tengoklah kanan-kirimu karena masih banyak yang membutuhkan bantuan.”
 Jadi kita menjadi makhluk sosial di dunia ini. Tapi ketika kita mati nanti, dan memasuki alam kubur, kita menjadi makhluk pribadi kembali. Seluruh perbuatan kita di dunia, baik dan buruk, hanya kita sendiri yang menanggung. Allah telah memperingatkan dalam surat Luqman ayat 33 yang artinya:
 Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar. Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia menipu kalian, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kalian.
 Pengadilan Allah sama sekali tidak menerima tebusan. Tebusan (عدل) dalam sistem hukum negara kita tidak dikenal. Makanya orang yang sedang menjalani hukuman di penjara, kalau dia mau keluar untuk sementara dia harus menyuap petugas. Istilahnya menyuap tidak menebus. Tapi di negara Inggris, sistem hukumnya mengakui adanya tebusan, atau dikenal dengan istilahbail. Di akhirat kelak, sama sekali tidak ada tebusan apalagi suap. Semuanya harus berhadapan dengan Allah sendiri-sendiri. Praktek pengadilan Ilahi di hari akhirat kelak telah dijelaskan dengan gamblang dalam surat Yasin ayat 65 yang artinya:
 Pada hari itu Kami bungkam mulut-mulut mereka; dan berkatalah kepada kami tangan mereka, sedankan kaki-kaki mereka memberikan kesaksian atas apa yang telah mereka kerjakan di dunia.
 Jadi, badan kita ini akan menjadi saksi. Jika mulut mencoba mengingkari suatu tuduhan dalam pengadilan Allah nanti, maka yang akan membantah adalah tangan kita sendiri, dan kaki kita akan menjadi saksi. Ini adalah peringatan yang sangat kuat yang harus selalu kita renungkan.
 Secara ilmiah kita bisa mengatakan bahwa badan kita ini memang bisa menjadi saksi dari seluruh perbuatan kita. Sebuah teori mengatakan bahwa sebenarnya segala kejadian di alam raya ini tidak ada yang hilang tanpa terekam. Kejadian-kejadian itu terekam di angkasa juga di dalam diri kita sendiri. Sebagai contoh dari proses perekaman ini adalah fungsi DNA (deoxyribonucleic acid) dan gen. DNA dan gen berfungsi sebagai perekam semua bentuk dan karakter/watak kita. DNA terdapat di dalam gen, gen ada di dalam kromosom, dan kromosom terdapat di dalam sel. Dan perlu kita tahu bahwa semua makhluk hidup memiliki sel. Baik DNA, gen, kromosom, dan sel, semuanya adalah benda-benda mikroskopis (yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop). Tetapi justru di dalam DNA itulah terekam seluruh informasi mengenai diri kita. Apakah rambut kita ikal atau lurus, hidung kita pesek atau mancung, watak kita penggembira atau gampang sedih, watak kita supel atau tertutup, semuanya ada di dalam benda-benda yang tak terlihat oleh mata telanjang kita.
 Oleh karenanya, jika al-Quran mengatakan bahwa badan kita menjadi perekam dari seluruh perbuatan kita, adalah suatu hal yang benar adanya. Karena di dalam tubuh kita ini terdapat milyaran DNA dan gen. Dan semuanya itu kelak akan berbicara pada Allah SWT melalui tangan dan kaki kita seperti dilukiskan di dalam surat Yasin ayat 65 tsb.
 Maka dari itu, semua ini harus menjadi peringatan bagi kita. Hidup di dunia hanya satu kali. Setiap kejadian yang kita alami hanya terjadi sekali. Bahkan setiap detik, menit, dan jam, tidak mungkin terulang lagi. Maka hendaknya kita terus berupaya meningkatkan kualitas hidup kita secara serius. Demikian semoga bermanfaat.
Mengajar dan Belajar

Mengajar merupakan hal yang sangat umum dilakukan, dapat dilaksanakan di rumah, lingkungan, sekolah, kantor dan dimana saja. Anggapan yang menyatakan belajar hanya di sekolah adalah salah besar.
Di rumah atau keluarga merupakan tempat mengajar dan belajar paling dasar dan paling menyenangkan, dari sejak lahir bunda, ayah dan bayi semuanya belajar, bunda belajar menjadi ibu yang baik dan menjadi pengajar bayi bagaimana menyusui, makan, berdoa, berbicara, berjalan, berlari dan seterusnya, keduanya belajar dan mengajar bersama, bayinyapun mengajarkan bundanya untuk bagaimana bersabar, teliti dan perhatian dan banyak lagi yang lainnya sampai seterusnya keduanya akan terus belajar dan mengajar. Ayah belajar memenuhi kebutuhan keluarganya dan mengajarkan kepada bayinya bagaimana menghadapi hidup yang sulit dengan menyenangkan, Ayah dan bunda saling mengajar dan belajar bagaimana berbagi tugas dan saling melindungi, saling menyayangi, indah sekali dunia bila keluarga menjadi tempat belajar dan mengajar yang tidak ada hentinya sehingga tercipta keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah, amin.
 Di lingkungan rumah semua belajar dan mengajar tentang bersosialisasi, bagaimana menghadapi sikap dan perilaku tetangga, mengajarkan bagaimana menjadi keluarga yang terbaik, belajar bagaimana membina keluarga dengan baik demikian seterusnya tanpa henti.
 Di kantor, di pasar, di tempat keja ataupun beraktifitas apa saja kita belajar dan mengajar, belajar untuk mengetahui hal yang belum diketahui, mengajarkan apa yang kita ketahui dan terus berlanjut serta akan menyenangkan bila semua dilakukan dengan sepenuh hati, tidak pelit dan kikir dengan ilmu dan kemampuan yang dimiliki, saya banyak sekali teman yang mau berbagi ilmu walaupun tanpa diminta mereka mengajarkan tentang hal yang belum kita tahu dan merekapun belajar dari apa yang kita tahu.
 Sekolah sebagai tempat yang didelegasikan sebagai tempat belajar dan mengajar oleh masyarakat dan negara merupakan tempat yang paling dirasakan sebagai tempat belajar dan mengajar, siswa sebagai pelajar dan guru sebagai pengajar, namun dalam kenyataannya kita semua belajar dan mengajar, siswa mempelajari apa yang diarahkan gurunya dan mengajarkan kepada guru bagaimana menghadapi berbagai sifat dan karakter unik dari tiap siswa, menangani siswa bermasalah, menghadapi siswa yang berbakat, tidak menjadikan siswa sebagai obyek yang dianggap bodoh tidak tahu apa-apa, padahal dalam beberapa hal guru harus belajar dari siswanya, secara sederhana ada guru mungkin belajar menggunakan media social twitter dan facebook dari siswa atau termotivasi siswanya, belajar bagaimana membuat kerajinan tangan yang dibuat siswa, bagaimana melakukan gerakan yang sulit dalam olahraga dan banyak hal yang dipelajari dari berbagai macam siswa.
Pelaksanaan belajar dan mengajar yang menyenangkan dapat terwujud bila kita melakukan hal tersebut sepenuh hati, jangan pernah berfikir ‘berapa saya di bayar’, ‘itu bukan tugas saya’, anak tidak bisa bukan urusan saya’ dan banyak kata kata negatif lain yang sering saya dengar dari rekan-rekan guru. Mempelajari guru-guru yang berhasil menjadi idola muridnya adalah karena mereka mengajar dengan sepenuh hati, menyenangkan untuk dirinya dan iuntuk siswanya, gunakan metode yang beraneka ragam, gunakan metode ciptaan kita sendiri, sesuaikan dengan karakter dan situasi siswa, merekapun selalu mempelajari sifat dan karakter gurunya sehingga merekapun akan terbiasa dan menerima bagaimana cara kita mengajar.
 Satu contoh kasus sering kali ada guru yang bila tidak masuk sekolah dan meninggalkan tugas sedangkan gurunya kurang menyenangkan karena hanya mengajar dirinya sendiri, maka dengan gembira mereka akan berkata ‘tidak masuk gurunya ya, horeee, kita bebas’, namun perhatikan bila guru yang disenangi dan mengajar dengan setulus hati mereka akan bersedih dan terdengar,’Yah bapak/ibu …. tidak masuk, nggak asyik deh,’ sambil menanyakan keadaan guru tersebut.
 Semua ini datang dari kita sebagai pengajar dan pembelajar, bila kita dengar sendiri kata-kata siswa tersebut barangkali bukan marah atau gembira yang harus kita lakukan, melainkan koreksi diri, berdiskusi dengan teman sejawat, dengan guru senior yang menjadi idola murid. Membuat Status diri dan keadaan lingkungan sekolah di media social baik Face book, twitter atau yang lain memang kurang  baik karena akan menjadi bahan perbincangan orang. Persoalan finansial bagi guru memang  penting namun janganlah itu melalaikan kewajiban terhadap siswanya.
Terima kasih para Guru TK, SD,SLTP,SLTA dan Para Dosen yang telah mengabdi dengan mengajar para pewaris bangsa ini.Semoga tercipta generasi yang tangguh untuk masa depan.


Rabu, 10 September 2014

SANDAL KULIT SANG RAJA

           Seorang Maharaja akan berkeliling negeri untuk melihat keadaan rakyatnya. Ia memutuskan untuk berjalan kaki saja. Baru beberapa meter berjalan di luar istana kakinya terluka karena terantuk batu. Ia berpikir, “Ternyata jalan-jalan di negeriku ini jelek sekali. Aku harus memperbaikinya.”
            Maharaja lalu memanggil seluruh menteri istana. Ia memerintahkan untuk melapisi seluruh jalan-jalan di negerinya dengan kulit sapi yang terbaik. Segera saja para menteri istana melakukan persiapan-persiapan. Mereka mengumpulkan sapi-sapi dari seluruh negeri.
       Di tengah-tengah kesibukan yang luar biasa itu, datanglah seorang pertapa menghadap Maharaja. Ia berkata pada Maharaja, “Wahai Paduka, mengapa Paduka hendak membuat sekian banyak kulit sapi untuk melapisi jalan-jalan di negeri ini, padahal sesungguhnya yang Paduka perlukan hanyalah dua potong kulit sapi untuk melapisi telapak kaki Paduka saja.” Konon sejak itulah dunia menemukan kulit pelapis telapak kaki yang kita sebut “Sandal“.

Renungan:
         Ada pelajaran yang berharga dari cerita itu. Untuk membuat dunia menjadi tempat yang nyaman untuk hidup, kadangkala, kita harus mengubah cara pandang kita, hati kita, dan diri kita sendiri,bukan dengan jalan mengubah dunia itu atau bahkan malah menyesali takdir yg telah terjadi dalam kehidupannya.
         Karena kita seringkali keliru dalam menafsirkan dunia. Dunia, dalam pikiran kita, kadang hanyalah suatu bentuk personal. Dunia, kita artikan sebagai milik kita sendiri, yang pemainnya adalah kita sendiri. Tak ada orang lain yang terlibat di sana, sebab, seringkali dalam pandangan kita, dunia, adalah bayangan diri kita sendiri.
          Ya, memang, jalan kehidupan yang kita tempuh masih terjal dan berbatu. Manakah yang kita pilih, melapisi setiap jalan itu dengan permadani berbulu agar kita tak pernah merasakan sakit, atau, melapisi hati kita dengan kulit pelapis, agar kita dapat bertahan melalui jalan-jalan itu?