Kiat-Kiat Sukses
Ramadhan
Oleh: KH. Hafidz
Abdurrahman
Keutamaan bulan Ramadhan ini
telah dideskripsikan sendiri oleh Nabi ﷺ
dalam khutbah baginda, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibn Huzaimah dalam
kitab Shahih-nya.
Dalam khutbahnya, baginda
menegaskan, bahwa Ramadhan adalah bulan yang agung dan penuh berkah. Di
dalamnya terdapat satu malam yang nilai (amal shalih) di dalamnya lebih baik
dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa pada siang harinya sebagai sebuah kewajiban,
dan menghidupkan malamnya sebagai perbuatan sunnah (tathawwu’).
Siapa saja yang mendekatkan diri kepada Allah dengan mengerjakan satu
kebaikan, maka nilainya sama dengan mengerjakan satu ibadah wajib pada bulan
lain. Siapa saja yang mengerjakan satu perbuatan wajib, maka nilainya sama
dengan mengerjakan tujupuluh kebaikan di bulan yang lain.
Ramadhan juga bulan
kesabaran, dan kesabaran itu balasannya surga. Ramadhan juga bulan
tolong-menolong (ta’awun), di mana di dalamnya rezki seorang Mukmin akan bertambah.
Siapa saja yang memberikan buka kepada orang yang berpuasa, maka itu akan
menjadi maghfirah bagi dosa-dosanya, penyelamatnya dari api neraka dan ia
memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi sedikitpun
pahala orang yang berpuasa itu.
Karena itu, meski bulan
Ramadhan ini tidak termasuk asyhurul hurum (bulan haram), tetapi bulan ini
memiliki keutamaan yang tiada duanya.
Di bulan ini, Allah subhanahu wa ta'ala telah menurunkan al-Qur’an,
sebagaimana dituturkan Allah dalam surat al-Baqarah: 185. Ayat pertama yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ. di
Gua Hira’ adalah Iqra’, diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan 13 SH (sebelum
Hijrah) atau bulan Juli 610 M. Karena itu, bulan ini juga disebut syahr
al-Qur’an (bulan al-Qur’an).
Bulan ini juga dijadikan
oleh Allah subhanahu wa ta'ala sebagai bulan puasa, dimana ummat Islam
diwajibkan untuk berpuasa selama sebulan penuh di bulan tersebut. Karena itu,
bulan ini juga disebut syahru as-shiyam. Allah pun menetapkan puasa dan
al-Qur’an sebagai pemberi syafaat pada Hari Kiamat (HR Ahmad, at-Thabrani dan
al-Hakim).
Tidak hanya itu, malaikat pun akan memintakan ampunan untuk orang yang
berpuasa selama berpuasa hingga berbuka. Dan, Allah pun memberikan ampunan
untuk mereka di akhir malam bulan Ramadhan.
Di bulan ini, Allah telah
menjadikan salah satu malamnya, sebagai Lailatu al-Qadar, yaitu satu malam yang
nilainya lebih baik dibanding seribu bulan (Q.s. al-Qadar [97]: 1-5), tentu
jika digunakan untuk melakukan amal shalih, seperti shalat, membaca al-Qur’an,
dzikir dan sebagainya. Maka, satu perbuatan baik yang dilakukan di malam itu
nilainya masih lebih baik ketimbang perbuatan yang sama dilakukan selama seribu
bulan. Itulah malam Lailatu al-Qadar, yang hanya ada di bulan Ramadhan.
Nabi menuturkan, “Jika memasuki bulan Ramadhan, maka semua pintu langit
dibuka, dan pintu-pintu neraka Jahannam ditutup, sementara syaitan dibelenggu.”
(HR al-Bukhari, Muslim, an-Nasai dan Ibn Hibban). Tidak hanya itu, pahala
perbuatan baik di bulan Ramadhan juga dilipatgandakan oleh Allah.
Melakukan satu amalan
sunnah, pahalanya sama dengan amalan fardhu di bulan lain. Melakukan satu
amalan fardhu, nilainya dilipatgandakan menjadi 70 kali di bulan lain. Karena
itu, Nabi menggunakan bulan ini untuk melipatgandakan amal shalih. Dalam
riwayat Ibn ‘Abbas, dituturkan, bahwa Nabi adalah orang paling dermawan, dan
lebih dermawan lagi ketika bulan Ramadhan, saat Jibril menemui baginda ﷺ
untuk mengecek hapalan al-Qur’an baginda ﷺ.
Wajar jika Nabi pun
memerintahkan wanita kaum Anshar untuk pergi berumrah di bulan Ramadhan.
Dituturkan dari Ibn ‘Abbas, Nabi pernah bersabda, “Jika tiba bulan Ramadhan,
maka berumrahlan kamu, karena umrah di bulan itu sama pahalanya dengan haji.”
Karena itu pula, para sahabat dan generasi kaum Muslim setelahnya
menjadikan bulan Ramadhan ini sebagai bulan jihad, selain karena perintah
berjihad fi sabilillah itu diturunkan pada bulan Ramadhan, juga banyak sekali
kemenangan yang ingin mereka raih di bulan suci ini, karena taqarrub mereka
kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
Tercatatlah sejumlah peristiwa penting pada bulan Ramadhan. Tujuh belas
bulan setelah Hijrah, Nabi mengirim detasemen Hamzah yang membawa bendera
pertama yang diserahkan oleh baginda ﷺ.
Detasemen ini dikirim untuk menghadang rombongan kaum Quraisy yang datang dari
Syam menuju ke Makkah.
Perang Badar Kubra yang disebut dalam al-Qur’an sebagai Yaum al-Furqan
(Hari Pembeda) meletus pada Hari Jum’at, 17 Ramadhan 2 H. Jumlah pasukan kaum
Muslim saat itu hanya 313, terdiri dari 1 menunggang kuda, sisanya jalan kaki.
Tercatat 14 di antara mereka sebagai syuhada’ Badr. Sementara pasukan kaum
Kafir Quraisy berjumlah 1000 orang; 80 orang pasukan berkuda, sisanya jalan
kaki; 70 orang gugur, 70 lainnya menjadi tawanan perang. Dalam peristiwa ini,
pasukan kaum Muslim dibantu oleh 5000 malaikat (Q.s. Ali ‘Imran [03]: 125).
Di bulan suci ini pula, Rasulullah dan para sahabat berhasil menaklukkan
kota Makkah, tepatnya pada bulan Ramadhan 8 H. Penaklukan kota Makkah ini juga
disebut penaklukan agung (al-fath al-a’dham). Kaum Kafir Quraisy pun
berbondong-bondong masuk Islam, termasuk Abu Sufyan dan para pemuka Kafir
Quraisy.
Pada saat itulah, turun perintah untuk menghancurkan berhala dari
sekitar Ka’bah. Karena itu, bulan Ramadhan juga dikenal sebagai syahru al-jihad
wa al-intishar (bulan Jihad dan Kemenangan).
Kiat-kiat Sukses Ramadhan
Dengan mengetahui nilai dan keutamaan bulan Ramadhan ini, maka seorang
Muslim yang sadar, tidak akan menyia-nyiakan sedikitpun kesempatan di bulan
suci ini. Inilah kunci sukses meraih kemuliaan di bulan Ramadhan, yaitu
mengerti nilai dan keutamaan bulan ini.
Dengan begitu, dia tahu apa yang harus diraih. Sekedar contoh, jika 1
perbuatan wajib nilainya 70 kali perbuatan wajib di luar bulan Ramadhan, maka
jika dikalkulasi dalam 1 hari ada 5 kali shalat dan 1 puasa, berarti 6
perbuatan wajib dikalikan 70, sama dengan 420.
Dalam sehari saja, minimal seorang Muslim akan mendapatkan pahala setara
dengan 420 perbuatan wajib di luar bulan Ramadhan. Jika nilai ini dikalikan 30
hari, maka dia akan mendapatkan 12,600 kali perbuatan wajib. Itu baru 6 kali
perbuatan wajib, lalu bagaimana kalau dia berdakwah, yang nota bene hukumnya
wajib? Pasti pahalanya lebih banyak lagi. Belum lagi kalau ditambah dengan
perbuatan sunah.
Nah, kesadaran inilah yang harus dimiliki tiap Muslim, sehingga dia
tidak akan menyia-nyiakan sedikitpun kesempatan emas di bulan suci ini. Lalu
bagaimana kiat-kiat kita agar sukses meraih seluruh kemulian di bulan ini?
/ Pertama /, selain
menyadari kemuliaan bulan ini, dia harus menyadari bahwa sebagai manusia yang
tidak bebas dari dosa (ma’shum), Ramadhan adalah kesempatan emas untuk meraih
ampunan dan melipatgandakan amal shalih. Karena inilah bekal untuk menghadap
Allah pada Hari Kiamat. Kesadaran ini harus tumbuh kokoh dalam diri kita,
sebagai satu-satunya motivasi amal kita.
/ Kedua /, untuk meraih
semuanya tadi, setiap Muslim harus mempunyai program pribadi selama Ramadhan,
antara lain:
1) Taubatan nashuha:
Taubatan nashuha adalah taubat dengan melepaskan diri dari dosa, menyesalinya
dan tidak mengulanginya kembali, diikuti dengan kesungguhan melakukan amal
shalih yang dilandasi keimanan. Jika ada hak orang lain yang terkait dengan
materi atau non-materi, maka harus segera dikembalikan, atau minta dihalalkan.
Karena itu, taubat ini menjadi poin pertama, dan pondasi program-program
berikutnya.
2) Menjaga pendengaran,
lisan dan mata dari perkara yang diharamkan, baik di siang hari maupun di malam
hari bulan Ramadhan.
3) Menjaga amalan-amalan
sunah dan nafilah.
4) Menjaga shalat rawatib (5
waktu) berjamaah di masjid.
5) Berkeingan kuat untuk
menjadi saksi adzan, iqamat, takbiratul ihram bersama imam, dan berdiri di
baris terdepan.
6) Menjaga shalat Tarawih,
shalat syaf’ (shalat 2-10 rakaat) sebelum witir, dan witir. Biasanya shalat
Tarawih dilakukan 20 rakaat, atau 10 rakaat, kemudian dilanjutkan malam harinya
dengan 2-10 rakaat, kemudian ditutup dengan witir 1 rakaat, atau 2-8 rakaat,
kemudian witir 3 rakaat.
7) Menjaga qiyamullail.
8) Membaca minimal 1 juz
tiap hari.
9) Menghapal sebagian ayat
al-Qur’an tiap hari.
10) Menghapal satu hadits
atau lebih tiap hari.
11) Silaturrahmi kepada
kerabat.
12) Bergaul dengan kaum Muslim dan mengetahui keadaan mereka.
12) Bergaul dengan kaum Muslim dan mengetahui keadaan mereka.
13) Dzikir dan mengingat
Allah serta mensucikannya setiap waktu, disertai menjaga dzikir waktu Subuh dan
petang.
14) Berinfaq suka rela
dengan memberi makan satu atau lebih orang yang berpuasa tiap hari, meski hanya
dengan satu buah kurma.
15) Mengutamakan bersedekah
kepada fakir miskin atau orang yang membutuhkan setiap hari, meski dengan kadar
yang paling minim sekalipun.
16) Menjaga shalat Dhuha
setiap hari.
17) Melakukan shalat dua
rakaat setelah berwudhu’.
18) Menghadiri majlis ilmu.
19) Mempelajari minimal satu
bab fiqih setiap hari.
20) Membaca ringkasan Sirah
Nabi dan Akidah.
21) Berusaha mendamaikan
atau menyelesaikan urusan orang yang bermasalah.
22) Berdoa saat berbuka
sebagaimana doa yang diajarkan Nabi.
23) Dermawan dan membantu
orang lain.
24) Berdakwah kepada Allah,
amar makruf dan nahi munkar.
25) Menolong kaum Muslim
yang berjihad di manapun.
26) Menyegerakan buka, dan
mengakhirkan sahur.
27) Berbakti kepada kedua
orang tua, baik yang masih ada, maupun telah tiada.
28) Melakukan i’tikaf pada
sepuluh terakhir di bulan Ramadhan.
29) Melaksanakan umrah,
karena umrah di bulan Ramadhan sama sekali haji bersama Rasulullah ﷺ.
30) Menjaga pelaksanaan
shalat Idul Fitri bersama kaum Muslim.
31) Berpuasa 6 hari bulan
Syawal, atau Ayyam al-Bidh.
/ Ketiga /, meski telah
dibuat program, namun dalam praktiknya, kadang-kadang program tersebut, karena
satu dan lain hal, tidak berjalan sesuai dengan rencana. Untuk itu diperlukan
langkah berikutnya, yaitu kesungguhan dalam menjalankan program-program yang
telah dibuat.
Jika sudah ada kesungguhan,
tetapi masih tidak bisa berjalan karena ada prioritas pekerjaan lain, maka bisa
dibuat substitusi, yaitu program pengganti, agar nilai yang ingin diraih
melalui amal yang tidak bisa dijalankan tersebut bisa digantikan dengan yang
lain.
/ Keempat /, menjadikan
malam hari, sebagai malam muhasabah (evaluasi) dan takhthith (perencanaan).
Yang dievaluasi adalah apa yang telah dikerjakan dan diperoleh selama sehari,
dan apa yang bisa dan harus diraihnya besok.
Ini dilakukan setelah melaksanakan
shalat syaf’i dan witir. Dengan begitu, dia akan menatap agenda harinya esok
dengan mantap dan jelas, tanpa ragu. Untuk memudahkan evaluasi dan perencanaan,
bisa dibuat daftar pengecekan yang berisi poin-poin aktivitas di atas.
Inilah beberapa kiat sukses
untuk mendapatkan kemuliaan di bulan suci Ramadhan, agar tak satu pun
kesempatan emas di dalamnya terbuang sia-sia.
Sumber:
http://www.syahidah.web.id