TUJUH LAPISAN ALAM (VERSI
TASAWUF)
Ilmu tasawuf membagi
hierarki alam ini dalam 3 tingkat yaitu: 7 lapis bumi, 7 lapis langit, 7 lapis
surga dan langit-langit Singgasana (Arsy) Tuhan. Tujuh lapis bumi terdiri dari
ruang dasar 1 sampai 4 yang terdiri dari unsur : tanah, air, api, udara ditambah
dengan antar ruang 1-3 yang terdiri dari kerajaan mineral, tumbuhan dan
binatang. Manusia menempati posisi tertinggi dari hierarki ini.
Adapun 7 lapis langit
terdiri dari kawasan langit yang dibatasi oleh orbit dari : Bulan (al qamar),
Merkurius (al utarid), Venus (az zuhrah), Matahari (asy syams), Mars (al
murikh), Jupiter (al musytari), dan Saturnus (az zuhal). Pada dimensi ini
hiduplah makhluk-makhluk lain yang memiliki tingkat rohani yang lebih tinggi
daripada manusia. Adapun hierarki yang lebih tinggi lagi adalah dimensi lain
yang terdiri dari : ruang bintang antar planet, ruang bintang langit yang lebih
tinggi, ruang angkasa kristal/hablur, ruang tanpa bintang dan langit tertinggi
yang seluruhnya terdiri dari cahaya.
Ada juga ajaran tentang
Tanazzul Tujuh yang diperkenalkan oleh guru sufi terkemuka Syekh Al Akbar
Muhyiddin Ibnu Arabi (1165-1240 M). Nama beliau yang sebenarnya adalah Muhiddin
Abu Abdullah Muhammad ibn Ali ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Abdullah Hatimi
at-Ta'i. Beliau mendapat gelar Syekh Al Akbar Muhyiddin yang artinya “Guru
Terbesar Penghidup Agama”. Ibnu Arabi telah menghasilkan banyak karya hingga
300 kitab. Di antara karyanya yang terkenal adalah Fushush al-Hikam, Futuhat
al-Makkiyyah dan Tarjuman al-Asywaq. Futuhat al Makkiyyah adalah karya
terbesarnya yang menyingkapkan rahasia ilmu ghaibul ghaib uluhiyat dan
rububiyyat.
Ajaran
tentang ketujuh alam ini juga dikenal sebagai ajaran Martabat Tujuh (Tujuh
Tanazzul). Ajaran ini menyatakan bahwa segala sesuatu yang ada di seluruh
dimensi alam semesta ini (dalam semua dimensi ruang dan waktu) hanyalah
manifestasi dan cerminan dari keberadaan Tuhan dimana seluruh alam semesta
tercipta tidak lain dari emanasi Tuhan semata sebagaimana disebutkan dalam Al
Quran :
“Maka
kemanapun kamu menghadap maka disitulah wajah Allah.”
(Al Baqarah : 115)
(Al Baqarah : 115)
“Allah
cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang
yang tak tembus yang didalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca dan
kaca itu seakan-akan bintang seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak
dari pohon (kehidupan) yang banyak berkahnya, pohon zaitun yang tumbuh tidak di
sebelah timur dan tidak pula di sebalah barat, yang minyaknya hampir-hampir
menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya. Allah membimbing
kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat
perumpamaan-perumpamaan bagi manusia dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
(QS. An-Nuur 24 : 35)
(QS. An-Nuur 24 : 35)
Adapun
Ketujuh Martabat tersebut adalah :
-
Alam Hahut / Martabat Ahadiat (Realm of Oneness) : Ini adalah Martabat
Tertinggi Ketuhanan. Tuhan digambarkan sebagai Dzat yang tidak bisa disebut
dengan apa pun. Inilah Tuhan Sejati bagi semua makhluk dan semua manusia, tidak
pandang bangsa dan agama apapun. Pada keadaan ini, tidak ada sesuatu selain
Dzat Tuhan. Itulah sebabnya Ibn ‘Arabi pernah melontarkan gagasan tentang
kesatuan semua agama.
-
Alam Lahut / Martabat Wahdat / Realitas Pertama (Realm of Divinity) : Dalam
Martabat Ahadiyat, dimana Tuhan adalah Dzat Suci yang Berdiri Sendiri. Tak ada
yang lain selain Diri-Nya. Dia rindu untuk dikenal, namun siapa yang akan
mengenal-Nya karena tidak ada yang lain selain Diri-Nya. Tuhan berkehendak
menciptakan makhluk agar Diri-Nya dikenal oleh makhluk tersebut. Inilah proses
awal penciptaan. Tuhan hendak menciptakan makhluk. Untuk menciptakan sesuatu
pastilah menggunakan bahan padahal tidak ada apapun selain Tuhan. Oleh karena
itu bahan tersebut diambil dari-Nya sendiri.
Sama
halnya dengan air laut yang menampakkan diri dengan penampakan lain berupa
gelombang. Sebenarnya tidak ada bedanya antara air laut dan gelombang, keduanya
adalah manifestasi dari satu hal saja. Dia sudah melakukan proses penciptaan
pertama. Ciptaan pertama-Nya ini berupa Nur Muhammad atau Cahaya Yang Terpuji.
Ibnu ‘Arabi menjabarkannya sebagai Asyajaratul Kaun atau Pohon Kejadian.
-
Alam Jabarut / Martabat Wahidiyat / Realitas Kedua (Realm of Power) : Pada
martabat ini, Nur / Cahaya yang bersifat keTuhanan menurunkan Diri menjadi Nur
yang bersifat kemakhlukan. Maka cahaya ini tidak lagi sebagai Tuhan, namun
sebagai makhluk yang masih berupa satu kesatuan cahaya. Disinilah terjadi
proses penciptaan sebagaimana digambarkan oleh Ibn ‘Arabi dalam Pohon Kejadian
(Syajaratul Kaun) yang tidak pernah putus mengalir. Benih tersebut berasal dari
Cahaya Satu, dan Cahaya yang satu tersebut berasal dari Dzat-Nya.
Jadi jelaslah bahwa benih
semua makhluk dan kejadian berasal dari Cahaya Tuhan. Setiap penciptaan berasal
dari-Nya. Dalam martabat ini pula Tuhan melahirkan Kehendak-Nya. Kehendak atau
Iradat tersebut Dia salurkan dalam setiap benih kejadian. Tumbuhlah benih
tersebut menjadi akar yang menjalar ke bawah. Akar atau Kehendak Tuhan inilah
yang menjadi pondasi setiap ciptaan, maka segala sesuatu memiliki akar yang
berada di bawah kendali Tuhan dan terjadi atas kehendak-Nya. Inilah martabat
yang bersifat kemakhlukan namun masih menjadi satu dan belum terpisah-pisahkan.
Segala hal masih berbentuk konsep yang tersimpan rapi di sisi-Nya.
-
Alam Ruh / Azali (Realm of Light) : Kehendak Tuhan tidak akan berwujud jika
tidak ada sarananya. Proses tajalli Tuhan berikutnya adalah menciptakan wahana
bagi kehendak-kehendak-Nya tersebut. Dalam martabat ini, Tuhan menciptakan
makhluk yang sangat halus yakni Ruh. Ruh adalah sarana sebagai sumber kehidupan
seluruh makhluk dan ciptaan. Ruh itu berasal dari percikan Diri Tuhan.
Mula-mula, Ruh tersebut masih satu dan akhirnya terbagi-bagi menjadi banyak
sekali. Bagian-bagian ruh tersebut siap untuk mengisi tiap-tiap bentuk dan
wahana yang akan diciptakan-Nya kemudian.
-
Alam Misal / Alam Ardhul Haqiqah (Realm of Spirit) : Keberadaan ruh sebagai
daya kehidupan tidak akan berguna jika tidak ada suatu sebagai wahana, sarana
maupun kendaraannya. Tuhan menciptakan berbagai bentuk ciptaan melalui proses
penurunan Diri. Dia mengambil Nur sebagai bahan-Nya. Maka inilah makhluk
sejati, bukan Tuhan, karena berasal dari Nur yang bersifat kemakhlukan dan
tidak berasal langsung dari Dzat Tuhan. Ciptaan dalam Alam Misal ini masih
berupa makhluk-makhluk yang masih sangat halus atau gaib namun nyata bentuknya.
Surga, neraka, malaikat (alam malakut), iblis, jiwa, jin dan berbagai bentuk
energi dan kesadaran non materi berada di alam ini.
-
Alam Ajsam / Alam Nasut (Realm of Matter) : Bentuk-bentuk halus berupa energi
dan kesadaran tadi belum akan aktual jika belum memiliki bentuk yang padat dan
nyata. Maka diwujudkanlah beragam materi dengan segala hal yang ada di dalamnya
sehingga terwujud alam semesta dalam dimensi fisik. Ini adalah hijab atau
dinding penghalang yang paling besar untuk mengenal Tuhan karena kesadaran
terkurung ke dalam bentuk jasmani dengan getaran yang rendah (ilusi).
Tentang alam semesta
dimensi fisik ini dikatakan bahwa dalam satu Kitab-al-Mubin mengendalikan 300
juta Lauh Mahfudz (supercluster), masing-masing Lauh mengendalikan 80 ribu
Haziri (galaksi), masing-masing haziri berisi 13 miliar sistem bintang dimana
setiap 1 miliar sistem bintang memiliki kehidupan di salah satu dari planet
mereka dan dimana setiap bintang memiliki 9, 12 atau 13 planet di sekitarnya.
-
Alam Insan Kamil / Martabat Jami’ (Realm of Human) : Pada akhirnya terwujudlah
manusia sebagai gambaran dan cermin dari Diri-Nya yang sempurna. Melalui
manusia inilah Dia menikmati hasil ciptaan-Nya. Manusia dibekali akal dan hati
sebagai sarana kehadiran Tuhan di dalam dirinya. Kelebihan utama manusia
dibanding dengan makhluk lainnya adalah kemampuannya untuk bisa menampung
kehadiran Tuhan sehingga dia bisa menjadi wakil (khalifah) bagi Tuhan di muka
bumi. Melalui manusia sempurna inilah kehendak-Nya untuk mengenal dan dikenal
akan terlaksana.
“Kemudian
Dia sempurnakan kejadiannya dan Dia (Tuhan) tiupkan roh-Nya kepadanya.”
(As-Sajdah : 9)
“Dan
apabila hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku maka jawablah : bahwasanya
Aku adalah dekat.” (Al-Baqarah : 186)
“Dan
Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya sendiri.”
(Qaf : 16)
(Qaf : 16)
“Dan
Dia (Tuhan) bersama kamu dimana saja kamu berada.”
(Al-Hamid : 4)
(Al-Hamid : 4)
“Dialah
yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah (pemimpin) di muka
bumi." (QS. Faathir : 39)
“Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At Tiin
: 4)
“Dan
Kami lebihkan mereka (manusia) dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan.”
(QS. Al Israa : 70)
(QS. Al Israa : 70)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar