InspirasI

Senin, 27 Oktober 2014

TENTANG  HARGA DIRI

Kehormatan dan harga diri adalah sesuatu yang harus dijaga dan tak boleh mati
Kehormatan adalah kesetiaan dalam menjalankan kebenaran
Kebenaran yang akhirnya melahirkan martabat
Dan martabatlah yang membuat segala menjadi terhormat
Harga diri adalah wujud dari keinginan untuk tetap terhormat
Terhormat beda dengan gila hormat
Terhormat adalah sebuah tindakan untuk menjaga martabat dengan melakukan tindakan berdasarkan asas kebenaran dan tatanan
Gila hormat adalah orang yang senantiasa ingin dihormati padahal tidak melakukan hal yang bermartabat
Tidak melakukan tindakan yang benar
Yang tidak membuat dirinya terhormat
Tapi ingin diperlakukan layaknya orang terhormat
Terhormat adalah sikap yang diterima
Sebuah timbal balik
Dari tindakan menghargai orang lain dengan baik
Siapapun itu
Bukan karena jabatan dan kekuasaan dan kekayaan
Tetapi karena penghargaan sebagai sesama manusia
Harga diri adalah sikap yang muncul karena usahanya untuk menjaga kehormatannya
Ditandai dengan berusaha berdiri di kaki sendiri
Makan
Berjalan
Bekerja
Semua dikerjakan semampunya
Tidak tergantung dengan orang lain
Hingga harga diri yang kadang-kadang salah kaprah dengan kesombongan karena yang muncul adalah “aku”, keakuan
Dan bukan karena menjaga kehormatan
Karena saya yang ingin diakui
Karena ingin menunjukkan siapa saya
Niat dalam menjalankan kebenaran karena ketulusan dan bukan untuk sebuah pujian ataupun pamrih
Untuk dilihat
Untuk dielu-elukan
Sulitnya menjaga ketulusan
Karena si aku senantiasa merasuk sampai ke dalam sanubari untuk di”aku”i
Kesombongan adalah sikap yang muncul karena ketika dirinya terhormat
Dirinya berharga diri tinggi
Dan akhirnya merasa lebih dari yang lainnya
Tekanan kesombongan adalah perasaan “merasa”
Merasa itu artinya belum tentu seperti yang dirasakan
Kesombongan itu membawa kepada kehancuran
karena sikap merasa membuat tidak bisa melihat pada kebenaran yang hakiki
Hati hatilah
Karena kehormatan, harga diri, kesombongan adalah suatu rangkaian perilaku
Ketiganya adalah sebuah akibat dari perilaku
Tetapi jika melangkah dengan ketulusan
Tanpa pamrih
Rendah hati
Niat baik
Dan semua niat Ilahi taala
Insya Allah Tuhan merestui langkah kita
Dan kita tidak terjebak dalam kesombongan
Iksanlah
Maka martabatmu akan selalu terjaga

(Tuhan selalu melihat apa yang kita lakukan dimanapun dan kapanpun)


Kamis, 23 Oktober 2014

Introspeksi Diri atau Bermuhasabah




Hati adalah taman tempat merenung dari perjalanan panjang
Hati adalah taman tempat kita berdialog dengan suara yang jernih
Hati adalah taman tempat kita mendengar suara nurani
Hati taman tempat kita berteduh dan bernaung 
agar langkah berikutnya lebih tertuntun dengan hidayah Allah SWT
Maka, berteduh ditaman hati.
~ 'Aidh Al Qarni ~
        Tak terasa satu tahun akan segera berlalu, kini saatnya kita membuka tahun baru, tahun 1436 Hijriyah. Tentu kita berharap semoga di tahun ini kita akan menjadi lebih baik lagi, lebih produktif dalam beramal, lebih bersamangat dalam beribadah hingga kelak kita memang pantas menjadi penduduk Surga. 
Ingatlah sebuah pesan yang telah tersirat:  
"Jika hari ini sama dengan hari yang kemarin, maka kita adalah orang yang merugi. Jika hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka kita adalah orang yang celaka. Namun, jika hari ini kita lebih baik dari hari kemarin maka kitalah termasuk orang-orang yang mendapat keberuntungan."
        Mari kita jadikan hari demi hari, detik demi detik adalah langkah menuju kebaikan. Jangan sia-siakan hidup yang hanya sebentar dan sesaat saja ini. Kita takkan pernah tau kapan maut akan menjemput, kapan malaikat Izrail akan menyapa kita dan kapan kita akan berjumpa dengan Rabb kita. 
Introspeksi Diri
        Dengan memasuki  tahun baru Hijriah, kita akan memasuki 1 Muharram. Yang berarti kita akan meninggalkan tahun lalu, dan memasuki tahun baru , yakni tahun baru 1436 Hijriah. Penyambutan tahun baru ini tidak selayaknya seperti yang dilakukan orang-orang non Muslim saat merayakan tahun baru Masehi, tetapi merayakannya sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah SAW.
       Sekarang kita masih hidup, tetapi siapa tahu besok atau lusa atau minggu depan atau bulan depan atau tahun depan, kita akan mati. Sekarang kita masih dapat menikmati tahun baru Hijriah, tetapi siapa tahu tahun depan kita sudah tidak ada?.
        Berbahagialah bagi mereka yang memperoleh nikmat umur yang panjang dan mengisinya dengan amalan-amalan yang baik dan perbuatan-perbuatan yang bijak. Rasulullah SAW bersabda : “Sebaik-baik manusia adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalannya (HR Ahmad)
        Dalam menyambut tahun baru Hijriah, sangat penting bagi kita untuk berkaca diri, menilai dan menimbang amalan-amalan yang telah kita perbuat dan dosa atau maksiat yang telah kita kerjakan. Penilaian ini bukan hanya untuk mengetahui seberapa besar perbuatan amal atau dosa kita, tapi agar tahun mendatang lebih baik dengan memperbanyak ibadah dan amal saleh serta mengurangi perbuatan dosa dan amal salah.

Kisah Tentang Sahabat Umar bin Khatab tentang Umur Manusia
        Adalah satu riwayat yang menceritakan tentang anak Umar bin Chatab, kembali pulang dari sekolahnya sambil menghitung tambalan-tambalan yang melekat di bajunya yang sudah usang dan jelek. Dengan rasa kasihan Umar sang Amirul Mukminin (Pemimpin Kaum Musliminn), sebagai ayahnya mengirim sepucuk surat kepada bendaharawan negara, yang isinya minta agar beliau diberi pinjaman uang sebanyak 4 dirham, dengan jaminan gajinya bulan depan supaya dipotong.
      Kemudian bendaharawan itu mengirim surat balasan kepada Umar, yang isinya demikian : “Wahai Umar, apakah engkau telah dapat memastikan bahwa engkau masih hidup sampai bulan depan?. Bagaimana kalau engkau mati sebelum melunasi hutangmu? Membaca surat bendaharawan itu, maka seketika itu juga Umar tersungkur menangis, lalu beliau menasehati anakanya dan berkata : “Wahai anakku, berangkatlah ke sekolah dengan baju usangmu itu sebagaimana biasanya, karna akau tidak dapat memperhatikan umurku walaupun untuk satu jam” Sungguh, batasan umur manusia tidak ada yang mengetahuinya, kecuali hanya Allah SWT semata.
       Oleh karena keterbatasan tersebut, dan karena rahasia Allah SWT semata, maka marilah kita pergunakan kesempatan hidup ini dengan meningkatkan taqwa kita kepada-Nya dan menambah semangat beramal ibadah yang lebih banyak lagi.
Bulan Muharram Termasuk Bulan Haram
        Bagaimanakah pandangan Islam mengenai awal tahun yang dimulai dengan bulan Muharram? Ketahuilah bulan Muharram adalah bulan yang teramat mulia, yang mungkin banyak di antara kita tidak mengetahuinya. Namun banyak di antara kaum Muslimin yang salah kaprah dalam menyambut bulan Muharram atau awal tahun. Silakan simak pembahasan berikut.
        Dalam agama ini, bulan Muharram, merupakan salah satu di antara empat bulan yang dinamakan bulan haram. Lihatlah firman Allah Ta’ala berikut.
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوام
      “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At Taubah: 36)
     Allah Ta’ala menjelaskan bahwa sejak penciptaan langit dan bumi, penciptaan malam dan siang, keduanya akan berputar di orbitnya. Allah pun menciptakan matahari, bulan dan bintang lalu menjadikan matahari dan bulan berputar pada orbitnya. Dari situ muncullah cahaya matahari dan juga rembulan. Sejak itu, Allah menjadikan satu tahun menjadi dua belas bulan sesuai dengan munculnya hilal. Satu tahun dalam syariat Islam dihitung berdasarkan perputaran dan munculnya bulan, bukan dihitung berdasarkan perputaran matahari .

Mengapa Disebut Bulan Haram
       Lalu kenapa bulan-bulan tersebut disebut bulan haram? Al Qodhi Abu Ya’larahimahullah mengatakan, “Dinamakan bulan haram karena dua makna.
       Pertama, pada bulan tersebut diharamkan berbagai pembunuhan. Orang-orang Jahiliyyah pun meyakini demikian.
        Kedua, pada bulan tersebut larangan untuk melakukan perbuatan haram lebih ditekankan daripada bulan yang lainnya karena mulianya bulan tersebut. Demikian pula pada saat itu sangatlah baik untuk melakukan amalan ketaatan
          Karena pada saat itu adalah waktu sangat baik untuk melakukan amalan ketaatan, sampai-sampai para salaf sangat suka untuk melakukan puasa pada bulan haram. Sufyan Ats Tsauri mengatakan, “Pada bulan-bulan haram, aku sangat senang berpuasa di dalamnya.”
          Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Allah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram, dianggap sebagai bulan suci, melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya akan lebih besar, dan amalan sholeh yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih banyak.
Bulan Muharram adalah Syahrullah (Bulan Allah)
          Suri tauladan dan panutan kita, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada syahrullah (bulan Allah) yaitu Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.
          Bulan Muharram betul-betul istimewa karena disebut syahrullah yaitu bulan Allah, dengan disandarkan pada lafazh jalalah Allah. Karena disandarkannya bulan ini pada lafazh jalalah Allah, inilah yang menunjukkan keagungan dan keistimewaannya.
         Perkataan yang sangat bagus dari As Zamakhsyari, kami nukil dari Faidhul Qodir (2/53), beliau rahimahullah mengatakan, “Bulan Muharram ini disebut syahrullah (bulan Allah), disandarkan pada lafazh jalalah ‘Allah’ untuk menunjukkan mulia dan agungnya bulan tersebut, sebagaimana pula kita menyebut ‘Baitullah’ (rumah Allah) atau ‘Alullah’ (keluarga Allah) ketika menyebut Quraisy. Penyandaran yang khusus di sini dan tidak kita temui pada bulan-bulan lainnya, ini menunjukkan adanya keutamaan pada bulan tersebut.
        Bulan Muharram inilah yang menggunakan nama Islami. Nama bulan ini sebelumnya adalah Shofar Al Awwal. Bulan lainnya masih menggunakan nama Jahiliyah.. Bulan ini adalah seutama-utamanya bulan untuk berpuasa penuh setelah bulan Ramadhan. Adapun melakukan puasa tathowwu’ (puasa sunnah) pada sebagian bulan, maka itu masih lebih utama daripada melakukan puasa sunnah pada sebagian hari seperti pada hari Arofah dan 10 Dzulhijah. Inilah yang disebutkan oleh Ibnu Rojab. Bulan Muharram memiliki keistimewaan demikian karena bulan ini adalah bulan pertama dalam setahun dan pembuka tahun.”

Selamat Datang Tahun Baru Hijriah 1436 H
Semoga hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini


Senin, 20 Oktober 2014

Selamat Datang Pemimpin Baru



            Akhirnya semua lapisan masyarakat Indonesia harus mengakui tentang Presiden baru Indonesia ke 7 yaitu Ir. Jokowidodo berpasangan dengan Jusuf Kalla. Semua orang harus bersatu setelah sekian lama terpecah, terkotak-kotak antara pendukung Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK.Sebagai rakyat biasa tentu saya berharap suasana kondusip, aman terus di Negara kita ini. Suhu politik yang memuncak sejak masa-masa kampanye dahulu perlahan dan pasti mulai menurun menjadi suhu yang sejuk. Jokowi akhirnya mau menemui para petinggi partai Pro Prabowo yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih. Akhirnya semuanya melepas ego masing-masing dan kembali fokus ke depan kepada Persatuan dan Kesatuan bangsa Indonesia. Capres terpilih Joko Widodo (Jokowi) merangkul jajaran parlemen dengan cara menggelar pertemuan dengan Ketua DPR Setya Novanto, Ketua MPR Zulkifli Hasan, dan Ketua DPD Irman Gusman di Hotel Hermitage, Menteng, Jakarta Selatan.Pertemuan tertutup tersebut direspon baik oleh berbagai pihak. Ketua MPR Zulkifli Hasan menjamin tidak akan ada yang mengganggu pelantikan presiden dan wakil presiden. Pertemuan antara Jokowi dengan para Pimpinan Senayan ditujukan untuk menghilangkan keraguan masyarakat soal hubungan antara pemerintah dan parlemen yang diprediksi akan tidak baik nantinya.
Demikian halnya Ketua DPR Setya Novanto juga memastikan bahwa persiapan jelang pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla terus dilakukan.  DPR/MPR terus berkoordinasi dengan berbagai pihak demi kelancaran acara tersebut. Politikus Partai Golkar ini juga menjadim tidak akan ada rencana pemakzulan atau penolakan pelantikan Jokowi-JK, karena segala persiapan telah dilakukan.
Ketua MPR Zulfikli Hasan, menyatakan bahwa agenda pelantikan Jokowi-JK sebagai Presoden dan Wakil Presiden harus sukses, karena momen ini akan menjadi wajah Indonesia dimata dunia internasional, pada khususnya dan dimata masyarakat Indonesia sendiri pada umumnya.
Yang tidak kalah penting adalah pertemuan Jokowi dan Prabowo. Mantan rival di pilpres yang sempat bersetru sampai MK. Namun prabowo dengan kerendahan hati mau mengakui dan akhirnya berjanji akan datang untuk pelantikan Jokowi JK hari ini. Sungguh seorang ksatria bila Prabowo mau membuktikan kata-katanya hadir dan mengakui Jokowi-JK sebagai presiden terpilih. 
Jokowi-Prabowo mengingatkan kepada Pertemuan Presiden Sukarno dan Jenderal Soedirman.




Kisah pertemuan Prabowo dan Jokowi ini mengingatkan kita kepada  pertemuan Presiden Soekarno Jenderal Soedirman. Kedua pemimpin besar ini sempat berbeda pendapat saat menghadapi agresi militer Belanda 18 Desember 1948.

      Menit-menit saat negara genting akibat serangan Belanda, Panglima TNI Jenderal Soedirman menemui Presiden Soekarno . 
Soedirman meminta Soekarno ikut gerilya, sementara Soekarno bersikeras tetap tinggal untuk selanjutnya berjuang melalui jalan diplomasi. Soedirman berpendapat Belanda sudah ingkar janji, tak ada gunanya diplomasi. 
Sementara Soekarno yakin hanya dengan jalan diplomasi Indonesia bisa mendapat dukungan internasional guna menekan Belanda.
Pimpinan sipil dan militer bertolak belakang. 
Soekarno-Hatta segera ditangkap oleh pasukan baret hijau Belanda sementara Soedirman memimpin perlawanan dari atas tandu, karena sakit paru-paru.
Jenderal Soedirman kecewa dengan keputusan Soekarno-Hatta yang memilih menyerah daripada ikut gerilya. Dengan tabah TNI melakukan perang gerilya melawan Belanda.
Soedirman pun tak percaya dengan perundingan Roem-Roijen yang ditandatangani 7 Mei 1949 oleh delegasi Republik Indonesia dan Belanda.
Dia tersinggung saat Mohammad Roem sebagai ketua delegasi Republik, tak lagi menyebut TNI melainkan hanya 'kesatuan bersenjata atau pengikut Republik yang bersenjata'.Soedirman marah. Buat apa TNI terus bergerilya membuktikan Republik Indonesia dan TNI masih ada, kalau dengan mudah pemerintah tak mengakui mereka? Bukankah Serangan Umum 1 Maret 1949 telah membuktikan kepada dunia bahwa TNI masih ada dan terorganisir, bukan hanya perampok bersenjata seperti tuduhan Belanda?
Menyebut pengikut bersenjata berarti mendukung propaganda Belanda yang menyebut TNI sudah hancur dan tinggal menyisakan gerombolan bersenjata yang sudah tak teratur.
TNI merasa dikorbankan untuk kepentingan politik. Mereka yakin ini hanya akal-akalan Belanda. Apalagi hasil perundingan Roem-Roijen menyebutkan TNI harus menghentikan aktivitas gerilya.
TNI merasa posisi Belanda sudah terjepit. Keputusan ini jelas merugikan TNI. Sudah menjadi kebiasaan Belanda minta berunding jika sudah terdesak. Lalu jika sudah menyusun kekuatan mereka akan menyerang kembali.
Bukankah sudah dua kali Belanda melanggar perjanjian Linggarjati dan Renville? TNI tak mau dibodohi untuk ketiga kalinya.
Pertentangan Soekarno dan Soedirman makin tajam. 
          Soekarno sampai menulis surat pribadi dengan nada penuh hormat pada Jenderal Soedirman. Menyebut Soedirman dengan panggilan yang mulia dan meminta Soedirman turun dari hutan dan kembali ke Yogya. Surat itu kemudian diantarkan oleh Overste Soeharto.Walau berat hati Soedirman akhirnya kembali ke Yogyakarta. Pimpinan militer harus tunduk pada keputusan presidennya. Dia memenuhi panggilan Presiden Soekarno tanggal 10 Juli 1949.
Pertentangan terjadi, apakah langsung memeriksa barisan kehormatan, atau ke istana menemui Presiden Soekarno dan Wapres Mohammad Hatta yang sudah dibebaskan Belanda.
         Kolonel TB Simatupang yang punya ide meminta Soedirman lebih dulu mampir ke istana. Momen ini penting artinya, pertemuan keduanya seakan menghapus perbedaan pendapat antara pemimpin sipil dan militer. Jika tak menemui Soekarno, tentu rakyat akan bertanya-tanya.
Soedirman cukup lama terdiam. Lalu akhirnya mengangguk setuju.
"Saya segera lari ke istana memberi tahu bahwa sore hari nanti Pak Dirman ingin menghadap Presiden dan Wakil Presiden," kenang Simatupang.
Pertemuan itu sangat mengharukan. Di depan istana Presiden Yogyakarta, Soekarno merangkul Soedirman yang bermantel lusuh. Soekarno sempat mengulangi pelukannya karena saat pelukan pertama tidak ada yang memotret momen itu. Mata keduanya berkaca-kaca haru.
Inilah pertemuan pertama mereka sejak terakhir bertemu 19 Desember 1949 lalu.  Setelah melapor, Soekarno-Hatta menanyakan kabar Soedirman. Percakapan berlangsung dengan hangat.Baru setelah itu Soedirman memeriksa barisan kehormatan TNI yang sudah menunggunya. Pasukan TNI dengan seragam dan senjata seadanya berbaris rapi di depan panglima mereka.
Kali ini giliran mereka yang menangis haru melihat Soedirman dengan mantel lusuhnya.
Pelukan Bung Karno dan sikap legowo Pak Dirman mengakhiri pertentangan sipil dan militer
          Semoga dengan Pelantikan Presiden Hari ini tanggal 20 Oktober 2014 dapat membangun bangsa kea rah yang lebih baik. Saya berharap Bapak Jokowi-JK dapat menjaga NKRI ini sampai kapanpun. Selamat bertugas Bapak Jokowi –JK.



Sabtu, 18 Oktober 2014

PILIHANKU

Aku pernah memikirkan,
bahwa setiap manusia pasti ingin punya KEKASIH & TEMAN SEJATI...
Kekasih yang akan terus bersamanya, sehidup semati, dalam suka maupun duka.
Kebersamaan yang tak terpisahkan.
Namun sekarang aku memilih AMAL SHALEH sebagai kekasihku.
Karena ternyata hanya amal shaleh yang terus mau menemaniku,
sekalipun aku masuk ke dalam kuburku….
Aku pernah sangat KAGUM pada manusia cerdas, manusia yang kaya sekali,
manusia yang berhasil dalam karir hidup dan hebat dunianya.
Sekarang aku memilih mengganti kriteria kekagumanku,
aku kagum dengan manusia yang hebat di mata Allah.
Manusia yang sanggup taat dan bertaqwa kepada Allah,
sekalipun kadang penampilannya begitu bersahaja……
Dulu aku memilih MARAH karena merasa harga diriku dijatuhkan,
ketika orang lain berlaku zhalim kepadaku atau menggunjingku,
menyakitiku dengan kalimat-kalimat sindiran.
Sekarang aku memilih BERSYUKUR dan berterima kasih,
karena ku yakin ada transfer pahala dari mereka..
ketika aku mampu memaafkan dan bersabar….
 Aku dulu memilih, MENGEJAR dunia dan menumpuknya sebisaku..
ternyata aku sadari kebutuhanku hanya makan dan minum untuk hari ini
dan bagaimana cara membuangnya dari perutku.
Sekarang aku memilih BERSYUKUR dg apa yg ada…
 dan memilih bagaimana aku bisa mengisi waktuku hari ini, dengan penuh makna…
dan bermanfaat untuk sesama.
Aku dulu berfikir bahwa aku bisa MEMBAHAGIAKAN orangtuaku,
saudara dan teman-temanku nanti kalau aku berhasil dengan duniaku…
ternyata yang membuat kebanyakan mereka bahagia bukan itu..
melainkan karena sikap, tingkah dan sapaku….
Aku memilih membuat mereka bahagia sekarang dengan apa yang ada padaku...
 Dulu aku memilih untuk membuat RENCANA-RENCANA dahsyat untuk duniaku,
ternyata aku menjumpai teman dan saudara-saudaraku begitu cepat menghadap kepada-Nya.
Tak ada yang bisa menjamin aku besok bertemu matahari.
Tak ada yang bisa memberikan garansi aku masih bisa menghirup nafas keesokan hari.
Sekarang aku memilih memasukan dalam rencana-rencana besarku,
yang paling utama adalah agar aku selalu SIAP menghadap kepada-Nya…
Ya Allah berilah selalu petunjuk ketika aku MEMILIH…
Ya Allah berkahillah dan luruskanlah selalu langkah-langkahku…..
 Allohumma laa sahlan illa maa ja'altahu sahlan wa anta taj' alul hazna adza syi'ta sahlan..
Robbana atinaa fiddunya khasanah wafil akhirati khasanah wakina adza bannar.. amiin


Hari Kemarin, Sekarang dan  Esok Hari

Hari Kemarin, Sekarang dan  Esok Hari…
Menatap hari dengan penuh semangat..
Merangkai asa yang sempat merayap..
Membangun percayadiri yang semakin berdikari..
Merajut cita menjadi untuk Yang Maha Cinta..
Hidup penuh arti, maka jangan disia-siakan hanya karena sesuatu yang pernah tersakiti..
Hari kemarin adalah sejarah, hari ini adalah kenyataan dan hari esok adalah suatu impian..
Jadikan hari kemarin hanya sejarah yang dapat diambil hikmahnya, tanpa membawa ke hari ini atupun hari esok..
Jadikan hari esok menjadi hari yang penuh dengan harapan besar untuk menjadi yang lebih baik..
Dan jadikan hari ini menjadi hari terbaik untuk diukir, karena boleh jadi hari esok tak jumpa lagi..
Pemimpin besar adalah mereka yang memiliki cita-cita/mimpi yang besar..
Untuk mencapai sesuatu yang besar, pastinya membutuhkan usaha yang besar..
Bukankah dalam ilmu fisika, usaha sebanding dengan perkalian dot gaya dan perpindahan?
Artinya semakin besar kita memberikan gaya pada diri untuk bergerak dengan perpindahan yang besar tanpa kembali ke posisi awal, maka usaha yang dihasilkan pun akan besar..
Melihat  kedepan,, dan jadikan kisah-kisah kemarin sebagai pelajaran dalam menghadapi tantangan hidup selanjutnya..
Semangat menjadi pribadi yang lebih baik….
Penentu masa depan adalah diri sendiri..
Jadikan setiap kisah lalu menjadi untaian hikmah, kisah hari ini menjadi ukiran terindah dan hari esok menjadi catatan harapan baru yang unik yang akan kita miliki…
     Semoga pergantian pemimpin baru di Republik ini menjadi awal yang baik menjadi bangsa yang maju ke depannya.


Rabu, 15 Oktober 2014


PERCAKAPAN, SHALAT FARDLU, TARAWIH DAN IED
YANG SALING IRI


     Jika seandainya shalat fardlu, shalat tarawih, dan shalat ied itu berwujud orang, mungkin akan terjadi dialog kecemburuan diantara mereka. Sekali lagi, ini adalah pengandaian saja. Pengandaian dari seorang yang belum siap diminta pertanggungjawaban secara ilmiah. Semoga untuk hal ini aku tidak dicap sebagai orang sesat apalagi kafir.
Shalat fardlu: “Saya iri dengan kalian, wahai shalat tarawih dan shalat ied.”
Shalat tarawih: “Kenapa iri? Memang ada apa dengan diri kami?
Shalat ied: “Iya, apa ada yang salah dengan kami?”
Shalat fardlu: “Tidak ada yang salah dari kalian. Justru aku iri kepada kalian karena kalian memiliki kelebihan dibandingkan dengan diriku.”
Shalat tarawih: “Memangnya kelebihan kami berdua apa?”
Shalat fardlu: “Orang-orang rela berbondong-bondong ke masjid hanya untuk melaksanakan shalat tarawih dan shalat ied. Apalagi ketika orang shalat iedul fitri, biasanya mereka shalat dengan menggunakan baju baru, celana baru, sandal baru. Pokoknya serba baru dan jamaahnya pasti rame dimasjid. Sedangkan aku, orang-orang lebih senang melaksanakan shalat fardlu dirumah, bahkan banyak diantaranya yang lebih senang shalat fardlu sendiri gak berjamaah. Hal ini akan kelihatan sekali ketika bulan ramadhan. Orang-orang yang shalat fardlu di masjid bisa dihitung dengan jari (baca: sedikit). Tetapi giliran waktu shalat tarawih tiba, orang-orang berduyun-duyun dengan teman dan sanak keluarga mereka ke masjid.
Shalat tarawih: “Oh itu toh masalahmu. Iya juga sih. Padahal Nabi pernah bersabda: Dari Zaid bin Tsabit r.a., katanya : “Rasulullah saw, memasang tenda dari tikar pada sebuah tempat di masjid, sehingga merupakan sebuah kamar tempat beliau shalat (malam). Melihat hal itu, beberapa sahabat mendatangi tempat itu dan mereka shalat pula mengikuti Nabi saw shalat. Pada suatu malam mereka datang pula, tetapi Rasulullah saw terlambat, sehingga beliau tidak keluar sama sekali menemui mereka. Oleh karena itu mereka mengeraskan suara, dan melontar pintu dengan kerikil, mereka menyangka kalau-kalau beliau lupa. Karena itu Rasulullah saw keluar menemui mereka sambil berkata dengan marahnya: “Janganlah senantiasa kamu berbuat demikian, karena aku mengira bahwa (shalat malam) itu akan diwajibkan kepadamuSebab itu shalatlah di rumahmu masing-masing, karena sebaik-baiknya shalat ialah di rumah masing-masing, kecuali shalat wajib”. Jadi kalau kita mengikuti perintah Nabi, seharusnya orang-orang itu shalat tarawih dirumah.
Shalat Ied: “Sebenarnya gak hanya kamu (shalat fardlu) aja sih yang iri. Kami berdua juga sebenarnya iri. Coba bayangkan, kamu itu dianggap penting dalam agama Islam. Dalam Islam, orang menjalankan shalat fardlu itu hukumnya wajib. Sedangkan shalat tarawih, hukumnya itu sunnah. Aku (shalat ied), hukumnya sunnah muakkad.
Shalat tarawih: “Betul itu yang dikatakan oleh shalat ied. Jadi kami juga iri dengan status kamu. Kamu begitu dimuliakan oleh agama, sedangkan kami berada dibawah kamu. Hanya saja kami lebih diminati oleh manusia untuk dilaksanakan di masjid.



Minggu, 12 Oktober 2014


ULANG  TAHUN



          Ulang tahun bagi banyak orang adalah kata yang sudah tidak asing lagi, karena hari itu menurut mereka adalah hari dimana mereka di lahirkan ke dunia, jadi jangan heran ketika mereka merayakan dengan berbagai macam perayaan. Ulang tahun masih menurut mereka adalah hari bertambahnya usia dimana umur mereka bertambah satu tahun, benarkah demikian ?
         Tidak salah kalau kita beranggapan bahwa ulang tahun adalah bertambahnya usia kita dari saat kita di lahirkan, namun yang perlu juga kita sadari bahwa sebenarnya kehidupan memiliki hubungan erat dengan kematian. Sebagai contoh sering kita dengar ulama mengatakan bahwa kehidupan adalah sebuah perjalanan dari satu tempat ke tampat lain, dalam perjalanan ini semakin jauh kita meninggalkan titik awal keberangkatan maka akan semakin dekat kita dengan arah tujuan. Begitupun dengan usia, kita bisa mengatakan bahwa ulang tahun adalah saat dimana usia kita bertambah namun juga yang tak bisa kita pungkiri bahwa ulang tahun merupakan tanda semakin berkurangnya umur kita di dunia dan semakin dekatnya kita dengan kematian. Jadi benarlah seperti yang dikatakan seorang alim bahwa yang paling dekat dengan jiwa manusia adalah kematian.
          Kematian adalah sesuatu yang gaib yang tidak seorangpun bisa menebak kapan ruhnya akan di cabut dan ketika kematian itu datang tidak seorangpun yang bisa menunda ataupun memajukan kematian walau sedetik.
“Setiap jiwa pasti akan merasakan mati.”
(Ali Imran: 185)
         Lalu sudahkah kita mempersiapkan bekal untuk menghadapi akhir perjalanan kita di dunia ? Ataukah kita sudah terlena dengan tradisi dunia yang mengatakan bahwa ulang tahun adalah pertambahan usia sehingga kita larut dalam perayaan yang mewah, canda tawa, kue yang besar dan cahaya terang lilin berbentuk angka usia kita serta kado-kado dan ucapan selamat dari sahabat-sahabat kita ?
         Sangat beruntung sekali orang yang sadar akan kefanaan kehidupannya di dunia sehingga ketika datang hari ulang tahun, bukan perayaan yang dia utamakan tapi dia akan merenung dan mereview perjalanan hidupnya dari semenjak dilahirkan hingga saat usianya sekarang, lalu apabila dia menemukan bahwa begitu banyak dosa yang telah di perbuat maka dia akan segera bertobat dengan sebenar-sebenarnya taubat dan mengganti hari-harinya dengan beribadah kepada Allah SWT.
          Segala Puji bagi Allah SWT yang telah menjadikan kematian sebagai peringatan bagi orang-orang yang ditinggalkan. Semoga kita bisa merubah pandangan kita tentang tradisi ulang tahun dari sekedar perayaan karena bertambahnya usia ke arah introspeksi diri karena berkurangnya umur kita di dunia
Usia haruslah dimanfaatkan sebaik - baiknya 

"Apa makna usia?" tanya seorang murid kepada seorang mursyid.

"Jawabannya sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah SAW: Apabila hari ini amal pekerjaan Anda masih sama dengan hari kemarin, berarti Anda merugi. Bila lebih jelek daripada kemarin, terkutuk namanya. Bila lebih bagus, barulah termasuk beruntung. Nah, apakah usia Anda yang setiap saat berkurang, telah digantikan oleh hal-hal yang lebih baik, atau sebaliknya? Di situlah makna usia Anda."


            Semoga saja kita semua terutama saya sendiri dapat mengambil hikmah dari setiap proses perubahan waktu. Dengannya kita dapat menyempurnakan ibadah, menjadikan kualitas hidup yang diwarnai iman dan taqwa menjadi lebih baik lagi. Semoga dalam umur yang bertambah dan jatah hidup atau usia di dunia semakin berkurang, kita mampu menjawab dengan baik dari mana kita berasaral, untuk apa kita hidup dan akan kemana serta peristiwa apa yang akan terjadi dalam kehidupan setelah mati itu? Bukan hanya mengetahui secara lahiriah melainkan juga batiniah sehingga dapat mengakar dan berimplikasi dalam kehidupan kita. Amin.




Sabtu, 11 Oktober 2014

 .
HARAPAN ITU MASIH ADA

Ada 4 lilin yang sedang menyala.Sedikit demi sedikit, tubuh mereka meleleh akibat panas. Suasana begitu sunyi, sehingga terdengarlah percakapan mereka:

Lilin pertama berkata :
"Aku adalah Damai. Namun manusia tak mampu menjagaku... Maka lebih baik aku mematikan saja diriku."
Demikianlah, sedikit demi sedikit lilin pertama pun padam.
Lilin kedua berkata :
"Aku adalah Iman. Sayang aku tak berguna lagi. Manusia tak mau lagi mengenalku... Tak ada gunanya aku tetap menyala."
Begitu selesai berbicara, tiupan angin pun memadamkan lilin kedua.
Dengan sedih lilin ketiga berkata :
"Aku adalah Cinta. Namun, manusia tak lagi memandang dan menganggapku berguna. Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya... Tak mampu lagi aku tuk tetap menyala."
Dan tanpa menunggu lama, lilin ketiga pun akhirnya padam.
Tanpa terduga, seorang anak saat itu menyeruak, masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga lilin sudah padam. Karena takut akan kegelapan, si anak pun berkata
"Apa yang terjadi?? Kalian harus tetap menyala, karena aku takut kegelapan.."
Sang anak pun menangis tersedu-sedu..
Lalu, dengan penuh haru lilin keempat berkata :
"Janganlah takut, janganlah menangis. Selama aku masih ada dan tetap menyala, kita tetap dapat untuk selalu menyalakan ketiga lilin lainnya. Karena aku adalah  HARAPAN."
Aaahh... Kisah yang mengetuk dinding nurani. Diri sejenak merenung.. Mengingat kepada sikap, saat dimana imagi akan hidup yang tak lagi berarti, terpatri. Serasa hidup ingin berhenti, tak ada lagi yang mampu mengganti. Serasa cahaya yang selama ini menerangi jalan seolah telah padam.

Apakah semuanya telah betul-betul padam??
Sesaat raga bertanya pada sanubari, sesungguhnya ada cahaya samar dan sederhana yang masih menerangi. Hanya terkadang, diri ini lupa dan mengabaikan. Ya! cahaya harapan akan selalu ada, masih ada, dan terus menyala. TAKKAN PERNAH PADAM





Jumat, 10 Oktober 2014

15112012208

REFLEKSI  SPIRIT BERKURBAN


           Hari Raya Idul Adha yang juga disebut Hari Raya Qurban telah kita laksanakan. Sudah banyak keterangan tentang maksud dan tujuan Idul Qurban, semua itu mengacu pada sejarah pembuktian iman dari dua orang nabi, Ibrahim dan Ismail. Kisah pembuktian iman tanpa reserve itu tetap relevan untuk dikaji oleh siapapun dan kapanpun.
           Apabila kita kaitkan dengan persoalan bangsa yang sedang terjadi saat ini pun sangatlah tepat. Karena kesulitan yang sedang dihadapi bangsa ini tiada lain bersumber akibat sifat tamak dan arogan yang sedang merajalela di negeri ini. Korupsi dan kolusi yang dari waktu ke waktu terus menggerogoti negeri ini, merupakan penjelmaan dari sifat tamak pada harta benda. Tidak peduli pejabat ataupun konglomerat telah beramai-ramai melakukan penyimpangan itu karena nafsu. Dengan ketamakannya, mereka memanfaatkan setiap kesempatan untuk menumpuk kekayaan. Jangankan tersisa sedikit untuk yang lain, selama kantung masih muat, mereka masukkan segala yang didepan mata, seakan perut tak pernah kenyang. Itulah ketamakan nyata yang telah berlangsung hingga berpuluh tahun.
     Juga tentang arogansi. Khususnya berkaitan dengan sikap para politikus. Rasanya semua menyadari, bagaimana kita sering dihadapkan pada sikap-sikap mau menang sendiri dan merasa paling benar yang dipertunjukkan para politikus kita. Mereka bahkan rela saling memfitnah, membantai dan juga tidak segan-segan menantang. Para politikus yang haus kekuasaan dan pejabat yang ingin terus berkuasa, merupakan avonturisme arogansi yang tiada pernah berhenti. Hingga dengan mudah rakyat mencatat, bagaimana orang menjadi mudah berlaku arogan begitu kekuasaan sudah dalam genggaman.
     Dengan bertemunya dua sifat negatif, tamak dan arogan, ini telah membuat bangsa dan negara terpuruk sekian lama. Dan itulah awal dari krisis multidimensi yang berujung pada berakhirnya kekuasaan.
     Semangat berkurban yang dicontohkan Nabi Ibrahim a.s dan Nabi Ismail a.s, hendaknya diresapi sebagai tuntunan untuk berkurban demi sesama. Andai saja para pejabat dan politisi mau berkurban dengan sedikit meninggalkan kepentingan pribadi ataupun golongan, dapatlah diharapkan, kehidupan berpolitik dan bernegara akan mempunyai wajah penuh harapan. Apalagi kalau mau berkurban dengan meninggalkan ketamakan dan arogansi, pastilah krisis ini segera berakhir.
Memang sangat sulit meneladani hakikat ibadah kurban. Kalau hanya menyediakan hewan kurban serta membagikan dagingnya kepada para fakir miskin, hampir semua orang bisa melakukannya. Tetapi mempraktekkan hikmah di balik ibadah kurban itulah yang sulit. Padahal, justru itu inti dari Idul Adha.
Islam itu bersifat universal, “Dan tidaklah Kami mengutusmu (wahai Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi semesta alam”. Derivasi makna universal Islam tentu saja mengacu pada sifat cinta kasih (Rahman-Rahim) Tuhan untuk dimanifestasikan dalam tindakan berazaskan manfaat dan maslahah pada tataran sosial yang konkret. Dalam cinta kasih, meminjam penjelasan Heidegger, ada tiga hal asasi penting, yaitu:Befindlichkeit (kepekaan), Verstehen (mengerti, memahami), dan Rede (kata-kata, hal bicara). Artinya, dalam cinta kasih sejati yang dibutuhkan bukan hanya pemahaman, tetapi juga perhatian, pengorbanan, dan tanggung jawab.
    Cinta mencakup sikap dasar untuk memperhatikan kepuasan serta ketentraman dan perkembangan orang yang kita cintai. Erich Fromm menulis: “Cinta itu suatu tindakan yang aktif, bukan perasaan yang pasif, kita berdiri dalam cinta, tidak jatuh ke dalamnya. Sifat aktif cinta itu dapat dilukiskan dengan menekankan bahwa cinta itu terutama memberi bukan menerima. Demikianlah cinta itu merupakan satu ikatan yang lahir dari keputusan yang matang“. Dalam redaksi al-Qur’an tercatat begini,“Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada suatu kebaktian yang sempurna sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai” (Qs. 3;92).
      Kesempurnaan hubungan dengan orang lain dibangun dengan cinta kasih, dan cinta kasih membutuhkan tindak nyata, yaitu pengorbanan. Cinta kasih yang diejawantahkan dalam bentuk berqurban merupakan pokok eksistensial yang tak tersangkal (l’ndubitable existentiel). Manusia tidak akan dapat mencapai eksistensi yang sempurna sebelum menyerahkan apa yang dicintainya kepada orang lain. Nabi juga bersabda, “Cintailah orang lain sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri“. Pada kesempatan lain Nabi SAW bersabda, “Siapa yang menutup mata sementara tetangganya kelaparan adalah bukan seorang muslim“.

Keadilan Sosial dan budaya kosmopolit
    Sebuah paradigma dan pandangan hidup (worldview, weltanschauung) universal akan menemukan lokusnya pada keterbukaan menerima peradaban yang kosmopolit yang bertolak pada keadilan sosial. Manifestasi kultural, wawasan keilmuan dan kearifan pemahaman akan melahirkan apa yang disebutkan sejarawan Arnold J. Toynbee sebagai oikumene (peradilan dunia).
  Watak kosmopolitan dari peradaban Islam itu telah tampak sejak awal pemunculannya. Peradaban itu yang dimulai dengan cara-cara Nabi Muhammad saw mengatur pengorganisasian masyarakat Madinah hingga munculnya para ensiklopedis Muslim awal (seperti al-Jahiz) pada abad ketiga Hijriah, memantulkan proses saling menyerap dengan peradaban-peradaban lain di sekitar Dunia Islam waktu itu, dari sisa-sisa peradaban Yunani kuno yang berupa Hellenisme hingga peradaban anak benua India (Nuraholish Madjid, Kontekstualisasi, 1995: 549).
     Cakrawala makna universalisme Islam dan kosmopolitanisme peradaban Islam memperkuat tesis tentang keharusan memberi makna baru atas perintah berqurban, sebagaimana juga analisis hermeneutik (penafsiran) menghendaki makna yang hidup dan dinamis atas nash qurban. Watak universal dari qurban terletak pada dimensi pembebasannya, melawan dominasi, dan ketidakadilan. Ekspresi bahasa tindakan tersebut akan hilang manakala qurban dipahami sekedar bentuk ritual, tanpa refleksi perasaan dan pengalaman mental atas fenomena aktual. Jika pemaknaan qurban berhenti pada tataran penyembelihan binatang ternak, maka wawasan rahmat universal dari kehadiran Islam telah tereduksi dan tereksploitasi. Cakrawala dunia dari ajaran Nabi ketika berhadapan dengan peradaban lain yang juga termasuk dalam kategori sunnah telah termarginalisasi. Hampir seluruh segmen masyarakat muslim menghendaki dapat memeluk Islam secara kaffah (sempurna), namun seringkali memaknai kaffah dengan makna eksklusif, kurang proporsional dan tidak metodologis. Contohnya adalah bentuk interpretasi dari qurban itu sendiri.
Menurut Gus Dur , kosmopolitanisme peradaban Islam tercapai atau berada pada titik optimal, manakala tercapai keseimbangan antara kecenderungan normatif kaum Muslim dan kebebasan berpikir semua warga masyarakat. Artinya, di sini ada unsur relatif untuk membentuk inisiatif, nuansa, dan nafas baru bagi ajaran dan doktrin Islam.
     Bentuk-bentuk imperatif normatif agama yang dipahami secara letterlijk sempit perlu ditafsirkan agar tidak terlalu menghimpit. Inti dari perintah berqurban adalah ketaatan dan ketundukan kepada perintah-perintah Tuhan, menyadari keagungan-Nya, dan tumbuh berkembangnya komitmen sosial. Untuk membumikan pemahaman itu perlu membangun kebudayaan kosmopolit yaitu, meminjam bahasa Cak Nur, sebuah pola budaya yang konsep-konsep dasarnya meliputi, dan diambil dari, budaya seluruh umat manusia. Representasi dari norma dan dogma Islam klasik setidaknya mencontoh budaya material arsitektur masjid, yakni mengambil berbagai unsur lokal, kontekstual, agar lebih meresap dan terpantul dalam refleksi fungsional yang kongkret.
     Urgensi agenda baru universalisasi nilai dan peradaban Islam ini bertitik tolak dari kebutuhan umat untuk mendialogkan peradabannya dengan berbagai budaya luar. Tujuannya adalah agar masyarakat muslim tidak terus menjadi objek sejarah, tapi bisa menjadi pelaku yang bermartabat dan berderajat. Pemaknaan qurban bertopang pada unsur-unsur utama kemanusiaan dan berbagai keprihatinan keterbelakangan, ketertindasan, dan meningkatnya individualitas akan membebaskan umat manusia dari ketidakadilan struktur sosial-ekonomis dan kebiadaban rezim-rezim peradaban dan politik yang zalim.
: