InspirasI

Jumat, 11 Mei 2018

J I H A N

Sebut saja dia Jihan. Aku mengenalnya jauh sebelum aku mengenal istriku. Tapi sampai sekarang minimal sebulan sekali aku bertemu dengannya.
Biasa kami bertemu di sebuah tempat yang sangat terjaga privasinya.
Hanya kami berdua tak ada yang lain.
Dan hari ini seharusnya aku bertemu dengannya.
Aku sangat merindukannya. Padahal sebulan lalu aku baru saja bersua dengannya.
Maka tak salah jika pagi ini aku berangkat kerja dengan semangat yg berlipat lipat.  Kukenakan stelan baju hem terbaik yang kupunya, jam tangan, sepatu dan parfum terbaik pula, yang semuanya kupunya karena Jihan.
Kabut belum semua  sirna ketika aku sampai di ujung jembatan kebanggaan warga Kota Berseri.
Setiap melewatinya tak terputus kekagumanku.
Jembatan itu menurutku adalah representasi seorang perempuan.
Cantik karena bentuknya, feminin karena taman bunga dibawahnya dan kadang membingungkan.
Karena percaya atau tidak beberapa kali aku salah arah belok jika telah sampai dibawah jembatan itu.
            Jabatanku kala itu adalah "Account Officer". Sangat berkelas sekali saat kuberitahukan jabatanku itu kepada bapakku yang hanya lulusan SD.
Sangat renyah kedengarannya di telinga. Padahal jabatan itu adalah penegasan bahwa aku hanyalah kaki tangan kapitalisme bernama bank.
Setibanya di parkiran kantor.
Kulirik Hpku...
Berharap ada kabar dari jihan.
"Ahhh...mungkinkah dia menemuiku hari ini" tanyaku dalam hati.
Tapi tanda-tanda itu belum ada, tak ada sms masuk di hpku.
"Ah nanti sj ku cek lagi" gumamku
Karena setumpuk pekerjaan harus kuselesaikan hari ini, apalagi ini adalah akhir bulan.
Menjelang sore...
Tetap tak ada kabar dari jihan
Malam mulai merayap. Pekerjaanku blm selesai sepenuhnya. Terpaksa aku lembur.
Jam menunjukkan pukul 21.46 ketika aku keluar kantor.
Sepanjang perjalanan masih kuharap jihan menemuiku di tempat biasa kami bertemu.
Sudah tengah malam ketika aku sampai di tempat itu.
Ku buka pintu kaca itu...gagangnya basah karena embun.
Kumasuki ruangan itu, dan seketika dingin menyergap tubuhku menembus hatiku karena tak kutemukan jihan.
Tak seperti biasa x, dia tak datang malam ini.
Sesampai di rumah, istriku mengajukan protes, kenapa aku harus pulang kerja selarut ini.
"Hari ini lembur" jawabku singkat.
"Harusnya...bla...bla...bla" istriku protes makin panjang.
"Iya" jawabku lebih singkat lagi
Tak sedikitpun aku mendebatnya. Apalagi ini sudah larut malam. Haruskah aku ceritakan tentang jihan.
Aku sangat mencintai istriku, tapi aku juga butuh jihan.
Sebelum tidur ku cek lagi hpku. Tak ada kabar dari jihan.
Kulihat foto istriku.
"maafkan aku sayang" bisikku
Tapi masih besar harapanku, besok jihan menemuiku di tempat biasa kmi bertemu.
Dalam hatiku bergumam
"Oh gajihan temui aku di ATM mandiri besok"

(Ramadhan).


Tidak ada komentar: