Najasyi, Raja Habasyah
Najasyi, yang nama aslinya Ashamah bin Abjar, adalah raja Habasyah, sebuah negeri di Afrika yang mayoritas penduduknya beragama Nashrani. Ketika tekanan dan siksaan kaum kafir Quraisy terhadap orang-orang Islam makin meningkat, Nabi SAW memerintahkan sekelompok sahabat yang dipimpin oleh Ja'far bin Abi Thalib berhijrahke negeri tersebut. Nabi SAW bersabda kepada mereka, "Sesungguhnya di Habasyah terdapat seorang raja, siapa saja yang berada di sisinya tidak akan didzalimi. Maka pergilah kalian ke sana hingga Allah memberikan kelapangan dan jalan keluar dari kondisi yang sedang kalian hadapi sekarang ini."
Ternyata memang benar, mereka mendapat
perlakuan yang baik dan tidak dihalangi untuk menjalankan ibadah, walaupun
berbeda dengan agama yang dianut penduduk Habasyah, Nashrani. Sebaliknya, kaum
kafir Quraisy merasa iri dan marah, karena itu mereka bersepakat untuk
mengirimkan utusan pada Najasyi sambil memberikan hadiah-hadiah, sekaligus
meminta agar ia mengusir para muhajirin muslim tersebut dari negerinya,
mengembalikan lagi ke Makkah.
Utusan kaum
Quraisy yang dipimpin oleh Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabiah (dalam
riwayat lain, Umarah bin Walid) memberikan hadiah kepada Najasyi dan para
panglimanya, kemudian meminta agar orang-orang muslim yang berlindung di negeri
tersebut dikembalikan kepada sanak keluarganya di Makkah. Dengan tegas Najasyi
berkata, "Tidak, demi Allah, aku tidak akan mengembalikan mereka sebelum
aku berbicara dengan mereka, dan akan kupertimbangkan dengan matang urusan ini.
Sungguh mereka telah datang ke negeriku dan memilih perlindunganku daripada
perlindungan orang lain, termasuk kalian…."
Begitulah Najasyi panjang lebar
berbicara kepada dua orang Quraisy tersebut, yang intinya menolak mengabulkan
permintaan mereka tanpa konfirmasi dengan kaum muslimin tersebut. Setelah itu
ia memerintahkan para pengawalnya untuk mendatangkan utusan kaum muslimin.
Ketika Ja'far
bin Abu Thalib dan beberapa sahabat didatangkan menghadap Najasyi, ia menjawab
dan menjelaskan panjang lebar tentang Islam. Najasyi meminta agar dibacakan
beberapa wahyu yang diturunkan, Ja'far-pun membacakan permulaan Surah Maryam.
Najasyi dan beberapa uskup di sebelahnya menangis hingga air mata membasahi
janggutnya, kemudian ia berkata, "Demi Allah, ini dan apa yang dibawa Musa
muncul dari misykah yang sama. Pergilah kalian berdua!! Aku tidak akan
menyerahkan mereka kepada kalian..!"
Misykah adalah lubang tempat
diletakkannya lampu penerangan, sehingga dari tempat itu cahaya memancar
menerangi tempat sekitarnya. Dengan perkataannya tersebut, sedikit banyak
Najasyi telah memberikan pengakuan bahwa Islam adalah agama wahyu, sama seperti
halnya agama Nashrani yang dipeluknya.
Ternyata dua orang Quraisy itu
tidak mau menyerah begitu saja. Keesokan harinya, mereka menghadap Najasyi,
meminta agar mempertanyakan tentang Isa bin Maryam. Najasyi memenuhi
permintaannya, sekali lagi para sahabat itu didatangkan lagi dan diminta
menjelaskan pandangan mereka tentang Isa bin Maryam. Ja'far menjawab,
"Kami berkata tentang dirinya, sebagaimana diajarkan oleh Nabi SAW, yakni
Isa adalah seorang hamba Allah, RasulNya dan RuhNya, sekaligus kalimahNya yang
diletakkanNya pada Maryam, seorang perawan suci yang tidak mempunyai syahwat
kepada lelaki."
Mendengar
jawaban tersebut, Najasyi memukul tanah dengan tangannya dan mengambil sepotong
ranting, kemudian berkata, "Demi Allah, Isa bin Maryam tidak melebihi apa
yang kamu katakan, walaupun hanya sepanjang ranting ini. Kalian aman di sini,
jika ada orang yang menghina dan mencerca kalian, dia akan menanggung denda.
Aku tidak suka seandainya memiliki gunung emas, sedangkan aku menyakiti salah
satu dari kalian."
Sebagian
pembesar dan panglimanya tampak tidak senang dengan perkataan Najasyi, mereka
mendengus marah. Najasyipun berkata, "Aku tidak perduli jika kalian marah,
kembalikan hadiah yang diberikan oleh kedua orang itu (yakni utusan Quraisy),
Demi Allah, Allah tidak menerima suap dariku ketika Dia memberikan amanat
kerajaan ini, karena itu aku tidak perlu menerima suap dalam urusanNya. Tidak
juga Allah menuruti kemauan orang banyak dalam urusanku, sehingga aku tidak
perlu menuruti kemauan kalian dalam urusanNya."
Dengan terpaksa mereka
mengembalikan hadiah-hadiah tersebut kepada dua utusan Quraisy, dan keduanya
keluar dari majelis Najasyi dengan perasaan terhina terhina.
Sikap tegas Najasyi ini ternyata
harus dibayar mahal, beberapa orang panglima dan pembesar bersekongkol untuk
merebut kekuasaan Najasyi, sehingga terjadi pertempuran antara dua kubu. Para
sahabat sedih dan khawatir, kalau Najasyi kalah pastilah mereka tidak bisa lagi
beribadah dengan tenang. Merekapun berdoa untuk keselamatan dan kemenangan
Najasyi. Zubair bin Awwam dikirim untuk mengamati pertempuran tersebut, dan ia
harus berenang menyeberangi sungai Nil. Setelah menunggu dengan harap-harap
cemas, Zubair datang mengabarkan kemenangan pasukan Najasyi, para sahabatpun
menjadi tenang.
Pada Dzulhijjah tahun 6 hijriah
atau Muharam tahun 7 hijriah, Rasulullah SAW mengirim seorang utusan, yaitu Amr
bin Umayyah adh Dhamry untuk menemui Najasyi. Amr membawa tiga missi,
1.
Menyampaikan surat ajakan Nabi SAW kepada Najasyi untuk memeluk Islam.
2. Menyampaikan
lamaran Nabi SAW kepada Ummu Habibah, janda Ubaidillah bin Jahsy yang murtad
dan meninggal dalam agama Nashrani.
3. Mengajak
para sahabat yang berada di Habasyah untuk berhijrah ke Madinah.
Ketiga missi
ini berjalan sukses. Setelah membaca surat Nabi SAW, Najasyi meletakkan surat
tersebut di depan matanya sambil menangis, kemudian turun dari singgasananya
dan bersyahadat di depan Ja'far bin Abu Thalib. Najasyi juga mewakili Nabi SAW
menyampaikan lamaran kepada Ummu Habibah, sekaligus menikahkan mereka berdua.
Ketika rombongan para sahabat akan kembali ke Madinah, Najasyi menyiapkan dua
buah perahu dan perbekalan lengkap untuk perjalanan tersebut. Ia juga
menyertakan seorang utusan menemui Nabi SAW, untuk mengabarkan keislamannya,
dan juga meminta Nabi SAW memohonkan ampunan bagi dirinya.
Rombongan dari Habasyah ini
bertemu dengan Nabi SAW ketika di Khaibar. Ja'far menceritakan tentang
pelayanan dan perlakuan Najasyi kepada para sahabat, tentang keislaman Najasyi
dan permintaan doanya. Setelah mendengar penuturan tersebut, Nabi SAW mengambil
wudlu dan mendoakan ampunan untuk Najasyi, beliau mengulangnya sampai tiga kali
dengan diamini oleh para sahabat.
Najasyi wafat pada bulan Rajab
tahun 7 hijriah, Nabi SAW sangat bersedih dan melakukan shalat ghaib untuk
kewafatannya tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar