TUGAS DAN PERAN MANUSIA
Manusia dengan makhluk Allah lainnya sangat berbeda,
apalagi manusia memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk
yang lain, salah satunya manusia diciptakan dengan sebaik-baik bentuk
penciptaan, namun kemuliaan manusia bukan terletak pada penciptaannya yang
baik, tapi tergantung pada; apakah dia bisa menjalankan tugas dan peran yang
telah digariskan Allah atau tidak, bila tidak, maka ia akan dimasukkan ke dalam
neraka dengan segala kesengsaraannya, Allah Swt berfirman yang artinya: Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami
kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal shaleh; maka bagi mereka pahala yang tiada
putus-putusnya (QS 95:4-6).
Paling
kurang, ada tiga tugas dan peran yang harus dimainkan oleh manusia dan sebagai
seorang muslim, kita bukan hanya harus mengetahuinya, tapi menjalankannya dalam
kehidupan ini agar kehidupan umat manusia bisa berjalan dengan baik dan
menyenangkan.
1.
BERIBADAH KEPADA ALLAH SWT
Beribadah
kepada Allah Swt merupakan tugas pokok, bahkan satu-satunya tugas dalam
kehidupan manusia sehingga apapun yang dilakukan oleh manusia dan sebagai
apapun dia, seharusnya dijalani dalam kerangka ibadah kepada Allah Swt
sebagaimana firman-Nya yang artinya: Dan Aku tidak menciptakan manusia
kecuali supaya mereka menyembah-Ku (QS 51:56).
Agar
segala yang kita lakukan bisa dikategorikan ke dalam ibadah kepada Allah Swt,
maka paling tidak ada tiga kriteria yang harus kita penuhi. Pertama,
lakukan segala sesuatu dengan niat yang ikhlas karena Allah Swt. Keikhlasan
merupakan salah satu kunci bagi diterimanya suatu amal oleh Allah Swt dan ini
akan berdampak sangat positif bagi manusia yang melaksanakan suatu amal, karena
meskipun apa yang harus dilaksanakannya itu berat, ia tidak merasakannya
sebagai sesuatu yang berat, apalagi amal yang memang sudah ringan. Sebaliknya
tanpa keikhlasan, amal yang ringan sekalipun akan terasa menjadi berat, apalagi
amal yang jelas-jelas berat untuk dilaksanakan, tentu akan menjadi amal yang
terasa sangat berat untuk mengamalkannya.
Kedua, lakukan segala sesuatu dengan cara
yang benar, bukan membenarkan segala cara. sebagaimana yang telah digariskan
oleh Allah Swt dan dicontohkan oleh Rasul-Nya. Manakala seorang muslim telah
menjalankan segala sesuatu sesuai dengan ketentuan Allah Swt, maka tidak ada penyimpangan-penyimpangan dalam
kehidupan ini yang membuat perjalanan hidup manusia menjadi sesuatu yang
menyenangkan.
Ketiga, adalah lakukan segala sesuatu
dengan tujuan mengharap ridha Allah Swt dan ini akan membuat manusia hanya
punya satu kepentingan, yakni ridha-Nya. Bila ini yang terjadi, maka upaya
menegakkan kebaikan dan kebenaran tidak akan menghadapi kesulitan, terutama
kesulitan dari dalam diri para penegaknya, hal ini karena hambatan-hambatan itu
seringkali terjadi karena manusia memiliki kepentingan-kepentingan lain yang
justeru bertentangan dengan ridha Allah Swt.
2.
KHALIFAH ALLAH DI MUKA BUMI
Nilai-nilai
dan segala ketentuan yang berasal dari Allah Swt harus ditegakkan dalam
kehidupan di dunia ini. Untuk menegakkannya, maka manusia diperankan oleh Allah
Swt sebagai khalifah (wakil) Allah di muka bumi ini untuk menegakkan
syariat-syariat-Nya, Allah Swt berfirman yang artinya: Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi (QS 2:30).
Untuk
bisa menjalankan fungsi khalifah, maka manusia harus menegakkan nilai-nilai
kebenaran dan keadilan serta menyiarkan kebaikan dan kemaslahatan, ini merupakan
perkara yang sangat mendasar untuk bisa diterapkan dan tanpa kebenaran,
keadilan serta kebaikan dan kemaslahatan, tidak mungkin tatanan kehidupan umat
manusia bisa diwujudkan, karenanya ini menjadi persyaratan utama bagi manusia
untuk menjalankan fungsi khalifah pada dirinya, Allah Swt berfirman yang
artinya: Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikajn kamu khalifah (penguasa) di
muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan
Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab
yang berat karena mereka melupakan hari perhitungan (QS shad:26).
Untuk
bisa memperoleh kehidupan yang baik di dunia ini, salah satu yang menjadi penopang
utamanya adalah penegakkan hukum secara adil sehingga siapapun yang bersalah
akan dikenai hukuman sesuai dengan tingkat kesalahannya, karenanya hal ini
merupakan sesuatu yang sangat ditekankan oleh Allah Swt kepada manusia
sebagaimana terdapat dalam firman-Nya yang artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh
kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)
apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya menetapkannya dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat (QS 4:58).
Mengingat
keadilan begitu penting bagi upaya mewujudkan kehidupan yang baik, kerharusan
berlaku adil tetap ditegakkan meskipun kepada orang yang kita benci sehingga
jangan sampai karena kebencian kita kepadanya, keadilan yang semestinya ia
nikmati tidak bisa mereka peroleh. Manakala keadilan bisa ditegakkan, maka
masyarakat yang bertaqwa kepada Allah Swt cepat atau lambat akan terwujud,
Allah berfirman yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu
jadi orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih
dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS 5:8).
3.
MEMBANGUN PERADABAN
Kehidupan dan martabat
manusia sangat berbeda dengan binatang. Binatang tidak memiliki peradaban
sehingga betapa rendah derajat binatang itu. Adapun manusia, dicipta oleh Allah
Swt untuk membangun dan menegakkan peradaban yang mulia, karenanya Allah Swt
menetapkan manusia sebagai pemakmur bumi ini, Allah berfirman yang artinya: Dia
telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan pemakmurnya (QS 11:61).
Untuk bisa membangun
kehidupan yang beradab, ada lima pondasi masyarakat beradab yang harus
diwujudkan dan diperjuangan pelestariannya, yaitu: Pertama, nilai-nilai agama Islam yang datang dari
Allah Swt, Kedua, akal yang merupakan potensi besar untuk
berpikir dan merenungkan segala sesuatu. Ketiga, harta yang harus
dicari secara halal dan bukan menghalalkan segala cara. Keempat,
kehormatan manusia dengan akhlaknya yang mulia yang harus dijaga dan dilestarikan.
Dan Kelima, keturunan atau nasab manusia yang harus jelas
sehingga dalam masalah hubungan seksual misalnya, manusia tidak akan
melakukannya kepada sembarang orang.
Manakala manusia tidak mampu
membangun peradaban sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah Swt, maka
martabat manusia akan menjadi lebih rendah dari binatang, hal ini karena
manusia bukan hanya memiliki potensi fisik yang sempuna dibanding binatang,
juga manusia punya botensi berpikir dan mendapat bimbingan berupa wahyu dari
Allah Swt yang diturunkan kepada para Nabi. Dalam kaitan kemungkinan manusia
menjadi lebih rendah atau lebih sesat dari binatang, bahkan binatang ternak
dikemukakan oleh Allah Swt dalam firman-Nya yang artinya: Dan sesungguhnya
Kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka
mempunyai hati tapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan
mereka mempunyai mata (tapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (QS 7:179).
Dari keterangan di atas
menjadi jelas bagi kita bahwa kemuliaan manusia sangat tergantung pada, apakah
ia bisa menjalankan tugas dan perannya dengan baik atau tidak, bila tidak, maka
kemuliaannya sebagai manusia akan jatuh ke derajat yang serendah-rendah dan ia
akan kembali kepada Allah dengan kehinaan yang sangat memalukan dan di akhirat,
ia menjadi hamba Allah yang mengalami kerugiaan yang tidak terbayangkan.
(Drs.
H. Ahmad Yani)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar