Corona, Sebuah Muhasabah
Semesta
Ketika virus ini mewabah di
China pertama kali, penyebab yang diisukan begitu banyak. Ada yang mengatakan
ini adalah azab dari Allah subhanahu wataala, itu karena tak berselang
lama ketika Muslim Uyghur dilecehkan. Dilain pihak, ada yang mengatakan itu adalah
kebocoran senjata biologis yang berasal dari laboratorium pemerintah China.
Nah, beberapa video dan foto di internet juga memberikan pendapat lain, bahwa
virus ini berasal dari virus yang terdapat pada hewan-hewan ekstrim.
Karena kebiasaan sebagian orang China memakan mentah hewan-hewan terentu,
tentunya tanpa dimasak.
Sampai disitu analisa terus
berkembang. Sehingga tidak ada jawaban yang pasti. Pemerintah China pun sedang
fokus menangani korban yang terus berjatuhan. Bukan soal berapa banyak korban
yang jatuh, tetapi daya kejutnya yang sangat cepatlah yang membuat orang panik.
Dari satu kota, menjadi satu negara, dari satu negara berpindah ke negara lain,
akhirnya WHO meminta kepada sekitar 70 negara terpapar COVID-19 segera
memberlakkan kondisi gawat nasional di negara masing-masing. Termasuk negara
kita Indonesia, ketika mendapat surat khusus dari Direktur Jenderal Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Meski terlambat, setidaknya
Indonesia mau juga patuh pada WHO walaupun sempat memasukkan hampir ribuan
warga negara China dan meminta izin tinggal terpaksa di Indonesia.
Mungkin, kepatuhan itu setelah menteri perhubungan divonis positif terkena
COVID-19.
Sungguh luar biasa pelajaran
dari Allah dengan mengirimkan makhluk mikroskopis itu ke China hingga masuk ke
Indonesia.
Tengok saja, di seluruh dunia orang yang
tadinya tidak tahu tentang pentingnya wudhu, kini menjadikan pembersihan tangan
dan anggota badan lain menjadi kewajiban setiap saat. Ketika dulu cadar
dianggap sebagai hal yang menakutkan, kini bahkan warga dipaksa menutup
mukanya. Bahkan di Perancis, negara yang pernah melarang cadar, kini
merekomendasikan bahwa wanita harus menutup kain anggota badannya agar bisa
terhindar Corona.
Hampir seluruh dunia menutup
penerbangan keluar dan ke dalam negerinya. Corona kini menjadi common enemy,
menjadi musuh bersama. Sehingga fokus negara-negara adalah memerangi virus.
Warga dilarang berkumpul ditempat ramai, bercampur baur laki-laki dan
perempuan, atau sesama jenis, dilarang membuat kegiatan besar, bahkan sekolah
dan kampus ditutup sementara. Luar biasanya, atas kesadaran pemerintah Arab
Saudi demi ummat, menutup beberapa akses ke Masjidil Haram.
Mari kita belajar,
introspeksi diri, bermuhasabah. Bahwa Allah punya rencana luar biasa dengan
hadirnya virus ini. Setidaknya, ada banyak pelajaran besar bagi kita. Allah
senantiasa meminta kita bermuhasabah, “Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18).
Bukankah selama ini, kita
terlalu sibuk dengan pekerjaan kita? Kita terlalu sibuk di luar rumah dibanding
bersama keluarga? Saatnya ketika pemerintah melarang kita keluar kecuali urusan
sangat penting, maka dimanfaatkan berdiam di rumah, muhasabah diri, muhasabah
dengan keluarga. Bercengkrama dengan anak-anak, lebih lama menatap perubahan
apa yang terjadi pada mereka.
Bukankah selama ini, kita
terlalu asyik makan dan minum di luar rumah? Cafe, restoran, atau kumpul
bersama kawan-kawan. Saatnya kita makan makanan rumahan, kembali merasakan
masakan istri atau orangtua kita, mengenang masakan ibu semasa kecil.
Bukankah selama ini, hiruk
pikuk politik yang saling sikut, dunia pendidikan yang tercoreng dengan banyak
hal menyedihkan. Membuat kita stres dan tegang? Nah, ketika pemerintah
meliburkan sekolah dan kampus, ada ruang kontemplasi bagi kita semua. Maka manfaatkan
itu.
Bukankah selama ini, kita
terlalu mudah memakan apa saja yang berasal dari hasil impor? Terlalu mudahnya
kita mengikuti cara hidup dan cara makan orang asing yang tidak sesuai dengan
kebiasaan dan tuntunan agama? Kini cermin besar dari Corona untuk tidak
mengganggu hewan-hewan liar yang hidup dialamnya dengan menghadirkannya di meja
makan. Seperti kala jengking, tikus, cacing-cacing, dan sebagainya. Mereka
tinggal di tempat yang jauh dari manusia, karena Allah yang mengaturnya, bahwa
di tubuh mereka banyak bibit penyakit, baik yang mengandung bakteri atau virus.
Mereka tidak penting untuk dimakan.
Bukankah selama ini kita suka
menghabiskan uang untuk jalan-jalan? Bukan untuk bersedekah? Saatnya mengurangi
perjalanan, touring dan adventure. Saatnya menyisihkan ke hal lain yang lebih
bisa menyelematkan hidup kita.
Kita tidak tahu, kapan virus
itu berhenti berkembangang. Hanya Allah yang mengetahuinya. Dan hanya Allah
yang Maha Penyembuh, di dalam Asy-Syu'araa' ayat 80, Allah berfirman:
"Dan apabila aku sakit, Dialah yang
menyembuhkan aku"
Karena itu, sebelum ia sampai
ke kediaman kita, sebelum masuk ke rumah kita, sebelum masuk ke tubuh kita.
Mari berusaha semaksimal mungkin sambil selalu berdoa. Lakukan hal baik
sebanyak-banyaknya. Ini adalah nasehat, peringatan, bahkan mungkin juga azab
dari Allah untuk kaum-kaum tertentu.
Shabiel Zakar
Ditulis di Bone, 15 Maret 2020
“Corona itu
milik Allah, hanya Dia yang bisa menghentikannya. Maka ikhtiar dan bersabar”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar