InspirasI

Rabu, 28 September 2016

TUJUH LAPISAN ALAM (VERSI TASAWUF)

Ilmu tasawuf membagi hierarki alam ini dalam 3 tingkat yaitu: 7 lapis bumi, 7 lapis langit, 7 lapis surga dan langit-langit Singgasana (Arsy) Tuhan. Tujuh lapis bumi terdiri dari ruang dasar 1 sampai 4 yang terdiri dari unsur : tanah, air, api, udara ditambah dengan antar ruang 1-3 yang terdiri dari kerajaan mineral, tumbuhan dan binatang. Manusia menempati posisi tertinggi dari hierarki ini.
Adapun 7 lapis langit terdiri dari kawasan langit yang dibatasi oleh orbit dari : Bulan (al qamar), Merkurius (al utarid), Venus (az zuhrah), Matahari (asy syams), Mars (al murikh), Jupiter (al musytari), dan Saturnus (az zuhal). Pada dimensi ini hiduplah makhluk-makhluk lain yang memiliki tingkat rohani yang lebih tinggi daripada manusia. Adapun hierarki yang lebih tinggi lagi adalah dimensi lain yang terdiri dari : ruang bintang antar planet, ruang bintang langit yang lebih tinggi, ruang angkasa kristal/hablur, ruang tanpa bintang dan langit tertinggi yang seluruhnya terdiri dari cahaya.
Ada juga ajaran tentang Tanazzul Tujuh yang diperkenalkan oleh guru sufi terkemuka Syekh Al Akbar Muhyiddin Ibnu Arabi (1165-1240 M). Nama beliau yang sebenarnya adalah Muhiddin Abu Abdullah Muhammad ibn Ali ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Abdullah Hatimi at-Ta'i. Beliau mendapat gelar Syekh Al Akbar Muhyiddin yang artinya “Guru Terbesar Penghidup Agama”. Ibnu Arabi telah menghasilkan banyak karya hingga 300 kitab. Di antara karyanya yang terkenal adalah Fushush al-Hikam, Futuhat al-Makkiyyah dan Tarjuman al-Asywaq. Futuhat al Makkiyyah adalah karya terbesarnya yang menyingkapkan rahasia ilmu ghaibul ghaib uluhiyat dan rububiyyat.
Ajaran tentang ketujuh alam ini juga dikenal sebagai ajaran Martabat Tujuh (Tujuh Tanazzul). Ajaran ini menyatakan bahwa segala sesuatu yang ada di seluruh dimensi alam semesta ini (dalam semua dimensi ruang dan waktu) hanyalah manifestasi dan cerminan dari keberadaan Tuhan dimana seluruh alam semesta tercipta tidak lain dari emanasi Tuhan semata sebagaimana disebutkan dalam Al Quran :
“Maka kemanapun kamu menghadap maka disitulah wajah Allah.”
(Al Baqarah : 115)
“Allah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus yang didalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca dan kaca itu seakan-akan bintang seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon (kehidupan) yang banyak berkahnya, pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebalah barat, yang minyaknya hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya. Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
(QS. An-Nuur 24 : 35)
Adapun Ketujuh Martabat tersebut adalah :
- Alam Hahut / Martabat Ahadiat (Realm of Oneness) : Ini adalah Martabat Tertinggi Ketuhanan. Tuhan digambarkan sebagai Dzat yang tidak bisa disebut dengan apa pun. Inilah Tuhan Sejati bagi semua makhluk dan semua manusia, tidak pandang bangsa dan agama apapun. Pada keadaan ini, tidak ada sesuatu selain Dzat Tuhan. Itulah sebabnya Ibn ‘Arabi pernah melontarkan gagasan tentang kesatuan semua agama.
- Alam Lahut / Martabat Wahdat / Realitas Pertama (Realm of Divinity) : Dalam Martabat Ahadiyat, dimana Tuhan adalah Dzat Suci yang Berdiri Sendiri. Tak ada yang lain selain Diri-Nya. Dia rindu untuk dikenal, namun siapa yang akan mengenal-Nya karena tidak ada yang lain selain Diri-Nya. Tuhan berkehendak menciptakan makhluk agar Diri-Nya dikenal oleh makhluk tersebut. Inilah proses awal penciptaan. Tuhan hendak menciptakan makhluk. Untuk menciptakan sesuatu pastilah menggunakan bahan padahal tidak ada apapun selain Tuhan. Oleh karena itu bahan tersebut diambil dari-Nya sendiri.
Sama halnya dengan air laut yang menampakkan diri dengan penampakan lain berupa gelombang. Sebenarnya tidak ada bedanya antara air laut dan gelombang, keduanya adalah manifestasi dari satu hal saja. Dia sudah melakukan proses penciptaan pertama. Ciptaan pertama-Nya ini berupa Nur Muhammad atau Cahaya Yang Terpuji. Ibnu ‘Arabi menjabarkannya sebagai Asyajaratul Kaun atau Pohon Kejadian.
- Alam Jabarut / Martabat Wahidiyat / Realitas Kedua (Realm of Power) : Pada martabat ini, Nur / Cahaya yang bersifat keTuhanan menurunkan Diri menjadi Nur yang bersifat kemakhlukan. Maka cahaya ini tidak lagi sebagai Tuhan, namun sebagai makhluk yang masih berupa satu kesatuan cahaya. Disinilah terjadi proses penciptaan sebagaimana digambarkan oleh Ibn ‘Arabi dalam Pohon Kejadian (Syajaratul Kaun) yang tidak pernah putus mengalir. Benih tersebut berasal dari Cahaya Satu, dan Cahaya yang satu tersebut berasal dari Dzat-Nya.
Jadi jelaslah bahwa benih semua makhluk dan kejadian berasal dari Cahaya Tuhan. Setiap penciptaan berasal dari-Nya. Dalam martabat ini pula Tuhan melahirkan Kehendak-Nya. Kehendak atau Iradat tersebut Dia salurkan dalam setiap benih kejadian. Tumbuhlah benih tersebut menjadi akar yang menjalar ke bawah. Akar atau Kehendak Tuhan inilah yang menjadi pondasi setiap ciptaan, maka segala sesuatu memiliki akar yang berada di bawah kendali Tuhan dan terjadi atas kehendak-Nya. Inilah martabat yang bersifat kemakhlukan namun masih menjadi satu dan belum terpisah-pisahkan. Segala hal masih berbentuk konsep yang tersimpan rapi di sisi-Nya.
- Alam Ruh / Azali (Realm of Light) : Kehendak Tuhan tidak akan berwujud jika tidak ada sarananya. Proses tajalli Tuhan berikutnya adalah menciptakan wahana bagi kehendak-kehendak-Nya tersebut. Dalam martabat ini, Tuhan menciptakan makhluk yang sangat halus yakni Ruh. Ruh adalah sarana sebagai sumber kehidupan seluruh makhluk dan ciptaan. Ruh itu berasal dari percikan Diri Tuhan. Mula-mula, Ruh tersebut masih satu dan akhirnya terbagi-bagi menjadi banyak sekali. Bagian-bagian ruh tersebut siap untuk mengisi tiap-tiap bentuk dan wahana yang akan diciptakan-Nya kemudian.
- Alam Misal / Alam Ardhul Haqiqah (Realm of Spirit) : Keberadaan ruh sebagai daya kehidupan tidak akan berguna jika tidak ada suatu sebagai wahana, sarana maupun kendaraannya. Tuhan menciptakan berbagai bentuk ciptaan melalui proses penurunan Diri. Dia mengambil Nur sebagai bahan-Nya. Maka inilah makhluk sejati, bukan Tuhan, karena berasal dari Nur yang bersifat kemakhlukan dan tidak berasal langsung dari Dzat Tuhan. Ciptaan dalam Alam Misal ini masih berupa makhluk-makhluk yang masih sangat halus atau gaib namun nyata bentuknya. Surga, neraka, malaikat (alam malakut), iblis, jiwa, jin dan berbagai bentuk energi dan kesadaran non materi berada di alam ini.
- Alam Ajsam / Alam Nasut (Realm of Matter) : Bentuk-bentuk halus berupa energi dan kesadaran tadi belum akan aktual jika belum memiliki bentuk yang padat dan nyata. Maka diwujudkanlah beragam materi dengan segala hal yang ada di dalamnya sehingga terwujud alam semesta dalam dimensi fisik. Ini adalah hijab atau dinding penghalang yang paling besar untuk mengenal Tuhan karena kesadaran terkurung ke dalam bentuk jasmani dengan getaran yang rendah (ilusi).
Tentang alam semesta dimensi fisik ini dikatakan bahwa dalam satu Kitab-al-Mubin mengendalikan 300 juta Lauh Mahfudz (supercluster), masing-masing Lauh mengendalikan 80 ribu Haziri (galaksi), masing-masing haziri berisi 13 miliar sistem bintang dimana setiap 1 miliar sistem bintang memiliki kehidupan di salah satu dari planet mereka dan dimana setiap bintang memiliki 9, 12 atau 13 planet di sekitarnya.
- Alam Insan Kamil / Martabat Jami’ (Realm of Human) : Pada akhirnya terwujudlah manusia sebagai gambaran dan cermin dari Diri-Nya yang sempurna. Melalui manusia inilah Dia menikmati hasil ciptaan-Nya. Manusia dibekali akal dan hati sebagai sarana kehadiran Tuhan di dalam dirinya. Kelebihan utama manusia dibanding dengan makhluk lainnya adalah kemampuannya untuk bisa menampung kehadiran Tuhan sehingga dia bisa menjadi wakil (khalifah) bagi Tuhan di muka bumi. Melalui manusia sempurna inilah kehendak-Nya untuk mengenal dan dikenal akan terlaksana.
“Kemudian Dia sempurnakan kejadiannya dan Dia (Tuhan) tiupkan roh-Nya kepadanya.” (As-Sajdah : 9)
“Dan apabila hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku maka jawablah : bahwasanya Aku  adalah dekat.” (Al-Baqarah : 186)
“Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya sendiri.”
(Qaf : 16)
“Dan Dia (Tuhan) bersama kamu dimana saja kamu berada.”
(Al-Hamid : 4)
“Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah (pemimpin) di muka   bumi." (QS. Faathir : 39)
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At Tiin : 4)
“Dan Kami lebihkan mereka (manusia) dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”
(QS. Al Israa : 70)

Tidak ada komentar: