Ayah.... Aku Lelah
(Sebuah Refleksi tentang Perjuangan Hidup)
(Sebuah Refleksi tentang Perjuangan Hidup)
“Ayah,
ayah” kata sang anak.
“Ada
apa?” tanya sang ayah.
“Aku
lelah, sangat lelah. Aku lelah karena aku belajar mati-matian untuk mendapat
nilai bagus sedangkan temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek, aku mau
menyontek saja! Aku lelah, sangat lelah.
Aku
lelah karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku
punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! Aku lelah, sangat lelah.
Aku
lelah karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus
menabung, aku ingin jajan terus!
Aku
lelah karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku
enak saja berbicara sampai aku sakit hati.
Aku
lelah karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman-temanku,
sedangkan teman-temanku seenaknya saja bersikap kepadaku.
Aku
lelah Ayah, aku lelah menahan diri. Aku ingin seperti mereka. Mereka terlihat
senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah !!” sang anak mulai menangis.
Sang
ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata ”Anakku..ayo
ikut ayah, Ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu”, lalu sang ayah menarik
tangan sang anak.
Mereka
menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan
ilalang. Sang anak mulai mengeluh ”Ayah, mau kemana kita?? Aku tidak suka jalan
ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. Badanku
dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah karena banyak ilalang, aku
benci jalan ini ayah” sang ayah hanya diam.
Sampai
akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat
segar, ada banyak kupu-kupu, bunga-bunga yang cantik, dan pepohonan yang
rindang.
“Wwaaaah…tempat
apa ini ayah? Aku suka! Aku suka tempat ini!” Sang ayah hanya diam
kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.
“Kemarilah
anakku, ayo duduk di samping ayah” ujar sang ayah. Lalu sang anak pun ikut
duduk di samping ayahnya.
”
Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? Padahal tempat ini begitu
indah,” ayah mulai brtanya.
” Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?,” tanya sang anak.
” Itu karena orang-orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tahu ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu,” sang ayah menjelaskan.
” Ooh… berarti kita orang yang sabar ya?,”
”Nah, akhirnya kau mengerti”
”Mengerti apa? aku tidak mengerti”
” Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi. Bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melawati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga, dan akhirnya semuanya terbayar kan? Ada telaga yang sangat indah. Seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? Kau tidak akan mendapat apa-apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku”.
” Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?,” tanya sang anak.
” Itu karena orang-orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tahu ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu,” sang ayah menjelaskan.
” Ooh… berarti kita orang yang sabar ya?,”
”Nah, akhirnya kau mengerti”
”Mengerti apa? aku tidak mengerti”
” Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi. Bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melawati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga, dan akhirnya semuanya terbayar kan? Ada telaga yang sangat indah. Seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? Kau tidak akan mendapat apa-apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku”.
”
Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar ” rengek sang anak.
” Ayah tahu, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat. Begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu. Tapi, ingatlah anakku, ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri. Maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri, jadilah seorang muslim yang kuat, yang tetap tabah dan istiqomah karena tahu ada Allah SWT yg selalu di sampingmu. Maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang. Kau tahu akhirnya kan?” jelas sang ayah lagi.
” Ayah tahu, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat. Begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu. Tapi, ingatlah anakku, ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri. Maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri, jadilah seorang muslim yang kuat, yang tetap tabah dan istiqomah karena tahu ada Allah SWT yg selalu di sampingmu. Maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang. Kau tahu akhirnya kan?” jelas sang ayah lagi.
”
Ya ayah, aku tahu, aku akan dapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga
ini. Sekarang aku mengerti. Terima kasih ayah , aku akan tegar saat yang lain
terlempar. ”
Sang
ayah tersenyum sambil menatap wajah anak
kesayangannya..
Siapakah ayah yg sabar itu....
Siapakah ayah yg sabar itu....
Kita harus bisa menjadi
ayah yang baik dan bijak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar