InspirasI

Sabtu, 26 Mei 2018

 Kiat-Kiat Sukses Ramadhan

Oleh: KH. Hafidz Abdurrahman

 Keutamaan bulan Ramadhan ini telah dideskripsikan sendiri oleh Nabi dalam khutbah baginda, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibn Huzaimah dalam kitab Shahih-nya. 
Dalam khutbahnya, baginda menegaskan, bahwa Ramadhan adalah bulan yang agung dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat satu malam yang nilai (amal shalih) di dalamnya lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa pada siang harinya sebagai sebuah kewajiban, dan menghidupkan malamnya sebagai perbuatan sunnah (tathawwu’).
Siapa saja yang mendekatkan diri kepada Allah dengan mengerjakan satu kebaikan, maka nilainya sama dengan mengerjakan satu ibadah wajib pada bulan lain. Siapa saja yang mengerjakan satu perbuatan wajib, maka nilainya sama dengan mengerjakan tujupuluh kebaikan di bulan yang lain.
Ramadhan juga bulan kesabaran, dan kesabaran itu balasannya surga. Ramadhan juga bulan tolong-menolong (ta’awun), di mana di dalamnya rezki seorang Mukmin akan bertambah. Siapa saja yang memberikan buka kepada orang yang berpuasa, maka itu akan menjadi maghfirah bagi dosa-dosanya, penyelamatnya dari api neraka dan ia memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa itu.
Karena itu, meski bulan Ramadhan ini tidak termasuk asyhurul hurum (bulan haram), tetapi bulan ini memiliki keutamaan yang tiada duanya.
Di bulan ini, Allah subhanahu wa ta'ala telah menurunkan al-Qur’an, sebagaimana dituturkan Allah dalam surat al-Baqarah: 185. Ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad . di Gua Hira’ adalah Iqra’, diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan 13 SH (sebelum Hijrah) atau bulan Juli 610 M. Karena itu, bulan ini juga disebut syahr al-Qur’an (bulan al-Qur’an).
Bulan ini juga dijadikan oleh Allah subhanahu wa ta'ala sebagai bulan puasa, dimana ummat Islam diwajibkan untuk berpuasa selama sebulan penuh di bulan tersebut. Karena itu, bulan ini juga disebut syahru as-shiyam. Allah pun menetapkan puasa dan al-Qur’an sebagai pemberi syafaat pada Hari Kiamat (HR Ahmad, at-Thabrani dan al-Hakim).
Tidak hanya itu, malaikat pun akan memintakan ampunan untuk orang yang berpuasa selama berpuasa hingga berbuka. Dan, Allah pun memberikan ampunan untuk mereka di akhir malam bulan Ramadhan.
Di bulan ini, Allah telah menjadikan salah satu malamnya, sebagai Lailatu al-Qadar, yaitu satu malam yang nilainya lebih baik dibanding seribu bulan (Q.s. al-Qadar [97]: 1-5), tentu jika digunakan untuk melakukan amal shalih, seperti shalat, membaca al-Qur’an, dzikir dan sebagainya. Maka, satu perbuatan baik yang dilakukan di malam itu nilainya masih lebih baik ketimbang perbuatan yang sama dilakukan selama seribu bulan. Itulah malam Lailatu al-Qadar, yang hanya ada di bulan Ramadhan.
Nabi menuturkan, “Jika memasuki bulan Ramadhan, maka semua pintu langit dibuka, dan pintu-pintu neraka Jahannam ditutup, sementara syaitan dibelenggu.” (HR al-Bukhari, Muslim, an-Nasai dan Ibn Hibban). Tidak hanya itu, pahala perbuatan baik di bulan Ramadhan juga dilipatgandakan oleh Allah. 
Melakukan satu amalan sunnah, pahalanya sama dengan amalan fardhu di bulan lain. Melakukan satu amalan fardhu, nilainya dilipatgandakan menjadi 70 kali di bulan lain. Karena itu, Nabi menggunakan bulan ini untuk melipatgandakan amal shalih. Dalam riwayat Ibn ‘Abbas, dituturkan, bahwa Nabi adalah orang paling dermawan, dan lebih dermawan lagi ketika bulan Ramadhan, saat Jibril menemui baginda untuk mengecek hapalan al-Qur’an baginda .
Wajar jika Nabi pun memerintahkan wanita kaum Anshar untuk pergi berumrah di bulan Ramadhan. Dituturkan dari Ibn ‘Abbas, Nabi pernah bersabda, “Jika tiba bulan Ramadhan, maka berumrahlan kamu, karena umrah di bulan itu sama pahalanya dengan haji.”
Karena itu pula, para sahabat dan generasi kaum Muslim setelahnya menjadikan bulan Ramadhan ini sebagai bulan jihad, selain karena perintah berjihad fi sabilillah itu diturunkan pada bulan Ramadhan, juga banyak sekali kemenangan yang ingin mereka raih di bulan suci ini, karena taqarrub mereka kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
Tercatatlah sejumlah peristiwa penting pada bulan Ramadhan. Tujuh belas bulan setelah Hijrah, Nabi mengirim detasemen Hamzah yang membawa bendera pertama yang diserahkan oleh baginda . Detasemen ini dikirim untuk menghadang rombongan kaum Quraisy yang datang dari Syam menuju ke Makkah.
Perang Badar Kubra yang disebut dalam al-Qur’an sebagai Yaum al-Furqan (Hari Pembeda) meletus pada Hari Jum’at, 17 Ramadhan 2 H. Jumlah pasukan kaum Muslim saat itu hanya 313, terdiri dari 1 menunggang kuda, sisanya jalan kaki. Tercatat 14 di antara mereka sebagai syuhada’ Badr. Sementara pasukan kaum Kafir Quraisy berjumlah 1000 orang; 80 orang pasukan berkuda, sisanya jalan kaki; 70 orang gugur, 70 lainnya menjadi tawanan perang. Dalam peristiwa ini, pasukan kaum Muslim dibantu oleh 5000 malaikat (Q.s. Ali ‘Imran [03]: 125).
Di bulan suci ini pula, Rasulullah dan para sahabat berhasil menaklukkan kota Makkah, tepatnya pada bulan Ramadhan 8 H. Penaklukan kota Makkah ini juga disebut penaklukan agung (al-fath al-a’dham). Kaum Kafir Quraisy pun berbondong-bondong masuk Islam, termasuk Abu Sufyan dan para pemuka Kafir Quraisy.
Pada saat itulah, turun perintah untuk menghancurkan berhala dari sekitar Ka’bah. Karena itu, bulan Ramadhan juga dikenal sebagai syahru al-jihad wa al-intishar (bulan Jihad dan Kemenangan).

 Kiat-kiat Sukses Ramadhan
Dengan mengetahui nilai dan keutamaan bulan Ramadhan ini, maka seorang Muslim yang sadar, tidak akan menyia-nyiakan sedikitpun kesempatan di bulan suci ini. Inilah kunci sukses meraih kemuliaan di bulan Ramadhan, yaitu mengerti nilai dan keutamaan bulan ini.
Dengan begitu, dia tahu apa yang harus diraih. Sekedar contoh, jika 1 perbuatan wajib nilainya 70 kali perbuatan wajib di luar bulan Ramadhan, maka jika dikalkulasi dalam 1 hari ada 5 kali shalat dan 1 puasa, berarti 6 perbuatan wajib dikalikan 70, sama dengan 420.
Dalam sehari saja, minimal seorang Muslim akan mendapatkan pahala setara dengan 420 perbuatan wajib di luar bulan Ramadhan. Jika nilai ini dikalikan 30 hari, maka dia akan mendapatkan 12,600 kali perbuatan wajib. Itu baru 6 kali perbuatan wajib, lalu bagaimana kalau dia berdakwah, yang nota bene hukumnya wajib? Pasti pahalanya lebih banyak lagi. Belum lagi kalau ditambah dengan perbuatan sunah.
Nah, kesadaran inilah yang harus dimiliki tiap Muslim, sehingga dia tidak akan menyia-nyiakan sedikitpun kesempatan emas di bulan suci ini. Lalu bagaimana kiat-kiat kita agar sukses meraih seluruh kemulian di bulan ini?
/ Pertama /, selain menyadari kemuliaan bulan ini, dia harus menyadari bahwa sebagai manusia yang tidak bebas dari dosa (ma’shum), Ramadhan adalah kesempatan emas untuk meraih ampunan dan melipatgandakan amal shalih. Karena inilah bekal untuk menghadap Allah pada Hari Kiamat. Kesadaran ini harus tumbuh kokoh dalam diri kita, sebagai satu-satunya motivasi amal kita.
/ Kedua /, untuk meraih semuanya tadi, setiap Muslim harus mempunyai program pribadi selama Ramadhan, antara lain:
1) Taubatan nashuha: Taubatan nashuha adalah taubat dengan melepaskan diri dari dosa, menyesalinya dan tidak mengulanginya kembali, diikuti dengan kesungguhan melakukan amal shalih yang dilandasi keimanan. Jika ada hak orang lain yang terkait dengan materi atau non-materi, maka harus segera dikembalikan, atau minta dihalalkan. Karena itu, taubat ini menjadi poin pertama, dan pondasi program-program berikutnya.
2) Menjaga pendengaran, lisan dan mata dari perkara yang diharamkan, baik di siang hari maupun di malam hari bulan Ramadhan.
3) Menjaga amalan-amalan sunah dan nafilah.
4) Menjaga shalat rawatib (5 waktu) berjamaah di masjid.
5) Berkeingan kuat untuk menjadi saksi adzan, iqamat, takbiratul ihram bersama imam, dan berdiri di baris terdepan.
6) Menjaga shalat Tarawih, shalat syaf’ (shalat 2-10 rakaat) sebelum witir, dan witir. Biasanya shalat Tarawih dilakukan 20 rakaat, atau 10 rakaat, kemudian dilanjutkan malam harinya dengan 2-10 rakaat, kemudian ditutup dengan witir 1 rakaat, atau 2-8 rakaat, kemudian witir 3 rakaat.
7) Menjaga qiyamullail.
8) Membaca minimal 1 juz tiap hari.
9) Menghapal sebagian ayat al-Qur’an tiap hari.
10) Menghapal satu hadits atau lebih tiap hari.
11) Silaturrahmi kepada kerabat.
12) Bergaul dengan kaum Muslim dan mengetahui keadaan mereka.
13) Dzikir dan mengingat Allah serta mensucikannya setiap waktu, disertai menjaga dzikir waktu Subuh dan petang.
14) Berinfaq suka rela dengan memberi makan satu atau lebih orang yang berpuasa tiap hari, meski hanya dengan satu buah kurma.
15) Mengutamakan bersedekah kepada fakir miskin atau orang yang membutuhkan setiap hari, meski dengan kadar yang paling minim sekalipun.
16) Menjaga shalat Dhuha setiap hari.
17) Melakukan shalat dua rakaat setelah berwudhu’.
18) Menghadiri majlis ilmu.
19) Mempelajari minimal satu bab fiqih setiap hari.
20) Membaca ringkasan Sirah Nabi dan Akidah.
21) Berusaha mendamaikan atau menyelesaikan urusan orang yang bermasalah.
22) Berdoa saat berbuka sebagaimana doa yang diajarkan Nabi.
23) Dermawan dan membantu orang lain.
24) Berdakwah kepada Allah, amar makruf dan nahi munkar.
25) Menolong kaum Muslim yang berjihad di manapun.
26) Menyegerakan buka, dan mengakhirkan sahur.
27) Berbakti kepada kedua orang tua, baik yang masih ada, maupun telah tiada.
28) Melakukan i’tikaf pada sepuluh terakhir di bulan Ramadhan.
29) Melaksanakan umrah, karena umrah di bulan Ramadhan sama sekali haji bersama Rasulullah .
30) Menjaga pelaksanaan shalat Idul Fitri bersama kaum Muslim.
31) Berpuasa 6 hari bulan Syawal, atau Ayyam al-Bidh.
/ Ketiga /, meski telah dibuat program, namun dalam praktiknya, kadang-kadang program tersebut, karena satu dan lain hal, tidak berjalan sesuai dengan rencana. Untuk itu diperlukan langkah berikutnya, yaitu kesungguhan dalam menjalankan program-program yang telah dibuat.
Jika sudah ada kesungguhan, tetapi masih tidak bisa berjalan karena ada prioritas pekerjaan lain, maka bisa dibuat substitusi, yaitu program pengganti, agar nilai yang ingin diraih melalui amal yang tidak bisa dijalankan tersebut bisa digantikan dengan yang lain.
/ Keempat /, menjadikan malam hari, sebagai malam muhasabah (evaluasi) dan takhthith (perencanaan). Yang dievaluasi adalah apa yang telah dikerjakan dan diperoleh selama sehari, dan apa yang bisa dan harus diraihnya besok.
Ini dilakukan setelah melaksanakan shalat syaf’i dan witir. Dengan begitu, dia akan menatap agenda harinya esok dengan mantap dan jelas, tanpa ragu. Untuk memudahkan evaluasi dan perencanaan, bisa dibuat daftar pengecekan yang berisi poin-poin aktivitas di atas.
Inilah beberapa kiat sukses untuk mendapatkan kemuliaan di bulan suci Ramadhan, agar tak satu pun kesempatan emas di dalamnya terbuang sia-sia.

Sumber: http://www.syahidah.web.id


Rabu, 23 Mei 2018

Malam Seribu Bulan

Jika dunia hanya sebatas mata memandangi
Maka sejagat nurani adalah samudera luas tak bertepi
Yang seringkali terombang ambing oleh hakikat keinginan yang salah
Memaknai sebuah pemberian pun anugerah
Hingga terkadang melupa akan kewajiban sebagai hamba yang lemah
Berdiri di bumi dengan jumawa
Membiarkan tubuh merengkuh dosa-dosa.
Rabbi..... di bulan nan suci ku bersimpuh   pada seluruh ke agunganMu
Pada Ramadhan yang merahimkan seribu bulan
Memohonkan ampunan atas segala kesalahan
Dengan keluasan sifat kasih dan Rahman Mu
Maka bimbinglah hatiku untuk tetap di jalan Mu
Untuk hati yang kerapkali hilang arah ini
Untuk jiwa yang lelap dalam nikmat namun lupa pemberinya
Maka di bulan ini leburkanlah dan maafkanlah ...
Di hamparan samudera maghfirah yang terhampar luas
Di lautan rahmatMu tanpa batas
Lahirkan kembali jiwa ini dalam fitrah diri
Agar selamat dari fitnah akhirat nanti.
Dalam petikan tasbih ku lantunkan asma-Mu
Dalam sujud panjang ku mohonkan ampunan-Mu
Janganlah butakan mata hati dan jiwa ini
Hingga lalai pada perintah dan larangan yang kau beri
Siramilah jiwaku yang kering dengan cahaya kasih
Basuhlah hati yang masih berlumur dosa-dosa ini hingga bersih.
Ampunkanlah hati yang lalai dan kerapkali salah
Hingga terkadang menjadi insan tanpa arah
Basuh dan sucikan hati ini dengan ampunanMu
Kumpulkan Kami dengan para malaikat rahmat Mu
Yang tak pernah jeda bershalawat memuja Kekasih Mu
Dan kumpulkan juga kami bersama hamba-hamba yang tha'at kepadaMu
Bersama Junjungan kami, para sahabat nabi yang menempuh jalan lurus di jalanMu.
Aamiin ...


Minggu, 20 Mei 2018

Apakah Menggaruk 3 kali Dalam Sholat Membatalkan Sholat?
                               Syaikh Al-'Utsaimin berkata :


"Gerakan(tambahan) dalam sholat yang bukan termasuk dari jenis gerakan sholat terbagi menjadi lima macam :
1. Gerakan yang wajib
2. Gerakan yang mustahab
3. Gerakan yang haram
4. Gerakan yang makruh
5. Gerakan yang boleh
1. Gerakan menjadi wajib jika perbuatan wajib (dalam sholat) atau menjauhi perbuatan haram (dalam sholat) bergantung pada gerakan tersebut.
Contohnya permasalahan yang sedang kita hadapi ini, yaitu misalnya jika seseorang tidak tahu arah kiblat kemudian diapun berijtihad untuk menentukan arah kiblat, setelah itupun dia melaksanakan sholat tidak menghadap arah kiblat. Lalu dikabarkan kepadanya bahwa posisi kiblat berada disebelah kanannya, maka saat itu wajib baginya untuk bergerak (mengahadap kearah kanan) agar menghadap kiblat. Oleh karenanya tatkala ada seseorang yang datang ke penduduk Quba dan mereka sedang sholat menghadap Baitul Maqdis lalu iapun mengabarkan kepada mereka bahwa kiblat telah berpindah ke ka'bah, maka merekapun saat itu juga berubah posisi (bergerak berputar 180 derajat-pent) dan mereka meneruskan sholat mereka.
Misalnya juga jika seseorang sendirian di belakang shaf, lantas ia melihat ada sela kosong di shaf dihadapannya, maka di sini wajib baginya untuk bergerak (maju) agar masuk dalam saf.
Demikian juga jika tidak bisa menghindari perbuatan yang haram kecuali dengan gerakan tersebut maka gerakan tersebut menjadi wajib.
Misalnya seseorang sedang sholat lantas ia mendapati ada najis di gutrohnya (penutup kepalanya), maka ketika itu wajib baginya bergerak untuk melepaskan gutrohnya yang ada najisnya. Termasuk contoh tentang ini adalah hadits dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahwasanya Jibril mendatangi Nabi tatakala Nabi sedang mengimami para sahabat lalu mengabarkan kepada Nabi bahwasanya di kedua sendalnya ada kotoran (najis), maka Nabipun melepas kedua sendalnya. Gerakan melepas sandal ini hukumnya wajib.
2. Gerakan menjadi mustahab jika perbuatan mustahab (dalam sholat) bergantung pada gerakan tersebut.
Contohnya ada tiga orang sholat berjam'ah, dua orang menjadi makmum, salah satunya berdiri di sebelah kanan imam (sejajar) dan yang satunya lagi berdiri di sebelah kiri imam. Maka dalam kondisi seperti ini sang imam mendorong kedua makmum tersebut agar berdiri di belakang imam, maka gerakan mendorong ini hukumnya sunnah, karena posisi imam berada di depan dua orang makmum atau lebih hukumnya sunnah dan tidak wajib.
Atau tidak bisa menjauhi suatu perkara yang makruh kecuali dengan gerakan, maka gerakan tersebut juga mustahab.
Misalnya seseorang sedang sholat dan dihadapannya ada sesuatu benda yang mengganggu konsentrasinya seperti ukiran misalnya, maka dalam kondisi seperti ini kita katakan disunnahkan bagi engkau untuk menyingkirkan benda yang mengganggumu itu, karena dengan menyingkirkan benda tersebut maka engkau akan bebas dari perkara yang makruh. Dan contoh yang lain juga, jika seseorang merasa sangat gatal dan hal ini sangat mengganggunya maka disunnahkan baginya untuk menggaruk agar meredam rasa gatal tersebut, dan hal ini sering terjadi.
3. Gerakan menjadi haram jika banyak dan berturut-turut tanpa ada kondisi mendesak . Maka ada tiga persyaratan, banyak, berturut-turut, dan tidak dalam kondisi mendesak (untuk bergerak).
Banyak : Sebagian ulama berpendapat bahwa gerakan dianggap banyak jika tiga gerakan secara berturut-turut. Maka seseorang sedang sholat lantas bergerak tiga kali berturut-turut tanpa ada kebutuhan mendesak maka ini dianggap gerakan yang banyak dan membatalkan sholat.
Sebagian ulama yang lain berkata, "Tidak boleh kita menentukan jumlah bilangan tertentu, karena penentuan adalah perkara tauqifi yang butuh dalil. Akan tetapi yang dimaksud dengan gerakan banyak adalah gerakan yang dianggap oleh orang-orang sebagai gerakan yang banyak, dimana jika orang yang sedang sholat dan banyak bergerak tersebut kalau dilihat maka sepertinya dia tidak sedang sholat karena banyaknya gerakannya"
Berturut-turut : yaitu yang satu mengikuti yang lain. Artinya jika gerakan yang banyak tersebut dilakukan secara terpisah-pisah maka tidak membatalkan sholat. Jika ia bergerak tiga kali pada raka'at yang pertama, kemudian bergerak lagi tiga kali di rakaat kedua, kemudian bergerak tiga kali juga di rakaat ketiga, dan bergerak juga tiga kali di rakaat keempat, maka jika seandainya gerakan-gerakan ini digabung tentunya banyak gerakannya, akan tetapi tatkala gerakan-gerakan tersebut terpisah-pisah maka jadi sedikit jika ditinjau pada setiap rakaat masing-masing, dan hal ini tidak membatalkan sholat.
Bukan karena kondisi yang mendesak (darurat) : Berbeda dengan orang yang banyak bergerak karena kondisi darurat.
Contohnya ada seseorang yang kita lihat banyak bergerak dalam sholat. Sesekali memperbaiki bajunya, sesekali membenarkan songkoknya, terkadang mengeluarkan penanya dan menulis apa yang dia pikirkan, padahal dalam sholat. Ini merupakan gerakan yang banyak dalam sholat tanpa ada kondisi yang mendesak (untuk bergerak).
Berebeda jika seseorang sedang sholat lantas ia mendengar suara keributan di belakangnya, tiba-tiba ternyata ada binatang buas ingin menerkamnya lantas iapun lari padahal ia dalam keadaan sedang sholat, maka ini merupakan gerakan yang banyak, akan tetapi karena kondisi yang mendesak (darurat). Oleh karenanya sholatnya tidak batal.
4. Gerakan yang makruh
Yaitu gerakan yang sedikit yang dilakukan tanpa adanya keperluan dan juga bukan karena kondisi mendesak. Sungguh terlalu banyak dilakukan oleh orang-orang sekarang, sampai-sampai aku pernah melihat ada orang yang sedang sholat lantas melihat jam tangannya, karena dia semangat untuk disiplin waktunya, ia kawatir kalau waktu pelaksanaan sholatnya berlebihan satu menit. Atau karena ia hanya melakukan gerakan sia-sia, dan sepertinya inilah yang lebih Nampak, yaitu ia melihat jam tangannya hanya karena melakukan gerakan sia-sia, karena engkau akan mendapati orang ini membuang-buang waktunya tanpa ada ujung pangkalnya. Akan tetapi syaitan memerintah manusia untuk bergerak tatkala sedang sholat.
5. Gerakan yang boleh, yaitu gerakan sedikit yang dilakukan karena ada kebutuhan atau gerakan yang banyak akan tetapi dilakukan karena kondisi mendesak (darurat) .
Ini semua (yaitu bentuk gerakan-gerakan di atas) adalah gerakan badan.
Tinggal kita membahas bentuk gerakan yang lain –yang mana hal tersebut merupakan intisari sholat-, yaitu gerakan hati.
Jika hati mengarah menuju Allah, dan orang yang sholat merasa bahwa ia sedang berada di hadapan Allah, merasa bahwa ia sedang berada di hadapan Dzat yang mengetahui apa yang dibisikan oleh jiwanya, dan ia memiliki keinginan yang kuat untuk bertaqorrub kepada Allah, dan ia juga memiliki rasa khouf (takut) kepada Allah, maka hatinya akan konsentrasi dan khusyu' kepada Allah, dan ini merupakan kondisi yang paling sempurna. Akan tetapi jika kondisinya tidak seperti ini maka hatinya akan terbang ke mana-mana, hati agan berjalan dengan gerakan yang merusak sholat. Dalam sebuah hadits sabda Nabi
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞَ ﻳَﻨْﺼَﺮِﻑُ ﻣِﻦْ ﺻَﻼَﺗِﻪِ ﻣَﺎ ﻛُﺘِﺐَ ﻟَﻪُ ﺇِﻻَّ ﻧِﺼْﻔُﻬَﺎ ﺃَﻭْ ﺭُﺑُﻌُﻬَﺎ ﺃَﻭْ ﻋُﺸُﺮُﻫَﺎ ﺃَﻭْ ﺃَﻗَﻞُّ ﻣِﻦْ ﺫَﻟِﻚَ
"Sesungguhnya seseorang selesai melaksanakan sholatnya dan tidaklah dicatat (pahala) baginya kecuali hanya setengah (pahalanya) atau seper empatnya atau seper sepuluhnya atau lebih sedikit daripada itu"
Oleh karenanya gerakan hati itu merusak sholat. Akan tetapi apakah merusak keabsahan (sahnya) sholat?, artinya jika seseorang terlalu banyak was-was pikirannya dalam sholat apakah sholatnya batal?
Jawabannya adalah tidak batal. Karena merupakan kenikmatan yang Allah anugrahkan kepada kita adalah –alhamdulillah- bahwasanya apa yang dibisikan oleh jiwa kita tidak akan dihukum oleh Allah. Nabi shallallahu 'alihi wa sallam bersabda,
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﺗَﺠَﺎﻭَﺯَ ﻋَﻦْ ﺃُﻣَّﺘِﻲ ﻣَﺎ ﺣَﺪَّﺛَﺖْ ﺑِﻪِ ﺃَﻧْﻔُﺴُﻬَﺎ ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﺗَﺘَﻜَﻠَّﻢْ ﺃَﻭْ ﺗَﻌْﻤَﻞْ
"Sesungguhnya Allah memaafkan umatku apa yang dibisiki oleh hati-hati mereka selama belum diucapkan atau diamalkan"
Maka bisikan-bisikan hati tidaklah membatalkan sholat, akan tetapi mengurangi pahala sholat dan merusak kesempurnaan sholat"
(Lihat Majmuu' fataawaa wa rosaail Muhammad bin Sholeh Al-'Utsaimiin 12/427-429 dan As-Syarhul Mumti' 3/256-260)
Para ulama telah bersepakat bahwasanya gerakan yang banyak dalam sholat itu membatalkan sholat, hanya saja mereka berselisih pendapat tentang batasan kapan suatu gerakan dikatakan banyak?, sebagaimana telah diisyaratkan oleh Syaikh Al-'Utsaimiin dalam penjelasan di atas. Dan yang dikuatkan oleh beliau –rahimahullah- adalah bahwasanya penentuan batasan banyak tidaknya suatu gerakan itu kembali kepada adat. Beliau berkata :
"Jika ada seseorang yang berkata, "Kenapa kita kembali kepada adat dalam perkara ibadah?",
Maka jawabannya adalah, "Iya, kita kembali kepada adat", karena syari'at tidak menentukan batasan tersebut. Syari'at tidak pernah berkata –misalnya-, "Barangsiapa yang bergerak tiga kali dalam sholat maka sholatnya batal", syari'at juga tidak pernah berkata, "Barangsiapa yang bergerak empat kali dalam sholat maka sholatnya batal". Jika demikian perkaranya maka kita kembali kepada 'urf. Jika orang-orang berkata, "Ini merupakan gerakan yang meniadakan sholat –yaitu jika ada seseorang melihat orang yang banyak bergerak dalam sholatnya ini maka akan berkata "orang ini tidak sholat'- maka tatkala itu gerakan tersebut dinilai banyak. Adapun jika orang-orang berkata, "Ini gerakan sedikit" maka gerakan tersebut tidak membatalkan sholat.
Kita ambil beberapa contoh permisalan :
Jika seseorang sholat sambil membawa anak kecil dengan memegang anak kecil tersebut (menggendong misalnya-pent) agar tidak berteriak menangis sehingga tidak mengganggu (orang-orang yang sedang sholat). Orang inipun sholat dan menggendong anak kecil tersebut, dan jika ia ruku' maka ia meletakkan anak kecil tersebut, dan jika sujud ia meletakkannya, dan jika ia berdiri maka ia menggendongnya. Maka ada beberapa gerakan yang dilakukan oleh orang ini, gerakan menggendong, mengangkatnya (untuk digendong), dan gerakan menurunkannya. Bisa jadi kita katakan ; ia telah bersusah payah mengangkat anak tersebut, karena jika sang anak bertubuh besar maka akan memberatkanya. Semua gerakan ini kita anggap gerakan yang sedikit karena gerakan yang seperti ini pernah dilakukan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. (yaitu Nabi pernah menggendong Umaamah binti Zainab lihat HR Muslim no 543 )


Setiap Orang Pasti Punya Kelebihan

           Disadari atau tidak setiap dari kita pasti memiliki
keunikan termasuk kelebihan dan kekurangan. Hal
tersebut adalah hal yang wajar ajua. Tuhan tiada
menciptakan sesuatu sia-sia. Saya yakin hal
tersebut.
           Masalahnya adalah bagaimana masing-masing
dari kita menyikapi keunikan yang kita miliki.
Kelebihan dan kekurangan mungkin bisa dibilang
relatif bagi tiap orang. Ada yang menganggap
suatu hal adalah kekurangan bagi dirinya dan
mungkin sebenarnya adalah suatu anugerah
kelebihan baginya.
             Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat
bagi sekitarnya. Apapun yang kita miliki jika bisa
bermanfaat bagi orang lain tentu sebuah
kelebihan tersendiri. Bahkan untuk suatu hal
sederhana sekalipun. Mungkin menyingkirkan batu
di tengah jalan ke pinggir jalan adalah hal sepele,
namun bisa jadi itu menyelamatkan orang lain
dari kecelakaan yang tragis.
Jadi satu hal yang saya ingin sampaikan adalah
“Jangan memvonis bahwa kita tidak punya
kelebihan, tapi bagaimana kita bisa
memanfaatkan kelebihan kita bagi orang lain.
Saya yakin bahwa setiap orang pasti punya
kelebihan”.


Sabtu, 12 Mei 2018

MUHASABAH SEORANG SUAMI DAN AYAH

Rabbana Hablana min azwajina wa dzurriyatinaQurrota a’yunina
Doa yang saya yakin sering kita ucapkan setiap hari. Bagaimana tidak, adalah sebuah kebahagiaan bagi setiap manusia jika orang orang yang dikasihinya, yakni pasangan hidup dan anak-anak menjadi penyejuk mata. Memandangnya akan mengingatkan kita kepada Allah. Yang keluar dari lisannya senantiasa kalimat-kalimat yang menguatkan semangat kita untuk mendekatkan kita kepada Nya. Akhlaknya senantiasa mengangkat kita kepada rasa ketenangan.
Para suami dan para ayah yang mulia,
Tentunya sebuah harapan yang sangat mungkin terjadi apabila kita memang bisa  memantaskan diri untuk menjadi imam rumah tangga. Ada kisah nyata yang sangat bagus. Ketika itu ada seorang laki-laki yang mempersunting seorang perempuan untuk dijadikan istri. Setelah dinikahinya perempuan itu, dipanggillah dia oleh sang mertua dan diberikan sebuah nasihat yang sangat menggetarkan bagi saya ketika mendengar cerita itu. Sang mertua mengatakan kepada lelaki itu bahwa jika dia melihat kekurangan atau keburukan pada istrinya, maka perlu ia ketahui bahwa itulah yang ada pada dirinya. Seandainya istrinya itu orang yang sempurna, maka jauh kemungkinan istrinya berjodoh dengan dirinya.
Para suami dan para ayah yang mulia
Betapa seringnya kita mengelus dada atas akhlak istri atau anak kita, betapa seringnya kita mengeluh kepada mereka atas apa yang mereka lakukan, yang mungkin jauh dari harapan penyejuk mata. Tetapi betapa jarangnya juga kita melihat kepada diri kita. Tidak sadarkah kita bahwa lelaki yang baik hanya untuk perempuan yang baik dan perempuan yang buruk hanyalah untuk lelaki yang buruk pula. Sering kita mengambing hitamkan lingkungan jika istri kita berbuat salah. Mengambing hitamkan istri kita jika anak berbuat salah. Tetapi jarang sekali kita bermuhasabah pada diri kita.
Para suami dan ayah yang mulia,
Tidakkah kita menyadari ketika tangan kanan kita meminta kepada Allah dengan doa di atas,  secara sembunyi atau bahkan terang-terangan kita menyuapkan bahan bakar neraka kepada mulut keduanya dengan harta haram. Atau bahkan itu sudah menjadi kebiasaan. Dan tidak cukup hanya itu. Kita menghiasi bahan bakar tersebut dengan keindahan sehingga dengan ridha dan ikhlas istri dan anak-anak kita menyantapnya dengan lahap. Dan sedikitpun kita tidak merasa bersalah atas itu
Para suami dan ayah yang mulia
Marilah kita kembali meraba kepada diri. Masihkah kebiasan buruk ini menjadi budaya di keluarga kita. Jika masih, mari  segera kita hentikan dan menata kembali hubungan kita dengan Allah, menata kembali hubungan kita dengan istri dan anak-anak kita. Pilihkan hanya barang-barang yang halal untuk orang-orang yang sangat kita sayangi tersebut. Jangan sampai doa kita atas mereka kembali ke bumi karena perilaku kita sebagai suami dan ayah yang tidak pantas mendapatkan penyejuk mata.  Jangan lagi menyalahkan mereka ketika kita melihat kekurangan di sana sini. Tapi segera menoleh kepada diri dan meyakini bahwa semua yang ada pada anak istri kita terdapat sidik jari kita sebagai pemimpin atas mereka. Dan ketahuilah para suami dan ayah yang mulia bahwa nanti Allah akan meminta pertanggung jawaban kita dihadapanNya. Jangan sampai tidak ada catatan sama sekali dalam amal kita kebaikan kepada anak istri kita.
Para suami dan ayah yang mulia,
Mereka adalah tanggung jawab kita, mereka adalah amanah yang harus kita jaga kesuciannya sebagaimana Allah meminjamkannya kepada kita. Sehingga ketika Allah mengambilnya kembali, tidak ada perasaan menyesal atas apa yang kita lakukan terhadap mereka. Bukankah surga adalah janji Allah kepada seorang istri yang meninggal kemudian suaminya Ridha. Bukankah doa kita atas kebaikan anak kita mudah di ijabah olehNya? Dengan syarat dan ketentuan yang berlaku tentunya. Dekat denganNya dan senantiasa mematuhi perintahNya.


Jumat, 11 Mei 2018

J I H A N

Sebut saja dia Jihan. Aku mengenalnya jauh sebelum aku mengenal istriku. Tapi sampai sekarang minimal sebulan sekali aku bertemu dengannya.
Biasa kami bertemu di sebuah tempat yang sangat terjaga privasinya.
Hanya kami berdua tak ada yang lain.
Dan hari ini seharusnya aku bertemu dengannya.
Aku sangat merindukannya. Padahal sebulan lalu aku baru saja bersua dengannya.
Maka tak salah jika pagi ini aku berangkat kerja dengan semangat yg berlipat lipat.  Kukenakan stelan baju hem terbaik yang kupunya, jam tangan, sepatu dan parfum terbaik pula, yang semuanya kupunya karena Jihan.
Kabut belum semua  sirna ketika aku sampai di ujung jembatan kebanggaan warga Kota Berseri.
Setiap melewatinya tak terputus kekagumanku.
Jembatan itu menurutku adalah representasi seorang perempuan.
Cantik karena bentuknya, feminin karena taman bunga dibawahnya dan kadang membingungkan.
Karena percaya atau tidak beberapa kali aku salah arah belok jika telah sampai dibawah jembatan itu.
            Jabatanku kala itu adalah "Account Officer". Sangat berkelas sekali saat kuberitahukan jabatanku itu kepada bapakku yang hanya lulusan SD.
Sangat renyah kedengarannya di telinga. Padahal jabatan itu adalah penegasan bahwa aku hanyalah kaki tangan kapitalisme bernama bank.
Setibanya di parkiran kantor.
Kulirik Hpku...
Berharap ada kabar dari jihan.
"Ahhh...mungkinkah dia menemuiku hari ini" tanyaku dalam hati.
Tapi tanda-tanda itu belum ada, tak ada sms masuk di hpku.
"Ah nanti sj ku cek lagi" gumamku
Karena setumpuk pekerjaan harus kuselesaikan hari ini, apalagi ini adalah akhir bulan.
Menjelang sore...
Tetap tak ada kabar dari jihan
Malam mulai merayap. Pekerjaanku blm selesai sepenuhnya. Terpaksa aku lembur.
Jam menunjukkan pukul 21.46 ketika aku keluar kantor.
Sepanjang perjalanan masih kuharap jihan menemuiku di tempat biasa kami bertemu.
Sudah tengah malam ketika aku sampai di tempat itu.
Ku buka pintu kaca itu...gagangnya basah karena embun.
Kumasuki ruangan itu, dan seketika dingin menyergap tubuhku menembus hatiku karena tak kutemukan jihan.
Tak seperti biasa x, dia tak datang malam ini.
Sesampai di rumah, istriku mengajukan protes, kenapa aku harus pulang kerja selarut ini.
"Hari ini lembur" jawabku singkat.
"Harusnya...bla...bla...bla" istriku protes makin panjang.
"Iya" jawabku lebih singkat lagi
Tak sedikitpun aku mendebatnya. Apalagi ini sudah larut malam. Haruskah aku ceritakan tentang jihan.
Aku sangat mencintai istriku, tapi aku juga butuh jihan.
Sebelum tidur ku cek lagi hpku. Tak ada kabar dari jihan.
Kulihat foto istriku.
"maafkan aku sayang" bisikku
Tapi masih besar harapanku, besok jihan menemuiku di tempat biasa kmi bertemu.
Dalam hatiku bergumam
"Oh gajihan temui aku di ATM mandiri besok"

(Ramadhan).


Rabu, 09 Mei 2018

SHALAT TEPAT, TUBUH SEHAT

Pagi ini, ada hal menarik yang saya dapatkan dari dr. Sagiran Mkes SpB, beliau adalah salah seorang staf pengajar di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Dari beliau saya akhirnya tahu, bahwa ternyata gerakan shalat itu bukan hanya seputar iman, tapi juga meliputi kesehatan.
Nah lho, kok bisa, Nan? Bisa, dr. Sagiran menyebutkan, sejak awal shalat yang ditandai dengan 'Takbiratul Ihram' hingga 'Salam' yang mengahiri rangkaian ibadah shalat, seluruhnya merupakan memiliki rangkaian gerakan ibadah yang memberi manfaat bagi kesehatan.
Belum beres sampai disitu, beliau melanjutkan kembali ucapannya, ''Tapi tentunya bila setiap tahapan gerakan ibadah shalat yang dilaksanakan, sesuai dengan tuntunannya. Kalau tidak sesuai, saya tidak tahu apakah ada manfaatnya atau tidak, karena saya tidak meneliti gerakan shalat yang tidak sesuai dengan tuntunan,''.
Lantas, bagaimana shalat yang tepat itu?Terus bagaimana bisa shalat yang tepat itu bisa menyehatkan? Serta, apa efeknya bagi kita? Baiklah, simak penjabaran berikut ya.
Dalam Takbiratul Ihram, yang ditandai dengan mengangkat kedua telapak tangan hingga keduanya sejajar dengan telinga kanan-kiri, memberi manfaat kesehatan pada organ tubuh paru-paru, sekat rongga dada dan kelenjar getah bening.
Menurut dr. Sagiran, saat tangan terangkat maka rusuk akan ikut terangkat sehingga menimbulkan pelebaran rongga dada. Pada saat itu, mestinya udara nafas akan masuk. Tapi bersamaan dengan itu, orang yang akan memulai shalat ternyata harus mengucapkan Allahu Akbar, sehingga memaksa udara harus mengalir keluar. Hal ini menyebabkan sekat rongga dada (diafragma) menjadi terlatih.
Selain itu, ketika tangan terangkat maka ketiak pun akan terbuka. Padahal ketiak merupakan induk atau stasiun dari peredaran kelenjar getah bening (limfe) di seluruh tubuh. Dengan gerakan takbir yang berulang-ulang dalam gerakan shalat, maka secara tidak langsung melakukan active pumping kelenjar getah bening ke seluruh tubuh.
Setelah takbiratul ihram, maka kemudian kedua telapak tangan akan diletakkan di atas dada. Bukan diletakkan di perut. Dengan meletakkan kedua telapak tangan di atas dada, maka bahu kanan-kiri otomatis akan terangkat dan ketiak sebagai stasiun peredaran limfe akan tetap terbuka.
Dalam gerakan ruku, yang benar posisi
punggung, leher dan kepala harus membentuk garis horizontal. Dengan posisi ini, berat badan bergeser ke depan, sehingga terjadi relaksasi atau peregangan ruas tulang belakang. Relaksasi ini sangat bermanfaat untuk memelihara tulang belakang yang selalu terkompresi.
''Tapi adanya relaksasi ruas tulang belakang ini hanya dialami bagi orang yang melaksanakan ruku dalam waktu yang cukup. Bagi orang yang shalatnya dilaksanakan dengan buru-buru, manfaatnya mungkin tidak akan terlalu terasa,'' kata dr Sagiran.
Dalam gerakan sujud, memberi manfaat bagi daya tahan pembuluh darah di otak. Menurutnya, posisi kepala yang lebih rendah dari jangtung, menyebabkan darah menumpul di pembuluh darah otak. Hal ini secara tidak langsung melatih pembuluh darah di otak seorang muslim, agar tidak mudah terserang stroke. ''Jadi bisa dikatakan, gerakan sujud ini merupakan gerakan anti stroke,'' Tutur dr. Sagiran
Kemudian, gerakan duduk di antara dua sujud, ternyata memperkuat jantung berikut sistem sirkulasi darah di seluruh bagian tubuh. dr. Sagiran mengaku, saat seorang muslim yang melaksanakan ibadah shalat berada dalam posisi duduk di antara dua sujud, ternyata aliran darah seseorang tidak akan sampai ke bagian kedua kaki bagian bawah.
''Saat saya ukur, saturasi darah pada jari kaki orang yang sedang duduk di antara kedua sujud, ternyata nol. Denyut nadi tidak terasa sama sekali, saat orang dalam posisi duduk seperti ini,'' jelasnya
Hal ini ternyata secara tidak langsung melatih jantung berikut urat-urat nadi seseorang. ''Seperti air kran yang mengalir melalui selang, bila selang secara berulang-ulang dipencet-dibuka berulang-ulang, secara tidak langsung hal ini akan membuat selang menjadi lebih elastis, sekaligus membersihkan kotoran yang terdapat dalam selang,'' katanya.
Terakhir, gerakan salam yang ditandai dengan menolah ke kanan dan ke kiri hingga kedua pipi terlihat oleh orang yang berada di belakangnya, ternyata menimbulkan relaksasi pada otot dan tulang leher. Di leher, terdapat banyak sekali jaringan sistem syaraf dan juga pembuluh darah yang menghubungkan kepala dan baguan badan. ''Gerakan salam ini, secara tidak langsung akan menghindarkan seseorang untuk mengalami gangguan syaraf,'' jelasnya.
           Nah itulah pentingnya shalat tepat waktu. Bukan hanya mempertebal keimanan kita, mendekatkan diri kita dengan tuhan kita, tapi juga menyehatkan tubuh kita.
Eits, ini bukan berarti saya menganjurkan Anda shalat untuk sehat lho ya. Bukan. Tetep yang utama adalah kekhusyuan kita dalam berkomunikasi dengan pencipta kita, Allah. Sehat hanyalah bonus semata dari sang pencipta. Paham?

Sign
Nanda Putra Pratomo
(Non Fiction Coach)
(Sumber : Republika)