MUHASABAH SEORANG SUAMI DAN AYAH
Rabbana Hablana min azwajina wa dzurriyatinaQurrota a’yunina
Doa yang saya yakin sering
kita ucapkan setiap hari. Bagaimana tidak, adalah sebuah kebahagiaan bagi
setiap manusia jika orang orang yang dikasihinya, yakni pasangan hidup dan
anak-anak menjadi penyejuk mata. Memandangnya akan mengingatkan kita kepada Allah.
Yang keluar dari lisannya senantiasa kalimat-kalimat yang menguatkan semangat
kita untuk mendekatkan kita kepada Nya. Akhlaknya senantiasa mengangkat kita
kepada rasa ketenangan.
Para suami dan para
ayah yang mulia,
Tentunya sebuah harapan
yang sangat mungkin terjadi apabila kita memang bisa memantaskan diri
untuk menjadi imam rumah tangga. Ada kisah nyata yang sangat bagus. Ketika itu
ada seorang laki-laki yang mempersunting seorang perempuan untuk dijadikan
istri. Setelah dinikahinya perempuan itu, dipanggillah dia oleh sang mertua dan
diberikan sebuah nasihat yang sangat menggetarkan bagi saya ketika mendengar
cerita itu. Sang mertua mengatakan kepada lelaki itu bahwa jika dia melihat
kekurangan atau keburukan pada istrinya, maka perlu ia ketahui bahwa itulah
yang ada pada dirinya. Seandainya istrinya itu orang yang sempurna, maka jauh
kemungkinan istrinya berjodoh dengan dirinya.
Para suami dan para
ayah yang mulia
Betapa seringnya kita
mengelus dada atas akhlak istri atau anak kita, betapa seringnya kita mengeluh
kepada mereka atas apa yang mereka lakukan, yang mungkin jauh dari harapan
penyejuk mata. Tetapi betapa jarangnya juga kita melihat kepada diri kita.
Tidak sadarkah kita bahwa lelaki yang baik hanya untuk perempuan yang baik dan
perempuan yang buruk hanyalah untuk lelaki yang buruk pula. Sering kita
mengambing hitamkan lingkungan jika istri kita berbuat salah. Mengambing
hitamkan istri kita jika anak berbuat salah. Tetapi jarang sekali kita
bermuhasabah pada diri kita.
Para suami dan ayah
yang mulia,
Tidakkah kita menyadari
ketika tangan kanan kita meminta kepada Allah dengan doa di atas, secara
sembunyi atau bahkan terang-terangan kita menyuapkan bahan bakar neraka kepada
mulut keduanya dengan harta haram. Atau bahkan itu sudah menjadi kebiasaan. Dan
tidak cukup hanya itu. Kita menghiasi bahan bakar tersebut dengan keindahan
sehingga dengan ridha dan ikhlas istri dan anak-anak kita menyantapnya dengan
lahap. Dan sedikitpun kita tidak merasa bersalah atas itu
Para suami dan ayah
yang mulia
Marilah kita kembali
meraba kepada diri. Masihkah kebiasan buruk ini menjadi budaya di keluarga
kita. Jika masih, mari segera kita hentikan dan menata kembali hubungan
kita dengan Allah, menata kembali hubungan kita dengan istri dan anak-anak
kita. Pilihkan hanya barang-barang yang halal untuk orang-orang yang sangat
kita sayangi tersebut. Jangan sampai doa kita atas mereka kembali ke bumi
karena perilaku kita sebagai suami dan ayah yang tidak pantas mendapatkan
penyejuk mata. Jangan lagi menyalahkan mereka ketika kita melihat
kekurangan di sana sini. Tapi segera menoleh kepada diri dan meyakini bahwa
semua yang ada pada anak istri kita terdapat sidik jari kita sebagai pemimpin
atas mereka. Dan ketahuilah para suami dan ayah yang mulia bahwa nanti Allah
akan meminta pertanggung jawaban kita dihadapanNya. Jangan sampai tidak ada
catatan sama sekali dalam amal kita kebaikan kepada anak istri kita.
Para suami dan ayah
yang mulia,
Mereka adalah tanggung
jawab kita, mereka adalah amanah yang harus kita jaga kesuciannya sebagaimana
Allah meminjamkannya kepada kita. Sehingga ketika Allah mengambilnya kembali,
tidak ada perasaan menyesal atas apa yang kita lakukan terhadap mereka.
Bukankah surga adalah janji Allah kepada seorang istri yang meninggal kemudian
suaminya Ridha. Bukankah doa kita atas kebaikan anak kita mudah di ijabah
olehNya? Dengan syarat dan ketentuan yang berlaku tentunya. Dekat denganNya dan
senantiasa mematuhi perintahNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar