AYAH DAN IBUKU YANG SEMAKIN TUA
Ada
seorang manajer sukses, ketika kemudian adik-adiknya sudah berumah tangga dan
akhirnya meninggalkan rumah ayah ibunya. Sang ayah dan ibu diajak tinggal
bersamanya. Tapi karena pekerjaan di kantor begitu padat dan begitu sibuk, maka
meskipun tinggal serumah jarang sekali dia punya waktu untuk berbincang-bincang
dengan ayah ibunya.
Sore
hari itu, dia pulang dari kantor dan dia melihat ayah ibunya sudah berdandan
rapi. Sang ayah dan Sang ibu tampak gembira dan menunggunya di depan rumah.
Sang
ibu berkata “Anakku. jangan parkir dulu ya nak… antar ibu sebentar, ya. Ibu mau
ke toko baju di ujung jalan sana. Ibu mau beli baju untuk anakmu. Besok kan dia
ulang tahun. Ibu mau membelikan baju untuk cucu ibu. Antar ibu sebentar ya,
Ayahmu juga mau membelikan mainan untuk cucunya sebagai hadiah ulang tahunnya.
“Aduuuh.
Bu… Aku capek sekali! Dan masih ada kerjaan yang harus aku lakukan. Ibu, aku
panggilkan taksi aja ya? Saya panggilkan ya bu,” kata sang anak.
“Nak….
ayolah…. antar ibu sebentar ya. Sudah lama ayah dan ibu nggak berdua dengan
kamu. Temani ibu sebentar aja ya,” Ibunya tetap meminta penuh harap.
Anaknya
menjawab, “Ya udah, aku temani ibu dan ayah belanja, tapi jangan lama-lama ya,
aku masih ada pekerjaan yang harus aku kerjakan!
Kemudian
anaknya ini mengantarkan ayah dan ibunya ke toko baju itu. Sepanjang jalan ia
cemberut dan diam saja walaupun kadang ayahnya atau ibunya berusaha mengajaknya
bicara. Dan sesampainya di sana ia berkata lagi. “Bu, aku tunggu di parkiran
aja ya! Ayah dan ibu bisa masuk sendirikan? Uang belanja yang aku beri kemarin
masih ada kan Bu? Belum dipakai kan? Ibu punya uang untuk beli bajunya?”
Sang
Ibu itu mengangguk. Sang Ayah mencoba menggenggam tangan istrinya dan mulai
masuk ke pusat perbelanjaan itu. Di tempat parkir itu, dia memejamkan matanya.
Mencoba beristirahat sebentar. Ia ingat, nanti dia masih harus mengerjakan
pekerjaan kantornya lagi.
Dua
puluh menit kemudian, Ayah dan ibunya tidak juga kunjung keluar dari pusat
perbelanjaan itu. Dia merasa tidak sabar. Dia tinggalkan parkiran dan dia
masuk… Dari ujung pintu, dia mencari Ayah dan ibunya. Ayah Ibu ada di mana sih?
Oh… ibunya ada di ujung sana. Di bagian anak-anak sedang memilih baju.
Tangan
ibunya terulur mengambil sebuah baju. Dan tangan itu gemetaran. Meletakkan baju
itu, mengambil baju yang lain. Dan tangan itu gemetaran. Matanya tertuju pada
tangan yang gemetaran itu. Tangan yang sudah penuh keriput. Kemudian
pandangannya beralih ke wajah ibunya. Kemudian dia melihat di sebelah ibunya di
pusat mainan anak-anak, Sang ayah juga sedang memilih mainan kesukaan cucunya,
dengan tangan yang gemetaran karena sudah tua, Sang anak kembali memandang
wajah ayahnya yang sudah tua berkeriput.
Meneteslah
Air matanya, Dengan suara gemetaran dia mengadu kepada Tuhan
“Ya
Tuhan, ayah ibu sudah semakin tua. Mukanya penuh dengan keriput. Tampak sekali
lelah di wajahnya, dan sangat letih. Ayah ibu mungkin akan segera meninggalkan
aku dan anak istriku tetapi mengapa aku tidak pernah menyempatkan waktu untuk
menelponnya ketika bekerja, mengajaknya bicara dan membawanya jalan-jalan untuk
sekadar makan malam menyenangkan hati mereka, Ohh…Tuhan, besarnya dosaku,
ampunilah aku. Jangan Kau ambil dulu mereka sebelum aku bisa memberikan yang
terbaik untuknya.” Di sudut pusat perbelanjaan itu, Sang anak terduduk
menangis. Tertatih dia berjalan mendatangi Sang ayah dan sang ibu, memeluknya
sangat erat, erat sekali
“Ayah,
ibu, maafkan anakmu ya, anakmu lupa. Maafkan anakmu, anakmu lupa bahwa Ayah
perlu diajak ngomong. Lupa bahwa ibu perlu ditemani. Anakmu janji, mulai
sekarang, mau ke manapun ayah dan ibu pergi, aku akan antar ibu. Secapek apapun
aku pulang kantor, aku akan ajak ayah ibu ngobrol. Maafkan anakmu”
Semoga
pembaca bisa berbuat yang terbaik untuk orang tua tatkala keduanya masih ada.
Setelah Anda membaca ini, menangislah dan telponlah ayah dan ibu Anda yang
mungkin selama ini menantikan telpon Anda.
Sumber: dakwatuna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar