InspirasI

Kamis, 25 September 2014

PENGORBANAN HEWAN KURBAN
 DI IDHUL ADHA


      Idul Adha hari raya umat Islam seminggu lagi  umat islam akan melakukan salat Ied bersama-sama di tanah lapang, seperti ketika merayakan Idul Fitri. Setelah salat, dilakukan penyembelihan hewan kurban, untuk memperingati perintah Allah kepada Nabi Ibrahim yang menyembelih domba sebagai pengganti putranya.
        Pada Idul Adha hari ini dan besok kita akan coba memaknai dari arti sebuah pengorbanan para hewan yang dihalalkan untuk kurban di Idul Adha bagi umat manusia, khususnya bagi kaum muslim.
Kita tahu hewan-hewan yang hari ini dijadikan sebuah persembahan untuk kurban di Idul Adha adalah hewan-hewan yang wajib dan dihalalkan oleh agama Islam untuk disajikan dan dibagikan kepada umat muslim, khususnya untuk para kaum miskin. Dan kita paham betul hewan-hewan itu adalah bagian dari sekian banyak mahkluk Allah yang diciptakan-Nya, selain manusia, malaikat, jin maupun tumbuhan.
     Mereka para hewan kurban tidak sesempurna apa yang dimiliki manusia. Mereka tidak punya akal dan pikiran, akan tetapi dibalik semua itu mereka sungguh besar manfaatnya bagi kehidupan manusia. Mereka para hewan kurban yang tidak memiliki akal dan pikiran justru lebih besar memiliki rasa pengorbanannya kepada manusia. Mereka rela dan ihklas di sembelih juga kemudian di masak untuk berbagai hidangan yang kemudian di makan oleh umat manusia yang menyebelihnya.
      Pengorbanan para hewan kurban ini sesungguhnya lebih besar dari pada pengorbanan umat manusia. Mereka para hewan tidak pernah menuntut imbalan apapun dalam pengorbanannya kepada manusia. Dan mereka para hewan kurban tidak pernah meminta imbalan balik kepada manusia, agar manusia pun mau mengorbankan dirinya untuk  mereka hewan kurban. Inilah perbedaan kandungan makna di sebuah keihklasan dan pengorbanan.
      Kita tahu bahwa kita sebagai umat manusia yang diciptakan Allah SWT adalah mahkluk yang sempurna, dan hal itu sesuai dengan apa yang terkandung di dalam kalimat Allah SWT di kitab suci Al-Qur’an (kitab sucinya umat Islam).  Akan tetapi kesempurnaan manusia yang diciptakan Allah SWT justru tidak pernah sedikitkpun dijadikan sebuah rasa syukur yang dalam bagi manusia itu sendiri.
      Manusia lebih cenderung kepada kerakusan, keserakahan dan kekuasaan. Manusia lebih mementingkan keistimewahan dirinya sendiri. Dan manusia juga jauh dari rasa rela pengorbanannya kepada sesamanya. Kita sebagai umat manusia lebih cenderung kepada egoisme yang berlebihan dalam semua permasalahan. Justru lebih banyak yang salah adalah benar, dan yang benar adalah salah. Begitu pula kita selalu menilai kepada kebaikan manusia lainnya belum tentu kebaikan itu adalah kebenaran.
       Inilah perbedaan yang mendasar yang dimiliki manusia dengan hewan-hewan kurban di Idul Adha tahun ini. Hewan-hewan kurban tidak pernah membantah apa yang diperintahkan manusia, mereka para hewan kurban juga ihklas menerima perlakuan manusia yang sering menyakitkan fisiknya bahkan jiwanya. Akan tetapi para hewan kurban tahu kalau memang dirinya diciptakan Allah SWT adalah hewan yang memang harus berbakti kepada manusia dalam berbagai urusan.Para hewan kurban juga begitu patuhnya menjalankan perintah Allah SWT untuk menerima takdirnya dihadapan manusia. Beda dengan manusia, manusia justru lebih banyak melalaikan dan bahkan menyepelekan segala perintah dan larangan Allah SWT. Kebaikan lebih banyak dijaukan justru keburukan lebih diutamakan.
     Di hari raya Idul Adha ini mari kita kembali kefitrahnya diri kita sendiri sebagai umat manusia yang sempurna di dalam ciptaan Allah SWT. Kita sama-sama memaknai arti Idul Adha itu sendiri dan sekaligus memahami arti pentingnya pengorbanan para hewan kurban di Idul Adha tahun 2014 ini.
     Di hari Idul Adha, bagi umat manusia, khususnya umat Islam yang mampu dianjurkan untuk menyembelih hewan kurban. Pada dasarnya, penyembelihan hewan kurban ini mengandung dua nilai yakni kesalehan ritual dan kesalehan sosial. Kesalehan ritual berarti dengan berkurban, kita telah melaksanakan perintah Allah SWT yang bersifat transedental. Kurban dikatakan sebagai kesalehan sosial karena selain sebagai ritual keagamaan, kurban juga mempunyai dimensi kemanusiaan.
    Bentuk solidaritas kemanusiaan ini termanifestasikan secara jelas dalam pembagian daging kurban. Perintah berkurban bagi yang mampu ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang respek terhadap fakir-miskin dan kaum dhu’afa lainnya. Dengan disyari’atkannya kurban, kaum muslimin dilatih untuk mempertebal rasa kemanusiaan, mengasah kepekaan  terhadap masalah-masalah sosial, mengajarkan sikap saling menyayangi terhadap sesama.
      Meski waktu pelaksanaan penyembelihan kurban dibatasi (10-13 Dzulhijjah), namun jangan dipahami bahwa Islam membatasi solidaritas kemanusiaan. Kita harus mampu menangkap makna esensial dari pesan yang disampaikan teks, bukan memahami teks secara literal. Oleh karenanya, semangat untuk terus ’berkurban’ senantiasa kita langgengkan pasca Idul Adha.
     Saat ini kerap kita jumpai, banyak kaum muslimin yang hanya berlomba meningkatkan kualitas kesalehan ritual tanpa diimbangi dengan kesalehan sosial. Banyak umat Islam yang hanya rajin shalat, puasa bahkan mampu ibadah haji berkali-kali, namun tidak peduli dengan masyarakat sekitarnya. Sebuah fenomena yang menyedihkan. Mari kita jadikan Idul Adha sebagai momentum untuk meningkatkan dua kesalehan sekaligus yakni kesalehan ritual dan kesalehan sosial. (kompasiana).


Tidak ada komentar: