InspirasI

Sabtu, 12 Mei 2018

MUHASABAH SEORANG SUAMI DAN AYAH

Rabbana Hablana min azwajina wa dzurriyatinaQurrota a’yunina
Doa yang saya yakin sering kita ucapkan setiap hari. Bagaimana tidak, adalah sebuah kebahagiaan bagi setiap manusia jika orang orang yang dikasihinya, yakni pasangan hidup dan anak-anak menjadi penyejuk mata. Memandangnya akan mengingatkan kita kepada Allah. Yang keluar dari lisannya senantiasa kalimat-kalimat yang menguatkan semangat kita untuk mendekatkan kita kepada Nya. Akhlaknya senantiasa mengangkat kita kepada rasa ketenangan.
Para suami dan para ayah yang mulia,
Tentunya sebuah harapan yang sangat mungkin terjadi apabila kita memang bisa  memantaskan diri untuk menjadi imam rumah tangga. Ada kisah nyata yang sangat bagus. Ketika itu ada seorang laki-laki yang mempersunting seorang perempuan untuk dijadikan istri. Setelah dinikahinya perempuan itu, dipanggillah dia oleh sang mertua dan diberikan sebuah nasihat yang sangat menggetarkan bagi saya ketika mendengar cerita itu. Sang mertua mengatakan kepada lelaki itu bahwa jika dia melihat kekurangan atau keburukan pada istrinya, maka perlu ia ketahui bahwa itulah yang ada pada dirinya. Seandainya istrinya itu orang yang sempurna, maka jauh kemungkinan istrinya berjodoh dengan dirinya.
Para suami dan para ayah yang mulia
Betapa seringnya kita mengelus dada atas akhlak istri atau anak kita, betapa seringnya kita mengeluh kepada mereka atas apa yang mereka lakukan, yang mungkin jauh dari harapan penyejuk mata. Tetapi betapa jarangnya juga kita melihat kepada diri kita. Tidak sadarkah kita bahwa lelaki yang baik hanya untuk perempuan yang baik dan perempuan yang buruk hanyalah untuk lelaki yang buruk pula. Sering kita mengambing hitamkan lingkungan jika istri kita berbuat salah. Mengambing hitamkan istri kita jika anak berbuat salah. Tetapi jarang sekali kita bermuhasabah pada diri kita.
Para suami dan ayah yang mulia,
Tidakkah kita menyadari ketika tangan kanan kita meminta kepada Allah dengan doa di atas,  secara sembunyi atau bahkan terang-terangan kita menyuapkan bahan bakar neraka kepada mulut keduanya dengan harta haram. Atau bahkan itu sudah menjadi kebiasaan. Dan tidak cukup hanya itu. Kita menghiasi bahan bakar tersebut dengan keindahan sehingga dengan ridha dan ikhlas istri dan anak-anak kita menyantapnya dengan lahap. Dan sedikitpun kita tidak merasa bersalah atas itu
Para suami dan ayah yang mulia
Marilah kita kembali meraba kepada diri. Masihkah kebiasan buruk ini menjadi budaya di keluarga kita. Jika masih, mari  segera kita hentikan dan menata kembali hubungan kita dengan Allah, menata kembali hubungan kita dengan istri dan anak-anak kita. Pilihkan hanya barang-barang yang halal untuk orang-orang yang sangat kita sayangi tersebut. Jangan sampai doa kita atas mereka kembali ke bumi karena perilaku kita sebagai suami dan ayah yang tidak pantas mendapatkan penyejuk mata.  Jangan lagi menyalahkan mereka ketika kita melihat kekurangan di sana sini. Tapi segera menoleh kepada diri dan meyakini bahwa semua yang ada pada anak istri kita terdapat sidik jari kita sebagai pemimpin atas mereka. Dan ketahuilah para suami dan ayah yang mulia bahwa nanti Allah akan meminta pertanggung jawaban kita dihadapanNya. Jangan sampai tidak ada catatan sama sekali dalam amal kita kebaikan kepada anak istri kita.
Para suami dan ayah yang mulia,
Mereka adalah tanggung jawab kita, mereka adalah amanah yang harus kita jaga kesuciannya sebagaimana Allah meminjamkannya kepada kita. Sehingga ketika Allah mengambilnya kembali, tidak ada perasaan menyesal atas apa yang kita lakukan terhadap mereka. Bukankah surga adalah janji Allah kepada seorang istri yang meninggal kemudian suaminya Ridha. Bukankah doa kita atas kebaikan anak kita mudah di ijabah olehNya? Dengan syarat dan ketentuan yang berlaku tentunya. Dekat denganNya dan senantiasa mematuhi perintahNya.


Tidak ada komentar: