InspirasI

Senin, 31 Agustus 2015

KITA ADALAH PEMENANG
 Tidak perlu untuk mengeluh dan menyesali apa yang terjadi dalam hidup ini, karena itu semua adalah pilihan. Pilihan itu harus dilaksanakan. Tahukah anda, bahwa tiap manusia adalah pemenang? Pemenang dalam berkompetisi untuk terlahir di dunia ini.Kita harus bangga karenanya.
Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat berbagai macam status sosial. Mulai dari kalangan pejabat, pengusaha, pegawai, pedagang, petani hingga nelayan sekalipun. Semuanya saling mempengaruhi satu sama lain dan saling melengkapi. Namun kenapa masih ada sebagian masyarakat yang masih menyesali status yang telah ada? Seorang pejabat masih tidak puas dengan jabatan yang telah diperoleh, begitu juga petani dan nelayan. Mereka tidak menikmati status sebagai seorang petani dan nelayan, hanya mengeluhkan nasib yang telah terjadi.
Apalagi bagi anggota masyarakat yang memang memiliki kekurangan, baik secara fisik maupun secara psikologis. Penyesalan dan sikap pesimis selalu ada dalam diri mereka tiap waktu. Misalnya saja bagi anggota masyarakat yang mengalami cacat, ada sebagian dari mereka untuk mencari sesuap nasi dengan mengemis. Kadang kala ada juga yang masih sehat secara fisik maupun psikologis juga berprofesi sebagai pengemis. Itu salah satu sikap yang tidak mensyukuri apa yang telah dikarunia oleh Allah.
Tidak hanya di kalangan masyarakat dewasa, hal seperti itu terjadi. Di kalangan remaja yang masih menempuh dunia pendidikan juga sering terjadi. Ada sebagian remaja yang tidak yakin dengan kemampuannya sendiri. Namun yang disayangkan para remaja tidak berusaha untuk menemukan kelebihan dan potensi yang telah diwariskan oleh Allah.
Tentunya dengan sikap seperti itu keberhasilan akan menjauh dari tiap-tiap individu. Apa yang diinginkan akan sulit untuk diperoleh. Apalagi bagi anggota masyarakat yang tidak menginginkan perubahan dalam hidupnya, dan hanya melakukan penyesalan terhadap diri sendiri. Kalau ingin melakukan perubahan dalam hidup, tidak perlu perubahan secara status tapi bisa dilakukan dengan memaksimalkan status yang telah ada sesuai dengan perannya masing-masing.

Hal yang membuat sebagian masyarakat seperti ini disebabkan kerena, tiap-tiap individu tidak berusaha untuk mengetahui potensi yang ada dalam dirinya, apalagi ditambah dengan sikap pesimis. Merasa tidak mampu untuk melakukan sesuatu. Oleh karena sikap pesimis harus diganti dengan sikap optimis. Perasaan yakin bahwa keberhasilan akan diperoleh jika dilakukan dengan sungguh-sungguh, tentunya akan menjadi faktor utama dalam memperoleh yang diimpikan.
Tiap-tiap anggota masyarakat, baik kalangan dewasa maupun kalangan remaja harus menyadari bahwa mereka adalah pemenang. Apakah tidak pernah membayangkan, bagaimana beratnya kopetensi yang telah mereka jalani di dalam rahim. Beribu-ribu sel sperma hanya satu yang mampu untuk menembus ovarium, di dalam rahim saja membutuhkan perjuangan yang berat untuk hidup, apalagi telah terlahir di dunia.Rahim tersebut melakukan proses pembuahan dalam rahin hingga menjadi sebuah janin, akhirnya menjadi bayi. Proses tersebut membutuhkan waktu lebih kurang sembilan bulan. Sehingga mereka terlahir di atas dunia sebagai seorang pemenang.
Itu semua harus menjadi renungan bagi tiap-tiap individu, manusia dilahirkan sebagai seorang pemenang, apakah harus membuang kesempatan sebagai seorang pemenang? Kita adalah pemenang di dunia ini

Minggu, 30 Agustus 2015



SEJARAH  ISLAM  DI CINA

Cina sebagai negeri yang aktif dalam perdagangan Internasional menyebabkan pedagang-pedagang muslim dari Arab melakukan perdagangan ke Cina sambil menyebarkan Islam di berbagai wilayah yang disinggahi. Adapun perjalanan yang dilalui dalam persebaran Islam di Cina adalah dengan melalui perjalanan darat dan laut. Perjalanan darat dimulai dari daratan Arab sampai ke bagian barat Laut Tiongkok dengan melewati Persia dan Afganistan. Jalan ini terkenal dengan nama jalan sutra atau silk road. Akibat dari interaksi-interaksi yang dilakukan mereka dengan pedagang-pedagang lain termasuk pedagang-pedagang Cina menyebabkan adanya suatu pengenalan kehidupan negeri asal pedagang-pedagang tersebut baik dari segi sosial, budaya maupun agama, termasuk pengenalan yang dilakukan pedagang-pedagang muslim mengenai Islam yang secara tidak langsung. Pedagang-pedagang Cina yang berinteraksi dengan pedagang-pedagang muslim sedikit banyaknya menerima kehadiran Islam bahkan mereka memeluk Islam sebagai agama mereka. Penyebaran Islam ini kemudian meluas hingga ke masyarakat Cina, khususnya wilayah-wilayah yang digunakan sebagai pusat perdagangan. Masyarakat Cina yang telah memeluk Islam meminta pedagang-pedagang muslim untuk mengajarkan Islam lebih banyak lagi.

Dalam buku Cheng Ho-Penyebaran Islam di Cina ke Nusantara disebutkan bahwa perkembangan Islam berjalan lambat di Cina pada awalnya. Hal itu disebabkan karena pedagang-pedagang Islam dari Arab itu tidak diperbolehkan menikah dengan penduduk setempat ataupun berinteraksi pada masa itu. Seiring berjalannya waktu mereka diberi kelonggaran untuk dapat berinteraksi maupun menikahi wanita setempat bahkan mereka diperbolehkan membangun pemukiman-pemukiman bagi mereka dan keturunannya.

Para pedagang Arab dan Persia yang berniaga ke Tiongkok pada umumnya orang-orang Islam yang datang secara perorangan itu kemudian memanfaatkan kebebasan tersebut dengan menikahi wanita setempat. Keturunan mereka dari generasi ke generasi memeluk Agama Islam dan menjadi penduduk di Tiongkok. Hal yang sama juga dilakukan oleh para tentara mongol muslim yang menetap di Cina setelah mengikuti ekspedisi ke Barat yang dipimpin oleh Genghis Khan. Dalam memenuhi kebutuhan mereka sebagai eks tentara mongol, mereka juga melakukan perdagangan atau bekerja sesuai dengan keahliannya seperti pengrajin kayu, pandai besi dan lain-lain. Selain menikahi perempuan setempat, pedagang-pedagang dan tentara-tentara mongol ini sudah tentu membangun pemukiman-pemukiman yang dijadikan sebagai tempat menetap yang nyaman dan dapat melangsungkan kehidupan sehari-harinya. Mereka membangun masjid-masjid untuk memenuhi kewajiban beribadahnya.

Sedangkan orang-orang Islam Cina yang sudah berhasil dalam mempelajari Agama Islam di daratan Arab kembali ke Cina, mereka sebagai orang-orang Islam mempunyai misi untuk berupaya mengembangkan agar ilmu dan hasil yang di dapat dalam mempelajari Islam dapat di wariskan ke anak cucu mereka di Cina. Dari sinilah kemudian muncul pemuka-pemuka Islam untuk mengajarkan Islam kepada orang-orang Cina Islam lainnya dengan memanfaatkan masjid selain tempat beribadah juga sebagai sarana untuk belajar mengajar atau pusat pendidikan dan pusat komunitas. Anak-anak diajarkan membaca Al-Qur’an, bahasa Arab dan bahasa Persia.

Ketika Dinasti Tang berkuasa (618 – 690 dan 705 – 907), Cina tengah mencapai masa keemasan, sehingga ajaran Islam tersebar dan dikenal masyarakat Tiongkok. Berawal dari kaisar Cina pada masa Dinasti Tang yang tampaknya memiliki pengetahuan tentang nabi-nabi Islam dan Kristen, sebagaimana yang dituturkan oleh penjelajah Arab Ibn Wahab dari Basra kepada Abu Zaid sekembalinya ke Irak. Kaisar Dinasti Tang meminta bantuan Kerajaan Persia untuk mengutus pengajar-pengajar Islam ke Cina. Namun, raja Persia yakni Raja Firus menolaknya karena daratan Cina terlalu jauh untuk didatangi. Akibat dari penolakan tersebut, Kaisar Cina lah yang mengutus orang-orang Cina untuk belajar Islam di Madinah pada masa kekhalifahan Utsman Bin Affan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.

Di dalam kitab sejarah Cina, yang berjudul Chiu T’hang Shu diceritakan Cina pernah mendapat kunjungan diplomatik dari orang-orang Ta Shih (Arab). Orang-orang Ta Shih ini, merupakan duta dari Tan mi mo ni’ (Amirul Mukminin), yang ke-3 (Khalifah Utsman bin Affan).  Pada masa ini Khalifah Utsman bin Affan menugaskan Sa’ad bin Abi Waqqashuntuk membawa ajaran Illahi ke daratan China (Konon, Sa’ad meninggal dunia di Cina pada tahun 635 M, dan kuburannya dikenal sebagai Geys’ Mazars). Utusan khalifah itu diterima secara terbuka oleh Kaisar Yung Wei dari Dinasti Tang. Sejak saat itu Islam dikenal dan mulai tersebar di berbagai wilayah di Cina. Tidak hanya itu, khalifah-khalifah Islam lainnya juga sering mengirim delegasi ke Cina untuk mengajarkan Agama Islam kepada orang-orang Islam Cina seperti halnya yang dilakukan Harun Al Rosyid (A-Lun), Abu Abbas (Abo-Loba) dan Abu Dja’far (A-pu-cha-fo) dalam riwayat Dinasti Tang. Buya HAMKA didalam bukunya Sejarah Umat Islam menulis, pada tahun 674M-675M, Cina kedatangan salah seorang sahabat Rasulullah, Muawiyah bin Abu Sufyan (Dinasti Umayyah), bahkan disebutkan setelah kunjungan ke negeri Cina, Muawiyah melakukan observasi di tanah Jawa, yaitu dengan mendatangi kerajaan Kalingga. Berdasarkan catatan, diperoleh informasi, pada masa Dinasti Umayyah ada 17 duta muslim datang ke China, sementara di masa Dinasti Abbasiyah dikirim sebanyak 18 duta.

Pada awalnya, pemeluk agama Islam terbanyak di China adalah para saudagar dari Arab dan Persia. Orang China yang pertama kali memeluk Islam adalah suku Hui Chi. Kemudian Kaisar Yung Wei memerintahkan pembangunan Masjid Huaisheng atau masjid Memorial di Kanton, yang merupakan masjid pertama di daratan Cina. Orang China mengenal Islam dengan sebutanYisilan Jiao yang berarti ‘agama yang murni’. Masyarakat Tiongkok menyebut Makkah sebagai tempat kelahiran ‘Ma-hia-wu’ (Nabi Muhammad SAW).
Pada pertengahan periode Dinasti Tang, jalur sutra diganggu orang-orang Turki dan mengakibatkan pedagang-pedagang Arab melakukan perjalanan laut. Perjalanan itu dilakukan mulai dari Teluk Persia dan Laut Arab sampai ke pelabuhan-pelabuhan di Tiongkok seperti Guangzhou, Quanzhou, Hangzhou, Yang hou melalui teluk Benggala, Selat Malaka, dan Laut Tiongkok  Selatan.

Ketika Dinasti Song (960 – 1279) bertahta, umat Muslim telah menguasai industri ekspor dan impor. Bahkan, pada periode itu jabatan direktur jenderal pelayaran secara konsisten dijabat orang Muslim. Pada tahun 1070 M, Kaisar Shenzong dari Dinasti Song mengundang 5.300 pria Muslim dari Bukhara untuk tinggal di China. Tujuannya untuk membangun zona penyangga antara China dengan Kekaisaran Liao di wilayah Timur Laut.

Pada awal abad ke-13 Genghis Khan mengadakan ekspedisi ke Barat, Genghis Khan memerintah orang-orang Islam di Asia Tengah dan Asia Barat membantu tentara Mongol. Orang-orang ini terdiri atas prajurit, tukang kayu, pandai besi dan sebagiannya ikut ke Tiongkok bersama tentara Mongol. Ketika Dinasti Mongol Yuan (1274 M -1368 M) berkuasa, jumlah pemeluk Islam di China semakin besar. Mongol, sebagai minoritas di Cina, memberi kesempatan kepada imigran Muslim untuk naik status menjadi Cina Han. Sehingga pengaruh umat Islam di Cina semakin kuat. Ratusan ribu imigran Muslim di wilayah Barat dan Asia Tengah direkrut Dinasti Mongol untuk membantu perluasan wilayah dan pengaruh kekaisaran.

Bangsa Mongol menggunakan jasa orang Persia, Arab dan Uyghur untuk mengurus pajak dan keuangan. Pada waktu itu, banyak Muslim yang memimpin korporasi di awal periode Dinasti Yuan. Para sarjana Muslim mengkaji astronomi dan menyusun kalender. Selain itu, para arsitek Muslim juga membantu mendesain ibu kota Dinasti Yuan, Khanbaliq (Sumber : Sejarah Islam di Negeri Tirai Bambu ).

Pada masa Dinasti Yuan (1274-1368) berbagai bangsa di Xi Yu disebut sebagai bangsa Se Mu. Pada waktu itu bangsa Se Mu mempunyai kedudukan sosial yang lebih tinggi daripada bangsa Han, akan tetapi di bawah status bangsa Mongol. Dengan ditempatkannya banyak prajurit yang muslim dan dibangunnya masjid di berbagai tempat oleh penguasa Dinasti Yuan, Agama Islam mulai tersebar luas di Tiongkok. Orang-orang Islam tersebut pada umumnya berasal dari bangsa Se Mu. Sebagaimana diketahui, pada masa Dinasti Han (206-220M) Xi Yu mengacu Xinjiang (bagian barat Laut Tiongkok). Asia Tengah dan daerah-daerah lainnya yang terletak di sebelah barat kota Yung Meng Guan (Provinsi Ghansu). Orang-orang Bukhara itu lalu menetap di daerah antara Kaifeng dan Yenching (Beijing). Mereka dipimpin Pangeran Amir Sayyid alias ‘So-Fei Er’, yang kemudian dikenal sebagai `bapak’ komunitas Muslim di China.

Pada masa kekuasaan Dinasti Ming (1368 – 1644), Muslim masih memiliki pengaruh yang kuat di lingkaran pemerintahan. Pendiri Dinasti Ming, Zhu Yuanzhang adalah jenderal Muslim terkemuka. Ada lagi Lan Yu Who pada sekitar tahun 1388. Lan memimpin pasukan Dinasti Ming dan menundukkan Mongolia. Selain itu, di masa Kaisar Yong Le (Zhu Di) muncul seorang pelaut Muslim yang handal, yang bernama Laksamana Cheng Ho.



PERNYATAAN   CINTA


Bila tak kunyatakan keindahan-Mu dalam kata,
Kusimpan kasih-Mu dalam dada.

Bila kucium harum mawar tanpa cinta-Mu,
Segera saja bagai duri bakarlah aku.

Meskipun aku diam tenang bagai ikan,
Tapi aku gelisah pula bagai ombak dalam lautan
Kau yang telah menutup rapat bibirku,
Tariklah misaiku ke dekat-Mu.

Apakah maksud-Mu?
Mana kutahu

Aku hanya tahu bahwa aku siap dalam iringan ini selalu.
Kukunyah lagi mamahan kepedihan mengenangmu,
Bagai unta memamah biak makanannya,
Dan bagai unta yang geram mulutku berbusa.

Meskipun aku tinggal tersembunyi dan tidak bicara,
Di hadirat Kasih aku jelas dan nyata.

Aku bagai benih di bawah tanah,
Aku menanti tanda musim semi.
Hingga tanpa nafasku sendiri aku dapat bernafas wangi,
Dan tanpa kepalaku sendiri aku dapat membelai kepala lagi

Selasa, 25 Agustus 2015


PERBEDAAN   ZAKAT  INFAQ  DAN SHADAQOH


         Zakat, infaq, dan shodaqoh merupakan kebuktian iman kita kepada allah dan sesama muslim yang membutuhkannya. Kalau kita melihat dari penggunaan ayat-ayat Al-Quran istilah shadaqah, zakat, dan infaq sebetulnya menunjuk kepada satu pengertian yaitu sesuatu yang dikeluarkan. Zakat, infaq dan shadaqah memiliki persamaan dalam peranannya memberikan kontribusi yang signifikan dalam pengentasan kemiskinan.

          Adapun perbedaannya yaitu zakat hukumnya wajib sedangkan infaq dan sedekah hukumnya sunnah. Atau zakat yang dimaksudkan adalah sesuatu yang wajib dikeluarkan, sementara infaq dan shadaqah adalah istilah yang digunakan untuk sesuatu yang tidak wajib dikeluarkan. Jadi pengeluaran yang sifatnya sukarela itu yang disebut infaq dan shadaqah. zakat ditentukan nisabnya sedangkan infaq dan sedekah tidak memiliki batas, zakat ditentukan siapa saja yang berhak menerimanya sedangkan infaq boleh diberikan kepada siapa saja.

         Perbedaannya juga dapat dicermati antara lain yaitu; 1) Zakat itu sifatnya wajib dan adanya ketentuannya/batasan jumlah harta yang harus zakat dan siapa yang boleh menerima. 2.Infaq : sumbangan sukarela atau seikhlasnya (materi) 3.Sedekah: lebih luas dari infaq, karena yang disedekahkan tidak terbatas pada materi saja.

Sedangkan pengertian sedekah, zakat dan infaq yaitu sebagai berikut;

a) Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Orang yang suka bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya. Adapun secara terminologi syariat shadaqah makna asalnya adalah tahqiqu syai'in bisyai'i, atau menetapkan / menerapkan sesuatu pada sesuatu. Sikapnya sukarela dan tidak terikat pada syarat-syarat tertentu dalam pengeluarannya baik mengenai jumlah, waktu dan kadarnya. Atau pemberian sukarela yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, terutama kebada orang-orang miskin setiap kesempatan terbuka yang tidak di tentukan baik jenis, jumlah maupun waktunya, sedekah tidak terbatas pada pemberian yang bersifat material saja tetapi juga dapat berupa jasa yang bermanfaat bagi orang lain. Bahkan senyum yang dilakukan dengan ikhlas untuk menyenangkan orang lain termasuk kategori sedekah. Shadaqoh mempunyai cakupan yang sangat luas dan digunakan al-qur'an untuk mencakup segala jenis sumbangan.

           Sedekah berarti memberi derma, termasuk memberikan derma untuk mematuhi hukum dimana kata zakat digunakan didalam al-qur'an dan sunah. Zakat telah disebut pula sedekah karena zakat merupakan sejenis derma yang diwajibkan sedangkan sedekah adalah sukarela, zakat dikumpulkan oleh pemerintah sebagai suatu pengutan wajib, sedegkan sedekah lainnya dibayarkan secara sukarela. Jumlah dan nisab zakat di tentukan, sedangkan jumlah sedekah yang lainya sepenuhnya tergantung keinginan yang menyumbang.

          Pengertian sedekah sama dengan pengertian infaq, termasuk juga hukum dan ketentuan-ketentuannya. Hanya saja shadaqoh mempunyai makna yang lebih luas lagi dibanding infaq. Jika infaq berkaitan dengan materi, sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut juga hal yang bersifat nonmateriil. Shadaqah ialah segala bentuk nilai kebajikan yang tidak terikat oleh jumlah, waktu dan juga yang tidak terbatas pada materi tetapi juga dapat dalam bentuk non materi, misalnya menyingkirkan rintangan di jalan, menuntun orang yang buta, memberikan senyuman dan wajah yang manis kepada saudaranya, menyalurkan syahwatnya pada istri dsb. Dan shadaqoh adalah ungkapan kejujuran (shiddiq) iman seseorang.

          Hadits riwayat Imam Muslim dari Abu Dzar, Rasulullah menyatakan bahwa jika tidak mampu bersedekah dengan harta, maka membaca tasbih, takbir, tahmid, tahlil, berhubungan suami-istri, atau melakukan kegiatan amar ma’ruf nahi munkar adakah sedekah.
Dalam hadist Rasulullah memberi jawaban kepada orang-orang miskin yang cemburu terhadap orang kaya yang banyak bershadaqah dengan hartanya, beliau bersabda: "Setiap tasbih adalah shadaqah, setiap takbir shadaqah, setiap tahmid shadaqah, setiap amar ma'ruf adalah shadaqah, nahi munkar shadaqah dan menyalurkan syahwatnya kepada istri shadaqah". (HR. Muslim)

https://fbexternal-a.akamaihd.net/safe_image.php?d=AQA3I0RLDfqwyX-l&url=http%3A%2F%2Fwww.dompetdhuafa.org%2Fimages%2Fweb%2520ibunda2009.jpg
b) Zakat secara bahasa (lughat), berarti : tumbuh; berkembang dan berkah (HR. At-Tirmidzi) atau dapat pula berarti membersihkan atau mensucikan (QS. At-Taubah : 10). Seorang yang membayar zakat karena keimanannya nicaya akan memperoleh kebaikan yang banyak. Allah SWT berfirman : "Pungutlah zakat dari sebagian kekayaan mereka dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.". (QS : At-Taubah : 103). Sedangkan menurut terminologi syari'ah (istilah syara') zakat berarti kewajiban atas harta atau kewajiban atas sejumlah harta tertentu untuk kelompok tertentu dalam waktu tertentu.

           Zakat juga berarti derma yang telah ditetapkan jenis, jumlah, dan waktu suatu kekayaan atau harta yang wajib diserahkan; dan pendayagunaannya pun ditentukan pula, yaitu dari umat Islam untuk umat Islam. Atau Zakat adalah nama dari sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu (nishab) yang diwajibkan Allah SWT untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula (QS. 9:103 dan QS. 30:39). Ulama' Hanafiyyah mendefinisikan zakat dengan menjadikan hak milik bagian harta tertentu dan harta tertentu untuk orang tertentu yang telah ditentukan oleh Syari' karena Allah.

           Demikian halnya menurut mazhab Imam Syafi'i zakat adalah sebuah ungkapan keluarnya harta atau tubuh sesuai dengan secara khusus. Sedangkian menurut mazhab Imam Hambali, zakat ialah hak yang wajib dikeluarkan dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus pula, yaitu kelompok yang disyaratkan dalam Al-Qur'an. Zakat mempunyai fungsi yang jelas untuk menyucikan atau membersihkan harta dan jiwa pemberinya.


c) Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk kepentingan sesuatu. Menurut terminologi syariat, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan Islam. Jika zakat ada nishabnya, infaq tidak mengenal nishab. Infaq dikeluarkan setiap orang yang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah, apakah ia di saat lapang maupun sempit (QS. 3:134). Jika zakat harus diberikan pada mustahik tertentu (8 asnaf), maka infaq boleh diberikan kepada siapapun. Misalnya, untuk kedua orang tua, anak-yatim, dan sebagainya (QS. 2:215).

Infaq adalah pengeluaran sukarela yang di lakukan seseorang, setiap kali ia memperoleh rizki, sebanyak yang ia kehendakinya. Allah memberi kebebasan kepada pemiliknya untuk menentukan jenis harta, berapa jumlah yang yang sebaiknya diserahkan.

Terkait dengan infak ini Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim ada malaikat yang senantiasa berdo'a setiap pagi dan sore : "Ya Allah SWT berilah orang yang berinfak, gantinya. Dan berkata yang lain : "Ya Allah jadikanlah orang yang menahan infak, kehancuran". (HR. Bukhori)

2. Melakukan amal kebajikan semuanya agar bernilai ganjaran pahala di sisi Allah Swt. Semuanya tergantung pada niat. Rasulullah bersabda: ”Sesungguhnya sahya perbuatan itu hanyalah dengan niat”. (HR. Muslim). Jika Bapak mengeluarkan harta diniatkan sedekah maka akan bernilai ibadah sedekah yang besar ganjarannya dari Allah Swt. Pun demikian jika diniatkan berinfak akan bernilai pahala infak. Tentunya hendaknya terlebih dahulu dimantapkan niat bapak yang manakah amal karikatif (sedekah atau infak) yang bapak pilih dan ditunaikan.

3. Zakat/infaq diberikan kepada saudara-saudara yg kurang mampu seperti keponakan, kakak/adik sendiri menurut ulama diperbolehkan atau tidak berdosa untuk memberi kepadanya zakat. Sebab, mereka bukan menjadi tanggung jawab bapak Ishendar dan dengan catatan bahwa mereka adalah mustahik zakat yaitu apakah mereka masuk kriteria fakir atau miskin. Meskipun demikian, alangkah lebih arifnya jika bapak mengeluarkan harta tersebut sebagai sedekah yang juga tidak kalah besar amalan pahalanya. Dan mengeluarkan zakat malnya pada lembaga amil zakat baik BAZ maupun LAZ yang amanah agar zakat dapat lebih merata tersalurkannya dan dapat terberdayakan mustahiknya.

Berdasarkan penjelasan tersebut jelas bahwa sedekah, infak dan zakat memiliki sisi perbedaan baik penghimpunannya maupun penyalurannya. Dengan mengeluarkan sedekah/infak/zakat sebetulnya untuk bekal investasi nanti di akhirat bahkan akan dijauhkan dari musibah. Rasulpun menjelaskan orang yang mengeluarkan sedekah/zakat akan terhindar dari marabahaya/musibah. Bahkan zakat dapat mensucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa, memurnikan jiwa (menumbuhkan akhlak mulia, menjadi murah hati, peka terhadap rasa kemanusiaan) dan mengikis sifat bakhil (kikir) serta serakah. Dengan begitu, akhirnya tercipta suasana ketenangan bathin yang terbebas dari tuntutan Allah SWT dan kewajiban kemasyarakatan, yang selalu melingkupi hati.

Selasa, 18 Agustus 2015


PERINGATAN KEMERDEKAAN RI KE 70

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu bagi para generasi penerus Bangsa Indonesia. Generasi-generasi  yang sampai saat ini masih mempertahankan perjuangan para pendahulunya, melanjutkan usaha para pejuang-pejuang sejati yang telah mempertaruhkan nyawanya demi Bangsa yang mereka cintai, membela tanah Ibu Pertiwi ini hingga akhir hayat. Inilah hari paling bersejarah di Indonesia. 
Hari Kemerdekaan Republik Indonesia Ke 70. Sungguh di zaman serba modern ini, kita tetap bisa mengingat  akan hal-hal yang telah diperjuangkan oleh Bangsa ini dalam meraih Kemerdekaan. Penting sekali akan sebuah Kemerdekaan yang telah diraih dengan jerih payah para pejuang yang telah mendahului kita. Sebuah kehormatan besar untuk para  pejuang dalam membela Bangsa ini.
Lalu makna apa yang terkandung dalam Kemerdekaan Indonesia ini ? .Kemerdekaan adalah hal yang selalu dinanti-nantikan oleh para rakyat di zaman penjajahan, mereka mengelu-elukan para pejuang revolusi yang susah payah membuat susunan Negara ini agar menjadi Bangsa yang besar, Bangsa yang mandiri, Bangsa yang kokoh, dan Bangsa yang terlahir dari tumpah darah para Pahlawan kita. Sebuah renungan ketika saya kembali mengingat kisah heroik para Pahlawan di zaman penjajahan. Mereka benar-benar rela mati hanya ingin Bangsa ini terbebas dari belenggu kekuasaan para penjajah. Tidak peduli seberapa banyak peluru menembus di dada mereka, yang ingin pejuang inginkan adalah kebebasan  untuk seluruh rakyat Indonesia. Betapa besar sekali jasa para pahlawan kita ini, sungguh tidak bisa dibayar oleh materi.
Ketika sang Pemimpin Bangsa ini dengan bijak menyatakan Kemerdekaan Indonesia, para pejuang revolusi lainnya saling membantu untuk menegakkan Kemerdekaan yang telah dinantikan oleh sejuta umat rakyat Indonesia. Dan terjadilah peristiwa yang fenomenal, yang didengarkan oleh jutaan rakyat diberbagai pelosok Negeri ini. Menjadi saksi di hari paling bersejarah bagi Bangsa Indonesia, sebuah momentum yang menggetarkan jiwa dan raga. Seluruh rakyat bersorak dengan perasaan terharu pada saat peristiwa tersebut.
Merdeka! Merdeka! Merdeka!. Apa pendapatmu mengenai makna “Merdeka”, secara realitas kita memang sudah merdeka, tidak lagi dijajah oleh Bangsa asing. Tidak ada lagi gempuran roket yang menerjang di pusat kota, Kita sudah tidak berperang lagi. Lalu kenapa ? Kenapa masih ada di sebagian diri kita yang selalu mengagungkan senjata sebagai pertahanan kepentingan pribadi, kenapa tidak untuk kepentingan Negara ?  Kenapa di luar sana masih ada yang melakukan baku tembak, kenapa masih ada perang antar suku, antar desa, antar daerah. Bentrokkan terjadi dimana-mana. Media memberitakan peristiwa kerusuhan di berbagai pelosok Negeri ini. Bukankah Negeri ini sudah Merdeka ? Apa kita sudah lupa dengan bunyi Pancasila yang selalu kita sebutkan saat upacara bendera ? masih ingatkah kalian sila ketiga “Persatuan Indonesia”. Apakah dengan kerusuhan dan bentrokkan kita bisa dikatakakan bersatu ? tentu tidak! Kebanyakan dari mereka melakukan aksi seperti itu hanya ingin menuntut kepentingan pribadi.
Menurut pendapat para ahli, kita masih dijajah oleh yang namanya “kebodohan”. Kekurangpahaman kita terhadap sesuatu hal yang baru, memaksa kita mengikuti sebuah arus yang entah bermuara ke hal yang positif atau terjun ke muara yang negatif. Sebuah pertanyaan besar bila melihat tingkat kemiskinan yang masih menghantui para generasi penerus Bangsa, untuk masalah ini mungkin dianggap sepele oleh koruptor yang merajalela. Menguras secara perlahan uang rakyat serta membuat bangsa ini menjadi goyah dengan tumpukkan utang. Bukankah dulu kita adalah Bangsa yang mandiri, yang memiliki sumber daya alam paling banyak didunia. Kenapa di zaman sekarang sumber daya alam kita dikelola oleh Bangsa asing, alhasil untuk pembagian untungnya akan lebih besar pemilik kelola di banding pengelolanya. Hal ini akibat oknum yang ingin meraup untung demi kepentingan pribadi. Jika seperti ini terus yang terjadi, tingkat perekonomian Bangsa akan terganggu.
Ditambah lagi oleh penyakit yang tak bisa dipungkiri, efeknya berjangka pendek tapi berakibat fatal untuk kedepannya. Yaitu lupa. Rata-rata sebagian dari diri kita akan terasa mudah lupa oleh suatu hal yang selama ini sudah ditanamkan sejak kecil. Kita akan lupa dengan nila-nilai kebaikan yang sudah diajarkan sejak kecil, Kita mudah lupa pentingnya meniti dan membangun untuk Bangsa kita sendiri, dengan seiring perkembangan waktu ke waktu, kita bisa saja lupa dengan budaya luhur Bangsa ini.
Makna yang terkandung dalam kemerdekaan Indonesia adalah mengingatkan kita untuk  kembali kepada ajaran-ajaran kebaikan, kembali untuk mengingat nilai-nilai perjuangan Bangsa ini, kembali untuk peduli pada Bangsa ini, serapuhnya apapun Bangsa ini, segoyahnya apapun Bangsa ini, lakukan hal yang baik untuk tetap bisa menegakkan Bangsa ini. Karena semua tahu, bahwa kita sudah terlahir di Bangsa yang besar ini. Perjuangkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila, jangan hanya disebutkan saja, tapi realisasikan dengan kebenaran di kehidupan sehari-hari.
Marilah melangkah bersama untuk kebaikan Bangsa ini, jagalah keutuhan Bangsa ini dengan segenap jiwa dan raga kita. Janganlah jadi generasi yang berkepribadian egois ataupun mementingkan diri sendiri. Mulailah berbagi dan membangun solidaritas sesuai semboyan Bangsa kita. Karena yang menentukan arah kemajuan Bangsa ini adalah diri kita semua.
Terakhir mari kita mengingat  perkataan Pemimpin Pertama Bangsa Indonesia, Ir.Soekarno. dalam amanatnya beliau berkata “Jangan sekali-sekali melupakan sejarah!”. Karena dengan sejarahlah kita dapat pembelajaran dari masa lalu untuk pembenaran dan perubahan di masa yang akan datang.


Sabtu, 15 Agustus 2015


IBU ADALAH JALANKU MENUJU SURGA

Jika anda memberi segelas air pada ibu anda, dia akan menganggapnya sebagai sebuah hadiah. Ibu adalah satu-satunya orang yang tak akan meminta pembayaran apapun dari anda. Mari kita bicarakan tentang ibu yang telah melahirkan kita.
Segala yang anda bicarakan punya masalah dan solusi, kecuali ibu. Jika anda membicarakannya maka anda merasa dialah perwujudan kasih sayang dan cinta. Ibu selalu siap untuk mencinta dan berkorban untuk anda. Dia berkorban dan mencintai anda. Dengan begitu, seseorang yang tidak berbakti kepada ibunya adalah seorang yang miskin.
Anda bayangkan jika Allah Yang Maha Mulia menetapkan (na’udzubillah) untuk mengambil nyawa ibu anda malam ini. Anda akan menyesal atas setiap menit yang tidak anda habiskan bersamanya. Dan masalahnya, ibu anda akan selalu menghantui benak anda di setiap sudut rumah. Ketika seorang istri yang meninggal, pada akhirnya anda akan melupakannya. Dan apabila kita yang meninggal, istri kita juga akan melupakan kita. Dia akan menikah lagi setelah kita meninggal, dan kita juga begitu. Tapi kalau ibu kita yang meninggal, dia akan menghantui pikiran kita bahkan ketika kita tidur. Kenapa demikian? Karena dialah orang yang sudah bersama kita sejak kita lahir.
Pada saat anda menguburkannya di pemakaman, anda tidak akan merasakan kepedihan yang sebenarnya saat itu. Namun ketika anda pulang ke rumah dan melihat pakaian ibu yang tergantung, kemudian anda melihat sajadahnya tergeletak di lantai, anda melihat tasbihnya yang biasa dia gunakan untuk berdzikir, anda melihat kamarnya, lalu anda melihat parfum yang biasa dia gunakan, anda akan mengingat semua kenangan tentang ibu di setiap sudut rumah anda. Bahkan anda kadang terbangun dari tidur karena mengira mendengar suaranya, padahal dia sudah meninggal. Dengan begitu tak ada yang bisa menggantikan posisi seorang ibu yang melahirkan anda!
Ketika anda bertengkar dengan teman anda, ada rasa penyesalan setelah dia meninggal. Anda berkata “Andai saja aku berbaik hati kepada temanku.” Apalagi dengan ibu anda? Ketika ibu meninggal, anda mengingat pernah membentak ibu, anda berperilaku buruk padanya, dan anda pernah pergi tanpa izinnya. Anda teringat “Ibu marah padaku ketika aku membentaknya. Namun sekarang dia terbaring di bawah tanah. Aku ingin keridhaannya. Apa yang bisa kulakukan untuk mendapatkan ridhanya?”
Kenapa sekarang anda tidak mencari ridhanya selagi dia masih hidup? Berapa kali ketika anda pulang kerja, anda menanyai istri apa yang mau dia makan, namun berapa kali anda menelpon ibu, “Apa yang ingin ibu makan malam ini?” Mungkin anda tidak terlalu menganggap penting hal ini, namun bagi ibu anda, demi Allah, perhatian anda padanya lebih berharga daripada perhiasan di seluruh dunia. Ibu anda berkata dalam hatinya “Anakku menelponku untuk menanyai apa yang ingin kumakan. Dia begitu perhatian.”
Sebuah hadiah adalah tanda bahwa anda menyayangi seseorang dalam hati anda. Seberapa sering kita membelikan bunga dan parfum untuk istri kita, tapi seberapa cepat mereka melupakan hadiah dari kita? Tapi ketika anda memberi hadiah pada ibu anda, dia akan mengenakannya selama mungkin. Saya menantang anda untuk memberikan cincin pada ibu sebagai hadiah, maka anda akan melihat cincin itu di jarinya sampai dia meninggal. Belikanlah dia pakaian. Maka anda akan melihat dia memakainya dan berkata “Ini dari putraku, semoga Allah ridha padanya.” Semoga Allah ridha pada anda karena do’a ibu. Anda harus mendapatkan manfaat dari ibu selama dia masih hidup.
Rasulullah s.a.w bersabda “Tetaplah bersama ibumu, karena surga berada di bawah telapak kakinya.” Al Hassan al-Basri tidak menangis ketika putranya meninggal. Tapi ketika ibunya meninggal dia pun menangis! Orang-orang bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?” Dia berkata: “Sebuah pintu dari pintu-pintu surga telah tertutup, tapi ketika putraku meninggal tidak ada pintu yang tertutup.”

Itulah mengapa anda harus mendapat manfaat dari ibu anda. Ibu adalah yang utama dalam hidup anda. Percayalah padaku, seluruh dunia tidak akan mendengar keluhan anda, bahkan jika duka terlihat di wajah anda. Ketika anda duduk bersama seorang sahabat dan menceritakan kesedihan anda, beberapa lama setelahnya dia akan melupakan kesedihan anda, dan akan tersibukkan dengan urusannya sendiri.
Tapi jika anda menceritakan kesedihan anda pada ibu, maka dia akan berdo’a siang dan malam meminta Allah agar menghilangkan kesedihan anda. Dia akan memperhatikan anda dan menanyakan keadaan anda. Dia tidak akan melupakan kesedihan anda, sementara seluruh dunia tidak peduli pada anda.
Dunia tidak tahu kekhawatiran yang anda rasakan ketika anda tidak menceritakannya, namun seorang ibu tahu kekhawatiran anda hanya dengan melihat wajah anda. Dia bahkan mengetahuinya dari napas anda yang berubah. Jika sebuah hal kecil berubah dalam hidup anda, seorang ibu bisa merasakannya. Jika suara anda berubah, dia akan tahu bahwa anda sakit, sementara orang lain tidak akan peduli atau menanyakan keadaan anda.
Ketika anda pergi kerja tanpa sarapan, ibu tidak akan membiarkan anda. Dia bahkan akan mengikuti anda ke motor anda, meskipun hanya dengan sepotong roti dan secangkir teh, agar anda tidak bekerja tanpa sarapan. Sementara seorang istri tidak akan menghampiri anda jika anda bekerja tanpa sarapan, (dengan segala hormat untuk para istri).
Seorang ibu tidak dapat digantikan oleh suami, istri, saudara, atau seorang pun di dunia. Karena seluruh dunia dapat merasa bosan dengan suara anda kecuali ibu. Dia tidak akan bosan dengan suara anda meskipun anda berbicara berhari-hari. Dan terkadang rasa kantuk menerpanya ketika anda berkeluh-kesah kepadanya dan dia menahan kantuknya. Bahkan dia berkata “Aku masih bersamamu.” Sementara istri anda tidak demikian, dia akan berkata “Mari kita bicarakan ini di lain waktu.” Setiap orang akan bosan dengan suara anda, kecuali ibu anda.
Dan setelah semua yang dikorbankan ibu kita, kenapa kita tega mengesampingkan ibu kita? Itulah musibahnya. Kapan anda akan belajar tentang keberkahan dari seorang ibu? Seperti yang saya beritahu, ketika anda menempatkannya di liang lahat dengan tangan anda, maka anda akan menyesali semua waktu yang tidak anda habiskan bersamanya. Bahkan anda marah jika ada seseorang yang menganggu momen terakhir antara anda dan ibu, meskipun orang itu adalah anak atau istri anda.
Pepatah mengatakan bahwa apa yang anda tanam akan anda tuai pula. Jika anda tidak mau putra anda meninggalkan anda, maka jangan tinggalkan ibu anda. Dialah yang paling berharga untuk anda. Ketika anda selesai bekerja, temani dia dan makan malamlah bersamanya. Dia lebih berharga daripada istri anda. Sungguh dia lebih berharga, ya ibu anda. Dia lebih berharga untuk diajak berbelanja. Dia lebih berharga untuk anda antarkan bepergian dengan motor anda. Dia lebih berharga untuk anda berikan uang berbelanja.
Saya memohon kepada anda. Demi Tuhan, siapa di antara kita yang memperhatikan pakaian ibu kita?” Mungkin pakaian ibu kita dibeli setahun yang lalu. Dia hanya membelinya ketika Idul Fitri. Kasihan ibu kita, dia wanita yang malang. Dia tidak sampai hati meminta pada anda. Andai saja anda memperhatikannya. Berbeda dengan istri kita yang kadang meminta dibelikan pakaian.
Siapa di antara kita yang memperhatikan parfum ibu kita? Siapa di antara kita yang bertanya apa keperluan ibu kita? Siapa di antara kita yang memperhatikan tagihan listrik ibu kita? Mengapa kita hanya memperhatikan tagihan listrik istri kita dan anak-anak kita. Mengapa kita mengesampingkan ibu kita?
Subhanallah, anda tidak akan sukses jika ibu tidak ridha pada anda. Jika anda membuat istri anda ridha sampai kiamat, itu tidak membuka jalan kesuksesan, tapi jika anda membuat ridha ibu anda, ini adalah jalan kesuksesan sampai hari kiamat.

Itulah mengapa Allah memberikan pahala pada keshalehan dengan keshalehan, terlebih lagi keshalehan pada ibu. Kita lihat ibu kita tidak terlalu peduli pada wajahnya, tapi wajahnya bercahaya. Dia tidak memakai krim, lotionsun block, tapi wajahnya selalu bersinar. Dan parfum terbaik adalah parfum yang menyentuh telapak tangan ibumu meskipun harganya hanya lima ratus rupiah. Meskipun hanya lima ratus rupiah! Dengan demikian kenapa kita menelantarkan ibu kita? Ibu kitalah yang paling berharga dalam hidup kita.

Selasa, 11 Agustus 2015

BAJAJ PAK UMAR

Suasana terminal Blok-M seperti biasanya, ramai dan berdebu. Aku turun dengan tergesa karena metro mini yang kutumpangi sudah mulai mengambil penumpang. Kardus besar yang kupegang membuatku agak susah untuk berjalan di antara kerumunan orang. Kuputuskan untuk mencari bajaj. Sebenarnya di masa krisis seperti ini, naik bajaj adalah kemewahan bagiku. Namun tak apalah, daripada kardus yang berisi mainan edukatif bikinan istriku, hancur tak berbentuk. 


Terselip juga sedikit penyesalan di hatiku. Mengapa aku tak ikut kompromi papa yang menawarkan aku mobil dan uang saku tam-bahan. 

"Ryan, kau boleh pakai kijang yang ada di rumah, kalau kau mau.." Tawar papa ketika aku bilang aku ingin mencoba hidup mandiri dengan Lisna istriku. Aku menolak waktu itu, dengan alasan gajiku sebagai pegawai negeri tak cukup untuk membeli bensin. 

"Kalau uang bensin, kan papa bisa kasih.." Aku berterimakasih pada papa atas perhatian dan niat untuk menolongku, tapi aku laki-laki. Masa bermanja dan bergantung sekaligus menyusahkan orang tua sudah "kenyang" aku nikmati semasa SMA. Kini, saat aku sudah beristri, dan bekerja walaupun dengan penghasilan yang sekedarnya, aku tak mau lagi merepotkan orang tua ku yang sudah mulai menua, walaupun mereka mampu untuk itu. 

Lamunanku terhenti ketika aku sampai di jajaran bajaj yang menunggu penumpang di antara warung-warung jajanan. Suara bising mesin bajaj yang akan berangkat, tak menganggu beberapa supir bajaj yang sedang makan-makan di pinggiran selokan besar. Aku tersenyum melihat keacuhan mereka, yang tampak tetap menikmati makanan di sela-sela bau solar bajaj, selokan, debu, dan derum bis-bis kota. Mungkin, itu salah satu cara mereka mensyukuri nikmat rizki yang Allah berikan kepada mereka. 

Ku hampiri bajaj terdepan, seorang sopir bajaj usia 60 an bergegas menghampiriku. Dari jauh, penampilannya tak pantas sebagai supir bajaj, bersih dan tampak berpendidikan. Ketika supir bajaj itu mendekat, aku terkesiap, rasanya aku mengenali wajah supir bajaj yang telah memasuki bajaj tersebut.. 

"Mau ke arah mana dik..?"Tanyanya sambil menstater bajaj. Aku yang sedang terbengong-bengong tersadarkan oleh pertanyaan itu, sekaligus memastikan, siapa sosok di depanku. Supir bajaj di depanku ini adalah Pak Umar! Guru agamaku di SMA dulu. Memang dia tak mengenaliku, karena itu adalah 11 tahun lalu. Tapi aku masih mengenalinya, karena ketika aku SMA aku banyak berurusan dengan Pak Umar ini akibat kenakalanku dan kejagoanku berkelahi dulu.. 

"Hmm....arah Cipulir Pak..." jawabku agak tergagap, karena aku masih tak mempercayai penglihatanku. Apakah benar ini Pak Umar..? Aku mengangguk saja ketika Pak Umar menyebutkan harga ongkos bajaj. Aku ingin bertanya, apakah benar ini guruku ketika di SMA dulu. Tapi tenggorokan ku tercekat dengan keragu-raguan. Siapa tahu bukan Pak Umar. Kalau benar Pak Umar, apakah baik jika aku menyapanya di sini ? Jangan-jangan Pak Umar sendiri tak mau bertemu dengan bekas muridnya dalam keadaan seperti ini, menjadi supir bajaj! Selama di perjalanan aku asyik dengan pertarungan antara memastikan atau tidak, dan ketika itu ku dengar pertanyaan: 

" Pulang kerja, dik?" "Iya, Pak..." Mungkin ini kesempatan buat bertanya ... " Sekarang ini penumpang bajaj menurun, dik..."kata nya melanjutkan percakapan. 

"Yah, namanya juga sedang masa krisis, ya Pak. Sebisa mungkin menghemat.."jawabku sambil memperhatikan wajah di depanku dari kaca spion bajaj yang berdebu. Aku tak ragu lagi sekarang, benar dia Pak Umar! 

"Sudah lama, jadi sopir bajaj, Pak?" tanyaku mencoba mengorek untuk mencari kepastian. 

"Sudah dik, 18 tahunan.." Jawabnya. Senyumnya terlihat di kaca spion. 

"Tapi saya tak full narik bajaj. Biasanya hari Ahad saya full, tapi hari biasa cuma bisa sore-sore seperti ini." 

"Oh, begitu..?Jadi cuma sambilan, Pak?" tanyaku dengan suara setengah berteriak untuk mengalahkan derum bajaj. 

"Iya, dik...Pekerjaan utama saya guru di SMA, sekarang sih SMU, ya..?" 

Aku mendapat kepastian sekarang..Benar dia adalah Pak Umar. Jadi, Pak Umar sudah belasan tahun menyambi mengajar sambil menarik bajaj? Kutelan ludahku, teringat kenakalan-kenakalan ku dan kekurangajaran-kekurangan dalam bersikap pada sosok yang mulai menua yang membelakangiku. Apakah aku harus bilang kepadanya, bahwa aku adalah bekas muridnya, dan meminta maaf padanya atas segala kelakuanku dulu. Ku urungkan niat tersebut, biarlah, mungkin Pak Umar akan lebih enak bercerita tanpa tahu siapa yg diajak berbicara sekarang... 

"Wah, sudah lama sekali ya, Pak? Mengapa supir bajaj yang dipilih, Pak? Kenapa tak menyambi mengajar di sekolah swasta misalnya?"tanyaku penuh rasa ingin tahu. 

Pak Umar tertawa. "Kalau harus mengajar lagi di sekolah lain, tanggung jawabnya berat, dik... Mengajar satu sekolah, dengan ratusan murid saja, tanggung jawab terhadap Allahnya besar sekali. Jadi rasanya tak layak kalau saya mengajar hanya semata-mata cari uang. Kasihan murid-murid, dapat perhatian nya sebagai pengganti mencari uang. Kalau bajaj, kan tak harus memikirkan perkembangan murid, dik. Jadi secara moral buat saya lebih ringan. Apalagi dengan jadi supir bajaj, saya sering bertemu dengan murid-murid yang sudah "jadi". Bahagia rasanya, kalau mereka masih ingat bahwa saya adalah gurunya dulu. Tapi tahun depan ini saya pensiun,kok dik.. Mungkin jika masih diberi kesempatan saya ingin megajar di sekolah swasta. Menjadi guru itu menyenangkan dik, imbalannya banyak..Gaji dari sekolah dan gaji dari Allah karena memanfaatkan ilmu yang tiada putus..." Urainya panjang. Aku terpesona dengan uraian sederhananya. Aku tak tahu, bahwa sosok Pak Umar yang dulu sering kusepelekan, ternyata mempunyai idealisme mulia sebagai seorang guru. Adzan magrib dari corong menara mesjid dekat gang rumah mengingatkanku. 

"Tolong belok ke kanan, Pak.." 

Bajaj berhenti di mulut gang rumahku. Kusodorkan uang 10000-an pada Pak Umar. Wajah bersih itu terkejut, ketika kukatakan tak usah ada kembalinya. 

"Wah, si adik ini. Kan adik juga masih perlu bukan? Apalagi jaman krismon seperti sekarang..."tolaknya halus sambil menyodorkan uang kembalian. Ah, Pak Umar, ini tak seberapa dibandingkan dengan nasehat-nasehat berharga bapak ketika saya SMA dulu. Batinku dalam hati. Tapi aku tak memaksa, aku mengerti arti penolakan Pak Umar. 

"Bajaj bisa saya parkir di sini tidak ya,Dik..?" Tanyanya tiba-tiba. "Sudah magrib, ingin shalat di Mesjid ini dulu. 

Aku mengangguk. Kebetulan, aku pun ingin shalat Magrib sekalian. 

Lepas berjamaah, tangan keriput di sampingku, mengusap mukanya. Wajahnya yang bersih tersenyum kepadaku. "Mari Dik, saya pergi dulu. Assalamualaikum!" Dia beranjak sambil menyalamiku. Aku mengangguk. Rasanya sekarang sudah terlambat untuk mengaku bahwa aku adalah bekas muridnya dahulu. 

Tapi sebelum bajaj itu berlalu, aku bertanya padanya. 

"Pak kalau boleh tahu nama bapak siapa..? Siapa tahu bisa jadi langganan..?" 

"Saya? Saya Umar dik. Tapi murid-murid sering meledek saya dengan sebutan Umar Bakrie. Mungkin karena tokoh itu pas dengan nama saya, ya..?"senyumnya. Lalu Pak Umar mengangkat tangan kirinya melambai perlahan. Dan aku menatapi bajaj itu sampai sosoknya menghilang di kelokan jalan. 

Tiba di rumah, seperti biasa, Lisna dan dua orang anakku, Latifah dan Ahmad menyambutku dengan ramai. Latifah, 4 tahun mencium tanganku lantas menggandengnya dengan manja. Kardus besar ku letakkan perlahan di dekat kursi. Dan ku sambut Ahmad anak laki-lakiku, 2 tahun, dalam gendongan. 

"Ayo, Ifah, Ahmad, ayah lelah 'kan...Nanti saja mainnya setelah ayah makan.." 

Lisna melerai anak-anak yang bergelendotan manja padaku. Beginilah anak-anak setiap aku pulang.Tapi bagiku mereka adalah pelipur lelah, penghibur di kala aku susah dan sedih. Sambil makan kuceritakan satu-satu kejadian yang kualami hari ini. Kuceritakan tentang permainan edukatif Lisna yang belum tuntas kutawarkan pada toko-toko buku. Lisna mengangguk mengerti. 

"Namanya juga usaha, Bang...Apalagi ini baru tahap pengenalan terhadap pentingnya permainan yang mendidik buat anak-anak...Insya Allah, makin banyak yang tertarik, jika orang tua diberi pengertian tentang tanggung jawab mereka sebagai sekolah pertama..." Lisna terlihat optimis. 

Ketika Lisna menyebutkan kata sekolah, aku langsung teringat pertemuanku yang tak kusangka dengan Pak Umar tadi. Tanpa ada yang tersisa, kuceritakan semuanya pada Lisna. 

"Pak Umar yang sering Abang ceritakan itu..? Yang pernah Abang "kerjain" dengan memasukkan lem ke tas kerjanya..?" 

Aku mengangguk dengan segunung penyesalan. Keisenganku pada Pak Umar, hanya dikarenakan dia adalah guru yang paling rajin menasihatiku ketika aku selesai berkelahi dengan beberapa siswa SMA tetangga hanya karena masalah sepele. 

"Maaf, Bang..Bukan bermaksud bikin Abang merasa bersalah.." Lisna seperti memahami perasaanku. "Abang 'kan sudah berubah sekarang.." 

Aku mengangguk, aku mengerti maksud Lisna. Tapi ingatanku akan kenakalan dan kekurangajaranku pada Pak Umar, tak mudah dilepaskan begitu saja. Kini ketika hidayah Islam dilimpahkan Allah pada kehidupanku, ketika aku merasakan bahwa Islam yang kupeluk sejak lahir ternyata memberiku kedamaian dan ketenangan jiwa yang tak kurasakan dulu, membukakan mata hatiku. Betapa berharganya nasihat-nasihat Pak Umar di ruangan bimbingan dulu. Betapa malunya aku karena aku membayar nasihat-nasihat beliau dengan kekurang ajaran-kekurangajaranku. Ketika aku habis "berkelahi" dari medan pertempuran dengan beberapa luka di seluruh tubuh. Sementara guru-guru yang lain telah bosan berurusan dengan ku, hanya Pak Umar yang rajin menemuiku sambil bertanya," Belum bosan kau berkelahi, Ryan..?" 

"Tak kasihan pada orangtuamu, apalagi ibumu, yang selalu menangis kawatir melihat keadaanmu yang seperti ini setiap habis berkelahi..?" 

"Tak kasihan pada orangtuamu, ayahmu, yang selalu harus menanggung kerugian karena mobil yang dibeli dari hasil jerihpayahnya, hancur di medan perkelahian..?" 

"Tahukah, kau Ryan, bahwa banyak orang yang tak punya banyak rizki sepertimu..? Muda, punya orangtua yang bisa mencukupi kebutuhanmu, Tanpa terasa air mataku meleleh mengingat nasihat-nasihat Pak Umar. Apalagi, ketika hari ini aku menyaksikan sisi lain dari kehidupan Pak Umar. Bahwa untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan anak-anaknya, dia harus menarik bajaj. Dan itu dilakukannya dengan ikhlas, tanpa merasa rendah padahal dia adalah seorang guru yang pantas dihormati. Sedangkan aku...? Dulu begitu mudahnya menghamburkan rizki yang dikaruniakan Allah. Ya Allah... Aku tambah tergugu... 

"Bang, Insya Allah kita masih punya waktu buat minta maaf kepada Pak Umar. Lisna menggenggam tanganku sambil berkata pelan. Aku mengangguk.Walaupun sejak lulus SMA, lalu menjadi mahasiswa, bertemu Islam kemudian bertekad untuk berIslam seutuhnya aku selalu menghindari hal-hal yang mengingatkan ku pada masa laluku. Tetapi jauh dilubuk hatiku pertemuan dengan Pak Umar selalu aku harapkan. Ya, mungkin ini saatnya aku untuk minta maaf padanya, dan menunjukkan pada Pak Umar bahwa semua nasihat-nasihatnya membekas dalam kehidupanku. 

"Kita bisa ke SMA Abang dulu atau bertandang ke rumahnya..." Rumahnya...? Aku baru menyadari bahwa aku tak tahu rumah Pak Umar sama sekali... Akhirnya kutanamkan tekad, aku akan pergi ke bekas SMAku yang telah belasan tahun tak kukunjungi, dan bertemu dengan Pak Umar, sebagai guru. Meminta maaf padanya atas segala kenakalanku, dan bilang kepadanya bahwa sekarang aku telah menjadi manusia yang sesungguhnya. Tentu Pak Umar akan merasa bangga, Seperti yang beliau ungkapkan di bajaj sore tadi... 

***** 

Namun sayang, ternyata Allah belum memberiku kesempatan untuk menemui Pak Umar. Kesibukanku di kantor, dan tugas proyek penelitianku ke Bandung, membuatku sejenak melupakan janjiku untuk menemui Pak Umar. 

Sampai kemudian di hari itu... Aku bergegas ke tempat mangkal bajaj. Mudah-mudahan hari ini aku bisa bertemu Pak Umar, dan bilang padanya bahwa aku adalah bekas muridnya dan meminta maaf kepadanya atas kekurangajaranku padanya dulu. Karena jika bertandang ke SMAku dulu, aku kawatir aku tak bisa menyisihkan waktu lagi. 

Dengan agak berdebar-debar aku menghampiri deretan bajaj. Kuperhatikan di antara supir-supir bajaj, tak ada sosok berwajah bersih di antara mereka. Apakah Pak Umar sedang narik penumpang..? Dengan agak canggung aku ikut masuk pada deretan supir-supir bajaj yang sedang duduk makan. Kupesan segelas es kelapa muda, agar aku punya alasan untuk berlama-lama di situ. Satu jam berlalu. Langit sebelah barat sudah mulai menjingga, sepertinya magrib tinggal beberapa menit lagi. Tapi bajaj Pak Umar tak nampak juga. 

Sebenarnya aku tak berharap akan mendapat jawaban yang pasti, ketika sedikit iseng aku bertanya pada supir bajaj yang baru datang di sampingku. 

"Bapak kenal Pak Umar yang katanya guru SMA tapi juga supir bajaj, Pak..?" Supir bajaj itu menatapku, 

"Adik bekas muridnya, ya..?" Aku mengangguk... 

"Wah, dik, Pak Umar sudah meninggal 3 hari lalu. Karena bajajnya di tabrak truk di persimpangan Jalan A......" 

Aku tak mendengar kelanjutan omongannya. Hanya satu kata kunci yang kudengar. Pak Umar telah meninggal dunia, ditabrak truk ! Innalillahi wa inna ilaihi raajiun. 

Langit sebelah barat atas makin menjingga. Langkahku terasa gamang. Pak Umar, maafkan saya, Pak.... Penyesalanku membuncah karena aku tak cepat-cepat menemuinya sekali lagi. Sepertinya Allah memberiku pelajaran sekarang, karena aku tak memanfaatkan pertemuanku dengan Pak Umar semasa beliau hidup. Dadaku terasa sakit, dan mataku terasa panas. 

Kutengadahkan wajahku, agar air yang menggelantung di sudut mata tak terjatuh di pipiku. Jingga di langit sebelah barat perlahan berganti gelap. Mungkin sudah lewat magrib sekarang. Aku harus shalat magrib dan shalat ghaib untuk Pak Umar sekarang. Selagi aku punya waktu luang, seperti nasihat Pak Umar sebelas tahun lalu. 

Selamat jalan, Pak Umar! Semoga Allah mengampuni segala kesalahanmu, dan membalas segala kebaikan-kebaikanmu dengan yang terbaik. Dan jangan kawatir Pak Umar, ilmumu, nasihatmu, terus mengalir hidup dalam diri murid-muridmu. dalam diriku, dan semoga dia menjadi amal shalihmu. Dan menjadi gaji akhiratmu yang tiada putus seperti yang engkau bilang padaku di bajaj dulu. 

Blok-M, walaupun telah mulai gelap, tapi masih saja ramai...


Minggu, 09 Agustus 2015


FASE  KEHIDUPAN

            Fase kehidupan ini senatiasa berputar sesuai dengan ketentuan sunatullah. Secara garis besar setiap manusia akan mengalami tiga fase sebelum ajal menjemput jika dia mencapai usia senja. Manusia terlahir sebagi seorang bayi berada pada fase pertama yang ditandai dengan  dominasi nafsu dan ego. Bayi dan anak-anak selalu suka  dengan permainan dan perhatian  serta suka menang sendiri sebagai bukti eksistensi diri.
 Fitrah positif juga ada pada anak yang berupa sifat lugu dan polos secara otomatis tertanam sejak lahir yang kemudian berkembang seiring dengan pengaruh pendidikan dan pergaulan. Fase pertama tersebut berada dalam jangka waktu sampai sekitar umur 10 tahun. Namun, ada manusia yang memperpanjang atau memperpendek fase pertama ini dengan menjaga fitrah positif dan menekan nafsu-ego ataupun sebaliknya. Al-Ghazali dalam petikan karya tentang nafsu, mengajarkan kita cara menekankan nafsu-ego itu dengan senantiasa mengenal Allah yang diikuti pembenanan ibadah yang sesuai tuntunan Rasul.
            Seiring dengan perjalanan waktu dalam mengenal Allah dan menerima pembebanan ibadah yang menjadi tugas dalam kehidupan ini, manusia akan mengalami fase kedua yakni menekankan akal-rasio yang menjadi pertimbangan dalam setiap mengambil keputusan hidup. Akal dan rasio yang merupakan anugrah khusus buat manusia terkadang bisa menjadi jalan untuk bisa mengenal Allah lebih mendalam atau bahkan berubah menjadi sarana kekufuran karena terjerumus dalam mengagungkan akal secara berlebihan. Manusia akan selalu memikirkan untung-rugi saat menjalani fase ini.  
Benar-salah, baik-buruk, kawan-lawan, hitam-putih semua dihukumi dengan pertimbangan akal-rasio sehingga mengantarkan manusia menjadi pribadi yang bertanggung-jawab dengan tendensi tertentu. Tendensi atau sering disebut niat inilah yang akan mempengaruhi perkembangan fase selanjutnya, apakah berhenti cukup pada fase ini atau senantiasa berkembang menuju fitrah hakikat manusia yang sesungguhnya. Manusia akan stagnan pada fase kedua ini atau bahkan masih berada pada fase pertama karena belum mampu memanage ego dan bersandar pada hal-hal yang lemah.
Jangka waktu fase kedua ini secara umum berakhir sampai umur 25 tahun, tetapi seperti pada fase pertama tadi, ada yang memperpanjang dan memperpendek fase tersebut. Alangkah sangat bijaksana jika fase akal-rasio ini dipupuk dengan suplemen fitrah positif yang ada pada fase pertama.
            Sifat jujur dan polos yang disertai tanggung-jawab dengan tendensi yang lurus akan mempercepat mengantarkan manusia pada fase ketiga. Tidak semua manusia mampu mencapai fase ketiga ini karena pencapaian atau pun akselerasi untuk menuju fase tersebut memerlukan energi yang luar biasa. Pada fase ketiga ini dominasi ego dan akal sudah dapat ditaklukan oleh jiwa karena God Spoot sudah mampu bangun untuk menyadari hakikat hidup. 
Jika ego mampu ditekan, rasa polos dan jujur terpadu dengan rasa tanggung-jawab yang dilandasi niat yang lurus maka diharapkan akan menjadi bahan bakar yang efektif untuk melintasi perjalanan fase kehidupan menuju satu asa yang sejati. Satu asa yang sejati hanya akan tumbuh dan mampu kita capai saat setiap kesimpulan dan pertimbangan dalam kehidupan kita senantiasa beraura positif.
            Setiap perlintasan menuju fase kehidupan ini tak akan lepas dari tangga-tangga ujian. Oleh karena itu diperlukan latihan dan efisiensi energi dalam menempuh perjalanan ini agar menuju puncak fase kehidupan. Perulangan latihan dan efieiensi energi itu mematuhi aturan Allah yang berupa perputaran ruang dan waktu. Manusia yang berada pada fase pertama dan kedua menjadikan perputaran waktu dan ruang sebagai standar perlintasan usia dan manusia yang berada pada fase ketiga menjadikan perulangan latihan amal yang berupa efisiensi energi sebagai patokan perlintasan usia. Selamat memilih dan menimbang berada pada fase manakah kita sekarang?....