InspirasI

Jumat, 27 Maret 2020



TUHAN MENGAJARKAN MELALUI CORONA

Karya : KH Mustofa Bisri

Vatikan sepi
Yerusalem sunyi
Tembok Ratapan dipagari
Paskah tak pasti
Ka'bah ditutup
Shalat Jumat dirumahkan
Umroh batal
Shalat Tarawih Ramadhan mungkin juga bakal sepi.

Corona datang
Seolah-olah membawa pesan bahwa ritual itu rapuh!
Bahwa "hura-hura" atas nama Tuhan itu semu
Bahwa simbol dan upacara itu banyak yang hanya menjadi topeng dan komoditi dagangan saja.

Ketika Corona datang,
Engkau dipaksa mencari Tuhan
Bukan di Basilika Santo Petrus
Bukan di Ka'bah.
Bukan di dalam gereja.
Bukan di masjid
Bukan di mimbar khotbah
Bukan di majels taklim
Bukan dalam misa Minggu
Bukan dalam sholat Jumat.

Melainkan,
Pada kesendirianmu
Pada mulutmu yang terkunci.
Pada hakikat yang senyap
Pada keheningan yang bermakna.

Corona mengajarimu,
Tuhan itu bukan (melulu) pada keramaian
Tuhan itu bukan (melulu) pada ritual
Tuhan itu ada pada jalan keputus-asaanmu dengan dunia yang berpenyakit.

Corona memurnikan agama
Bahwa tak ada yang boleh tersisa.
Kecuali Tuhan itu sendiri!
Tidak ada lagi indoktrinasi yang menjajah nalar.
Tidak ada lagi sorak sorai memperdagangkan nama Tuhan.

Datangi, temui dan kenali DIA di dalam relung jiwa dan hati nuranimu sendiri.
Temukan Dia di saat yang teduh dimana engkau hanya sendiri bersamaNya.

Sesungguhnya Kerajaan Tuhan ada dalam dirimu.
Qalbun mukmin baitullah.
Hati orang yang beriman adalah rumah Tuhan.

Biarlah hanya Tuhan yang ada.
Biarlah hanya nuranimu yang bicara.
Biarlah para pedagang, makelar, politikus dan para penjual agama disadarkan oleh Tuhan melalui kejadian ini.
Semoga kita bisa belajar dan mengambil hikmah dari kejadian ini.       

Ikhtiar dan bermunajatlah semua semoga Allah SWT mengabulkan doa dan mendengarnya..


Selasa, 24 Maret 2020


KETIKA NABI YUNUS DI LOCKDOWN
DI PERUT IKAN PAUS

Tentunya bukan kebetulan bahwa nama Kota WUHAN mirip dengan Nama Penyakit akhir zaman yang sudah dinubuwatkan oleh Nabi kita, Muhammad Shollallaahu 'Alaihi Wasallam, yaitu penyakit AL-WAHN. 

Secara bahasa, Wahn dan Wahan artinya Lemah. Selain di hadits, istilah "Wahn" dan "Wahan" juga didokumentasikan di AlQuran, di antaranya :

1. Q.S. 19 : 4, tentang curhat Nabi Zakaria kepada Allah,
"Qoola Robbi innii WAHAN..." artinya "(Zakaria) berkata, Ya Robku, sesungguhnya aku telah LEMAH....".

2. Q.S. 31 : 14 , menceritakan kondisi kehamilan seorang ibu,
"...WAHNAN 'alaa WAHNIN..." artinya "...LEMAH yang semakin LEMAH...".

3. *Q.S. 3 : 146* , tentang tidak lemah mengahadapi bencana perang,
"...Famaa WAHANUU..." artinya "... Maka mereka tidak menjadi LEMAH...".

Makna "Wahn" atau "Wahan" yang didokumentasikan oleh AlQuran cenderung kepada makna "Lemah secara Fisik", sedangkan lemah secara ekonomi atau secara kelas sosial sering diistilahkan dengan kata "Dho'iif", maka ada istilah "Kaum Du'afa" yakni kaum yang lemah secara ekonomi atau sosial.

Dan ketika Nabi _Shollallaahu 'alaihi wasallam_ ditanya oleh sahabat, apakah *Penyakit Wahn* itu? Maka Nabi _Shollallaahu 'alaihi wasallam_ menjawab : "Cinta Dunia, Takut Mati".

Dan dengan adanya Virus yang berasal dari WUHAN ini membuat sebagian umat Islam menjadi "Cinta Dunia, Takut Mati" dengan salah satu buktinya adalah banyak yang sibuk menumpuk barang kebutuhan hidup untuk mengambil keuntungan duniawi. 

Di antara ketakutan orang-orang akan datangnya kematian, ternyata masih banyak orang yang mencari keuntungan duniawi. Ya, inilah salah satu makna : Cinta Dunia, Takut Mati. AL-WAHN.

Dan penyakit WAHN yang dari WUHAN ini juga berefek kepada kelemahan secara fisik. Virus Corona telah membuat manusia yang sehat jadi lemah secara fisik, semakin lemah fisiknya maka semakin besar peluangnya untuk mati. Sehingga otomatis manusia menjadi : takut virus corona, Takut sakit, Takut antibodi gak bisa melawan, dan akhirnya takut mati.

Selain itu, salah satu ketakutan yang ada hari ini adalah Takut di "Lockdown" sehingga kesenangan duniawi semakin berkurang, mencari nafkah semakin susah, padahal harga-harga semakin tinggi, akhirnya terjadi kerusuhan di Medsos antara yang Pro dan Kontra Lockdown (disingkat LD), dan semoga kerusuhan yang ada di dunia Online tidak sampai terealita di dunia Offline.

Mari kita belajar dari Nabi Yunus ketika beliau sempat di Lockdown (LD) oleh Allah di dalam perut ikan paus, sehingga wajar bila fisik Nabi Yunus saat itu menjadi sangat lemah (wahn), tanpa makanan, tanpa minuman, tanpa teman bicara, dan kemungkinan besar sesak napas sebab kekurangan oksigen.

Nabi Yunus bukan sekedar di LD di dalam sebuah kota atau negara, tapi ia di LD di dalam Perut ikan paus, di dalam kegelapan, dan tentunya di dalam lautan. Nabi Yunus benar-benar sendirian tanpa ada satu pun manusia yang bisa menolongnya, sehingga bingung karena tidak ada gambaran solusi sedikit pun, _mentok_ , benar-benar ter-LD secara fisik dan logika.

Untungnya Nabi Yunus _'Alaihis Salam_ segera *sadar diri* kenapa Allah sampai me-LD nya di dalam perut ikan paus. Kalau kecerdasan PQ dan IQ sudah tak berdaya menemukan solusi, maka kita harus maksimalkan penggunaan kecerdasan EQ, SQ, dan RQ, dan itulah yang dilakukan oleh Nabi Yunus.

Mari kita cerna dan sadari perjalanan proses Nabi Yunus sebelum, ketika, dan hingga berhasil keluar dari LD yang ada...

1. Diawali dari kemarahan Nabi Yunus kepada kaumnya yang sulit diajak untuk beriman kepada Allah.

2. Nabi Yunus mengancam kaumnya akan diberikan Azab bila tak beriman juga.

3. Nabi Yunus lari dari kenyataan hidup dalam keadaan marah, pergi naik kapal yang berpenumpang sudah penuh.

4. Diperjalanan terjadi badai, dan kapal harus mengurangi jumlah penumpang, dan Nabi Yunus terpilih menjadi yang terbuang.

5. Nabi Yunus ditelan oleh ikan paus.

6. Nabi Yunus akhirnya sadar diri bahwa dia sudah berbuat salah karena tidak bersabar tapi malah marah menyalahkan kaumnya.

7. Lalu dengan kesadaran itulah Nabi Yunus bertobat dengan kalimat "Laa Ilaaha illaa Anta subhaanaka innii kuntu minazh zhaalimiin", yang artinya "Tidak ada Tuhan kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim".

Nah , kalimat tobat Nabi Yunus ini langsung mengundang Rahman dan Rahimnya Allah.. sehingga selamatlah ia dari cengkraman Lockdown Ikan Paus.

Mari kita maknai secara mendalam tentang kalimat tobat ini... kita berOBAT dengan TOBAT...

1. Laa Ilaaha Illaa Anta.

Artinya : Tidak ada Tuhan kecuali Engkau.

Penyakit : Masih banyak orang yang menuhankan uang, harta, jabatan, jempol like, love, followers, ilmu, khayalan, dlsb..

Tobat : Ya Allah saya sadar sepenuhnya mulai hari ini bahwa hanya Engkau Tuhan saya. Saya masih sering menuhankan diri sendiri, mencari pujian dari makhluk, jarang memuji-Mu dengan tulus, dan saya sering ragu tentang kemampuan-Mu atas segala sesuatu, tapi malah yakin penuh atas kekuatan makhluk yang lemah. Padahal hanya Engkau yang mampu menggerakan ikan paus yang besar sampai virus corona yang kecil. 

2. Subhaanaka.

Artinya : Maha Suci Engkau.

Penyakit : Masih banyak yang menganggap dirinya suci, paling benar, paling keren. Atau masih banyak yang menganggap Ustadz itu pasti benar, pasti suci, gak mungkin salah. Saya gak mau belajar dari ustadz lainnya, kecuali ustadz yang itu. 

Tobat : Ya Allah, hanya Engkau Yang Maha Suci. Apapun yang Engkau lakukan pasti adil dan benar. Tak pernah salah, tak pernah zalim.

3. Innii kuntu minazh zhaalimiin.

Artinya : Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim (lemah dan banyak salah).

Penyakit : Masih banyak orang yang suka menyalahkan takdir Allah, dan menyalahkan orang lain atas nasib buruk yang menimpa dirinya. 

Tobat : Berhentilah menyalahkan orang lain, apalagi menyalahkan Allah, berhentilah berdebat merasa paling hebat, berhentilah menyalahkan pemerintah dan ulama, berhentilah membanding-bandingkan antara kinerja Gubernur dan Presiden, berhentilah marah-marah kepada orang yang belum dapat hidayah, berhentilah merasa diri paling benar, berhentilah lari dari kenyataan, dan perbanyaklah introspeksi, muhasabah, pengakuan akan kelemahan dan kesalahan diri.

Di Era pra LD atau pas LD nanti, maka perbanyaklah Dzikir Nabi Yunus, bukan sekedar dibaca tapi dipahami dan dihayati sepenuh hati. 

Yuk kita Ber-OBAT dengan TOBAT melalui kalimat Dzikir Nabi Yunus, dengan mental mengurangi cinta kepada dunia sehingga takut mati, tapi justru menambah cinta kepada Allah sehingga rindu jannah-Nya Allah yang dipenuhi kegembiraan.

"Laa Ilaaha Illaa Anta subhaanaka innii kuntu minazh zhaalimiin..." (bacalah sebanyak-banyaknya, sepenuh perasaan, seyakin-yakinnya, dan setunduk mungkin kepada Allah)

Kalau mayoritas umat Islam merutinkan Dzikir ini maka in syaa Allaah, Allah akan berkenan mengeluarkan kita semua dari cengkraman Lockdown Perut Pandemik Covid-19 ini. Aamiin yaa Allaah yaa robbal aalamiin...



Jumat, 20 Maret 2020


4 MANFAAT SEDEKAH

Sahabat, sedekah yang kita berikan bukan hanya akan membahagiakan dan membantu orang yang membutuhkan, tapi sedekah juga akan memberi manfaat bagi orang yang memberi loh.

Setidaknya, ada 4 manfaat yang akan didapatkan oleh orang yang bersedekah.

Pertama, panjang umur. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Sesungguhnya sedekah orang muslim dapat menambah (memperpanjang) umurnya, dapat menunda kematian yang su'ul khatimah, Allah akan menghilangkan sifat sombong, kefakiran dan sifat berbangga kepada diri sendiri," (HR. At-Tabhrani)

Kedua, menyembuhkan penyakit. Rasulullah bersabda, "Bentengilah hartamu dengan zakat, obati orang-orang sakit dengan bersedekah dan siapkan doa untuk menghadapi datangnya bencana," (HR. At-Thabrani)

Ketiga, tolak bala/musibah. Hal ini diungkapkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi, "Bersegeralah bersedekah, sebab bala bencana tidak pernah mendahului sedekah."

Keempat, memperbanyak rezeki. Dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 261, Allah SWT berfirman, "Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan 70 tangkai, pada setiap tangkainya terdapat 100 biji. Allah melipatgandakan bagi siapa saja yang Dia kehendaki dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui."



Selasa, 17 Maret 2020



Lock Down Ala Rasulullah


Nabi Muhammad saw telah memberikan golden rules bagi umat islam dalam menghadapi wabah. Aturan emas ini sangat jelas, crystal clear, dan simple. Jika ada sebuah daerah terkena wabah maka daerah itu jangan dimasuki dan bagi mereka yang di dalam daerah yang terkena wabah jangan keluar. Itu artinya ada dua hal yang harus diperhatikan benar-benar oleh umat islam.

Pertama, dengan melarang umat islam memasuki daerah yang terkena wabah artinya umat islam jangan sampai tertular oleh wabah tersebut. Rasulullah jelas melarang umatnya untuk tertular oleh suatu penyakit wabah, apalagi dengan sengaja mendatangi tempat di mana wabah tersebut merebak. Hanya orang bodoh dan tidak bertanggung jawab yang melakukan hal tersebut dan rasulullah tidak ingin umatnya bersikap tidak berrtanggung jawab, sok jago, dan berprilaku bodoh dengan mendatangi tempat wabah merebak. Intinya umat islam dilarang kena wabah dengan sengaja mendatangi tempat wabah berada. Umat islam harus menjaga dirinya agar tidak terkena wabah dengan berbagai cara.  

Kedua, dengan melarang umat yang berada di daerah yang terkena wabah untuk keluar dari daerah tersebut. Jelas sekali nabi muhammad tidak membolehkan warga yang ada di daerah wabah tersebut menulari warga lain yang berada di daerah yang belum tertular. Tentu saja belum tentu semua warga di daerah tersebut telah tertular. Mungkin sudah tertular mungkin juga belum. Tapi toh nabi muhammad sudah melarang warga yang ada di daerah tersebut untuk keluar karena ada potensi untuk menulari umat lain di luar daerah yang terkena wabah. Ini adalah tindakan preventif ala rasulullah yang telah disampaikan 14 abad yang lalu. Ini adalah sebuah metode lock down ala rasulullah.

Jadi kalau ada umat islam yang belum tahu perintah nabi soal wabah ini tolong sampaikan pada mereka agar mereka paham bahwa rasulullah telah memberikan aturan yang jelas dan sederhana bagi semua umatnya. Jangan sampai ada umatnya yang mengabaikan aturan emas dari rasulullah ini.

Jadi kalau ada umat islam yang tidak peduli dengan adanya wabah maka itu artinya mereka tidak mendengarkan dan tidak mematuhi perintah dari nabi yang seharusnya menjadi panutannya.
Umat yang membiarkan dirinya tertular dan tidak berupaya untuk menghindarkan dirinya dari wabah yang merebak maka jelaslah bahwa ia umat yang bodoh, tidak bertanggungjawab atas diri dan keluarganya yang juga mungkin tertular, dan tidak mematuhi ajaran agamanya.

Umat yang berpotensi tertular dan apalagi yang telah tertular tapi tidak berupaya untuk menghindarkan dirinya untuk menulari orang lain merebak maka jelaslah bahwa ia bukan hanya umat yang bodoh, tidak bertanggungjawab atas diri dan keluarganya yang juga mungkin tertular, tidak mematuhi ajaran agamanya, tapi juga jahat sekaligus. Ia tidak peduli pada keselamatan jiwa orang lain yang mungkin akan tertular olehnya. Orang seperti ini harus mendapatkan tindakan tegas dari pemerintah agar tidak menjadi sumber bahaya bagi umat yang lain.

Pemimpin, ustad, kyai, ulama, guru dari sebuah daerah yang tidak memberi pemahaman tentang bagaimana menghadapi wabah ini sesuai dengan tuntutan rasulullah dan ilmu pengetahuan kedokteran jelaslah bahwa mereka tidak memahami dengan baik tuntunan dari rasulullah dan tidak memberi pemahaman kepada umat, jamaah, atau siswanya sesuai dengan tuntunan nabi.
Jika ada pemimpin, ustad, kyai, ulama, guru, yang membiarkan umat melanggar tuntunan nabi tersebut maka sesungguhnya mereka telah menjadi sumber bahaya bagi umat yang patut untuk mendapatkan tindakan tegas.

Mari kita bersama-sama menghadapi masa yang sulit ini dengan sikap lebih bertanggungjawab dan peduli pada sesama. Patuhi perintah dari pemerintah agar kita semua terhindar dari musibah yang lebih besar.

Surabaya, 17 maret 2020
Satria dharma


Senin, 16 Maret 2020


Corona, Sebuah Muhasabah Semesta

Ketika virus ini mewabah di China pertama kali, penyebab yang diisukan begitu banyak. Ada yang mengatakan ini  adalah azab dari Allah subhanahu wataala, itu karena tak berselang lama ketika Muslim Uyghur dilecehkan. Dilain pihak, ada yang mengatakan itu adalah kebocoran senjata biologis yang berasal dari laboratorium pemerintah China. Nah, beberapa video dan foto di internet juga memberikan pendapat lain, bahwa virus  ini berasal dari virus yang terdapat pada hewan-hewan ekstrim. Karena kebiasaan sebagian orang China memakan mentah hewan-hewan terentu, tentunya tanpa dimasak. 
Sampai disitu analisa terus berkembang. Sehingga tidak ada jawaban yang pasti. Pemerintah China pun sedang fokus menangani korban yang terus berjatuhan. Bukan soal berapa banyak korban yang jatuh, tetapi daya kejutnya yang sangat cepatlah yang membuat orang panik. Dari satu kota, menjadi satu negara, dari satu negara berpindah ke negara lain, akhirnya WHO meminta kepada sekitar 70 negara terpapar COVID-19 segera memberlakkan kondisi gawat nasional di negara masing-masing. Termasuk negara kita Indonesia, ketika mendapat surat khusus dari Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Meski terlambat, setidaknya Indonesia mau juga patuh pada WHO walaupun sempat memasukkan hampir ribuan warga negara  China dan meminta izin tinggal terpaksa di Indonesia. Mungkin, kepatuhan itu setelah menteri perhubungan divonis positif terkena COVID-19. 
Sungguh luar biasa pelajaran dari Allah dengan mengirimkan makhluk mikroskopis itu ke China hingga masuk ke Indonesia. 
Tengok saja, di seluruh dunia orang yang tadinya tidak tahu tentang pentingnya wudhu, kini menjadikan pembersihan tangan dan anggota badan lain menjadi kewajiban setiap saat. Ketika dulu cadar dianggap sebagai hal yang menakutkan, kini bahkan warga dipaksa menutup mukanya. Bahkan di Perancis, negara yang pernah melarang cadar, kini merekomendasikan bahwa wanita harus menutup kain anggota badannya agar bisa terhindar Corona. 
Hampir seluruh dunia menutup penerbangan keluar dan ke dalam negerinya. Corona kini menjadi common enemy, menjadi musuh bersama. Sehingga fokus negara-negara adalah memerangi virus. Warga dilarang berkumpul ditempat ramai, bercampur baur laki-laki dan perempuan, atau sesama jenis, dilarang membuat kegiatan besar, bahkan sekolah dan kampus ditutup sementara. Luar biasanya, atas kesadaran pemerintah Arab Saudi demi ummat, menutup beberapa akses ke Masjidil Haram.
Mari kita belajar, introspeksi diri, bermuhasabah. Bahwa Allah punya rencana luar biasa dengan hadirnya virus ini. Setidaknya, ada banyak pelajaran besar bagi kita. Allah senantiasa meminta kita bermuhasabah, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18).
Bukankah selama ini, kita terlalu sibuk dengan pekerjaan kita? Kita terlalu sibuk di luar rumah dibanding bersama keluarga? Saatnya ketika pemerintah melarang kita keluar kecuali urusan sangat penting, maka dimanfaatkan berdiam di rumah, muhasabah diri, muhasabah dengan keluarga. Bercengkrama dengan anak-anak, lebih lama menatap perubahan apa yang terjadi pada mereka.
Bukankah selama ini, kita terlalu asyik makan dan minum di luar rumah? Cafe, restoran, atau kumpul bersama kawan-kawan. Saatnya kita makan makanan rumahan, kembali merasakan masakan istri atau orangtua kita, mengenang masakan ibu semasa kecil. 
Bukankah selama ini, hiruk pikuk politik yang saling sikut, dunia pendidikan yang tercoreng dengan banyak hal menyedihkan. Membuat kita stres dan tegang? Nah, ketika pemerintah meliburkan sekolah dan kampus, ada ruang kontemplasi bagi kita semua. Maka manfaatkan itu.
Bukankah selama ini, kita terlalu mudah memakan apa saja yang berasal dari hasil impor? Terlalu mudahnya kita mengikuti cara hidup dan cara makan orang asing yang tidak sesuai dengan kebiasaan dan tuntunan agama? Kini cermin besar dari Corona untuk tidak mengganggu hewan-hewan liar yang hidup dialamnya dengan menghadirkannya di meja makan. Seperti kala jengking, tikus, cacing-cacing, dan sebagainya. Mereka tinggal di tempat yang jauh dari manusia, karena Allah yang mengaturnya, bahwa di tubuh mereka banyak bibit penyakit, baik yang mengandung bakteri atau virus. Mereka tidak penting untuk dimakan.
Bukankah selama ini kita suka menghabiskan uang untuk jalan-jalan? Bukan untuk bersedekah? Saatnya mengurangi perjalanan, touring dan adventure. Saatnya menyisihkan ke hal lain yang lebih bisa menyelematkan hidup kita.
Kita tidak tahu, kapan virus itu berhenti berkembangang. Hanya Allah yang mengetahuinya. Dan hanya Allah yang Maha Penyembuh, di dalam Asy-Syu'araa' ayat 80, Allah berfirman: 
"Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku" 
Karena itu, sebelum ia sampai ke kediaman kita, sebelum masuk ke rumah kita, sebelum masuk ke tubuh kita. Mari berusaha semaksimal mungkin sambil selalu berdoa. Lakukan hal baik sebanyak-banyaknya. Ini adalah nasehat, peringatan, bahkan mungkin juga azab dari Allah untuk kaum-kaum tertentu. 

Shabiel Zakar
Ditulis di Bone, 15 Maret 2020
“Corona itu milik Allah, hanya Dia yang bisa menghentikannya. Maka ikhtiar dan bersabar”



Minggu, 15 Maret 2020


Wabah Penyakit dalam Sejarah Islam
 & Bagaimana Menyikapinya


Hari ini umat manusia dihadapkan pada masalah bumi ini, sebuah virus/wabah yg tak terlihat. 
Tapi membuat seisi bumi takut..
Yang membuat semua kekuatan, senjata, dan kesombongan bertekuk lutut, lumpuh, dihadapan kekuasaan Allah SWT..
Memang begitulah sunatullahnya, 
Allah SWT menghancurkan tingginya kesombongan dunia dengan sesuatu yang kecil
Agar runtuh dengan sehina-hinanya, seperti Namrud yg mati hina karena seekor lalat. 
Tapi masalah bumi ini adalah masalah muslimin juga..
Bagaimana kita bersikap..?
 Karena hari ini sebagian saudara kita menganggap remeh dengan pasrah saja
Dan ada yang sangat berlebihan dengan bahkan tidak mau berjabat tangan
Indahnya agama ini, karena semua masalah sudah ada solusinya..
Dan Rasulullah SAW bersama para sahabatnya adalah orang-orang paling berjasa dalam hidup kita
Dalam kebingungan kita hari ini pun mereka semua hadir dengan petunjuknya.. 
Bukan hanya itu, tapi mereka juga hadir membawa kabar gembira untuk kita..
Kisah ini detail diceritakan dalam buku tentang khalifah Umar bin Khattab ra karya Syaikh Ali Ash Shalabi..

Tahun 18 H..
Hari itu Khalifah Umar bin Khattab ra bersama para sahabatnya berjalan dari Madinah menuju negeri Syam.
Mereka berhenti didaerah perbatasan sebelum memasuki Syam karena mendengar ada wabah Tha'un Amwas yang melanda negeri tersebut. 
Sebuah penyakit menular, benjolan diseluruh tubuh yg akhirnya pecah dan mengakibatkan pendarahan.
Abu Ubaidah bin Al Jarrah, seorang yang dikagumi Umar ra, sang Gubernur Syam ketika itu datang ke perbatasan untuk menemui rombongan.
Dialog yang hangat antar para sahabat, apakah mereka masuk atau pulang ke Madinah.. 
Umar yang cerdas meminta saran muhajirin, anshar, dan orang2 yg ikut Fathu Makkah. Mereka semua berbeda pendapat..
Bahkan Abu Ubaidah ra menginginkan mereka masuk, dan berkata mengapa engkau lari dari takdir Allah SWT?
Lalu Umar ra menyanggahnya dan bertanya. Jika kamu punya kambing dan ada 2 lahan yg subur dan yg kering, kemana akan engkau arahkan kambingmu? Jika ke lahan kering itu adalah takdir Allah, dan jika ke lahan subur itu juga takdir Allah

Sesungguhnya dengan kami pulang, kita hanya berpindah dari takdir satu ke takdir yg lain.
Akhirnya perbedaan itu berakhir ketika Abdurrahman bin Auf ra mengucapkan hadist Rasulullah SAW.

*Jika kalian mendengar wabah melanda suatu negeri. Maka, jangan kalian memasukinya. Dan jika kalian berada didaerah itu janganlah kalian keluar untuk lari darinya* 
(HR. Bukhari & Muslim)

Akhirnya mereka pun pulang ke Madinah.. Umar ra merasa tidak kuasa meninggalkan sahabat yang dikaguminya, Abu Ubaidah ra.. Beliau pun menulis surat untuk mengajaknya ke Madinah. 
Namun beliau adalah Abu Ubaidah ra, yang hidup bersama rakyatnya dan mati bersama rakyatnya.. 
Umar ra pun menangis membaca surat balasan itu..
Dan bertambah tangisnya ketika mendengar Abu Ubaidah, Muadz bin Jabal, Suhail bin Amr, dan sahabat2 mulia lainnya radiyallahuanhum wafat karena wabah Tha'un dinegeri Syam.
Total sekitar 20 ribu orang wafat, hampir separuh penduduk Syam ketika itu..
Pada akhirnya, wabah tersebut berhenti ketika sahabat Amr bin Ash ra memimpin Syam
Kecerdasan beliau lah yang menyelamatkan Syam
Hasil tadabbur beliau dan kedekatan dengan alam ini..
 Amr bin Ash berkata:
Wahai sekalian manusia, penyakit ini menyebar layaknya kobaran api. Jauhilah dan berpencarlah dengan menempat di gunung-gunung..
Mereka pun berpencar dan menempati gunung2. 
Wabah pun berhenti layaknya api yang padam karena tidak bisa lagi menemukan bahan yang dibakar..
Lalu, belajar dari bagaimana orang-orang terbaik itu bersikap.. 
Maka inilah panduan dan kabar gembira ditengah kesedihan ini untuk kita semua

Pertama, karantina Sebagaimana sabda Rasulullah SAW diatas, 
Maka itulah konsep karantina yang hari ini kita kenal.
Mengisolasi daerah yang terkena wabah.. 
Seluruh negara menjalaninya.. 
Namun ada negara yang entah darimana mengambil petunjuknya,
Negara tsb malah menyuruh orang2 masuk karena dalih ekonomi dan pariwisata.
Semoga Allah SWT melindungi semua penduduk negara tersebut
Kedua, bersabar.
Karena Rasulullah SAW bersabda:
Tha'un merupakan azab yang ditimpakan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Kemudian Dia jadikan rahmat kepada kaum mukminin.* 

Maka, tidaklah seorang hamba yang dilanda wabah lalu ia menetap dikampungnya dengan penuh kesabaran dan mengetahui bahwa tidak akan menimpanya kecuali apa yang Allah SWT tetapkan, baginya pahala orang yang mati syahid* 
(HR. Bukhari dan Ahmad)

Masya Allah.. ternyata mati syahid lah balasan itu.. sesuatu yang didambakan kaum muslimin. 
Maka, sabar dan tanamkanlah keyakinan itu. Jika takdir Allah menyapa kita, berharaplah syahid..

Ketiga, berbaik sangka dan berikhtiarlah.

Karena Rasulullah SAW bersabda:
Tidaklah Allah SWT menurunkan suatu penyakit kecuali Dia juga yang menurunkan penawarnya* 
(HR. Bukhari)

Umar bin Khattab berikhtiar menghindarinya serta Amr bin Ash berikhtiar menghapusnya.

Yang keempat, banyak berdoalah. 

Dan doa-doa keselamatan itu sudah kita lafadzkan di setiap pagi dan sore. Bismillahilladzi laa yadhurru maasmihi, say'un fil ardhi walafissamaai wahuwa samiul'alim
(Dengan nama Allah yang apabila disebut, segala sesuatu dibumi dan langit tidak berbahaya. Dialah maha mendengar dan maha mengetahui)
*Barang siapa yang membaca dzikir tsb 3x dipagi dan petang. Maka tidak akan ada bahaya yg memudharatkannya* 
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Yang terakhir, sebagaimana solusi dari Amr bin Ash untuk berpencar.. 

Menjaga jarak dr keramaian dan menahan diri untuk dirumah
Cara inilah yang banyak ditiru dunia luar, mereka menyebutnya social distancing.. 

Semua solusi itu sudah ada, 
Solusi langit dan Bumi 

Solusi pertama dan terakhir, solusi Bumi
Ikhtiar dengan karantina & menjaga diri dari keramaian (social distancing).. 
Selama ini sudah dilakukan bahkan oleh orang-orang didunia barat..

Namun mereka tidak punya solusi Langit..
Bersabar, keyakinan dan berbaik sangka akan ketetapan Allah, berdoa, dan bahkan janji akan gelar mati Syahid jika kita melakukan itu semua..

Semoga kita senantiasa dilindungi Allah SWT.
Dan bertemu kembali ditempat terbaik di SurgaNya..

Mari kita sikapi datangnya Pandemi Convid-19 ini secara rasional dan terukur.


Jumat, 13 Maret 2020


ANTARA SAKIT DAN MATI MENDADAK

Habis sholat Isyak tiba-tiba kami intens membicarakan  kematian.
"Paniknya kayak apa ya kalau tiba-tiba kita mati mendadadak? Belum sempat berkemas, tiba-tiba dipaksa untuk berangkat".
"Iya kita gak tahu apa yang mesti kita bawa. Padahal perjalanan begitu jauhnya, tak berujung. Gak kebayang dah".
"Waktu mau pulang kampung saja kita perlu persiapan berhari-hari. Ngepakin baju, obat-obatan, makanan, madu, air, tas, tikar...  pontang-panting kita  nanya pada teman yang sudah berpengalaman", kata istriku.
"Nah ini kalau mati mendadak, tiba-tiba BESSSS..... Langsung hilang diri kita. Selesai gak selesai kumpulkan. Astaghfirullah..".
Bisa-bisa saat kita sudah ada di dalam kubur, angan-angan kita masih berkeliaran di dunia. Mau beli ini, beli itu, mau beli motor, mau mobil, mau ngejar proyek, mau membangun rumah.... mau.... banyak hal, berbagai cita-cita tentang dunia".

Jadi ada hikmahnya juga kalau sebelum mati, kita dikasih sakit dulu oleh Allah swt, jadinya kita bisa berkemas dulu pelan-pelan. Ngepacking berbagai amalan yang masih tercecer.
Oleh karenanya kalau kita sakit,  jangan hanya bersiap-siap untuk sembuh saja, tapi juga harus kita persiapkan kalau mati (gak sembuh) bagaimana?
Saya masih ingat menjelang hari meninggalnya kakek saya (Mbah Nang) beberapa kali dia sering bertanya, 
"Hari Sabtu kapan Zak?"
"Kemarin mbah".
"O...  wis kelewat yo."

Saya gak pernah tahu dia bertanya untuk apa. Tapi di pekan terakhir hidupnya, mbah Nang menyuruh bapak mengecat rumah dan membetulkan semua cangkul. Kebetulan kami ini keluarga petani punya cangkul sampai 4 buah.
Mbah Nang bilang, hari Sabtu nanti akan banyak tamu dan cangkul-cangkul mau digunakan. Tanpa bertanya apa-apa, bapak pun membetulkan cangkul-cangkul dan mengupah orang untuk mengecat rumah. 
Betul juga pada hari Jum'at malam Sabtu mbah Nang meninggal. Dan esuknya tamu-tamu pun berdatangan dn cangkul-cangkul pun digunakan.  
Sekarang saya baru menyadari dihari-hari  terakhirnya saat mbah Nang tidak banyak omong, diam  terus menerus di dalam kamar dan hanya keluar saat sholat di masjid.  Saat itu ternyata dia sedang berkemas,  ngepacking segala hal yang mungkin tercecer dalam hidupnya.
Sungguh beruntung kalau kita masih diberi kesempatan untuk ngepacking, tapi kalau enggak apa jadinya? Kita mati dalam keterkejutan.
Dari ‘Aisyah, ia berkata: Aku mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kematian mendadak adalah keringanan terhadap seorang mukmin, dan siksaan yang membawa penyesalan terhadap orang kafir”. (HR Abdurrazzak dalam al Mushannaf).

Wallahu a'lam bish-shawabi.

Renungan
Zak Sorga