SEJARAH ISLAM
DI CINA
Cina sebagai negeri yang aktif dalam perdagangan
Internasional menyebabkan pedagang-pedagang muslim dari Arab melakukan
perdagangan ke Cina sambil menyebarkan Islam di berbagai wilayah yang
disinggahi. Adapun perjalanan yang dilalui dalam persebaran Islam di Cina
adalah dengan melalui perjalanan darat dan laut. Perjalanan darat dimulai dari
daratan Arab sampai ke bagian barat Laut Tiongkok dengan melewati Persia dan
Afganistan. Jalan ini terkenal dengan nama jalan sutra atau silk road.
Akibat dari interaksi-interaksi yang dilakukan mereka dengan pedagang-pedagang
lain termasuk pedagang-pedagang Cina menyebabkan adanya suatu pengenalan
kehidupan negeri asal pedagang-pedagang tersebut baik dari segi sosial, budaya
maupun agama, termasuk pengenalan yang dilakukan pedagang-pedagang muslim
mengenai Islam yang secara tidak langsung. Pedagang-pedagang Cina yang
berinteraksi dengan pedagang-pedagang muslim sedikit banyaknya menerima
kehadiran Islam bahkan mereka memeluk Islam sebagai agama mereka. Penyebaran
Islam ini kemudian meluas hingga ke masyarakat Cina, khususnya wilayah-wilayah
yang digunakan sebagai pusat perdagangan. Masyarakat Cina yang telah memeluk
Islam meminta pedagang-pedagang muslim untuk mengajarkan Islam lebih banyak
lagi.
Dalam buku Cheng Ho-Penyebaran Islam di Cina ke
Nusantara disebutkan bahwa perkembangan Islam berjalan lambat di Cina pada
awalnya. Hal itu disebabkan karena pedagang-pedagang Islam dari Arab itu tidak
diperbolehkan menikah dengan penduduk setempat ataupun berinteraksi pada masa
itu. Seiring berjalannya waktu mereka diberi kelonggaran untuk dapat
berinteraksi maupun menikahi wanita setempat bahkan mereka diperbolehkan
membangun pemukiman-pemukiman bagi mereka dan keturunannya.
Para pedagang Arab dan Persia yang berniaga ke
Tiongkok pada umumnya orang-orang Islam yang datang secara perorangan itu
kemudian memanfaatkan kebebasan tersebut dengan menikahi wanita setempat.
Keturunan mereka dari generasi ke generasi memeluk Agama Islam dan menjadi
penduduk di Tiongkok. Hal yang sama juga dilakukan oleh para tentara mongol
muslim yang menetap di Cina setelah mengikuti ekspedisi ke Barat yang dipimpin
oleh Genghis Khan. Dalam memenuhi kebutuhan mereka sebagai eks tentara mongol,
mereka juga melakukan perdagangan atau bekerja sesuai dengan keahliannya
seperti pengrajin kayu, pandai besi dan lain-lain. Selain menikahi perempuan
setempat, pedagang-pedagang dan tentara-tentara mongol ini sudah tentu
membangun pemukiman-pemukiman yang dijadikan sebagai tempat menetap yang nyaman
dan dapat melangsungkan kehidupan sehari-harinya. Mereka membangun
masjid-masjid untuk memenuhi kewajiban beribadahnya.
Sedangkan orang-orang Islam Cina yang sudah berhasil
dalam mempelajari Agama Islam di daratan Arab kembali ke Cina, mereka sebagai
orang-orang Islam mempunyai misi untuk berupaya mengembangkan agar ilmu dan
hasil yang di dapat dalam mempelajari Islam dapat di wariskan ke anak cucu
mereka di Cina. Dari sinilah kemudian muncul pemuka-pemuka Islam untuk
mengajarkan Islam kepada orang-orang Cina Islam lainnya dengan memanfaatkan
masjid selain tempat beribadah juga sebagai sarana untuk belajar mengajar atau
pusat pendidikan dan pusat komunitas. Anak-anak diajarkan membaca Al-Qur’an,
bahasa Arab dan bahasa Persia.
Ketika Dinasti Tang berkuasa (618 –
690 dan 705 – 907), Cina tengah mencapai masa keemasan, sehingga ajaran Islam
tersebar dan dikenal masyarakat Tiongkok. Berawal dari kaisar Cina pada masa
Dinasti Tang yang tampaknya memiliki pengetahuan tentang nabi-nabi Islam dan
Kristen, sebagaimana yang dituturkan oleh penjelajah Arab Ibn Wahab dari Basra
kepada Abu Zaid sekembalinya ke Irak. Kaisar Dinasti Tang meminta bantuan
Kerajaan Persia untuk mengutus pengajar-pengajar Islam ke Cina. Namun, raja
Persia yakni Raja Firus menolaknya karena daratan Cina terlalu jauh untuk
didatangi. Akibat dari penolakan tersebut, Kaisar Cina lah yang mengutus
orang-orang Cina untuk belajar Islam di Madinah pada masa kekhalifahan Utsman
Bin Affan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.
Di dalam kitab sejarah Cina, yang berjudul Chiu
T’hang Shu diceritakan Cina pernah mendapat kunjungan diplomatik dari
orang-orang Ta Shih (Arab). Orang-orang Ta Shih ini,
merupakan duta dari Tan mi mo ni’ (Amirul Mukminin), yang ke-3
(Khalifah Utsman bin Affan). Pada masa ini Khalifah
Utsman bin Affan menugaskan Sa’ad bin Abi Waqqashuntuk membawa
ajaran Illahi ke daratan China (Konon, Sa’ad meninggal dunia
di Cina pada tahun 635 M, dan kuburannya dikenal sebagai Geys’ Mazars). Utusan
khalifah itu diterima secara terbuka oleh Kaisar Yung Wei dari Dinasti
Tang. Sejak saat itu Islam dikenal dan mulai tersebar di berbagai
wilayah di Cina. Tidak hanya itu, khalifah-khalifah Islam lainnya juga sering
mengirim delegasi ke Cina untuk mengajarkan Agama Islam kepada orang-orang
Islam Cina seperti halnya yang dilakukan Harun Al Rosyid (A-Lun), Abu Abbas
(Abo-Loba) dan Abu Dja’far (A-pu-cha-fo) dalam riwayat Dinasti Tang. Buya
HAMKA didalam bukunya Sejarah Umat Islam menulis, pada tahun
674M-675M, Cina kedatangan salah seorang sahabat Rasulullah, Muawiyah
bin Abu Sufyan (Dinasti Umayyah), bahkan disebutkan setelah kunjungan ke
negeri Cina, Muawiyah melakukan observasi di tanah Jawa, yaitu
dengan mendatangi kerajaan Kalingga. Berdasarkan catatan, diperoleh
informasi, pada masa Dinasti Umayyah ada 17 duta muslim datang
ke China, sementara di masa Dinasti Abbasiyah dikirim sebanyak
18 duta.
Pada
awalnya, pemeluk agama Islam terbanyak di China adalah para saudagar dari Arab
dan Persia. Orang China yang pertama kali memeluk Islam adalah suku Hui
Chi. Kemudian Kaisar Yung Wei memerintahkan pembangunan Masjid
Huaisheng atau masjid Memorial di Kanton, yang merupakan
masjid pertama di daratan Cina. Orang China mengenal Islam dengan sebutanYisilan
Jiao yang berarti ‘agama yang murni’. Masyarakat Tiongkok menyebut
Makkah sebagai tempat kelahiran ‘Ma-hia-wu’ (Nabi Muhammad
SAW).
Pada
pertengahan periode Dinasti Tang, jalur sutra diganggu orang-orang Turki dan
mengakibatkan pedagang-pedagang Arab melakukan perjalanan laut. Perjalanan itu
dilakukan mulai dari Teluk Persia dan Laut Arab sampai ke pelabuhan-pelabuhan
di Tiongkok seperti Guangzhou, Quanzhou, Hangzhou, Yang hou melalui teluk
Benggala, Selat Malaka, dan Laut Tiongkok Selatan.
Ketika Dinasti
Song (960 – 1279) bertahta, umat Muslim telah menguasai industri
ekspor dan impor. Bahkan, pada periode itu jabatan direktur jenderal pelayaran
secara konsisten dijabat orang Muslim. Pada tahun 1070 M, Kaisar Shenzong dari
Dinasti Song mengundang 5.300 pria Muslim dari Bukhara untuk tinggal di China.
Tujuannya untuk membangun zona penyangga antara China dengan Kekaisaran Liao di
wilayah Timur Laut.
Pada awal abad ke-13 Genghis Khan mengadakan ekspedisi
ke Barat, Genghis Khan memerintah orang-orang Islam di Asia Tengah dan Asia
Barat membantu tentara Mongol. Orang-orang ini terdiri atas prajurit, tukang
kayu, pandai besi dan sebagiannya ikut ke Tiongkok bersama tentara Mongol.
Ketika Dinasti Mongol Yuan (1274 M -1368 M) berkuasa, jumlah pemeluk Islam di
China semakin besar. Mongol, sebagai minoritas di Cina, memberi kesempatan
kepada imigran Muslim untuk naik status menjadi Cina Han. Sehingga pengaruh
umat Islam di Cina semakin kuat. Ratusan ribu imigran Muslim di wilayah Barat
dan Asia Tengah direkrut Dinasti Mongol untuk membantu perluasan wilayah dan pengaruh
kekaisaran.
Bangsa Mongol menggunakan jasa orang Persia, Arab dan
Uyghur untuk mengurus pajak dan keuangan. Pada waktu itu, banyak Muslim yang
memimpin korporasi di awal periode Dinasti Yuan. Para sarjana Muslim mengkaji
astronomi dan menyusun kalender. Selain itu, para arsitek Muslim juga membantu
mendesain ibu kota Dinasti Yuan, Khanbaliq (Sumber : Sejarah Islam di Negeri
Tirai Bambu ).
Pada masa Dinasti Yuan (1274-1368) berbagai bangsa di
Xi Yu disebut sebagai bangsa Se Mu. Pada waktu itu bangsa Se Mu mempunyai kedudukan
sosial yang lebih tinggi daripada bangsa Han, akan tetapi di bawah status
bangsa Mongol. Dengan ditempatkannya banyak prajurit yang muslim dan
dibangunnya masjid di berbagai tempat oleh penguasa Dinasti Yuan, Agama Islam
mulai tersebar luas di Tiongkok. Orang-orang Islam tersebut pada umumnya
berasal dari bangsa Se Mu. Sebagaimana diketahui, pada masa Dinasti Han
(206-220M) Xi Yu mengacu Xinjiang (bagian barat Laut Tiongkok). Asia Tengah dan
daerah-daerah lainnya yang terletak di sebelah barat kota Yung Meng Guan
(Provinsi Ghansu). Orang-orang Bukhara itu lalu menetap di daerah antara
Kaifeng dan Yenching (Beijing). Mereka dipimpin Pangeran Amir Sayyid alias
‘So-Fei Er’, yang kemudian dikenal sebagai `bapak’ komunitas Muslim di China.
Pada masa kekuasaan Dinasti Ming (1368 – 1644), Muslim
masih memiliki pengaruh yang kuat di lingkaran pemerintahan. Pendiri Dinasti
Ming, Zhu Yuanzhang adalah jenderal Muslim terkemuka. Ada lagi Lan Yu Who pada
sekitar tahun 1388. Lan memimpin pasukan Dinasti Ming dan menundukkan Mongolia.
Selain itu, di masa Kaisar Yong Le (Zhu Di) muncul seorang pelaut Muslim yang
handal, yang bernama Laksamana Cheng Ho.
Sumber: okky-fib11.web.unair.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar