InspirasI

Kamis, 22 Januari 2015

 “KEAJAIBAN SERIBU DINAR”
(Menyingkap Keajaiban Rezeki Dengan Kecerdasan Otak Kanan Berdasarkan Al-Qur’an)


Penulis: Ust. Miftahur Rahman El-Banjary, MA
Jadilah Bintang Jika Anda Ingin Bersinar
Bagaimana kesan Anda saat menatap bintang-bintang yang gemerlapan menghias langit? Indah bukan?
Bintang-bintang yang bertaburan pada saat malam hari yang cerah, akan tampak indah berkilauan seumpama taburan berlian yang berserakan di atas kanvas hitam. Tapi untuk melihat keindahan tersebut semua orang harus mendongakkan kepalanya ke atas. Karena bintang itu terletak jauh di atas langit.
Berbicara soal bintang sesungguhnya berbicara soal prestasi dan keunggulan. Meminjam istilah para penulis buku Kubik Leadership, menjadi “bintang terang” adalah sebuah prestasi terbesar yang ingin kita capai dalam hidup (the ultimate life achievement). Disebut sebagai “bintang terang” karena: Bintang adalah sesuatu yang tinggi sehingga dalam kata-kata mutiara sering disebut “menggapai bintang”.
Artinya, ketika kita menentukan “bintang terang”, tentukanlah sesuatu yang letaknya tinggi. Bukan sesuatu yang mudah dicapai. Sedangkan “terang”, bermakna sesuatu yang menarik dan sangat berarti bagi kita. Dengan begitu dia bisa kita jadikan petunjuk arah dan memberikan kita “penerangan“ di masa-masa sulit.
Nah, begitupula jika Anda ingin bersinar seperti “bintang terang”, maka semua mata akan tertuju kepada Anda. Semua perhatian akan terpusat kepada Anda. Semua hati akan menaruh simpati kepada Anda. Bahkan, semua pembicaraan dan obrolan hanya akan menarik bila memperbincangkan kesuksesan Anda.
Pilihan menjadi bintang (to be the star) adalah pilihan mulia. Pilihan berada membumbung tinggi demi menerangi dan menghiasi langit pada saat kegelapan. Bukan seperti awan yang meskipun membumbung tinggi di langit, namun ia hampa. Awan menggiring kemana pun angin ingin membawanya. Filosofi hidup seperti awan adalah gambaran hidup tanpa memiliki prinsip yang jelas serta sikap seseorang yang tidak memiliki pendirian teguh.
Pencapaian bintang itu pun berbeda-beda tujuannya. Ada orang yang ingin menggapai bintang (to have), dan adapula orang yang ingin menjadi bintang (to be).Jika Anda hanya ingin menggapai bintang (to have), berarti Anda hanya ingin menggapai kesuksesan yang bersifat sementara (temporer). Misalnya saja, ingin mendapatkan populiritas, ingin memiliki banyak penggemar, ingin kaya, atau menempuh pendidikan di sebuah sekolah dan universitas bergengsi. Setelah semuanya tercapai, maka semuanya akan selesai.
Sedangkan tujuan untuk menjadi “bintang yang bersinar” (to be)adalah cita-cita mulia untuk menjadi yang bermanfaat bagi orang lain. Sebuah pencapaian prestasi yang sarat dengan kebaikan-kebaikan bagi banyak orang.
Dengan menjadi “bintang terang” dapat menentukan garis lurus tercepat menuju terwujudnya mimpi besar. Banyak orang yang menjalani hidup berkelok-kelok dan berputar-putar tak menentu arah. “Bintang terang” membantu mengarahkan semua energi dan kemampuan kita menuju satu titik.
Layaknya sebuah kaca pembesar yang mampu membakar kertas dengan cara menfokuskan energi matahari ke satu titik di atas kertas tersebut. Demikian pula dengan “bintang terang”. Bintang terang Anda akan memfokuskan seluruh energi dan kemampuan sehingga Anda akan mampu melakukan hal-hal yang sebelumnya Anda tidak mampu lakukan.
“Bintang terang” itu seperti gadis cantik atau pria tampan yang selalau terbayang-bayang dalam benak kita. Kita selalu merindukan kehadirannya. Membuat hidup kita menjadi lebih berarti. Membuat kita rela bersusah payah bahkan berkorban untuk mendapatkannya. Membuat kita melupakan rasa letih serta mendorong kita melakukan hal-hal yang istimewa. Demikianlah kata para penulis buku Kubik Leadership.
Bintang kesuksesan itu sesungguhnya sangat dekat. Anda hanya tinggal meraihnya. Semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi bintang. Potensi kesuksesan itu sudah diberikan kepada setiap manusia, termasuk kepada diri Anda sendiri!
Bintang terang Anda sebagai seorang yang terpelajar adalah menyinari kehidupan dengan ilmu dan pengetahuan yang Anda miliki. Bintang terang Anda sebagai karyawan adalah menghasilkan kreativitas dan meningkatkan etos kerja dimana pun Anda bekerja.
Bintang terang Anda sebagai pengusaha, Anda harus berusaha menjadi orang yang memberi sebanyak-banyaknya bukan meminta-minta atau mengambil sebanyak-banyaknya, apalagi sesuatu yang bukan menjadi hak Anda. Anda harus menjadi pembagi kekayaan, bukan pengumpul harta kekayaan.
Bintang terang haruslah selalu berada di atas, bukan berada di bawah. Nah selanjutnya bagaimana untuk menjadi seorang bintang? Buku ini akan mengarahkan Anda untuk “menjadi” seorang bintang (to be the star), bukan sekedar “menggapai” bintang (to have the star).
Jika pilihan Anda ingin menjadi bintang (to be the star), maka permasalahan-permasalahan hidup saat ini bukan lagi sesuatu yang besar. Problematika dan tantangan hidup yang Anda hadapi saat ini tidak lebih dari batu-batu kerikil yang berserakan di hamparan bumi. Siapkah Anda menjadi bintang yang bersinar?

Menjadi Bintang Meneladani 7 Nabi
Diantara 25 nabi yang wajib diketahui terdapat 7 orang Nabi yang memiliki keunggulan khusus. Kita diperintahkan untuk mengikuti kesuksesan para nabi tersebut sebagai petunjuk “bintang terang” agar menyinari kehidupan kita demi meraih kesuksesan sempurna dunia dan akhirat. Diantaranya keteladanan yang bisa kita contoh dari para nabi tersebut:
· Jadilah seorang pekerja keras yang kreatif seperti Nabi Idris as. Nabi Idris mencari nafkah dengan cara bekerja dengan tangannya sendiri (baca: kreatif). “Sebaik-baiknya pekerjaan seorang laki-laki adalah bekerja dari hasil keringatnya sendiri,” begitulah pesan nabi Muhammad Saw.
· Jadilah miliarder seperti Nabi Sulaiman as. Nabi Sulaiman saja berdo’a kepada Allah Swt. agar dikaruniakan kekayaan tanpa batas. Demikian do’a yang beliau panjatkan terabadikan di dalam al-Qur’an: “…anugerahkan kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seseorang juapun sesudahku, sesunguhnya Engkau Yang Maha Pemberi.” (Q.S: Shaad: 35)
· Jadilah seorang pemimpin dengan jabatan mulia seperti Nabi Daud dan Nabi Yusuf as. Kisah Nabi Yusuf menjadi seorang pejabat negara terabadikan di dalam al-Qur’an: Yusuf berkata: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir (dia berkuasa penuh) pergi kemana saja yang ia kehendaki di bumi Mesir itu. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa saja yang Kami kehendaki dan Kami Tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Yusuf: 55-56)
· Jadilah seorang orator ulung, dai’, public speaker handal seperti Nabi Musa as danNabi Harun as. Nabi Musa dan Nabi Harun adalah dua nabi bersaudara yang diberikan keunggulan beretorika yang memukau bagi orang yang mendengarkannya. Al-Qur’an mengabadikan kisah mereka berdua saat mereka bersiap-siap untuk berdakwah kepada penguasa Fir’aun Mesir dengan doa nabi Musa as: “Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku…” (Q.S. Al-Qashash: 34)
· Jadilah pemimpin, intreprenuer sukses seperti Nabi Muhammad Saw. Dalam sebuah hadits beliau bersabda: “Sebaik-baiknya pekerjaan adalah berdagang.”

Jumat, 16 Januari 2015

POSITIVE THINKING DALAM ISLAM


1. Pengertian berpikir positif

Berpikir positif (Tafkir al-Ijabiy) adalah istilah yang tersusun dari dua kata:  Berpikir dan Ijabiy. Berpikir (Tafkir) ditinjau dari sudut bahasa (فكر – يفكر - فكرا) artinya berpikir mengenai suatu perkara, memikirkan suatu pikiran: mempergunakan akalnya dalam suatu urusan, menetapkan sebagian yang dia ketahui agar dapat sampai pada sesuatu yang tidak diketahui. Positif (Ijabiy) dinisbatkan pada kata ijabiyah yaitu memelihara dengan pertimbangan akal sehat dalam memahami berbagai macam problematika (Said, 2010: 16-17). 

Ini merupakan cara jitu yang sempurna dalam menghadapi kehidupan yaitu memusatkan pikiran menuju sesuatu yang positif dalam kondisi bagaimanapun sebagai ganti dari memusatkan pikiran menuju sesuatu yang negatif. Hal itu berarti bahwa kita berbaik sangka dengan diri kita sendiri, juga berbaik sangka kepada orang lain, kemudian kita membangun perilaku yang layak diteladani dalam kehidupan.

Sedang jika ditinjau dari penggabungan kedua kata di atas, Viera Biffer memberikan definisi Positive Thinking dengan: mengambil manfaat dengan menggunakan akal kesadaran dengan penuh kerelaan dalam bentuk yang positif (Said, 2010: 18).

2. Berpikir positif dalam pandangan Islam

Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan struktur yang paling baik di antara makhluk Allah SWT yang lain. Struktur manusia terdiri dari unsur-unsur jasmani, rohani, nafs, dan iman (Sutoyo, 2007: 66).

Kesempurnaan unsur manusia ini disebutkan dalam firman Allah SWT yang artinya :

Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (Q.S. At-Tin: 4).

Salah satu potensi yang diberikan Allah SWT kepada  makhluk-Nya ialah akal. Allah SWT menganugerahkan akal pikiran kepada manusia sebagai kunci untuk memperoleh petunjuk terhadap segala hal. Akal adalah utusan kebenaran, ia adalah kendaraan pengetahuan, serta pohon yang membuahkan istiqomah dan konsistensi dalam kebenaran, karena itu, manusia baru bisa menjadi manusia kalau ada akalnya (Shihab, 2004: 135).

Maka relevan bila Rene Descartes menyatakan bahwa Cogito Ergo Sum, ‘saya berfikir maka saya ada’ (Bertens, 1991: 45). Karena akal jugalah yang menghalangi manusia terjerumus ke dalam dosa dan kesalahan, karena itulah maka ia dinamai oleh al-Qur’an ‘aql (akal) yang secara harfiah berarti tali, yakni yang mengikat hawa nafsu manusia dan menghalanginya terjerumus ke dalam dosa, pelanggaran dan kesalahan (Shihab, 2004: 135).

Salah satu akhlak mahmudah (terpuji) kepada Allah SWT adalahkhusnudzon (berbaik sangka atau berpikir positif) kepada-Nya.Allah adalah Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Allah mengasihi seluruh makhluk-Nya. Dia menganugerahkan rezeki kepada semua makhluk-Nya. Tidak peduli makhluk-Nya taat atau durhaka, muslim atau kafir. Bahkan, binatang dan tumbuh-tumbuhan pun dijamin rezekinya oleh Allah SWT :

Dan tidak ada suatu binatang melata pun  di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya.” (Q.S. Hud: 6).

Seringkali ketika kita mengalami suatu kesulitan dalam hidup, kita berpikir negatif kepada Allah SWT. Kita berpikir bahwa Allah SWT tidak sayang kepada kita. Padahal, dengan cobaan kesulitan tersebut, justru Allah SWT menghendaki kebaikan bagi diri kita. Allah SWT hendak mendidik dan menempa kita agar menjadi manusia yangunggul. Selain itu, dibalik cobaan tersebut Allah SWT telah menyiapkan karunia yang besar bagi kita ketika lulus dari cobaan. 

Jadi, sungguh tidak ada alasan apa pun bagi kita untuk berpikir negatif kepada Allah SWT. Sebab, selain merupakan akhlak mazmumah(tercela) di hadapan Allah SWT, juga merugikan diri sendiri. Berpikir negatif kepada Allah SWT, selain berbuah dosa besar, juga akan membuat kita menjadi pesimis,kehilangan harapan dan putus asa (El-Bantani, 2010: 78-79).

Kita harus yakin bahwa segala ketentuan Allah SWT adalah yang terbaik. Kuncinya, berpikir positif terhadap ketentuan Allah SWT. Sebab, boleh jadi apa yang menurut kita baik, sebenarnya tidak baik bagi kita. Sebaliknya, boleh jadi apa yang menurut kita tidak  baik, sebenarnya baik bagi kita:

Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 216)

Islam telah menaruh perhatian besar akan perkembangan berpikir manusia dengan menyerukannya untuk mengamati semua yang ada di langit dan di bumi, mengamati diri sendiri, mengamati semua makhluk-Nya, sebagaimana Allah SWT berfirman :

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah  Kami dari siksa neraka.” (Q.S. Ali Imron: 190-191).

Allah menjelaskan pentingnya proses berpikir dalam kehidupan manusia. Juga menjelaskan bagaimana Dia mengangkat  derajat dan nilai orang-orang yang mempergunakan akal dan pikirannya, sebagaimana firman Allah SWT :

Katakanlah; Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (Q.S. Az-Zumar: 9).

Rasulullah juga menjelaskan keutamaan berpikir dengan menyeru manusia untuk memikirkan ayat-ayat Al-Qur’an dan juga merenungkan semua penciptaan-Nya, sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda :

Berpikir selama sejam lamanya lebih baik dari pada beribadah selama setahun.” (HR. Abu Hurairah).

3. Ciri-ciri orang yang berpikiran positif

a. Beriman kepada Allah.

Yakni tawakal kepada-Nya dan meminta pertolongan kepada-Nya di setiap waktu. Allah SWT berfirman,

Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka tawakallah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tawakal kepada-Nya.” (Q.S. Ali Imron: 159).

b. Bernilai luhur.

Jujur, amanah, menyukai kebaikan, pemaaf. Sebesar apapun pengaruh godaan, ia akan selalu menjauh dari perilaku negatif, seperti bohong, menggunjing, iri hati, mengadu domba, memfitnah, syirik, serta yang membahayakan kesehatan dan menjauhkan dari Allah.

c. Selalu mencari jalan keluar dari berbagai masalah.

Tetap fokus pada sesuatu yang diinginkan. Ia mengetahui bahwa segala masalah pasti ada jalan keluarnya.

d. Tidak membiarkan masalah dan kesulitan mempengaruhi kehidupannya.

Ia mensikapi masalah dengan wajar dan tidak berlebihan. Karena itu, hidupnya menyenangkan dan selalu dapat menemukan jalan keluar dari masalah yang dihadapi.

e. Pandai bergaul dan suka membantu orang lain.

Suka bergaul dengan siapa saja dan ia dekat di hati siapa saja. Ia menghormati, mencintai dan suka membantu sesama. Tangannya selalu terulur untuk membantu siapa saja (Hamzah, 2010: 76).

4. Manfaat berpikir positif

a. Berpikir positif membebaskan diri dari pengaruh setan.

Dalam pandangan agama, pikiran-pikiran negatif yang terlintas dalam pikiran kita merupakan bisikan-bisikan setan. Setan selalu menggoda manusia dengan berbagai cara. Salah satunya dengan  mengacaukan pikiran manusia. Ketika pikiran seseorang telah berhasil dikacaukan oleh setan, efeknya sangat negatif.

Seseorang tidak mampu lagi berpikir dengan akal sehatnya sehingga lepas kontrol atau kendali akan dirinya. Perkosaan, perkelahian, pembunuhan, minum-minuman keras, sampai pada bunuh diri. Allah melarang kita berpikiran negatif sebagaimana firman-Nya :

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.” (Q.S. al- Hujurat: 12).

Berpikiran negatif itu sesuatu hal yang belum tentukebenarannya, maka dari itu Allah melarang hambanya dari berpikiran negatif. Dengan berpikiran positif maka tidak ada celah untuk setan masuk dan mempengaruhi kita. Allah SWT berfirman :

Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan Maka berlindunglah kepada Allah.” (Q.S. Al-A’raf: 200).

b. Berpikir positif menyehatkan tubuh.

Pikiran sangat berpengaruh pada kesehatan fisik. Banyak penyakit fisik yang berawal dari pikiran. Ketika kita memasukkan pikiran-pikiran negatif ke otak maka akan menimbulkan emosi (perasaan) negatif. Kemudian, emosi-emosi negatif tersebut melepaskan hormon-hormon di dalam tubuh yang dapat menyebabkan munculnya penyakit.

Para peneliti asal Inggris telah melakukan penelitian yang membuktikan adanya hubungan antara emosi-emosi negatif dengan tekanan darah tinggi, penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) dan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan  sistem kekebalan tubuh. Oleh karena itu, pastikanlah kita selalu berpikir positif sehingga menimbulkan emosi positif yang akan melepaskan hormon-hormon positif di dalam tubuh. Dengan begitu sistem kekebalan tubuh kita akan kuat dan sehat.

c. Berpikir positif menumbuhkan ketenangan jiwa.

Kunci hidup tenang dan damai ada pada pikiran kita. Peristiwa dan masalah apa pun yang kita alami dalam kehidupan, tidak akan membuat gusar dan cemas jika disikapi dengan sikap dan pikiran positif. Ketidak-mampuan kita dalam mengendalikan pikiranlah yang menimbulkan respons tidak tepat dalam menghadapi dan menyikapi suatu hal. Akibatnya, kita tidak merasakan ketenangan dalam hidup ini. Jadi, kuncinya ada pada pengendalian pikiran kita. Pikiran positif akan menimbulkan emosi atau perasaan positif. Sedangkan, pikiran negatif akan menimbulkan emosi atau perasaan negatif.

Ketika kita merespons setiap peristiwa yang dialami atau masalah yang muncul dalam kehidupan dengan pikiran negatif, secara otomatis akan menimbulkan emosi negatif. Efek selanjutnya, kita tidak akan merasakan ketenangan jiwa. Sebaliknya, ketika kita merespons setiap peristiwa yang dialami atau masalah yang muncul dalam kehidupan kita dengan pikiran positif, secara otomatis pula akan menimbulkan emosi jiwa yang positif. Efek selanjutnya, kita akan merasakan ketenangan jiwa.

d. Berpikir positif mendatangkan kebahagiaan.

Rahasia kebahagiaan terletak pada diri kita sendiri. Lebih tepatnya lagi, ada pada pikiran kita. Ketika kita memutuskan untuk bahagia dengan kondisi apa pun, kita akan merasa bahagia. Bahkan saat sakit atau sedang kesusahan sekalipun. Jika pikiran tetap berpikir dan memutuskan bahwa kita orang yang bahagia, kita akan merasa bahagia. Apa yang ada dalam pikiran, itulah yang direspons oleh perasaan kita.

Jika yang ada dalam pikiran kita adalah kebahagiaan, ketenangan, dan kedamaian maka perasaan kita juga akan merasakan hal yang sama. Efeknya, secara keseluruhan diri kita merasakan kebahagiaan, ketenangan, dan kedamaian. Dengan demikian, kebahagiaan bukan sesuatu yang sulit untuk diraih. Kebahagiaan merupakan fitrah manusia. Hanya kitalah yang mempersulit diri sehingga kebahagiaan menjadi sesuatu yang sulit untuk diraih. Sebagaimana Allah SWT berfirman :

Keduanya berkata: "Ya Tuhan Kami, Kami telah Menganiaya diri Kami sendiri, dan jika Engkau tidakmengampuni Kami dan memberi rahmat kepada Kami, niscaya pastilah Kami termasuk orang-orang yang merugi.” (Q.S. Al-A’raf: 23).

e. Berpikir positif meningkatkan kepercayaan diri.

Berpikir positif membuat kita mampu membangun motivasi dan harapan. Berpikir positif juga membuat kita mampu mengatasi keputusasaan. Dengan membiasakan diri berpikir positif, kita akan mampu menghargai diri sendiri dan merasa diri berharga. Kita juga akan merasa bahagia dengan diri kita. Pada akhirnya, kita akan mampu menarik hal-hal positif dan menolak hal-hal negatif.

Ketika kita berpikir positif, secara otomatis akan  mempengaruhi jiwa kita menjadi lebih optimis, imajinasi (daya khayal) kita menjadi lebih kreatif dan semangat kita menjadi semakin kuat. Halini akan membuat kita memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Kita tidak merasa minder untuk bergaul dan berinteraksi dengan siapa pun. Kita pun merasa mampu meraih apa yang dicita-citakan (El-Bantani, 2010: 177-178).



Sabtu, 10 Januari 2015


Jendral Soedirman; Santri Yang Menjadi Panglima Besar



Panglima Besar Jendral Soedirman merupakan salah satu tokoh penting yang pernah dimiliki negeri ini. Dia pejuang dan pemimpin teladan bangsa. Pribadinya teguh pada prinsip, keyakinan dan selalu mengedepankan kepentingan rakyat dan bangsa di atas kepentingan pribadinya.  

Jendral Soedirman lahir pada 1916 di desa Bodas, Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah. Sebelum memasuki dunia kemiliteran, Soedirman berlatar belakang guru HIS Muhammadiyah di Cilacap dan aktif kepanduan Hizbul Wathan. Sejarah mencatat, ketika berusia 31 tahun dia sudah menyandang pangkat jenderal. Meski saat itu menderita sakit paru-paru, tetapi dia terus bergerilya melawan penjajah.  Apa sesungguhnya yang membuat Sudirman memiliki keteguhan dan prinsip kuat dalam hidupnya sehingga dia memiliki nama harum di negeri ini?


“Soedirman mendapat didikan seorang ulama pada masanya. Inilah yang membuatnya memiliki keteguhan dalam berjuang. Meskipun dia menderita sakit paru-paru dan harus ditandu, tetapi semangat juangnya tinggi,” ujar H. Abdul Malik kepada saya di kediamannya di Palimanan, Cirebon.  

KH. Busyro Syuhada. Dikisahkan, sekitar 50 km dari Kota Purbalingga, ada seorang ulama bernama Kyai Haji Busyro Syuhada. Sang ulama memiliki sebuah pesantren di desa Binorong, Banjarnegara. Selain dikenal sebagai ulama, Kyai Busyro juga seorang pendekar pencak silat (ketika itu istilahnya pencak ragawi dan batin).  Sebagaimana umumnya pesantren, para santri diajarkan ilmu agama dan beladiri pencak. Pencak silatnya dikenal dengan nama Aliran Banjaran yang intinya memadukan ilmu batin dan ilmu dhohir. Dikemudian hari pencak silat yang dirintis Kyai Busyro Syuhada menjadi cikal bakal perguruan silat Tapak Suci Putera Muhammadiyah.  

Suatu hari, Soedirman berkunjung ke pesantren Kyai Busyro di Banjarnegara. Dia bermaksud silaturrahmi. Saat itu Soedirman masih menjalankan pekerjaan sebagai guru di Cilacap. Pada pertemuan itu, tiba-tiba saja Kyai Busyro menangkap suatu firasat saat berhadapan dengan Soedirman.   

“Kyai Busyro menyarankan agar Soedirman tinggal sementara waktu di pesantren. Dia ingin agar Soedirman mau menjadi muridnya. Kyai Busyro tidak menjelaskan alasan sesungguhnya,” ujar H. Abdul Malik.  

Tentu saja Soedirman terkejut mendengar saran Kyai Busyro Syuhada. Tetapi dia menyambut dengan antusias. Bagaimanapun juga, saran dan nasehat seorang ulama tentu baik dan pasti ada alasan-alasan khusus yang tidak dapat diungkapkan.  

Selanjutnya Soedirman nyantri di pesantren asuhan Kyai Busyro Syuhada. Saat itu usia Soedirmansekitar 25 tahun. Selama menjadi santri, Soedirman diperlakukan khusus oleh Kyai Busyro. Bahkan terkesan diistimewakan. Semua keperluan Sudirman menyangkut urusan apa saja, termasuk urusan makan dan minum selalu disiapkan.  

Kyai Busyro sengaja menyediakan seorang pelayan khusus untuk murid spesialnya itu. Pelayan itu masih keponakan Kyai Busyro sendiri yang bernama Amrullah. Saat itu usia Amrullah lebih muda 5 tahun dibandingkan Soedirman. Amrullah adalah ayah kandung Abdul Malik.  

“Ayah saya menceritakan seputar bagaimana Kyai Busyro menggembleng Soedirman. Di lingkungan keluarga besar kami, kisah ini sebenarnya sudah umum diketahui, ”kata Abdul Malik.  

Menurutnya, gemblengan terhadap Soedirman sepintas memiliki kemiripan pola didikan silat dalam film Mandarin, seperti: Shaolin Temple. Murid dilatih ilmu silat dan juga disuruh melakukan olahraga yang menguras fisik. Namun demikian, Soedirman diharuskan berpuasa dan saat tengah malam melakukan shalat sunnah secara rutin.  

“Bagaimana sebenarnya bentuk didikan secara fisik?” Tanya saya. 
“Salah satu cerita yang pernah saya dengar, meskipun dalam keadaan berpuasa, Soedirman diperintahkan melakukan pekerjaan keras memotong beberapa pohon yang ada di dekat pesantren. Batang-batang pohon itu kemudian diseretnya. Lalu dimasukkan ke dalam kolam atau empang. Pekerjaan itu dilakukan sendirian tanpa dibantu siapapun. Setelah matahari terbenam, batang pohon itu harus dikeluarkan lagi dari kolam,” Jawab Abdul Malik.  

Abdul Malik menambahkan, saat Soedirman berbuka puasa dan sahur, Amrullah bertugas menyediakan makanan dan minuman.  Di samping itu, Kyai Busyro juga memberi amalan zikir atau hizib khusus kepada Soedirman untuk dibaca setiap harinya. Secara hampir bersamaan, hizib ini juga diamalkan Amrullah (kelak Amrullah menjadi ulama di Wonosobo, Jawa Tengah).  

Pada tahun 1942, Kyai Busyro meninggal dunia. Melihat kenyataan itu, Soedirman memutuskan kembali ke kampung halamannya di Purbalingga. Namun tidak berapa lama kemudian balatentara Jepang mulai menjajah Indonesia.  

Seolah sudah menjadi takdirnya, Soedirman segera mengikuti pendidikan militer di Bogor bergabung dengan tentara PETA (Pembela Tanah Air). Begitu tamat pendidikan, Soedirman menjadi Komandan Batalyon di Kroya, Jawa Tengah. Sesudah TKR (Tentara Keamanan Rakyat) terbentuk, Soedirman diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas.  

Pada puncaknya, Soedirman menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI pertama dan termuda) hingga beliau wafat pada 29 Januari 1950. Tahun 1997 ia dianugerahi gelar Jendral Besar Anumerta dengan bintang lima, pangkat dalam militer yang hanya dimiliki oleh tiga jendral di Indonesia.

“Apa yang saya katakan tadi hanya sepenggal cerita saja. Sebenarnya kisah gemblengan Kyai Busyro kepada Soedirman cukup banyak. Tetapi intinya, Soedirman mendapat bimbingan khusus dari seorang ulama pada masanya. Inilah yang membuatnya berhasil menjadi pemimpin,” ujar Abdul Malik.


Jumat, 09 Januari 2015

DOA  PENENANG HATI


Jika hati kita dirundung berbagai masalah dan bermacam-macam pikiran, baik itu masalah pribadi, keluarga, pekerjaan dan apapun penyebabnya, sudah  pastilah suasana hidup juga terasa tidak mengasyikan karena keadaan hati yang tidak mendukungnya. Agar hati menjadi tenang dan hidup tidak galau bacalah doa sesuai yang diajarkan Rasulullah saw.


اَللَّهُمَّ إِنِّيْ عَبْدُكَ، ابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِيْ، وَنُوْرَ صَدْرِيْ، وَجَلاَءَ حُزْنِيْ، وَذَهَابَ هَمِّيْ

Allahumma inni 'abduka, ibnu 'abdika, ibnu umatika nashiyati biyadika, madhin fi hukmuka, 'adlun fi qadla-uka, as-aluka bikulli ismin, huwa laka, sammaitu bihi nafsaka, au anzaltahu fi kitabika, au 'alamtahu ahadan min kholkika, awis ta'tsarta bihi fi 'ilmil ghoibi 'indaka, an taj'alal qur'an robii'a qolbi wa nuura shadri, wa jala-a huzni, dzihaba hammi.

"Ya Allah! Sesungguhnya aku ada-lah hambaMu, anak hambaMu (Adam) dan anak hamba perempuanMu (Hawa). Ubun-ubunku di tanganMu, keputusan-Mu berlaku padaku, qadhaMu kepadaku adalah adil. Aku mohon kepadaMu dengan setiap nama (baik) yang telah Engkau gunakan untuk diriMu, yang Engkau turunkan dalam kitabMu, Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhlukMu atau yang Engkau khusus-kan untuk diriMu dalam ilmu ghaib di sisiMu, hendaknya Engkau jadikan Al-Qur’an sebagai penenteram hatiku, cahaya di dadaku, pelenyap duka dan kesedihanku." (HR. Ahmad)


Rabu, 07 Januari 2015

PESAN ALLOH SWT  KEPADA MANUSIA
SEMBAHLAH AKU (ALLOH SWT)


Dalam   pencarian makna hidup berbagai pikiran yang berkembang dalam diri manusia, pertanyaan mendasar yang timbul untuk apakah Tuhan menciptakan kita karena tidak pernah meminta dan tidak pernah memaksa kepada Tuhan agar Dia menciptakan kita tiba tiba saja kita sudah terlahir didunia. Pertanyaan berikutnya kenapa Tuhan repot repot menciptakan manusia padahal para malaikat sudah protes keras karena dia tahu manusia didunia hanya bikin masalah saja dan pertumpahan darah dimuka bumi sampai menyatakan bahwa mereka yang setia memujinya apa belum cukup. Namun Tuhan tetap dengan rencananya menciptakan manusia seraya mengatakan hakekatnya ada atau tidak ada manusia Dia tetap maha suci dan maha besar dan Dia tidak butuh pujian manusia tetapi manusialah yang butuh memujinya.
          Begitulah dialog antara Tuhan dan malaikat yang akhirnya dengan ilmu Tuhan yang maha mengetahui maka terciptalah manusia di muka bumi yang mendiami berbagai benua saat yaitu Amerika, Eropa, Afrika, Asia dengan jumlah penduduk yang mencapai milyaran kalau tidak salah sudah mencapai angka tujuh milyar. Tentu manusia dimuka bumi sangat beragam mulai dari etnis, bahasa, warna kulit, warna mata sampai dengan adat istiadat. Tuhan memang maha pencipta karena bila kita ke Jepang ditemukan penduduknya postur pendek, jalan cepat, berbahasa Jepang, di Eropa ada orang Inggris tinggi besar bahasa Inggris, di Afrika orangnya kulit hitam gigi putih yang bahasanya kita ngak bakalan ngerti dan banyak lagi.
Lantas berbagai suku bangsa yang hidup diberbagai benua tersebut dalam hidup dan kehidupannya menurut Allah tugasnya hanya satu yaitu beribadah kepada Allah sebagaimana firmannya ”
 Diciptakan jin dan manusia tiada lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah…Qs.adzdzaariyaat(51): 56 “.
Dengan kata lain manusia yang diciptakan dengan sangat sempurna sehingga mampu berkembang, berpikir, bergerak, berkata,melihat dan merasakan sesuatu dalam hati tidak pernah sekalipun Allah menuntut imbalan walau sekecil apapun. Namun Allah mengatakan setelah engkau tercipta manusia tugas mu hanya satu saja yaitu beribadah kepada ku. Beribadah punya dimensi luas melakukan sholat adalah ibadah untuk menyembahnya, setelah sholat juga kita dituntut beribadah seperti menjaga silaturahmi, memakmurkan masyarakat dan seterussnya. Persoalannya apakah setiap perkerjaan yang kita lakukan bernilai ibadah, belum tentu karena sangat tergantung dengan niatnya (nawaitu) bila karena Allah maka bernilai ibadah bila diluar karena Allah maka bukan bernilai ibadah, makanya bila bekerja mencari nafkah prinsipnya bukan cari duit tetapi niatkan ibadah maka akan menjadi amal soleh disisi Allah tetapi kalau niatnya hanya cari harta dunia saja tanpa niatan karena Allah maka menjadi bukan ibadah disisNya.
Kadang orientasi manusia hidup di dunia ini mudah terpengaruh dan berubah seiring keadaan, interaksi maupun sejarah-sejarah yang menyertai hidupnya. Persoalan hari akhir, persoalan ibadah, persoalan persiapan bekal kelak berupa amalan kebaikan sering dilupakan. Hidup satu kali, kesempatan hanya sekali untuk berbuat baik di alam dunia. Kelak kita semua tinggal menikmati hasilnya baik itu baik maupun buruk tergantung manusia dalam kehidupannya.
Jadi hati hatilah dalam hidup dengan senantiasa berusaha melakukan sesuatu karena Allah bukan karena yang lain agar hidup kita dimulyakan disisiNya bukan sebaliknya dan diakhirat kelak kita membuktikan kualitas ibadah karena Allah dengan mendapat amalan yang baik.


Senin, 05 Januari 2015

MAUT DISEKITAR KITA


Percaya atau tidak  hidup manusia itu tidak aman. Perasaaan was-was hanya akan didapati manusia dimanapun tempatnya. Sejauh-jauh bangau terbang pulangnya pasti ke kandang, ungkapan ini mewakili akan hakikat kehidupan manusia yg segalanya berujung pada kematian.
Maut yg manusia enggan mengenalnya bahkan terkesan membencinya adalah tamu yg bagaimanapun akan datang menemui manusia dengan pasti.
Maut akan menjemput ruh manusia yg sejatinya adalah milik Allah SwT.
Bagaimanapun hakikat maut semua tergantung pada iman dan amal masing-masing, bila baik maka maut akan menjadi berita gembira bagi pemiliknya tapi bila buruk maka akan menjadi petaka yg abadi buat pemiliknya.
Wahai saudaraku, siapkan bekal dan solusinya.
Maut jauh lebih mengerikan daripada petir, ia secara pasti akan menyambar nyawa siapapun, di ruang, tempat dan kondisi yg tiada bisa terhalang, ia merupakan jatah dari setiap yg bernyawa tanpa bisa di tawar apalagi di suap, ia menjemput dengan tiada peduli manusia siap ataupun tidak, ia kan tetap bersikeras menyeret mangsanya ke liang kubur.
Maut bersama malaikat mencabut ruh, membuat tubuh merasakan sekarat dan sakit yg tiada tara sampai mata terbelalak melepas perpisahan jiwa dan raga.
Meski kematian sering terjadi di sekitar kita dan kita ikut terlibat dalam prosesinya tapi pelajaran yg semestinya di ambil sering terbuang percuma, alangkah jahil dan bodohnya hati yg tidak bisa bergetar dan diri yg tidak memiliki kewaspadaan bahwasanya maut tak lepas mengintai kita pula di setiap ruang, waktu bahkan kerdipanmata.
Seolah kata maut tak beranonim dan diri mengira hidup akan abadi hingga tanpa di sadari tau-tau maut telah melempar kita ke liang kubur. Disaat itulah banyak manusia yang tersadar belum cukup bekal ibadahnya.
Saat itulah penyesalan yg tiada guna datang menghampiri kita, kita yang selama hidup selalu lalai, terduduk dalam tangis yg tiada tepermanai, maka sudah sepantasnya kita selalu ingat akan sabda Nabi suci Muhammad Saaw: Aktsiruu dzikro hadimil-ladzat, almaut, perbanyaklah mengingat sang pemutus segala kelezatan hidup ya’ni maut, agar diri senantiasa sadar akan segala kesementaraan hidup ini.
Banyak sekali cerita yang kita dengar cara orang meninggal yang bikin kaget keluarga yang tinggalkan meninggal secara tiba tiba tanpa melalui sakit. Akhir-akhir ini juga banyak bencana baik di darat, laut dan di udara. Mereka semua telah menjemput taqdir lewat malaikat maut Isroil. Agama Islam telah mengajarkan kepada kita agar tetap waspada, tetap berbuat baik tetap berada di rel kebaikan.
Kalau sudah begitu ajal tiba tanpa diduga dan maut selalu mengintai setiap saat, sungguhpun demikian banyak diantara kita yang lupa mengingat kematian dan merasa seolah akan hidup seribu tahun lagi, maka kita dianjurkan untuk “ zikrul maut atau selalu mengingat kematian ” supaya mampu mengontrol tindak tanduk kita didunia dan ada pesan Rasullullah bahwa bekerjalah kamu seolah olah kamu akan hidup selama lamanya dan beribdah kamu seolah oleh kamu akan mati besok pagi “

MAUT datang sebagai tamu yang tiba-tiba
Tidak banyak orang suka bicara kematian dengan berbagai alasan yang melantar belakangi. Ada yang merasa takut bicara kematian karena merasa belum siap, ada juga yang saat bicara kematian minta kalau bisa jangan mati dulu karena masih banyak tanggungjawab terhadap keluarga seperti anak masih kecil kecil, ada juga enggan bicara kematian karena merasa masih banyak melanggar perintah Tuhan dan belum banyak beramal saleh, bahkan ada yang mengatakan jangan dululah kalau bisa karena masih banyak cita cita dalam hidup belum tercapai.
Tetapi kenyataannya ketika saat kematian telah tiba semua alasan yang dikemukan tersebut tidak ada artinya karena tidak mampu menahan ajal walau sesaat juga sebab janji harus ditepati waktu telah sampai tidak bisa dimajukan dan ditunda lagi. Dunia telah ditinggalkan beralih kepada alam selanjutnya yaitu alam abadi akhirat.Semoga kita selamat dunia dan akhirat.