Wabah Penyakit dalam Sejarah Islam
&
Bagaimana Menyikapinya
Hari ini umat manusia dihadapkan pada masalah bumi ini, sebuah
virus/wabah yg tak terlihat.
Tapi membuat seisi bumi takut..
Yang membuat semua kekuatan, senjata, dan kesombongan bertekuk
lutut, lumpuh, dihadapan kekuasaan Allah SWT..
Memang begitulah sunatullahnya,
Allah SWT menghancurkan tingginya kesombongan dunia dengan sesuatu
yang kecil
Agar runtuh dengan sehina-hinanya, seperti Namrud yg mati hina
karena seekor lalat.
Tapi masalah bumi ini adalah masalah muslimin juga..
Bagaimana kita bersikap..?
Karena hari ini sebagian saudara kita menganggap remeh
dengan pasrah saja
Dan ada yang sangat berlebihan dengan bahkan tidak mau berjabat
tangan
Indahnya agama ini, karena semua masalah sudah ada solusinya..
Dan Rasulullah SAW bersama para sahabatnya adalah orang-orang
paling berjasa dalam hidup kita
Dalam kebingungan kita hari ini pun mereka semua hadir dengan
petunjuknya..
Bukan hanya itu, tapi mereka juga hadir membawa kabar gembira
untuk kita..
Kisah ini detail diceritakan dalam buku tentang khalifah Umar bin
Khattab ra karya Syaikh Ali Ash Shalabi..
Tahun 18 H..
Hari itu Khalifah Umar bin Khattab ra bersama para sahabatnya
berjalan dari Madinah menuju negeri Syam.
Mereka berhenti didaerah perbatasan sebelum memasuki Syam karena
mendengar ada wabah Tha'un Amwas yang melanda negeri tersebut.
Sebuah penyakit menular, benjolan diseluruh tubuh yg akhirnya
pecah dan mengakibatkan pendarahan.
Abu Ubaidah bin Al Jarrah, seorang yang dikagumi Umar ra, sang
Gubernur Syam ketika itu datang ke perbatasan untuk menemui rombongan.
Dialog yang hangat antar para sahabat, apakah mereka masuk atau
pulang ke Madinah..
Umar yang cerdas meminta saran muhajirin, anshar, dan orang2 yg
ikut Fathu Makkah. Mereka semua berbeda pendapat..
Bahkan Abu Ubaidah ra menginginkan mereka masuk, dan berkata
mengapa engkau lari dari takdir Allah SWT?
Lalu Umar ra menyanggahnya dan bertanya. Jika kamu punya kambing
dan ada 2 lahan yg subur dan yg kering, kemana akan engkau arahkan kambingmu?
Jika ke lahan kering itu adalah takdir Allah, dan jika ke lahan subur itu juga
takdir Allah
Sesungguhnya dengan kami pulang, kita hanya berpindah dari takdir
satu ke takdir yg lain.
Akhirnya perbedaan itu berakhir ketika Abdurrahman bin Auf ra
mengucapkan hadist Rasulullah SAW.
*Jika kalian mendengar wabah melanda suatu negeri. Maka, jangan
kalian memasukinya. Dan jika kalian berada didaerah itu janganlah kalian keluar
untuk lari darinya*
(HR. Bukhari & Muslim)
Akhirnya mereka pun pulang ke Madinah.. Umar ra merasa tidak kuasa
meninggalkan sahabat yang dikaguminya, Abu Ubaidah ra.. Beliau pun menulis
surat untuk mengajaknya ke Madinah.
Namun beliau adalah Abu Ubaidah ra, yang hidup bersama rakyatnya
dan mati bersama rakyatnya..
Umar ra pun menangis membaca surat balasan itu..
Dan bertambah tangisnya ketika mendengar Abu Ubaidah, Muadz bin
Jabal, Suhail bin Amr, dan sahabat2 mulia lainnya radiyallahuanhum wafat karena
wabah Tha'un dinegeri Syam.
Total sekitar 20 ribu orang wafat, hampir separuh penduduk Syam
ketika itu..
Pada akhirnya, wabah tersebut berhenti ketika sahabat Amr bin Ash
ra memimpin Syam
Kecerdasan beliau lah yang menyelamatkan Syam
Hasil tadabbur beliau dan kedekatan dengan alam ini..
Amr bin Ash berkata:
Wahai sekalian manusia, penyakit ini menyebar layaknya kobaran
api. Jauhilah dan berpencarlah dengan menempat di gunung-gunung..
Mereka pun berpencar dan menempati gunung2.
Wabah pun berhenti layaknya api yang padam karena tidak bisa lagi
menemukan bahan yang dibakar..
Lalu, belajar dari bagaimana orang-orang terbaik itu
bersikap..
Maka inilah panduan dan kabar gembira ditengah kesedihan ini untuk
kita semua
Pertama, karantina Sebagaimana sabda Rasulullah SAW diatas,
Maka itulah konsep karantina yang hari ini kita kenal.
Mengisolasi daerah yang terkena wabah..
Seluruh negara menjalaninya..
Namun ada negara yang entah darimana mengambil petunjuknya,
Negara tsb malah menyuruh orang2 masuk karena dalih ekonomi dan
pariwisata.
Semoga Allah SWT melindungi semua penduduk negara tersebut
Kedua, bersabar.
Karena Rasulullah SAW bersabda:
Tha'un merupakan azab yang ditimpakan kepada siapa saja yang Dia kehendaki.
Kemudian Dia jadikan rahmat kepada kaum mukminin.*
Maka, tidaklah seorang hamba yang
dilanda wabah lalu ia menetap dikampungnya dengan penuh kesabaran dan
mengetahui bahwa tidak akan menimpanya kecuali apa yang Allah SWT tetapkan,
baginya pahala orang yang mati syahid*
(HR. Bukhari dan Ahmad)
Masya Allah.. ternyata mati syahid lah balasan itu.. sesuatu yang
didambakan kaum muslimin.
Maka, sabar dan tanamkanlah keyakinan itu. Jika takdir Allah
menyapa kita, berharaplah syahid..
Ketiga, berbaik sangka dan
berikhtiarlah.
Karena Rasulullah SAW bersabda:
Tidaklah Allah SWT menurunkan suatu penyakit kecuali Dia juga yang
menurunkan penawarnya*
(HR. Bukhari)
Umar bin Khattab berikhtiar menghindarinya serta Amr bin Ash
berikhtiar menghapusnya.
Yang keempat, banyak berdoalah.
Dan doa-doa keselamatan itu sudah kita lafadzkan di setiap pagi
dan sore. Bismillahilladzi laa yadhurru
maasmihi, say'un fil ardhi walafissamaai wahuwa samiul'alim
(Dengan nama Allah yang apabila disebut, segala sesuatu dibumi dan
langit tidak berbahaya. Dialah maha mendengar dan maha mengetahui)
*Barang siapa yang membaca dzikir tsb 3x dipagi dan petang. Maka
tidak akan ada bahaya yg memudharatkannya*
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Yang terakhir, sebagaimana solusi dari Amr bin Ash untuk
berpencar..
Menjaga jarak dr keramaian dan menahan diri untuk dirumah
Cara inilah yang banyak ditiru dunia luar, mereka menyebutnya
social distancing..
Semua solusi itu sudah ada,
Solusi langit dan Bumi
Solusi pertama dan terakhir, solusi Bumi
Ikhtiar dengan karantina & menjaga diri dari keramaian (social
distancing)..
Selama ini sudah dilakukan bahkan oleh orang-orang didunia barat..
Namun mereka tidak punya solusi Langit..
Bersabar, keyakinan dan berbaik sangka akan ketetapan Allah,
berdoa, dan bahkan janji akan gelar mati Syahid jika kita melakukan itu semua..
Semoga kita senantiasa dilindungi Allah SWT.
Dan bertemu kembali ditempat terbaik di SurgaNya..
Mari kita sikapi datangnya Pandemi
Convid-19 ini secara rasional dan terukur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar