TEMPER
TANTRUM DALAM ISLAM
Oleh : Etty
Sunanti
Beberapa hari ini saya gusar, melihat sebuah
status di akun fb, seorang ayah yang membiarkan anak balitanya mengamuk, hingga
sampai tertidur di jalan saat terik Matahari. Sudah begitu, sang anak posisi di
bawah kaki sang ayah. Sang ayah justru merasa cuek dan bangga dengan
sikapnya yang sudah merasa benar dengan kondisi anak tersebut. Karena merasa
sudah memiliki *ilmunya tentang temper tantrum*. Membiarkan anak, karena itu
merupakan fase yang sudah wajar dilaluinya. Dan anehnya, like dan followernya
sangat banyak, mungkin para netizen baru mendengar istilah tersebut. Jadi
seolah seru kalau rame rame berkomentar.
Sayangnya penulis status tidak menjelaskan secara
detail bagaimana Temper Tantrum, itu yang membuat saya galau bin gusar. Tulisan
beliau hanya singkat saja. Karena perlakuan temper tantrum ada tahapan yang
harus di fahami. Dan harus benar-benar di mengerti oleh para orang tua. Jangan
sampai mengambil kesimpulan yang sempit, yang akan membahayakan anak itu
tersendiri.
Karena saat anak mengamuk, dan tidak di fahami
orang tua. Dadanya terasa sakit, dan bisa menyerang gangguan pada Jantung dan
Otaknya. ( ini secara medis )
Karena setiap anak memiliki kekebalan tubuh yang berbeda.
Pun demikian,
kehormatan diri anak juga merasa tercabik. Sungguh amat di sayangkan.
Dalam Islam, justru lebih detail lagi. Karena,
melihat persoalan tidak sebatas urusan fisik tetapi juga urusan metafisik. Yang
mana kemampuan setiap orang berbeda tingkatan pemahamannya. Artinya
keterbatasan ilmiah masih pada tataran gejala fisik, belum menjangkau yang
metafisika.
Dalam Oxford
Dictionary, kata Temper dan Tantrum berasal dari bahasa Inggris yang berarti
sebagai berikut :
1. Temper :
- fact becoming angry very easily
- short periode of feeling very angry
2. Tantrum : out burst of bad temper especially by a child.
Dalam beberapa
literatur bisa saya simpulkan, makna Temper Tantrum sebagai berikut.
1. Letupan amarah anak di saat menunjukkan kemandirian dengan sikap negatifnya.
2. Ledakan emosi yang biasanya dikaitkan kepada anak atau orang dalam kesulitan
emosional. Yang di tandai dengan sikap keras kepala, menangis, menjerit,
berteriak, pembangkangan, mengomel, marah-marah. Sebagai resistensi terhadap
upaya untuk menenangkan. Dan dalam beberapa kasus kekerasan, kendali fisik bisa
hilang. Anak atau orang tersebut mungkin tidak dapat diam. Dan bahkan jika
tujuan dipenuhi sekalipun masih tidak bisa tenang.
Secara
psikologis, biasanya secara umum, Temper Tantrum sebagai gejala yang di miliki
pada anak usia balita. 2 sampai dengan 4 tahun. Tetapi menurut hemat saya,
kejadian temper tantrum bisa menimpa anak usia sampai 10 tahun. Bahkan pada
kasus tertentu bisa di miliki anak usia baligh/remaja. Tapi ini sangat jarang.
A. SEBAB
TERJADINYA TEMPER TANTRUM
Anak,
khususnya balita ketika sedang lepas kendali. Keadaan dirinya sedang kacau,
bingung dan berantakan. Keinginannya harus dipenuhi saat itu juga. Karena anak
balita tidak mengenal konsep "nanti". Sehingga tidak dapat
menunda/menunggu pemenuhan atas keinginannya. Karena keinginannya tidak
terpenuhi, ia merasa tidak puas dan frustasi.
B. HAL-HAL
YANG MEMBUAT ANAK FRUSTASI
1. Tidak
mendapatkan apa yang di inginkan.
2. Tidak mampu melakukan sendiri.
3. Menginginkan orang tua melakukan sesuatu yang bertentangan.
4. Tidak mengetahui apa yang di inginkannya.
5. Tidak mampu menjelaskan apa yang di inginkannya.
6. Tidak mampu mengendalikan sesautu.
7. Di salah fahami
8. Bosan
9. Lelah
10. Lapar
11. Sakit
12. Mencontoh tindakan orang tua/orang lain yang salah.
Dan ketika
dalam kondisi tersebut di atas, mereka merasa terabaikan, maka mereka akan
mengamuk.
C. TINDAKAN
ORANG TUA MENGANTISIPASI DAN MENANGANI TEMPER TANTRUM
Berikut adalah
tindakan secara umum, yang bisa dilakukan para orang tua. Tanpa membedakan
agama ataupun keyakinan. Tindakan ini dalam Islam di sebut Al Fitrah. Artinya
tindakan yang bisa di terima secara ilmiah, baik psikologi atupun bersifat
fisik/logis.
Orang tua
seharusnya harus memahami 3 fase dalam Temper Tantrum.
1. Fase sebelum terjadi amukan ( antisipasi )
2. Fase pada saat mengamuk
3. Fase sesudah mengamuk
Berikut
penjelasan masing-masing fase.
1. Tindakan orang tua, sebelum fase mengamuk.
- Harus mengenali emosi-emosi tersebut, misal biasanya kalau di ajak
pergi suka kabur sendiri. Kalau di biarkan akan hilang, kalau di larang malah
sengaja menghilang. Kalau di tegur , malah emosi di depan umum, melawan. Maka
orang tua harus faham, bisa jadi dia suka tantangan, maka kalau pergi berilah
kepercayaan dan tantangan yang dia suka. Misal biarkan dia berangkat dengan
kendaraan terpisah, titipkan sopir angkot yang kita kenal. Agar sampai tujuan
yang sama. Dan berbagai strategi yang jitu dari orang tua.
- Berikan contoh yang baik secara kontinyu dan konsisten, jika orang tua
memberikan teladan yang baik, Insya'Allah anak juga akan merekam dan menjiplak
dengan baik.
- Anak akan menyesuaikan perlakukan kita. Kalau orang tua lembut, mereka
juga akan lembut. Kalau orang tua kasar, maka anak akan jauh lebih kasar.
Begitu seterusnya. Istilah saya, orang tua harus memiliki Good Influence,
ketika orang tua tenang akan lebih mudah berpengaruh baik pada anak. Jika orang
tua panik dan emosional, maka anak juga akan ketularan emosi.
- Memberikan perhatian yang cukup pada anak, maka anak akan merasa puas, aman,
dan tenteram dengan sendirinya. Kalau dari awal, orang tua tidak care, tentu
saja akan banyak kekacauan hati dari anak-anak.
- Jika orang tua sudah tahu akan sibuk dan tidak mampu menghandel anak, bisa
meminta bantuan "penjaga anak" ( hadimat/baby sitter) dengan baik.
- Membawa bekal yang cukup, termasuk buku yang menarik, atau permainan yang
mereka sukai. Untuk menyibukkan mereka dengan hal positif.
2. Fase pada saat mengamuk
- Jangan hiraukan, diamkan saja, karena semakin di perhatikan, biasanya
cenderung malah semakin menjadi.
- Memegangi anak dengan kuat tanpa mencederai, mendekap dan memeluk. Agar
mereka merasa aman.
- Orang tua harus bersikap tegas, peduli dan positif.
- Mengalihkan perhatian anak
- Kalahkan dia dengan suara tegas
3. Fase setelah mengamuk
- Memeluk dan menciumnya
- Jelaskan bagaimana sebenarnya sesuatu yang benar dan baik itu, pada anak.
- Memberikan pemahaman yang mudah mereka terima, jangan membuat nasihat yang
berat dan sulit
- Membertahu perilaku seperti apa yang kita inginkan. Agar kejadian tersebut,
tidak terulang lagi.
- Memberikan aktifitas positif, seperti olahraga, seni, bermain bersama,
kegiatan di alam terbuka, dll.
- Jelaskan dan ajarkan antara kebutuhan dan keinginan. Kalau kebutuhan
harus di berikan, kalau keinginan tidak harus diberikan. Dan bisa di tunda.
- Berikan batasan-batasan khusus, mana yang boleh mana yang terlarang.
- Memberikan wawasan tentang banyaknya pilihan pilihan yang bisa mereka
peroleh.
- Di ajarkan konsisten atau istiqomah.
D. DAMPAK
TEMPER TANTRUM JIKA TIDAK DI TANGANI
1. Anak akan
menggunakan senjata, bahwa amukan bisa membuatnya mendapatkan apa yang di
inginkan.
2. Amukan akan bertambah hebat.
3. Mereka semakin pandai bersandiwara, bisa mengamuk di saat banyak
orang.
4. Bisa berdampak bipolar ( berkepribadian ganda)
5. Anak semakin lihai memanfaatkan kesempatan untuk mengerjain orang tua/orang
lain.
E. PANDANGAN
ISLAM DALAM TEMPER TANTRUM
Dalam Al Qur'an
surat Al Furqon ayat 74, yang artinya, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah
kepada kami , isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai ^qurrota a'yun^ (
penyenang hati kami ) , dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertaqwa."
Orang yang
bertaqwa di gambarkan oleh Allah dengan doa seperti itu. Meminta kepada Allah
agar memiliki anak yang qurrota a'yun yaitu anak yang menyenangkan hati.
Sedangkan akhir akhir ayat tersebut orientasi qurrota a'yun adalah orang-orang
yang bertaqwa. Jadi, anak-anak yang qurrota a'yun adalah bekal menjadi anak
yang bertaqwa.
Anak yang
mengamuk, meskipun itu ada fasenya mengamuk secara ilmiah. Tetapi bisa di
cegah, bisa di antisipasi. Seperti penjelasan pada fase sebelum mengamuk.
Telebih hadits yang sering kita sebutkan, walaa taghdhob falakal jannah,
"Jangan marah maka kamu akan masuk Surga". Artinya kemarahan pada
siapapun bisa di kendalikan, dan bisa di hilangkan.
Kondisi, anak
yang qurrota a'yun tidak mungkin kalau dia sering mengamuk. Atau tidak mungkin,
kalau tidak punya kendali yang baik. Anak yang qurrota a'yun adalah anak-anak
yang tenang yang menyenangkan hati, meskipun dia masih balita sekalipun. Sehat,
lucu, suka tersenyum manis, manja, menggemaskan, dan sangat riang gembira.
Kunci utama,
agar anak tidak mengalami Temper Tantrum tentunya, orang tua harus memberikan
hak-haknya pada anak dengan baik. Kalau hak mereka kita abaikan tentu saja,
mereka akan marah. Dan ini sebuah kedholiman orang tua. Bukan salah anaknya,
lalu mencari pembenaran "Oh biarkan saja, dia mengamuk, nanti kan diam
diam sendiri, ben ora numan, biar tidak manja, biar dia rasain, lagian memang
dia masanya tantrum kok. Dia memang ada bakat tantrum kok. Sudah biarin saja.
"
Nah.. pendapat seperti ini jelas salah.
Pasti ada hak
yang belum kita berikan kepada mereka. Atau kewajiban kita sebagai orang tua
belum kita lakukan.
Dalam urusan
hak anak tersebut, sampai Rasulullah Muhammad bersabda di dalam Hadits riwayat
Ashabussunnah, Imam Ahmad dan Ibnu Hibban dari Annu'man bin Basyir R.A. yang
artinya, "Berbuat adil-lah di antara anak-anakmu, berbuat adil lah di
antara anak-anakmu, berbuat adil lah di antara anak-anakmu.."
Dalam Al Quran
surat Al Maidah di akhir ayat 8 di sebutkan, i'diluu huwa aqrobu littaqwa, yang
artinya, "... Berbuat adil-lah karena adil itu lebih dekat kepada
taqwa.."
Adil di sini
bermakna kita benar-benar memberikan hak mereka dengan baik. Begitupun kita
harus melakukan kewajiban dengan baik. Misal, kalau anak lapar tentu dia akan
mengalami emosi yang buruk. Berapa banyak, orang tua asyik bermain gadget,
anak-anaknya asyik bermain sampai lupa makan. Tiba-tiba saja anak menjadi
demam, dan menangis berkepanjangan. Atau seorang ibu yang tidak kreatif,
ketika anaknya tidak mau makan, ya sudah, mau bagaimana lagi. Ini jelas orang
tua yang dholim. Yang merampas hak hak anak.
Atau adil
bermakna memberikan hak anak sesuai porsinya secara proporsional. Tidak pilih
kasih, hanya anak tertentu yang diperhatikan. Sedangkan ada anak yang di
abaikan. Pasti dia akan protes dengan kemarahan.
Nah,
seharusnya orang tua wajib faham tentang hak anak yang harus dipenuhi. Karena
itu perintah Rasulullah Muhammad Sholallahu 'alaihi wassalam. Agar orang tua
berbuat adil kepada anaknya. Bahkan sampai 3 x di sebut, artinya ini
benar-benar emergency.
Dalam Islam,
tangisan pada anak atau manusia sangat rentan dengan gangguan Jin atau
Syaithan. Jadi harus benar-benar di bedakan, menangisnya itu karena postif atau
karena gangguan. Hal ini sebagai orang tua juga harus peka.
Seperti
halnya, sebuah hadits yang di riwayatkan Abu Hurairah. Abu Hurairah berkata,
saya mendengar Rasulullah bersabda, "Tiada seorangpun dari anak keturunan
Adam yang baru di lahirkan, kecuali syaithan menyentuhnya ketika ia dilahirkan.
Sehingga dia menangis karena sentuhan Syaithan itu. Kecuali Maryam dan
Putranya" . Kemudian Abu Hurairah berkata, "Jika kalian tidak
keberatan bacalah firmanNya,"Wa inni u'iidzuha bika wadzurriyatahaa
minasyaithonirrojiim" ( Al Quran surat Ali Imran ayat 36 ) yang artinya,
"Dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya
(pemeliharaan) Engkau daripada syeithan yang terkutuk."
Ibnu Abbas
R.A. berkata, "Setiap bayi yang lahir pasti menangis, kecuali Isa Putra
Maryam. Bayi itu menangis, karena perutnya diperas oleh Syaithan sehingga si
bayi menjerit. Dengan demikian azan yang di serukan di telinga sang bayi akan
menjadi pukulan balasan terhadap syaithan yang selalu berupaya dengan sekuat
tenanganya untuk merusak keturunan Adam dan menghancurkan generasinya."
Sebagai
seorang muslim yang beriman kepada Allah dan RasulNya, apa iya kita tidak mau
percaya dengan perkataan Rasulullah dan Shahabat Rodhiyallahu anhum ?
Tentu saja,
dalam pembahasan ilmiah tidak akan mungkin menjangkau membahas sesuatu di luar
sebatas pengamatan manusia semata. Sedangkan Islam sebagai Agama Langit, akan
memberikan informasi kepada kita segala sesuatu yang tidak kita ketahui. Dan
kita wajib mengimaninya. Karena kita yang butuh tata cara agar mampu
menyelamatakan kita dan keluarga kita agar lolos hingga yaumil hisab. Dan itu di
awali dengan anak-anak yang qurrota a'yun, yang selalu riang gembira, bukan
anak-anak yang temperamental. Dan ini , kita sebagai muslim wajib
mewaspadainya.
Ada cara-cara
yang belum di lakukan secara ilmiah, tetapi mujarab menghilangkan tantrum.
Contoh kasus, anaknya adik saya, si Allam waktu itu masih balita sekitar 5
tahun kurang. Tiba-tiba bangun tidur, dan marah-marah, teriak teriak, menangis
menjerit-jeit tidak karuan. Adik dan ibu saya bingung, karena di diamkan dengan
berbagai cara tidak mempan. Sudah tidak bisa di ajak komunikasi secara normal
seperti biasanya. Dia minta lemari yang barusan kami pindahkan tempat, dia
menyuruh mengembalikan ke tempat semula. "Balekno nggone.. balekno
nggone.. " dengan histeris teriak teriak. Padahal bangun tidur, tidak ada
masalah. Semua orang kebingungan maksudnya apa itu ? Lalu ibu saya teringat
kalau assidr bisa mengusir gangguan Jin / Syaithan dalam tubuh manusia. Segera
ibu mengambil Heaven Assidr, serbuk daun assidr yang di sunnahkan untuk
mengusir gangguan Jin dan mensucikan badan. Kemudian, ibu balurkan assidr yang
sudah di campur air, dan di baurkan ke seluruh badan si Allam. Subhaanallah
dalam hitungan menit, Allam langsung terdiam dan kembali normal. Dia sudah bisa
tersenyum dan melakukan aktifitas seperti biasanya. Sungguh aneh bukan ? Tapi
begitulah faktanya..
Allah dan
RasulNya menginginkan segala sesuatu terjadi dengan baik terhindar dari segala
gangguan Syaithan. Begitupun pada seorang anak. Anak-anak yang dalam pengasuhan
secara Islami dan di tangani oleh orang tua yang berilmu, berhati lapang,
tenang, dan senantiasa setulus hati mengasihi anak-nya. Mereka akan menjadi
anak-anak yang benar-benar qurrota a'yun. Bukan sekedar isapan jempol semata.
Saya meliliki
seorang teman ummahat yang sholihah, suaminya laki-laki yang sholih. Beliau
memiliki 11 anak. Subhaanallah, anaknya kecil kecil mungil. Usianya hampir
selisih sedikit sedikit. Kalau ke rumah saya, anaknya yang kecil kecil, tidak
pernah "nakal". Tidak pernah "rewel". Tidak pernah
"berebut". Alhamdulillah anak-anak beliau sudah anak 6 yang hafidz
Quran. Inilah bukti bahwa qurrota a'yun itu memang ada dan benar. Beliau adalah
keluarga yang berusaha memahami dan mengamalkan Islam beserta sunnahnya dengan
baik. Dari cara mereka berkehidupan, itu sudah modal besar untuk terhindar dari
Temper Tantrum.
Jadi,
kesimpulannya Temper Tantrum dalam Islam adalah :
1. Ledakan Kemarahan akan ada pada anak, jika orang tua tidak memberikan
hak-haknya dengan baik. Orang tua wajib melakukan kewajiban sebaik-baiknya
menjadi orang tua.
2. Akhlaqul Karimah serta kedekatan orang tua kepada Allah akan berimplementasi
positif pada anak. Dan pasti hal tersebut akan meminimalisir emosi atau
tantrum.
3. Melakukan sunnah-sunnah Rasulullah, akan menghindarkan hal hal buruk, yang
tidak bisa kita ketahui secara kasat mata. ( ghaib )
4. Untuk menjadikan Qurrota A'yun pada anak di butuhkan ilmu pengetahuan yang
mumpuni. Selagi Ilmu Pengetahuan tersebut yang bertujuan baik, dan tidak
melanggar syariat, dan itu bagian dari Al Fitrah manusia, maka kita bisa
menerimanya dan kita terapkan sebagai bahan antisipatif pada Temper Tantrum.
Semoga
manfaat..
Allahu A'lam bishowwab..