DI IDHUL ADHA
Idul Adha hari raya umat Islam seminggu lagi umat islam akan melakukan salat Ied bersama-sama
di tanah lapang, seperti ketika merayakan Idul Fitri. Setelah salat, dilakukan
penyembelihan hewan kurban, untuk memperingati perintah Allah kepada Nabi Ibrahim yang menyembelih domba sebagai pengganti
putranya.
Pada Idul Adha hari ini dan besok kita akan coba memaknai dari
arti sebuah pengorbanan para hewan yang dihalalkan untuk kurban di Idul Adha
bagi umat manusia, khususnya bagi kaum muslim.
Kita tahu hewan-hewan yang hari ini dijadikan sebuah persembahan
untuk kurban di Idul Adha adalah hewan-hewan yang wajib dan dihalalkan oleh
agama Islam untuk disajikan dan dibagikan kepada umat muslim, khususnya untuk
para kaum miskin. Dan kita paham betul hewan-hewan itu adalah bagian dari
sekian banyak mahkluk Allah yang diciptakan-Nya, selain manusia, malaikat, jin
maupun tumbuhan.
Mereka para hewan kurban tidak sesempurna apa yang dimiliki
manusia. Mereka tidak punya akal dan pikiran, akan tetapi dibalik semua itu
mereka sungguh besar manfaatnya bagi kehidupan manusia. Mereka para hewan
kurban yang tidak memiliki akal dan pikiran justru lebih besar memiliki rasa
pengorbanannya kepada manusia. Mereka rela dan ihklas di sembelih juga kemudian
di masak untuk berbagai hidangan yang kemudian di makan oleh umat manusia yang
menyebelihnya.
Pengorbanan para hewan kurban ini sesungguhnya lebih besar dari
pada pengorbanan umat manusia. Mereka para hewan tidak pernah menuntut imbalan
apapun dalam pengorbanannya kepada manusia. Dan mereka para hewan kurban tidak
pernah meminta imbalan balik kepada manusia, agar manusia pun mau mengorbankan
dirinya untuk mereka hewan kurban. Inilah perbedaan kandungan makna di
sebuah keihklasan dan pengorbanan.
Kita tahu bahwa kita sebagai umat manusia yang diciptakan Allah
SWT adalah mahkluk yang sempurna, dan hal itu sesuai dengan apa yang terkandung
di dalam kalimat Allah SWT di kitab suci Al-Qur’an (kitab sucinya umat
Islam). Akan tetapi kesempurnaan manusia yang diciptakan Allah SWT justru
tidak pernah sedikitkpun dijadikan sebuah rasa syukur yang dalam bagi manusia
itu sendiri.
Manusia lebih cenderung kepada kerakusan, keserakahan dan
kekuasaan. Manusia lebih mementingkan keistimewahan dirinya sendiri. Dan
manusia juga jauh dari rasa rela pengorbanannya kepada sesamanya. Kita sebagai
umat manusia lebih cenderung kepada egoisme yang berlebihan dalam semua
permasalahan. Justru lebih banyak yang salah adalah benar, dan yang benar
adalah salah. Begitu pula kita selalu menilai kepada kebaikan manusia lainnya
belum tentu kebaikan itu adalah kebenaran.
Inilah perbedaan yang mendasar yang dimiliki manusia dengan
hewan-hewan kurban di Idul Adha tahun ini. Hewan-hewan kurban tidak pernah
membantah apa yang diperintahkan manusia, mereka para hewan kurban juga ihklas
menerima perlakuan manusia yang sering menyakitkan fisiknya bahkan jiwanya.
Akan tetapi para hewan kurban tahu kalau memang dirinya diciptakan Allah SWT
adalah hewan yang memang harus berbakti kepada manusia dalam berbagai urusan.Para hewan kurban juga begitu patuhnya menjalankan perintah Allah
SWT untuk menerima takdirnya dihadapan manusia. Beda dengan manusia, manusia
justru lebih banyak melalaikan dan bahkan menyepelekan segala perintah dan
larangan Allah SWT. Kebaikan lebih banyak dijaukan justru keburukan lebih
diutamakan.
Di hari raya Idul Adha ini mari kita kembali kefitrahnya diri kita
sendiri sebagai umat manusia yang sempurna di dalam ciptaan Allah SWT. Kita
sama-sama memaknai arti Idul Adha itu sendiri dan sekaligus memahami arti
pentingnya pengorbanan para hewan kurban di Idul Adha tahun 2014 ini.
Di hari Idul Adha, bagi umat manusia, khususnya umat Islam yang
mampu dianjurkan untuk menyembelih hewan kurban. Pada dasarnya, penyembelihan
hewan kurban ini mengandung dua nilai yakni kesalehan ritual dan kesalehan sosial. Kesalehan ritual berarti dengan berkurban,
kita telah melaksanakan perintah Allah SWT yang bersifat transedental. Kurban
dikatakan sebagai kesalehan sosial karena selain sebagai ritual keagamaan,
kurban juga mempunyai dimensi kemanusiaan.
Bentuk solidaritas kemanusiaan ini termanifestasikan secara jelas
dalam pembagian daging kurban. Perintah berkurban bagi yang mampu ini
menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang respek terhadap fakir-miskin dan kaum
dhu’afa lainnya. Dengan disyari’atkannya kurban, kaum muslimin dilatih untuk
mempertebal rasa kemanusiaan, mengasah kepekaan terhadap masalah-masalah
sosial, mengajarkan sikap saling menyayangi terhadap sesama.
Meski waktu pelaksanaan penyembelihan kurban dibatasi (10-13
Dzulhijjah), namun jangan dipahami bahwa Islam membatasi solidaritas
kemanusiaan. Kita harus mampu menangkap makna esensial dari pesan yang
disampaikan teks, bukan memahami teks secara literal. Oleh karenanya, semangat
untuk terus ’berkurban’ senantiasa kita langgengkan pasca Idul Adha.
Saat ini kerap kita jumpai, banyak kaum muslimin yang hanya
berlomba meningkatkan kualitas kesalehan ritual tanpa diimbangi dengan
kesalehan sosial. Banyak umat Islam yang hanya rajin shalat, puasa bahkan mampu
ibadah haji berkali-kali, namun tidak peduli dengan masyarakat sekitarnya.
Sebuah fenomena yang menyedihkan. Mari kita jadikan Idul Adha sebagai momentum
untuk meningkatkan dua kesalehan sekaligus yakni kesalehan ritual dan kesalehan
sosial. (kompasiana).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar