BAHAYA IDEOLOGI IBNU MULJAM
By : Ust Satria Hadi Lubis
By : Ust Satria Hadi Lubis
Khalifah keempat, Ali bin
Abi Thalib gugur sebagai syahid kala subuh, tujuh Ramadhan, akibat tebasan
pedang Abdurrahman bin Muljam Al Murodi. Pembunuh berdarah dingin ini
menebaskan pedang sembari berkata, "Hukum itu milik Allah, wahai Ali.
Bukan milikmu dan para sahabatmu.”
Tidak berhenti sampai di situ, saat melakukan aksi bejadnya Ibnu Muljam
tidak berhenti mulutnya mengulang-ulang ayat 207 surat Al Baqarah yang artinya,
"Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari
keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.”
Tatkala khalifah Ali bin Ab Thalib akhirnya gugur, Ibnu Muljam pun
dieksekusi mati dengan cara diqishas. Proses qishasnya pun bisa membuat kita
tercengang karena saat tubuhnya telah diikat untuk dipenggal kepalanya, ia
masih sempat berpesan kepada algojo yang mendapat tugas melakukan eksekusi,
“Jangan penggal kepalaku sekaligus. Tapi potonglah anggota tubuhku
sedikit demi sedikit hingga aku bisa menyaksikan anggota tubuhku disiksa di
jalan Allah.”
Demikianlah keyakinan Ibnu Muljam yang berpendapat bahwa membunuh Ali
bin Abi Thalib yang nota bene salah satu sahabat yang dijamin masuk surga,
menantu (suami Sayyidah Fathimah) dan saudara sepupu Rasulullah dan ayah dari
Hasan dan Husein, dua pemimpin pemuda ahli surga, sebagai tindakan ibadah untuk
mendekatkan diri kepada Allah.
Aksi yang dilakukan oleh Ibnu Muljam ini adalah realitas pahit yang kita
lihat pada kehidupan ummat Islam sekarang dimana diantara para pemuda kita
terdapat kelompok yang giat melakukan provokasi untuk membunuh kaum muslimin
yang tidak berdosa.
Kelompok ini menggunakan intimidasi dan aksi kekerasan sebagai strategi
perjuangan mereka. Merekalah yang pada raut wajahnya memancarkan hidayah dan
mereka juga senantiasa membaca Al Qur’an di waktu siang dan malam.
Namun sesungguhnya mereka adalah kelompok yang merugi sebab
karakteristik mereka tepat sebagaimana sinyalemen yang disampaikan Rasulullah
dalam sebuah hadits yang artinya,
“Akan ada para lelaki yang membaca Al Qur’an tanpa melampaui tulang
selangka mereka. Mereka telah keluar dari agama laksana keluarnya anak panah
dari busur.”
Kebodohan mengakibatkan mereka merasa berjuang membela kepentingan agama
Islam padahal hakikatnya mereka sedang memerangi Islam dan kaum muslimin.
Ibnu Muljam sejatinya adalah figur lelaki yang shalih, zahid dan
bertaqwa. Bukan lelaki bengal yang buta sama sekali terhadap ilmu agama. Di
wajahnya terlihat dengan nyata jejak sujud. Ia juga hapal Al Qur’an dan
sekaligus sebagai guru yang berusaha mendorong orang lain untuk
menghapalkannya.
‘Umar bin Khatthab pernah menugaskannya ke Mesir demi mengabulkan
permohonan ‘Amr bin ‘Ash yang memohon kepada beliau untuk mengirim ke Mesir
figur yang hafal Al Qur’an untuk mengajarkannya kepada penduduk Mesir. Tatkala
‘Amr bin ‘Ash meminta,
“Wahai amirulmukminin, kirimkanlah kepadaku lelaki yang hafal Al Qur’an
untuk mengajari penduduk Mesir, “
‘Umar menjawab, “Saya mengirimkan untukmu seorang lelaki bernama
Abdurrahman bin Muljam, salah seorang ahli Al Qur’an yang aku prioritaskan
untukmu dari pada untuk diriku sendiri. Jika ia telah datang kepadamu maka
siapkan rumah untuknya untuk mengajarkan Al Qur’an kepada kaum muslimin dan
muliakanlah ia…!.”
Meskipun Ibnu Muljam hafal Al Qur’an, bertaqwa dan rajin beribadah namun
semua itu tidak bermanfaat baginya. Ia mati dalam kondisi su’ul khatimah, tidak
membawa iman dan Islam akibat kedangkalan ilmu agama yang dimilikinya dan
berafiliasi dengan sekte Khawarij yang telah meracuni para pemuda muslim
sehingga melakukan aksi-aksi yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur agama
Islam namun justru mengklaim semua itu dalam rangka membela ajaran Allah dan
Rasulullah.
Bercermin dari figur Ibnu Muljam tentu kita tidak perlu merasa aneh jika
sekarang muncul kelompok-kelompok ekstrim yang mudah memvonis kafir terhadap
sesama muslim yang berbeda pandangan melakukan tindakan yang sama persis
dilakukan oleh Ibnu Muljam.
Mereka mengklaim berjuang menegakkan agama Allah namun faktanya justru
menebar ketakutan kepada ummat Islam dan menciptakan konflik internal
berdarah-darah yang membuat mustahil membangun persatuan sesama kaum muslimin.
Oleh karena itu menjadi tugas bersama para ulama dan umaro’ untuk
membentengi kaum muslimin di Indonesia dari ide-ide keagamaan destruktif yang
dikembangkan oleh generasi pewaris Abdurrahman bin Muljam.
Wallahu'alam
Sumber :
Tarikh Khilafah imam As Suyuthi
Sumber :
Tarikh Khilafah imam As Suyuthi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar