FILSAFAT
PENDIDIKAN NABI IBRAHIM
Nabi Ibrahim merupakan
teladan (Q.S al-Mumtahinah,
04) di dalam pendidikan unggulan di dunia modern. Karena Nabi
Ibrahim ternyata sangat cerdas di dalam melihat fenomena yang sedang terjadi
dan berkembang disekitarnya. Saat Istri Ibrahim melahirkan Ismail, dimana
Babylonia kala itu, tidak memungkinkan untuk sebuah pertumbuhan (tarbiyah) seorang anak.
Seperti emosional, piritual, walaupun secara fisik anak bisa tumbuh dengan baik
dan sempurna. Ibrahim segera mengambil inisiatif, yaitu membawa istri dan
putrinya menjauhi tempat yang banyak vitus pendidikan.
Langkah-langkah yang ditempuh oleh Nabi Ibrahim agar supaya
pertumbuhan anak bisa berkembang dengan baik, sebagai berikut:
a. Memilih
Tempat :
Nabi Ibrahim memilih kota Makkah.
Di tempat sacral inilah Ibrahim memluai hidupnya. Ismail masih balita, ia ingin
menyelamatkan keluarganya dari suasana yang tidak kondusif, yang sekaligus
menyelamatkan anak dan keluarganya dari komunitas yang penuh dengan kesyirikan
kala itu. Di tempat ini, Ibrahim meninggalkan anak dan istrinya. Langkah ini
diambil dalam rangka ingin menyelamatkan keturuanan dari kesyrikan, serta
komunitas yang tidak baik bagi masa depan pertumbuhan anaknya. Dalam sebuah
ayat al-Qur’an, Allah SWT berfirman:” Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah
menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman
di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan Kami (yang demikian
itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka Jadikanlah hati sebagian manusia
cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan
mereka bersyukur. Nabi Ibrahim memilih kota Makkah yang masih
bersih nan suci. Ia yakin kelak anak dan istrinya akan menjadi orang yang
bermanfaat, karena tempat tersebut mendukung bagi kelangsungan pertumbuhan
spritualnya. Walaupun kondisi Makkah pada waktu itu sangat tandus nan kering.
Tapi, ia benar-benar yakin, bahwa Allah SWT ikut campur tangan di dalam
mendidik anaknya untuk menjadi generasi sholih, yang selalu menjalankan
perintah-Nya. Di dalam dunia pendidikan modern, memilih lembaga pendidikan
formal sangat penting, baik Negeri atau swasta. Tempat (lembaga Pendidikan)
modern harus memiliki criteria, antara lain (1)
Bagus serta Kondusif ketika dalam proses belajar mengajar (2) Lingkungan sehat,
dan pergaulan juga mendukung (3) Manajemennya bagus dan disinplin, baik proses
belajar atau adminitrasinya (4) Terhindar dari kontaminasi barang-barang
terlarang (5)
Kualitas tenaga pengajarnya mumpuni disiplin ilmunya masing-masing.
b. Motivasi
Orangtua: Ibrahim adalah sosok yang senantiasa memberikan
motivasi terhadap putra-berupa do’a. Beliau sadar, bahwa dirinya tidak bisa
memberikan dorongan, atau menumbuhkan (mendidik) fisik secara langsung. Oleh karena
itu, beliau memberikan makanan ruhani (do’a) setiap saat, agar putranya
senantiasa mampu melangsungkan kehidupan di Makkah bersama Ibunya. Dorongan
do’a Ibrahim itu tertuang di dalam al-Qur’an yang artinya:” Ya
Tuhan Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka Jadikanlah
hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari
buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur. di dalam redaksi lain, Nabi
Ibrahim berdo’a ‘’ Ya Allah, jadikanlah kami orang yang senantiasa menjaga
sholat dan juga keturunanku”.
c. Kompak
Dengan Istri. Ibrahim bukan hanya memilih tempat yang tepat.
Tetapi, sang istri juga termasuk wanita tangguh serta sholihah. Lihat saja,
ketika Ibrahim diutus meninggalkan kota Makkah menuju palestina. Sang istri
tegar serta perkasa. Hajar menjadi single parent, selama Nabi Ibrahim pergi
ke-Palestina dalam rangkan melaksanakan perintah-Nya. Sejak kaki menginjak
tanah Makkah, ia melempar pan dangan pada tanah kosong yang ada di
sekelilingnya dengan perasaan tak menentu disertai pertanyaan kepada Ibrahim
apakah ia telah meninggalkan mereka. la tak menjawab. Lalu ia bertanya adakah
ini perintah Allah? Ibrahim lalu mengiyakan. Mendengar jawaban itu ia berkata,
“Jika demikian halnya, Tuhan tak akan membuat kita sia-sia.”
Pada akhirnya, air Zamzam menyembur dari dalam tanah gersang membasahi kaki si
kecil, Isma’il.
Hajar begitu ihlas, sedangkan
Ibrahim begitu yakin dengan istrinya yang mampu mendidik anaknya.
a. Demokratis. Di samping menjadi
ayah yang baik bagi kedua istri, dan anak-anaknya. Ternyata, Nabi Ibrahim sosok
pendidik yang demokratis. Beliau r.a lebih mengedepankan pendekatan musawarah.
Ini terlihat ketika ia, sedang bermimpi (wahyu),
agar menyembelih Ismail. Ibrahim tidak bertindak otoriter, atau diktaror
terhadap sang putra. Di dalam al-Qur’an dialog antara Ibrahim dan Ismail di
abadikan sebagai berikut “Maka
Kami beri Dia khabar gembira dengan seorang anak yang Amat sabar”
Selanjutnya, al-Qur’an menjelaskan dialog antara anak yang sabar (Ismail)
dengan orangtuanya yang demokratis. Nabi Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya aku melihat
dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka
fikirkanlah, bagaimana menurut pendapatmu! ia menjawab: “Hai Ayahandaku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan Allah kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku Termasuk
orang-orang yang sabar“. Selanjutnya, ketika keduanya telah
berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah
kesabaran keduanya ).
Di dalam dunia pendidikan, Filsafat
pendidikan Nabi Ibrahim perlu direnungi untuk menghasilkan generasi unggulan
dan berkualitas. Jika dilihat dari kontek ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa
Ibrahim lebih mementingkan makanan ruhani seorang anak dari pada makanan
jasmani. Dilihat dari kondisi tempat, Makkah saat itu sangat kering, tidak
memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan fisik (makan, minum). Tapi, tempat itu
sangat memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan rohani (spiritual). Dan ternyata,
kekuatan spiritual itu yang mampu membentuk kepribadian seorang anak dikemudian
hari.
Terahir, yang dilakukan Nabi Ibrahim
adalah tawakkal kepada-Nya. Karena hanya tawakkal inilah yang bisa
menghilangkan rasa kekhawatiran-kekhwatiran yang menyelimuti dirinya. Bagaimana
mungkin, sang ayah meninggalkan anak dan istrinya ditempat yang kering, tandus,
tiada satupun orang, semesntara itu tidak ada tumbuhan yang dapat di makanan,
atau mata air yang bisa digunakan air minum.
Di dalam sebuh do’a
Nabi Ibrahim memohon kepada-Nya, dengan curahan air mata agar do’a yang
dipanjatkan dikabulkan serta menjadi sebuah kenyataan, bukan hanya sekedar
teori-teori yang Nampak dipermukaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar