InspirasI

Senin, 16 Maret 2020


Corona, Sebuah Muhasabah Semesta

Ketika virus ini mewabah di China pertama kali, penyebab yang diisukan begitu banyak. Ada yang mengatakan ini  adalah azab dari Allah subhanahu wataala, itu karena tak berselang lama ketika Muslim Uyghur dilecehkan. Dilain pihak, ada yang mengatakan itu adalah kebocoran senjata biologis yang berasal dari laboratorium pemerintah China. Nah, beberapa video dan foto di internet juga memberikan pendapat lain, bahwa virus  ini berasal dari virus yang terdapat pada hewan-hewan ekstrim. Karena kebiasaan sebagian orang China memakan mentah hewan-hewan terentu, tentunya tanpa dimasak. 
Sampai disitu analisa terus berkembang. Sehingga tidak ada jawaban yang pasti. Pemerintah China pun sedang fokus menangani korban yang terus berjatuhan. Bukan soal berapa banyak korban yang jatuh, tetapi daya kejutnya yang sangat cepatlah yang membuat orang panik. Dari satu kota, menjadi satu negara, dari satu negara berpindah ke negara lain, akhirnya WHO meminta kepada sekitar 70 negara terpapar COVID-19 segera memberlakkan kondisi gawat nasional di negara masing-masing. Termasuk negara kita Indonesia, ketika mendapat surat khusus dari Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Meski terlambat, setidaknya Indonesia mau juga patuh pada WHO walaupun sempat memasukkan hampir ribuan warga negara  China dan meminta izin tinggal terpaksa di Indonesia. Mungkin, kepatuhan itu setelah menteri perhubungan divonis positif terkena COVID-19. 
Sungguh luar biasa pelajaran dari Allah dengan mengirimkan makhluk mikroskopis itu ke China hingga masuk ke Indonesia. 
Tengok saja, di seluruh dunia orang yang tadinya tidak tahu tentang pentingnya wudhu, kini menjadikan pembersihan tangan dan anggota badan lain menjadi kewajiban setiap saat. Ketika dulu cadar dianggap sebagai hal yang menakutkan, kini bahkan warga dipaksa menutup mukanya. Bahkan di Perancis, negara yang pernah melarang cadar, kini merekomendasikan bahwa wanita harus menutup kain anggota badannya agar bisa terhindar Corona. 
Hampir seluruh dunia menutup penerbangan keluar dan ke dalam negerinya. Corona kini menjadi common enemy, menjadi musuh bersama. Sehingga fokus negara-negara adalah memerangi virus. Warga dilarang berkumpul ditempat ramai, bercampur baur laki-laki dan perempuan, atau sesama jenis, dilarang membuat kegiatan besar, bahkan sekolah dan kampus ditutup sementara. Luar biasanya, atas kesadaran pemerintah Arab Saudi demi ummat, menutup beberapa akses ke Masjidil Haram.
Mari kita belajar, introspeksi diri, bermuhasabah. Bahwa Allah punya rencana luar biasa dengan hadirnya virus ini. Setidaknya, ada banyak pelajaran besar bagi kita. Allah senantiasa meminta kita bermuhasabah, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18).
Bukankah selama ini, kita terlalu sibuk dengan pekerjaan kita? Kita terlalu sibuk di luar rumah dibanding bersama keluarga? Saatnya ketika pemerintah melarang kita keluar kecuali urusan sangat penting, maka dimanfaatkan berdiam di rumah, muhasabah diri, muhasabah dengan keluarga. Bercengkrama dengan anak-anak, lebih lama menatap perubahan apa yang terjadi pada mereka.
Bukankah selama ini, kita terlalu asyik makan dan minum di luar rumah? Cafe, restoran, atau kumpul bersama kawan-kawan. Saatnya kita makan makanan rumahan, kembali merasakan masakan istri atau orangtua kita, mengenang masakan ibu semasa kecil. 
Bukankah selama ini, hiruk pikuk politik yang saling sikut, dunia pendidikan yang tercoreng dengan banyak hal menyedihkan. Membuat kita stres dan tegang? Nah, ketika pemerintah meliburkan sekolah dan kampus, ada ruang kontemplasi bagi kita semua. Maka manfaatkan itu.
Bukankah selama ini, kita terlalu mudah memakan apa saja yang berasal dari hasil impor? Terlalu mudahnya kita mengikuti cara hidup dan cara makan orang asing yang tidak sesuai dengan kebiasaan dan tuntunan agama? Kini cermin besar dari Corona untuk tidak mengganggu hewan-hewan liar yang hidup dialamnya dengan menghadirkannya di meja makan. Seperti kala jengking, tikus, cacing-cacing, dan sebagainya. Mereka tinggal di tempat yang jauh dari manusia, karena Allah yang mengaturnya, bahwa di tubuh mereka banyak bibit penyakit, baik yang mengandung bakteri atau virus. Mereka tidak penting untuk dimakan.
Bukankah selama ini kita suka menghabiskan uang untuk jalan-jalan? Bukan untuk bersedekah? Saatnya mengurangi perjalanan, touring dan adventure. Saatnya menyisihkan ke hal lain yang lebih bisa menyelematkan hidup kita.
Kita tidak tahu, kapan virus itu berhenti berkembangang. Hanya Allah yang mengetahuinya. Dan hanya Allah yang Maha Penyembuh, di dalam Asy-Syu'araa' ayat 80, Allah berfirman: 
"Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku" 
Karena itu, sebelum ia sampai ke kediaman kita, sebelum masuk ke rumah kita, sebelum masuk ke tubuh kita. Mari berusaha semaksimal mungkin sambil selalu berdoa. Lakukan hal baik sebanyak-banyaknya. Ini adalah nasehat, peringatan, bahkan mungkin juga azab dari Allah untuk kaum-kaum tertentu. 

Shabiel Zakar
Ditulis di Bone, 15 Maret 2020
“Corona itu milik Allah, hanya Dia yang bisa menghentikannya. Maka ikhtiar dan bersabar”



Tidak ada komentar: