ANTARA SAKIT DAN MATI MENDADAK
Habis sholat Isyak tiba-tiba kami intens
membicarakan kematian.
"Paniknya kayak apa ya kalau tiba-tiba
kita mati mendadadak? Belum sempat berkemas, tiba-tiba dipaksa untuk
berangkat".
"Iya kita gak tahu apa yang mesti kita
bawa. Padahal perjalanan begitu jauhnya, tak berujung. Gak kebayang dah".
"Waktu mau pulang kampung saja kita
perlu persiapan berhari-hari. Ngepakin baju, obat-obatan, makanan, madu, air,
tas, tikar... pontang-panting kita nanya pada teman yang sudah
berpengalaman", kata istriku.
"Nah ini kalau mati mendadak, tiba-tiba
BESSSS..... Langsung hilang diri kita. Selesai gak selesai kumpulkan.
Astaghfirullah..".
Bisa-bisa saat kita sudah ada di dalam kubur,
angan-angan kita masih berkeliaran di dunia. Mau beli ini, beli itu, mau beli
motor, mau mobil, mau ngejar proyek, mau membangun rumah.... mau.... banyak
hal, berbagai cita-cita tentang dunia".
Jadi ada hikmahnya juga kalau sebelum mati,
kita dikasih sakit dulu oleh Allah swt, jadinya kita bisa berkemas dulu
pelan-pelan. Ngepacking berbagai amalan yang masih tercecer.
Oleh karenanya kalau kita sakit, jangan
hanya bersiap-siap untuk sembuh saja, tapi juga harus kita persiapkan kalau
mati (gak sembuh) bagaimana?
Saya masih ingat menjelang hari meninggalnya
kakek saya (Mbah Nang) beberapa kali dia sering bertanya,
"Hari Sabtu kapan Zak?"
"Kemarin mbah".
"O... wis kelewat yo."
Saya gak pernah tahu dia bertanya untuk apa.
Tapi di pekan terakhir hidupnya, mbah Nang menyuruh bapak mengecat rumah dan
membetulkan semua cangkul. Kebetulan kami ini keluarga petani punya cangkul
sampai 4 buah.
Mbah Nang bilang, hari Sabtu nanti akan
banyak tamu dan cangkul-cangkul mau digunakan. Tanpa bertanya apa-apa, bapak
pun membetulkan cangkul-cangkul dan mengupah orang untuk mengecat rumah.
Betul juga pada hari Jum'at malam Sabtu mbah
Nang meninggal. Dan esuknya tamu-tamu pun berdatangan dn cangkul-cangkul pun
digunakan.
Sekarang saya baru menyadari
dihari-hari terakhirnya saat mbah Nang tidak banyak omong, diam
terus menerus di dalam kamar dan hanya keluar saat sholat di masjid. Saat
itu ternyata dia sedang berkemas, ngepacking segala hal yang mungkin
tercecer dalam hidupnya.
Sungguh beruntung kalau kita masih diberi
kesempatan untuk ngepacking, tapi kalau enggak apa jadinya? Kita mati dalam
keterkejutan.
Dari ‘Aisyah, ia berkata: Aku mendengar
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kematian mendadak adalah
keringanan terhadap seorang mukmin, dan siksaan yang membawa penyesalan
terhadap orang kafir”. (HR Abdurrazzak dalam al Mushannaf).
Wallahu a'lam bish-shawabi.
Renungan
Zak Sorga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar