InspirasI

Senin, 29 Januari 2018

ISTRI DAN KEBAHAGIAANNYA

Seorang suami (sebut saja namanya Budi) bertanya ke saya, “Pak Nas, kenapa ya hutang saya ga lunas lunas?”
Menghadapi pertanyaan seperti  ini, biasanya saya jawab dengan mengajaknya menggunakan ilmu “law of projection”, “disiplin kata” atau “garpu tala”. Tapi kali ini saya ingin gunakan jurus berbeda.
Saya tanya balik ke dia “Istri ente bahagia ga sama ente?”
Ditanya pertanyaan berbeda, dia merespon dengan membenarkan pertanyaannya. “Gini pak Nas, ana tanya tentang hutang. Kenapa ya hutang ana ga lunas lunas?”
Sekali lagi saya tanya balik ke dia “iya... ana tanya ente dulu... istri ente bahagia ga sama ente?”
Lama dia terdiam. Lalu dia jawab “kayaknya ga pak nas”
Lalu saya bilang, “ ya sudah... itu jawabannya... ente ga bakal bisa melunasi “hutang” ente kalau istri ente ga bahagia”
“Lho emang ada hubungannya pak Nas?” tanya dia.
“Ya pasti” jawab saya. Lalu saya jelaskan ilmu terumbu karang.
*****
“Di mana Allah titip rezeki untuk manusia?” Ini adalah pertanyaan sederhana, namun banyak manusia tidak tahu jawabannya.
Sementara semua hewan tahu di mana letak rezekinya. Jerapah jika ditanya pasti menjawab di pucuk pohon. Monyet akan menjawab di pohon pisang. Ikan akan menjawab, rezekinya dititip di terumbu karang.
Uniknya, jawaban manusia berbeda-beda. Tidak seragam seperti jawaban hewan. Ada yang menjawab di kantor, di proyek, di bendahara, di mana-mana dan jawaban lain yang menunjukkan sebenarnya kita tidak tahu di mana letak rezeki kita.
Dengan kajian panjang, saya menyimpulkan bahwa rezeki Allah dititip di “Kemuliaan dan Kebahagiaan Orang Lain”.
Rezeki yang kita dapatkan sebenarnya bukan karena keahlian kita, bukan juga karena jam kerja yang kita curahkan. Tapi lebih karena kita pernah memuliakan dan membahagiakan orang lain. Lalu Allah berikan reward berupa rezeki yang tercurah akibat proses itu.
Jika jerapah menjaga pucuk pohonnya, monyet menjaga pohon pisangnya, maka ikan pun menjaga terumbu karangnya agar dapatkan rezeki.
Uniknya, manusia dengan mudah menyakiti perasaan manusia lain. Kenapa? Karena tidak tahu konsep “menjaga terumbu karang” ini. Begitulah yang terjadi pada Pak Budi. Dia fokus mencari nafkah di tempat kerja, tapi istri sendiri tidak dia bahagiakan.
*****
Pak Budi menghela nafas. “Terus, apa yang harus saya lakukan pak Nas?”
“Ya sederhana sebenarnya, buat saja istri mulia dan bahagia, karena di sana letak rezeki bapak” jawab saya.
“Kita terlalu sibuk bekerja dan menjadi robot, lalu menganggap dengan aktivitas kita itulah kita mendapatkan rezeki dan mampu membayar hutang-hutang kita. Padahal kita sebenarnya juga bahagiakan orang-orang yang menjadi sebab rezeki kita.
Pimpinan, anak buah, klien, konsumen, kita jagaaa benar hatinya agar tidak tersinggung. Kenapa? Karena kalau tersinggung sedikit saja, mereka akan menghukum kita dengan berkurangnya bagian rezeki kita.
Pimpinan mungkin akan memecat kita, anak buah tidak akan semangat bekerja, klien dan konsumen akan lari, jika kita buat tersinggung.
Saat tiba di rumah... dengan mudahnya kita menyakiti hati istri kita. Kadang sebagai suami, kita menganggap istri harus membuat suami bahagia. Kita-lah raja dalam rumah tangga dan dengan semena-mena kita menuntut banyak hal pada istri kita. Kita pakai dalil2 agama untuk mengeksploitasi istri kita. Semuanya tentang kita dan ego kita sebagai suami.
Ujung dari itu semua, istri tidak bahagia. Seperti ikan, saat terumbu karangnya sudah musnah, manalah mungkin dia bisa dapatkan makanan. Saat istri -sebagai orang paling dekat dengan kita- tidak bahagia, manalah mungkin kita akan dapatkan rezeki”
Pak Budi menunduk lalu menatap saya dalam-dalam...
“Sebenarnya... ini adalah kontemplasi saya juga pak...” ujar saya.
“Oh, pak Nas pernah mengalami?” Tanya pak Budi.
“Ya... begitulah... dulu saya juga orang yang tidak peduli dengan kebahagiaan istri. Terlalu banyak aib jika saya ceritakan... Tapi, sejak saya dapatkan kesimpulan “menjaga terumbu karang” ini, saya balik semua logika saya dalam mencari rezeki.
Saya sudah tidak peduli lagi dengan usaha saya. Saya tidak peduli dengan seberapa banyak nafkah yang saya bisa berikan untuk istri saya. Karena sebenarnya itu hanya dampak dari sikap saya terhadap orang-orang yang paling berharga dalam kehidupan saya. Salah satunya, istri kita.
*****
Suatu saat, ada seorang motivator bisnis dari Amerika. Sesi yang paling saya tunggu adalah pertanyaan tentang rahasia sukses. “Apa rahasia sukses bapak?” Tanya seorang penanya.
Saya sudah menunggu dan menduga jawabannya adalah tentang poin2 manajemen, leadership, kedisipilan atau kerjasama tim.
Jawabannya sungguh tak terduga. Sambil memegang mesra tangan istrinya, sang motivator menjawab “Happy Wife, Happy Life”
Sungguh bukan ini rahasia yang saya nantikan. Tapi dengan fasih, motivator itu menjawab dgn susunan logika yang menggugah perasaan saya, bahwa Kebahagiaan Istri lah yang akan membuat hidup seorang suami bahagia.
Ah... malu saya dengan diri saya sendiri. Banyak orang memanggil saya ustadz, tapi kenapa nilai-nilai ini malah dijiwai oleh motivator bisnis dari negara yang dalam citra saya sudah tidak lagi mensakralkan nilai keluarga.
Setelah itu, berhari-hari saya termenung, kalimat “happy wife, happy life” terngiang2 dalam fikiran dan jiwa saya. Akhirnya dengan mantap, saya membuka hati, mau belajar dan menerapkan semboyan sang motivator untuk meniti kesuksesan saya.
*****
Pak Budi masih di depan saya. Masih mencoba mencerna kalimat-kalimat yang keluar dari lisan saya. Pak Budi memang sedang konsultasi, tapi hakikatnya ini adalah pembicaraan dua lelaki yang saling berkaca.
Memang tidak mudah menurunkan ego kami sebagai suami. Tapi jika itu yang harus dibayar untuk kesuksesan, kenapa tidak? Sudah terlalu jauh kami berjalan memuaskan ego kami sendiri, dan akibatnya kami tak lagi menemukan bahagia.
*****
“Tapi istri saya keras pak Nas, kadang marah-marah ga jelas, apa yang saya lakukan seperti ga bener semua di mata dia. Kalau sudah begitu, saya ya... kebawa marah” ujar pak Budi
“Ya biar saja lah pak, kadang istri kita memang mesti melampiaskan amarahnya. Satu hal yang akhirnya saya fahami... sejak kita menikahi istri kita, dia punya quota marah yang ga habis-habis... kita harus siap memiliki hati yang luas menghadapinya.
Untuk hal ini, saya terinspirasi dari kisah Nabi Muhammad Saw.
Suatu saat, Nabi saw sedang menerima tamu. Sejurus kemudian, ada ketukan pintu dan memberikan semangkuk sup. “Dari mana sup ini?” tanya Nabi yang dijawab dari istri yang lainnya.
Jawaban itu didengar oleh Aisyah ra di dapur yang juga sedang menyiapkan makanan untuk Nabi yang mulia. Tak diduga, Aisyah keluar dan menghalau mangkuk sup itu dan terjatuh mengenai Nabi saw dan tamunya.
Jika kita menjadi Nabi saw, mungkin penyikapan kita akan marah, atau minimal memberikan pengertian kepada Aisyah ra tentang kesalahan perbuatannya.
Tapi, Dialah Nabi saw yang mulia. Dia hanya mengambil kain membasuh sup yang tumpah di baju beliau dan tamunya dan hanya mengatakan kepada tamunya “maafkan ibumu (ummul mu’minin)... dia sedang cemburu”
Penyikapan yang tepat yang lahir dari keinginan menjaga kebahagiaan istri. Ah... semoga kami mampu mencontoh Nabi kami yang mulia.
****
Kehidupan suami istri laksana lautan dalam yang tak pernah habis digali. Satu hal yang pasti, kita harus pertanggung jawabkan ijab-qobul yang sudah terlanjur terucap dan disaksikan oleh Allah.
Lalu kita terikat amat kuat dengan hukum Allah. “Itsnaani yu’ajjiluhumullahu fid dunya, al-baghyu wa huquuqul waalidayn” ada dua dosa yang dipercepat siksanya oleh Allah di dunia : berbuat sewenang2 (Al-baghyu) dan durhaka kepada kedua org tua.
Al-baghyu yang paling besar adalah kepada istri sendiri. Allah mensejajarkan, menyakiti istri sama dengan durhaka kepada orangtua.
Kami berdua menghela nafas... tidak mudah memang menjadi suami, dan kami harus terus belajar. Semoga dengan slogan baru : “Happy Wife, Happy Life”, kami bisa dapatkan kebahagiaan dan kesuksesan kami kembali.
Warning : “Tulisan ini hanya akan cocok jika dibaca oleh suami dan dijalankan olehnya, bukan dipaksa-paksa sama istri untuk membaca dan melakukannya ☺.

Kamis, 25 Januari 2018

TIPS UNTUK MENGHINDARI ORANG LAIN
"NGIRI" PADA KITA


Mohon dibaca pelan dan dihayati.
Sharing, kiat bagaimana menghadapi orang yang "ngiri" pada kita.
Apabila ada orang lain yang sengaja "ngiri"  kepada kita, usahakan kita "nganan" atau lurus saja, biarin orang itu "ngiri" sendiri. Karena kalo kita ikutan "ngiri" nanti malah jadi  konvoi.....

Senin, 22 Januari 2018

MENJARING MATAHARI
Ebiet G Ade

Kabut, sengajakah engkau mewakili pikiranku
Pekat, katamu peralat menyelimuti matahari
Aku dan semua yang ada di sekelilingku
Merangkak menggapai dalam kelam
Mendung, benarkah pertanda akan segera turun hujan
Deras, agar semua basah yang ada di muka bumi
Siramilah juga jiwa kami semua
Yang tengah dirundung kegalauan
Roda jaman menggilas kita
Terseret tertatih-tatih
Sungguh hidup sangat diburu
Berpacu dengan waktu
Tak ada yang dapat menolong
Selain yang di sana
Tak ada yang dapat membantu
Selain yang di sana
Dialah Tuhan
Dialah Tuhan
Oh, oh, oh Tuhan
Hmm, hmm, hmm Tuhan

#pengalaman adalah guru yang terbaik...

Minggu, 21 Januari 2018

AKAD TERHORMAT dan MUSIM REUNI

@salimafillah

Pernikahan adalah salah satu akad yang paling dimuliakan dalam Islam. Amat luhur, sampai pernikahan yang ada dalam berbagai pensyariatan termasuk sebelum genapnya risalah Islam diakui keabsahannya. Ketika Abul 'Ash ibn Rabi' masuk islam dan menyusul istrinya, Zainab binti Rasulillah ke Madinah setelah sekian lama terpisah, Nabi tidak menyuruh mereka mengulangi ijab kabulnya.
Maka sebaliknya, perzinaan adalah ketercelaan yang amat nista.
Ini kisan tentang seorang bernama Ziyad ibn Abihi.
Ibu Ziyad yang bernama Sumayyah -bukan Sumayyah syahidah pertama-, adalah seorang wanita yang hidup dalam pergaulan bebas. Siapa ayah Ziyad? Semula tak seorangpun tahu dan bisa memastikan. Maka dia dinisbatkan "Ibn Abihi" yang berarti "Anak Bapaknya."
Tapi suatu saat menjelang akhir hayat, bangsawan agung Quraisy itu, Abu Sufyan ibn Harb, bersumpah bahwa Ziyad adalah anaknya. Maka ketika Sayyidina Mu'awiyah ibn Abi Sufyan memerintah, beliau mengumumkan Ziyad sebagai adiknya dengan nama 'Ziyad ibn Abi Sufyan'.
"Demi Allah", ujar Sayyidina 'Abdullah ibn 'Umar, "Ada beberapa hal yang dilakukan Mu'awiyah yang aku sangat takut melakukan satu saja di antaranya." Apa salah satunya? "Menisbatkan Ziyad pada ayahnya, padahal dia lahir di luar pernikahan." Ya, ini hal yang diharamkan. Kelak Ziyad juga punya putra bermasalah bernama 'Ubaidullah, lelaki yang paling bertanggungjawab atas peristiwa memilukan di Karbala.
Suatu hari, Ziyad marah pada dua 'sepupunya', yakni 'Utbah dan 'Utaibah, kedua putra Abu Lahab. 'Sepupu' karena Ummu Jamil, ibu keduanya adalah saudari Abu Sufyan.
"Hai dua anak musuh Allah!", gertak Ziyad.
'Utbah dan 'Utaibah berpandangan, lalu tersenyum. "Alhamdulillah", ujar mereka, "Kami memang anak Abu Lahab dan Ummu Jamil, dua orang yang pernikahannya disahkan oleh Al Quran dengan ayatNya: 'Wamra-atuhu hammalatal hathab.. Dan istrinya pembawa kayu bakar'. Inilah bukti nyata bahwa orangtua kami menikah dengan sah."
Mendengar itu, Ziyad merasa sangat malu hingga memerah wajahnya dan tak sanggup berkata-kata. Ungkapan 'Utbah dan 'Utaibah, kedua bekas menantu Rasulillah yang dulu dipaksa orangtuanya menceraikan Ruqayyah dan Ummu Kultum padahal amat cinta itu, mengenainya jantungnya bagian ulu. Keduanya lahir dari pernikahan yang disahkan Al Quran, sementara Ziyad tak seberuntung itu.
Apa yang kita pelajari dari 'Utbah dan 'Utaibah? Selain betapa Al Quranpun sangat menghormati pernikahan, bahkan di kalangan musuh kebenaran; selalulah temukan alasan untuk menjunjung kemuliaan orangtua kita bahkan setelah kematiannya.
Membaca kisah ini dalam Al Ajwibah Al Muskitah karya Syaikh Ibrahim ibn 'Abdillah Al Hazimi, saya tertegun. 'Utbah dan 'Utaibah menyindir kita, seperti apa bakti diri, apalagi jika bapak-ibu kita muslim sejati?
          Dan tentang akad suci itu, baik kita belum atau sudah menunaikannya, mari menjaganya dengan penghormatan paripurna. Tak mengapa tidak setuju pada pernikahan usia muda, tapi janganlah ada ucap dan rasa merendahkan keagungannya. Dan bagi kita yang beristri atau bersuami, mari hati-hati di musim reuni, saat cinta lama rentan bersemi kembali.


AL QURAN & UMUR​
​                                Berkata Abdul Malik bin Umair:​

​"Satu-satunya manusia yang tidak tua​ adalah orang yang selalu membaca Al-Quran".
​"Manusia yang paling jernih akalnya​ adalah para pembaca Al-Quran".
​Berkata Al-imam Qurtubi :​
"Barang siapa yang membaca Al-Quran,  maka Allah akan menjadikan ingatannya segar meskipun umurnya telah mencapai 100 tahun".
​Imam besar Ibrahim al-Maqdisi memberikan wasiat pada muridnya Abbas bin Abdi Daim Rahimahullah.​
"Perbanyaklah membaca ​Al-Quran​ jangan pernah kau tinggalkan, kerana sesungguhnya setiap yang kamu inginkan akan di mudahkan setara dengan yang kamu baca".
​Berkata Ibnu Solah :​

"Bahawasannya para Malaikat tidak diberi keutama'an untuk membaca ​Al-Quran​,  maka oleh karana itu para Malaikat bersemangat untuk selalu mendengar saja dari bacaan manusia".
​Berkata Abu Zanad :​
"Di tengah malam,  aku keluar menuju masjid Rasulullah SAW sungguh tidak ada satu rumahpun yang aku lewati melainkan padanya ada yang membaca ​Al-Quran".​
​Berkata sebagian ahli tafsir :​
"Manakala kita menyibukkan diri dengan ​Al-Quran​ maka kita akan dibanjiri oleh sejuta keberkahan dan kebaikan di dunia".
"Kami memohon kepada ​Allah​ agar memberikan taufiqnya kepada Kami dan semua yang membaca tulisan ini untuk selalu membaca ​Al-Quran​ dan mengamalkan kandungannya".
Bila anda Cinta pada ​Al-Quran​ maka sebarkanlah. Demi ​Allah,​ sekian banyak orang yang membaca ​Al-Quran​ maka pahala akan mengalir pada anda.
​Umur kita terlalu singkat​
... hingga ​ALLAH​ kurniakan  ​Lailatul Qadar​ untuk menambah umur amal.
​Umur kita terlalu singkat​
... ​ALLAH​ pinta ​bersilaturrahim​ untuk memanjangkannya.
​Umur kita terlalu singkat​
... ​ALLAH​ kurniakan ​Puasa Enam hari​ di bulan Syawal seperti berpuasa setahun.
​Umur kita terlalu singkat​
... ​ALLAH​ kurniakan ​baca Surah Al-Ikhlas​ seperti membaca sepertiga ​Al-Quran​.
​Umur kita terlalu singkat​
... ALLAH kurniakan ​Solat di Masjidil Haram​ seperti solat 100 ribu lebih di masjid lain.
​Umur kita terlalu singkat​
... ALLAH kurniakan ​Solat berjemaah​ nilainya 27x lebih daripada solat sendirian.
​Hidup ini terlalu singkat​
... ALLAH kurniakan ​satu huruf bacaan Al-Quran​ dengan 10 pahala/kebaikan.
​Hidup ini terlalu singkat​
...ALLAH kurniakan siapa yg ​beramal jariyah, share ilmu yang bermanafaat, dan mengusahakan anak2nya jadi anak yg soleh,​ pahalanya akan terus mengalir ke alam kuburnya.
Wahai diri..., ​usia umat Nabi Muhammad SAW rata2 hanya 63 - 65​ tahun. Kalau saat ini usia kita ​Sudah 45 tahun,​ paling lama ​20 tahun​ lagi Malaikat Al Maut akan menjemput kita..

​HIDUP INI TERLALU SINGKAT... JANGANLAH DI SIA-SIAKAN

MUHASABAH  DIRI

         Sepanjang sejarah perjalana hidup manusia pasti ada moment yang seharusnya dikenang. Baik dan buruk, indah dan pahit sekalipun..
Rotasi hidup memang selalu berputar. Perjalanannya juga akan selalu meninggalkan sebuah cerita.
Dari satu sudut pandang menilai berbeda dari sisi lain belum tentu sama. Manusia berbeda cara memahami satu sama lainnya.
Kamu ada di opsi yang mana?
Memahami dengan bijak atau selalu benar dengan cara sudut pandangmu terhadap seseorang?
Aku sudah banyak mempelajari dan memahami tentang cara seseorang menilai suatu kejadian bahkan peristiwa.
Aku juga sudah banyak sekali bereksperimen dan terjun langsung untuk benar-benar memahami dari cara seseorang menilai seseorang lainnya.
Aku sudah khatam bulak-balik tentang sebuah penilai seseorang yang diberikan untuk seseorang lainnya. Jangan tanya kalau tentang perih dan sakit hati, karena dalam aku bereksperimen aku sering sekali di pertemukan tentang cara seseorang menilai miring terhadap seseorang lainnya, bahkan aku juga di perkenalkan dengan peliknya sebuah penilaian seseorang yang mampu membunuh karakter seseorang, bahkan yang lebih hebat aku pernah di perkenalkan dengan penilaian negative seseorang yang mampu mendominan atau mempengaruhi sebauh lingkungan untuk ikut menilai negative kepada seseorang.
Dari setiap perjalanan aku selalu belajar banyak untuk sebuah perstiwa yang terekam.
Bijak cara satu-satunya untuk lebih baik menyikapi setiap karakter seseorang yang berbeda.

Jumat, 19 Januari 2018

 NASEHAT ALMARHUM USTAD KH. RAHMAD ABDULLAH

 Sewaktu Alm. Ustadz KH. Rahmat Abdullah pernah menguraikan bagaimana mulianya peran seorang da'i (juru dakwah) dalam sebuah perumpamaan. Jadi, lanjut beliau, coba kita bayangkan sebuah pemandangan yang terdiri dari pegunungan, sawah, kubangan kerbau.
Disana ada sungai yang mengalir serta sebatang pohon yang tumbuh di pinggirnya. Lalu ada 4 makhluk lain yang melihat pemandangan yang sama, yaitu seekor kerbau, anak kecil, petani dan insinyur pertanian.
Sang kerbau tentu akan senang main dikubangan, berguling-guling dengan lumpur yang basah, setelah puas kerbau akan terjun berenang di sungai. Sampai ditarik oleh pemiliknya untuk kembali ke kandang. Itulah naluri binatang, dia berbuat berdasarkan instingnya, karena memang tidak dibekali akal oleh Allah Ta'ala.
Lain lagi dengan seorang anak kecil. Ketika melihat ada pohon di dekat sungai, dia panjat lalu dari dahan yang menjulur ke arah sungai itu dia terjun ke air, berenang-renang sejenak terus merapat ke pinggir.
Lalu memanjat pohon kembali, lantas terjun pula kembali, sampai ia bosan dan lelah. Anak-anak lebih berbuat dan memandang sesuatu sebagai sarana bermain. Mereka terkadang tidak terlalu serius memikirkan hasil tanaman, cuaca, kapan panen dst.
Kalau pak Tani sudah lebih maju. Sudah mulai memikirkan sepetak sawahnya, mulai menghitung berapa kebutuhan makan keluarganya selama setahun. Bagaimana memupuk padi supaya hasilnya menjadi berlipat ganda. Yang penting keluarganya bisa makan dan kalau ada lebihnya tentu untuk membeli laik pauk serta kebutuhan-kebutuhan sekunder lainnya.
Namun yang lebih besar manfaatnya, lanjut beliau, adalah seorang insinyur pertanian. Dia tidak saja berpikir tentang sepetak sawah, dia justru berpikir lebih luas lagi. Memikirkan seluruh petani di daerah itu, memberikan penyuluhan & pelatihan. Bagaimana supaya hasil panen berlipat ganda. Bagaimana membaca peta daerah pertanian, tanaman apa yang cocok bagi daerah setempat, dan lain-lainnya.
Kata beliau, Dai itu manfaatnya bagaikan seorang insinyur pertanian itu. Dia tidak saja bermanfaat bagi dirinya sendiri dan keluarganya, namun juga sangat berfaedah bagi keluarga-keluarga petani dan masyarakat yang lain.


 KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIRAT

ßAß 1 : ALAM KUßUR
1. Siapa Tuhanmu?
2. Apa Agamamu?
3. Siapa Nabimu?
ßAß 2 : HARI KIAMAT*
1. Usiamu, kau habiskan untuk apa?
2. Untuk apa kau pergunakan masa mudamu?
3. Hartamu, darimana kau dapat? Dan untuk apa kau belanjakan?
4. Apa yang sudah kau amalkan dengan ilmu yang telah kau peroleh?
Siapkanlah jawaban untuk setiap pertanyaan,
Dan pastikan JAWABAN ANDA BENAR...
PERHATIAN PENTING...!!!
1 "Pada hari ini kami tutup mulut mereka, dan Berkatalah kepada kami tangan mereka dan memßeri kesaksian kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan."
(Yasin : 65)
2 Ujian kali ini tanpa pengulangan.
3 Jawaban untuk masing-masing soal berdasarkan amalan dan ßukan hafalan.
4 Peserta ujian yang lulus, akan ditempatkan di surga. Dan bagi yang gugur akan ada dua kemungkinan:
▪ Bila ketidaklulusan diseßaßkan dosa syirik (dimana pelakunya mati sebelum bertaubat), maka ia kekal di dalam neraka. Bila ia bertobat, maka Allah Maha Pengampun lagi Maha Pengasih
▪ Bila ketidaklulusan disebabkan dosa selain syirik, maka pelakunya di bawah kehendak Allah swt, apabila Dia berkenan maka akan diberi ampunan, jika tidak maka akan di Adzab oleh-Nya.
▪ Pelaku dosa yang selama hidupnya tidak menyekutukan Alloh akan dimasukkan kedalam surga setelah proses penyucian dosa di dalam neraka selesai.

Wallohu a'lam
Catatan:
Sungguh menyedihkan... Soal dan jawaban begitu JELAS namun tak sedikit yang berguguran. Semoga di kehidupan selanjutnya kita termasuk orang-orang yang lulus.

Kamis, 18 Januari 2018

MANAKALA DESKRIPSI DAJJAL TAK LAGI MENYERAMKAN
Oleh: Ust. Miftah el-Banjary

Dalam teori ilmu komunikasi dan linguistik dikenal teori Semiotika untuk mengetahui makna atau mengenali hubungan antara satu simbol dengan simbol lainnya, sehingga dapat diasumsikan bahwa benda tersebut identik dengan pesan yang dibawanya melalui makna simbol.
Sebagai contoh, mengapa setiap kali orang melihat simbol warna merah di jalan raya selalu berhenti, sebab warna merah identik dengan perintah stop atau berhenti.
Dan sebaliknya tanda hijau perintah yang identik dengan perintah jalan atau terus. Hal tersebut bersifat automatic disebabkan memang telah dikenali dan direspon langsung oleh otak manusia.
Mengapa simbol-simbol tersebut mudah dikenali? Sebab ada proses pembiasaan dimana otak kita merspons tanda-tanda itu secara berulang-ulang hingga menjadi hal yang bekerja secara tersistem dan otomatis.
Baik, sekarang saya ingin menghubungkan teori ini pada simbol-simbol agama tentang fenomena kemunculan Dajjal yang menurut sebuah hadits Rasulullah yang sangat populer bahwa kelak di akhir zaman sebelum datangnya hari kiamat akan muncul Dajjal yang bertugas menguji iman manusia.
Kelak banyak yang terkecoh dengan penampilan Dajjal yang mengerikan, namun ternyata pengikutnya juga sangat banyak. Aneh kan, ditakuti tapi dikagumi. Menyeramkan, tapi dikerumuni. Tapi ya seperti itulah kenyataannya.
Sampai-sampai Rasulullah menggambarkan bagaimana Dajjal itu disembah dan diagungkan, bahkan banyak umat manusia yang menganggap sebagai Tuhan.
Rasulullah menggambarkan betapa susahnya mempertahankan akidah iman ketika itu dengan kalimat, "Mereka beriman pada Allah di pagi hari dan kafir di sore harinya." Nauzubillah.
Deskripsi simbolik yang digambarkan oleh Rasullah tentang Dajjal dia menyerupai seorang raksasa besar dengan ciri fisik memiliki satu mata besar di bagian tengah wajahnya yang hampir menutupi keseluruhan wajahnya disertai dengan tulisan huruf Kaf Faa dan Ra yang membentuk huruf hijaiyyah Arab bermakna Kafir.
Mungkin membayangkan deskripsi Dajjal kita akan membayangkan sebuah monster jahat yang menyerang sebuah kota, lalu penduduknya berhamburan berlarian keluar menyelematkan diri, sebagaimana film-film hollywood di layar lebar. Tapi kenyataannya tidak.
Kedatangan Dajjal justru ditunggu-tunggu sebagai juru selamat bagi sebagian kalangan. Dajjal yang yang sejatinya mengerikan tidak tampak lagi mengerikan, disebabkan orang-orang munafik berbondong-bondong mengerebunginya.
Konon Dajjal menawarkan air segar yang dingin dan sejuk di tengah kondisi manusia sangat kehausan disebabkan terik panas yang membara. Di tangan kanannya ada air yang hakikatnya bara api. Dan di kiri tangannya ada bara api yang hakikatnya adalah air sejuk.
Bagi yang lemah imannya, mereka akan meminta air segar dari tangan Dajjal, lalu menyatakan keberimanan mereka. Inilah yang disebut dengan fitnah Dajjal.
Nah ada satu hal menarik yang menyeletuk di pikiran saya tentang deskripsi penggambaran Dajjal dengan ciri mata satu itu lho.
Mengapa Dajjal yang pada dasarnya muncul dengan kondisi yang menyeramkan, namun tidak lagi tampak menyeramkan, terbukti nantinya akan ada banyak pengikut Dajjal di muka bumi ini?
Seluruh muka bumi ini akan dikuasai Dajjal, terkecuali dua negeri yang dijaga oleh para malaikat, yaitu Makkah dan Madinah.
Mengapa Dajjal tak lagi terlihat menyeramkan?
Kembali pada teori komunikasi semiotika diatas bahwa respon otak manusia tergantung pada pembiasaan apa yang sering dilihatnya.
Jauh sebelum kemunculan Dajjal yang mengerikan dan berparas buruk dengan ciri khasnya "Raksasa Bermata Satu", para pengikut Dajjal telah memunculkan sebuah deskripsi ikon-ikon simbolik yang tidak lagi memyeramkan, tapi malah tampak lucu dan menggemaskan, seperti dimunculkannya tokoh-tokoh kartun seperti Minion, Pixar dan tokoh lainnya yang ditampilkan dengan mata satu.
Hari ini kita, bahkan anak-anak kita -tanpa disadari- telah disajikan sebuah proses pembiasaan visualisasi Dajjalisasi secara simbolik dan tersistematis diluar kesadaran nalar logika dan kesadaran akan teks ajaran agama Islam itu sendiri.
Boleh jadi, ketika nanti tiba-tiba muncul Dajjal para orangtua yang beriman akan memperingatkan anak-anak mereka agar menjauhi Dajjal, para anak-anak zaman now akan mengatakan.
"Ah..Bapak..! Ah ibu..! Segitu takutnya, itu bukan Dajjal Kaleee.. Ah ketinggalan zaman.."
Terdengar absurd memang?!! Tapi begitulah konspirasi Yahudi sesungguhnya dalam agenda mereka menyambut al-Masih Dajjal dalam doktrin kepercayaan mereka. Boleh jadi orang-orang zaman now memungkirinya dengan berbagai argumentasi yang menurut lebih logils, tapi pada kenyataannya orang-orang Zionis Yahudi lebih paham tentang hadits-hadits nabi akhir zaman dan mereka telah lebih dahulu melakukan banyak hal pengelabuan terhadap umat muslim hari ini.
Sedangkan kita umat Islam hari ini tanpa sadar telah menjadi semacam "Laboratorium Raksasa" sebagai bahan ujicoba ideologi mereka yang mereka yakini. Boleh jadi, kita dan anak-anak kita telah dan sangat terbiasa dengan penggambaran penokohan ikon simbolik yang identik dengan deskripsi Dajjal sejak mereka lahir telah dipertontonkan diperkenalkan dengan tokoh-tokoh animasi atau boneka atau film dari layar televisi atau game yang mereka mainkan hari ini.
Pendidikan preventif terbaik menurut Rasulillah ada baiknya agar kita dan keluarga kita semua terhindar dari fitnah Dajjal,  ajarkan mereka membaca surah al-Kahfi setiap malam atau siang hari Jum'at.

RIDHO  SUAMI

Buatlah Bidadari Surga Cemburu Kepadamu . . .
Duhai muslimah, wajib bagimu untuk menuntut ilmu.
Karena kelak kau akan menjadi madrasah pertama bagi anak-anakmu.
Seorang muslimah wajib untuk pintar.
Sebab kelak kau akan menjadi teman berdiskusi bagi suamimu. .
Namun jangan lupa,
Setinggi apapun pendidikan seorang wanita,
Ia tetaplah makmum bagi suaminya.
Tingginya pendidikan bukanlah alasan
untuk bisa membangkang kepada suami.
Ingatlah bahwa surgamu ada dalam ridho suamimu. .
Jadilah wanita yang mempesona,
Tidak hanya cantik, tapi juga pintar.
Tidak hanya pintar tapi juga hormat kepada suami.
Tidak hanya hormat kepada suami,
Tapi juga penyayang kepada anak-anaknya.
Maka akan kau dapati surga dalam rumah tanggamu. .
Buatlah bidadari surga cemburu kepadamu.. :)
-(AdeviaLathifahMunzir)-

Rabu, 17 Januari 2018

10 KEWAJIBAN LAKI LAKI SETELAH MENIKAH

1. Menjadi pemimpin rumah tangga
         Pada dasarnya, semua manusia adalah pemimpin. Mereka memiliki kewajiban dan kemampuan untuk menjadi pemimpin di bumi. Bagi seorang individu, dia adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Manusia harus bisa melakukan cara menghilangkan sifat egois dan mampu mengendalikan nafsunya. Namun, khusus bagi laki-laki, mereka memang telah diberi kelebihan oleh Allah untuk menjadi pemimpin, khususnya dalam lingkup keluarga.
Laki-laki setelah menikah memiliki kewajiban utama sebagai pemimpin rumah tangga. Sebagai pemimpin, dia wajib untuk mengayomi, memberi teladan dan membuat keputusan yang terbaik untuk keluarganya. Dalam sebuah keluarga, seorang istri wajib untuk menaati suaminya sebagai pemimpin dalam keluarga. Ini bisa jadi tips menjadi istri yang baik dan disayang suami.

2. Mengajarkan ilmu agama
           Tidak hanya sebagai pemimpin, laki-laki setelah menikah juga wajib untuk mengajarkan ilmu agama kepada istri dan anak-anaknya. Dia harus bisa memberi contoh dalam melakukan ajaran-ajaran agama. Tidak berhenti di situ, peran ayah dalam keluarga menurut Islam adalah untuk meluruskan istri dan anak-anaknya jika ada tindakan yang tidak sesuai dengan ajaran Al Quran dan hadis.
         Oleh sebab itu, seorang laki-laki wajib untuk mengkaji ilmu agama, bahkan sebelum menikah. Dia harus paham betul apa yang dilarang dan diperintahkan dalam Islam. Dengan begitu, setelah menikah nanti laki-laki tersebut bisa mengajarkan ilmu agama pada keluarganya. Ini merupakan salah satu cara membina keluarga sakinah dalam Islam.

3. Melindungi istri dan anak-anak
          Berkaitan dengan poin sebelumnya, dengan mengajarkan ilmu agama pada istri dan anak-anak seorang laki-laki telah menjalankan salah satu kewajiban lainnya. Salah satu kewajiban itu adalah melindungi istri dan anak-anak dari api neraka. Kehidupan rumah tangga dalam Islam wajib didasari oleh ilmu agama di al Quran dan hadis.
Tidak hanya itu, seorang laki-laki setelah menikah juga harus bisa melindungi keluarganya dari kejahatan dan bahaya. Misalnya, melindungi istri dari fitnah, melindungi anak-anak dari orang jahat, dan lain sebagainya.

4. Memelihara harga diri keluarga
          Seorang istri adalah pakaian untuk suaminya. Sebaliknya, seorang suami adalah pakaian dari istrinya. Itu artinya sepasang suami istri harus bisa menjaga harga diri dan kehormatan satu sama lain. Merupakan hal yang terlarang bagi seorang suami untuk menceritakan aib istrinya. Jika hal itu dilakukan, maka sama saja suami membuka aibnya sendiri dan itu bisa jadi salah satu sifap durhaka suami kepada istri.
         Untuk itu, sangat perlu bagi suami untuk melakukan cara menghindari perilaku fitnah. Jika dia bisa menjaga kehormatan dirinya sendiri, maka dia juga bisa menjaga harga diri dan kehormatan keluarganya.

5. Memberi nafkah
         Tidak bisa dipungkiri bahwa mencari nafkah merupakan satu kewajiban utama seorang laki-laki setelah menikah. Seorang laki-laki wajib untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya. Kebutuhan itu bisa berupa makanan, pakaian dan tempat tinggal bagi keluarganya.
        Namun, ternyata kewajiban memberi nafkah seorang laki-laki tidak hanya berhenti di nafkah yang bersifat materi saja. Suami harus juga bisa memenuhi nafkah batin kepada istrinya. Seperti apakah nafkah batin itu? Nafkah batin bisa berupa ketenangan, rasa aman, rasa bahagia ddan sebagainya. Seorang suami harus bisa membahagiakan istri dan anak-anaknya, sementara kebahagiaan tidak akan bisa terukur dengan uang semata.Mungkin untuk itu Anda perlu mengetahui cara membahagiakan istri tercinta lahir dan batin.

6. Tetap berbakti pada orang tua
         Terkadang ada salah kaprah yang saat ini berlaku di masyarakat kita. Banyak orang yang beranggapan bahwa kewajiban laki-laki setelah menikah hanya terbatas pada keluarga baru yang dia bentuk bersama istrinya. Padahal, dalam Islam seorang laki-laki tetaplah seorang anak bagi ibunya dan wajib untuk berbakti pada ibunya. Ada keutamaan berbakti kepada orang tua menurut Islam yang tetap harus dijalani oleh seorang laki-laki, bahkan seetelah menikah.
Hal ini mungkin berbeda dengan seorang wanita, yang begitu menikah baktinya akan berpindah pada suaminya. Bagi laki-laki, orang tua khususnya ibunya tetap berhak untuk dibahagiakan olehnya. Untuk itu, seorang laki-laki harus pandai-pandai membagi kasih sayangnya antara ibu dan istrinya. Oleh karena itu, bagi wanita hendaknya juga mendukung suami untuk berbakti pada orang tua. Lakukan cara menghilangkan rasa cemburu yang berlebihan. Alih-alih begitu, sebaiknya lakukan cara membahagiakan mertua karena itu bisa mendatangkan banyak keberkahan pada keluarga Anda.

7.Menghindari berbuat buruk kepada istri
         Dalam Islam telah diajarkan bahwa wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Jika dipaksa untuk lurus, maka dia akan patah. Namun, jika dibiarkan saja dia akan terus bengkok. Hal inilah yang harus diketahui dan dipahami oleh seorang laki-laki setelah menikah.
       Wajar, jika dalam rumah tangga ada banyak masalah yang dialami. Terkadang, istri berbuat salah dan berkata sesuatu yang kurang enak didengar. Namun, jika seorang laki-laki memahami hadis di atas, maka dia akan menjadi laki-laki yang pengertian. Dia akan menjadi laki-laki yang sabar dan lembut memperlakukan istrinya.
          Bukan berarti dia membiarkan istrinya berbuat salah, namun mencoba untuk meluruskannya dengan nasehat yang lembut dan perkataan yang baik. Ketahuilah bagaimana cara suami memperlakukan istri dengan baik. Dengan begitu, istri akan belajar dari kesalahannya tanpa perlu adanya pertengkaran. Hubungan pun akan semakin harmonis dari hari ke hari.

8. Terus memperbaiki diri
           Sebagai seorang suami dan ayah, seorang laki-laki wajib untuk bisa memberi teladan yang baik untuk keluarganya. Kesalahan memang wajar untuk dilakukan karena memang fitrah manusia. Namun, seorang laki-laki yang bijak harus bisa menjadikan kesalahan tersebut sebagai pelajaran. Seorang laki-laki setelah menikah harus mau terbuka kepada kritik, bahkan kritik dari istri dan anaknya. Hal itu bisa jadi cara merubah kepribadian menjadi lebih baik dari hari ke hari.

9.Mengutamakan keluarga di atas segalanya
           Jika Anda sebagai laki-laki sangat suka hang out dengan teman saat masih bujangan dulu, setelah menikah sebaiknya Anda mengesampingkan hobi Anda tersebut. Akan lebih baaik jika Anda segera pulang ke rumah dan menyempatkan makan bersama keluarga di rumah. Ikuti perkembangan anak Anda. Ketahuilah bagaimana cara menjadi orang tua yang baik, yang salah satunya adalah memberi cukup waktu untuk ada untuknya.

10,Bersikap tegas
        Sudah merupakan hal yang pasti bahwa seorang laki-laki harus bisa bersikap tegas, khususnya jika sudah menikah. Seorang laki-laki akan diharapkan sebagai pengambil keputusan dalam keluarga. Untuk itu, dia harus mengetahui cara membuat keputusan yang tepat dan tegas dengan keputusannya tersebut. Untuk itu, seorang laki-laki harus memiliki sifat berani dan tanggung jawab. Namun, jangan abaikan masukan dari istri. Kadangkala, sebuah masalah keluarga tidak bisa diputuskan sendirian.

Selasa, 16 Januari 2018


CINTA  ITU  BUTUH  KESABARAN

Cinta itu butuh kesabaran…
Sampai dimanakah kita harus bersabar menanti cinta kita???
Hari itu.. aku dengannya berkomitmen untuk menjaga cinta kita..
Aku menjadi perempuan yg paling bahagia…..
Pernikahan kami sederhana namun meriah…..
Ia menjadi pria yang sangat romantis pada waktu itu.
Aku bersyukur menikah dengan seorang pria yang shaleh, pintar, tampan & mapan pula.
Kami akan berbulan madu di tanah suci, itu janjinya.
Dan setelah menikah, aku mengajaknya untuk umroh ke tanah suci….
Aku sangat bahagia dengannya, dan dianya juga sangat memanjakan aku… sangat terlihat dari rasa cinta dan rasa sayangnya pada ku.
Banyak orang yang bilang kami adalah pasangan yang serasi. Sangat terlihat sekali bagaimana suamiku memanjakanku. Dan aku bahagia menikah dengannya.
                                                ***
               Lima tahun berlalu sudah kami menjadi suami istri, sangat tak terasa waktu begitu cepat berjalan walaupun kami hanya hidup berdua saja karena sampai saat ini aku belum bisa memberikannya seorang malaikat kecil (bayi ) di tengah keharmonisan rumah tangga kami.
Karena dia anak lelaki satu-satunya dalam keluarganya, jadi aku harus berusaha untuk mendapatkan penerus generasi baginya.
Alhamdulillah saat itu suamiku mendukungku…
Ia mengaggap Allah belum mempercayai kami untuk menjaga titipan-NYA.
Tapi keluarganya mulai resah. Dari awal kami menikah, ibu & adiknya tidak menyukaiku. Aku sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari mereka, namun aku selalu berusaha menutupi hal itu dari suamiku…
Didepan suami ku mereka berlaku sangat baik padaku, tapi dibelakang suami ku, aku dihina-hina oleh mereka…
       Pernah suatu ketika satu tahun usia pernikahan kami, suamiku mengalami kecelakaan, mobilnya hancur. Alhamdulillah suami ku selamat dari maut yang hampir membuat ku menjadi seorang janda itu.
Ia dirawat dirumah sakit pada saat dia belum sadarkan diri setelah kecelakaan. Aku selalu menemaninya siang & malam sambil kubacakan ayat-ayat suci Al – Qur’an. Aku sibuk bolak-balik dari rumah sakit dan dari tempat aku melakukan aktivitas sosial ku, aku sibuk mengurus suamiku yang sakit karena kecelakaan.
Namun saat ketika aku kembali ke rumah sakit setelah dari rumah kami, aku melihat di dalam kamarnya ada ibu, adik-adiknya dan teman-teman suamiku, dan disaat itu juga.. aku melihat ada seorang wanita yang sangat akrab mengobrol dengan ibu mertuaku. Mereka tertawa menghibur suamiku.
Alhamdulillah suamiku ternyata sudah sadar, aku menangis ketika melihat suami ku sudah sadar, tapi aku tak boleh sedih di hadapannya.
Kubuka pintu yang tertutup rapat itu sambil mengatakan, “ Assalammu’alaikum ” dan mereka menjawab salam ku. Aku berdiam sejenak di depan pintu dan mereka semua melihatku. Suamiku menatapku penuh manja, mungkin ia kangen padaku karena sudah 5 hari mata nya selalu tertutup.
Tangannya melambai, mengisyaratkan aku untuk memegang tangannya erat. Setelah aku menghampirinya, kucium tangannya sambil berkata “ Assalammu’alaikum ”, ia pun menjawab salam ku dengan suaranya yg lirih namun penuh dengan cinta. Aku pun senyum melihat wajahnya.
Lalu.. Ibu nya berbicara denganku …
“ Fis, kenalkan ini Desi teman Fikri ”.
Aku teringat cerita dari suamiku bahwa teman baiknya pernah mencintainya, perempuan itu bernama Desi dan dia sangat akrab dengan keluarga suamiku. Hingga akhirnya aku bertemu dengan orangnya juga. Aku pun langsung berjabat tangan dengannya, tak banyak aku bicara di dalam ruangan tersebut,aku tak mengerti apa yg mereka bicarakan.
Aku sibuk membersihkan & mengobati luka-luka di kepala suamiku, baru sebentar aku membersihkan mukanya, tiba-tiba adik ipar ku yang bernama Dian mengajakku keluar, ia minta ditemani ke kantin. Dan suamiku pun mengijinkannya. Kemudian aku pun menemaninya.
Tapi ketika di luar adik ipar ku berkata, ” lebih baik kau pulang saja, ada
kami yg menjaga abang disini. Kau istirahat saja.

Anehnya, aku tak diperbolehkan berpamitan dengan suamiku dengan alasan abang harus banyak beristirahat dan karena psikologisnya masih labil. Aku berdebat dengannya mempertanyakan mengapa aku tidak diizinkan berpamitan dengan suamiku. Tapi tiba-tiba ibu mertuaku datang menghampiriku dan ia juga mengatakan hal yang sama. Nantinya dia akan memberi alasan pada suamiku mengapa aku pulang tak berpamitan padanya, toh suamiku selalu menurut apa kata ibunya, baik ibunya salah ataupun tidak, suamiku tetap saja membenarkannya. Akhirnya aku pun pergi meninggalkan rumah sakit itu dengan linangan air mata.
Sejak saat itu aku tidak pernah diijinkan menjenguk suamiku sampai ia kembali dari rumah sakit. Dan aku hanya bisa menangis dalam kesendirianku. Menangis mengapa mereka sangat membenciku.
                                                                      ***
Hari itu.. aku menangis tanpa sebab, yang ada di benakku aku takut kehilangannya, aku takut cintanya dibagi dengan yang lain.
Pagi itu, pada saat aku membersihkan pekarangan rumah kami, suamiku memanggil ku ke taman belakang, ia baru aja selesai sarapan, ia mengajakku duduk di ayunan favorit kami sambil melihat ikan-ikan yang bertaburan di kolam air mancur itu.
Aku bertanya, ” Ada apa kamu memanggilku? ”
Ia berkata, ” Besok aku akan menjenguk keluargaku di Sabang ”
Aku menjawab, ” Ia sayang.. aku tahu, aku sudah mengemasi barang-barang kamu di travel bag dan kamu sudah memeegang tiket bukan? ”
“ Ya tapi aku tak akan lama disana, cuma 3 minggu aku disana, aku juga sudah lama tidak bertemu dengan keluarga besarku sejak kita menikah dan aku akan pulang dengan mama ku”, jawabnya tegas.
“ Mengapa baru sekarang bicara, aku pikir hanya seminggu saja kamu disana? “, tanya ku balik kepadanya penuh dengan rasa penasaran dan sedikit rasa kecewa karena ia baru memberitahukan rencana kepulanggannya itu, padahal aku telah bersusah payah mencarikan tiket pesawat untuknya.
” Mama minta aku yang menemaninya saat pulang nanti”, jawabnya tegas.
” Sekarang aku ingin seharian dengan kamu karena nanti kita 3 minggu tidak bertemu, ya kan? ”, lanjut nya lagi sambil memelukku dan mencium keningku. Hatiku sedih dengan keputusannya, tapi tak boleh aku tunjukkan pada nya.
            Bahagianya aku dimanja dengan suami yang penuh dengan rasa sayang & cintanya walau terkadang ia bersikap kurang adil terhadapku.
Aku hanya bisa tersenyum saja, padahal aku ingin bersama suamiku, tapi karena keluarganya tidak menyukaiku hanya karena mereka cemburu padaku karena suamiku sangat sayang padaku.
          Kemudian aku memutuskan agar ia saja yg pergi dan kami juga harus berhemat dalam pengeluaran anggaran rumah tangga kami.
Karena ini acara sakral bagi keluarganya, jadi seluruh keluarganya harus komplit. Walaupun begitu, aku pun tetap tak akan diperdulikan oleh keluarganya harus datang ataupun tidak. Tidak hadir justru membuat mereka sangat senang dan aku pun tak mau membuat riuh keluarga ini.
         Malam sebelum kepergiannya, aku menangis sambil membereskan keperluan yang akan dibawanya ke Sabang, ia menatapku dan menghapus airmata yang jatuh dipipiku, lalu aku peluk erat dirinya. Hati ini bergumam tak merelakan dia pergi seakan terjadi sesuatu, tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku hanya bisa menangis karena akan ditinggal pergi olehnya.
Aku tidak pernah ditinggal pergi selama ini, karena kami selalu bersama-sama kemana pun ia pergi.
         Apa mungkin aku sedih karena aku sendirian dan tidak memiliki teman, karena biasanya hanya pembantu sajalah teman mengobrolku.
Hati ini sedih akan di tinggal pergi olehnya.
Sampai keesokan harinya, aku terus menangis.. menangisi kepergiannya. Aku tak tahu mengapa sesedih ini, perasaanku tak enak, tapi aku tak boleh berburuk sangka. Aku harus percaya apada suamiku. Dia pasti akan selalu menelponku.
                                                                ***
           Berjauhan dengan suamiku, aku merasa sangat tidak nyaman, aku merasa sendiri. Untunglah aku mempunyai kesibukan sebagai seorang aktivis, jadinya aku tak terlalu kesepian ditinggal pergi ke Sabang.
Saat kami berhubungan jarak jauh, komunikasi kami memburuk dan aku pun jatuh sakit. Rahimku terasa sakit sekali seperti di lilit oleh tali. Tak tahan aku menahan rasa sakit dirahimku ini, sampai-sampai aku mengalami pendarahan. Aku dilarikan ke rumah sakit oleh adik laki-lakiku yang kebetulan menemaniku disana. Dokter memvonis aku terkena kanker mulut rahim stadium 3.
Aku menangis.. apa yang bisa aku banggakan lagi..
        Mertuaku akan semakin menghinaku, suamiku yang malang yang selalu berharap akan punya keturunan dari rahimku.. namun aku tak bisa memberikannya keturunan. Dan kemudian aku hanya bisa memeluk adikku.
Aku kangen pada suamiku, aku selalu menunggu ia pulang dan bertanya-tanya, “ kapankah ia segera pulang? ” aku tak tahu..
Sementara suamiku disana, aku tidak tahu mengapa ia selalu marah-marah jika menelponku. Bagaimana aku akan menceritakan kondisiku jika ia selalu marah-marah terhadapku..
Lebih baik aku tutupi dulu tetang hal ini dan aku juga tak mau membuatnya khawatir selama ia berada di Sabang.
           Lebih baik nanti saja ketika ia sudah pulang dari Sabang, aku akan cerita padanya. Setiap hari aku menanti suamiku pulang, hari demi hari aku hitung…
Sudah 3 minggu suamiku di Sabang, malam itu ketika aku sedang melihat foto-foto kami, ponselku berbunyi menandakan ada sms yang masuk.
Kubuka di inbox ponselku, ternyata dari suamiku yang sms.
Ia menulis, “ aku sudah beli tiket untuk pulang, aku pulangnya satu hari lagi, aku akan kabarin lagi”.
       Hanya itu saja yang diinfokannya. Aku ingin marah, tapi aku pendam saja ego yang tidak baik ini. Hari yg aku tunggu pun tiba, aku menantinya di rumah.
Sebagai seorang istri, aku pun berdandan yang cantik dan memakai parfum kesukaannya untuk menyambut suamiku pulang, dan nantinya aku juga akan menyelesaikan masalah komunikasi kami yg buruk akhir-akhir ini.
        Bel pun berbunyi, kubukakan pintu untuknya dan ia pun mengucap salam. Sebelum masuk, aku pegang tangannya kedepan teras namun ia tetap berdiri, aku membungkuk untuk melepaskan sepatu, kaos kaki dan kucuci kedua kakinya, aku tak mau ada syaithan yang masuk ke dalam rumah kami.
Setelah itu akupun berdiri langsung mencium tangannya tapi apa reaksinya..
Masya Allah.. ia tidak mencium keningku, ia hanya diam dan langsung naik keruangan atas, kemudian mandi dan tidur tanpa bertanya kabarku..
Aku hanya berpikir, mungkin dia capek. Aku pun segera merapikan bawaan nya sampai aku pun tertidur. Malam menunjukkan 1/3 malam, mengingatkan aku pada tempat mengadu yaitu Allah, Sang Maha Pencipta.
          Biasa nya kami selalu berjama’ah, tapi karena melihat nya tidur sangat pulas, aku tak tega membangunkannya. Aku hanya mengeelus wajahnya dan aku cium keningnya, lalu aku sholat tahajud 8 rakaat plus witir 3 raka’at.
                                                                       ***
        Aku mendengar suara mobilnya, aku terbangun lalu aku melihat dirinya dari balkon kamar kami yang bersiap-siap untuk pergi. Lalu aku memanggilnya tapi ia tak mendengar. Kemudian aku ambil jilbabku dan aku berlari dari atas ke bawah tanpa memperdulikan darah yg bercecer dari rahimku untuk mengejarnya tapi ia begitu cepat pergi.
Aku merasa ada yang aneh dengan suamiku. Ada apa dengan suamiku? Mengapa ia bersikap tidak biasa terhadapku?
Aku tidak bisa diam begitu saja, firasatku mengatakan ada sesuatu. Saat itu juga aku langsung menelpon kerumah mertuakudan kebetulan Dian yang mengangkat telponnya, aku bercerita dan aku bertanya apa yang sedang terjadi dengan suamiku. Dengan enteng ia menjawab, “ Loe pikir aja sendiri!!! ”. Telpon pun langsung terputus.
Ada apa ini? Tanya hatiku penuh dalam kecemasan. Mengapa suamiku berubah setelah ia kembali dari kota kelahirannya. Mengapa ia tak mau berbicara padaku, apalagi memanjakan aku.
         Semakin hari ia menjadi orang yang pendiam, seakan ia telah melepas tanggung jawabnya sebagai seorang suami. Kami hanya berbicara seperlunya saja, aku selalu diintrogasinya. Selalu bertanya aku dari mana dan mengapa pulang terlambat dan ia bertanya dengan nada yg keras. Suamiku telah berubah.
Bahkan yang membuat ku kaget, aku pernah dituduhnya berzina dengan mantan pacarku. Ingin rasanya aku menampar suamiku yang telah menuduhku serendah itu, tapi aku selalu ingat.. sebagaimana pun salahnya seorang suami, status suami tetap di atas para istri, itu pedoman yang aku pegang.
Aku hanya berdo’a semoga suamiku sadar akan prilakunya.
                                                                                ***
           Dua tahun berlalu, suamiku tak kunjung berubah juga. Aku menangis setiap malam, lelah menanti seperti ini, kami seperti orang asing yang baru saja berkenalan.
Kemesraan yang kami ciptakan dulu telah sirna. Walaupun kondisinya tetap seperti itu, aku tetap merawatnya & menyiakan segala yang ia perlukan. Penyakitkupun masih aku simpan dengan baik dan sekalipun ia tak pernah bertanya perihal obat apa yang aku minum. Kebahagiaan ku telah sirna, harapan menjadi ibu pun telah aku pendam. Aku tak tahu kapan ini semua akan berakhir.
Bersyukurlah.. aku punya penghasilan sendiri dari aktifitasku sebagai seorang guru ngaji, jadi aku tak perlu meminta uang padanya hanya untuk pengobatan kankerku. Aku pun hanya berobat semampuku.
Sungguh.. suami yang dulu aku puja dan aku banggakan, sekarang telah menjadi orang asing bagiku, setiap aku bertanya ia selalu menyuruhku untuk berpikir sendiri. Tiba-tiba saja malam itu setelah makan malam usai, suamiku memanggilku.
“ Ya, ada apa Yah! ” sahutku dengan memanggil nama kesayangannya “Ayah”.
“ Lusa kita siap-siap ke Sabang ya. ” Jawabnya tegas.
“ Ada apa? Mengapa? ”, sahutku penuh dengan keheranan.
Astaghfirullah.. suami ku yang dulu lembut tiba-tiba saja menjadi kasar, dia membentakku. Sehingga tak ada lagi kelanjutan diskusi antara kami.
Dia mengatakan ” Kau ikut saja jangan banyak tanya!! ”
Lalu aku pun bersegera mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke Sabang sambil menangis, sedih karena suamiku kini tak ku kenal lagi.
lima tahun kami menikah dan sudah 2 tahun pula ia menjadi orang asing buatku. Ku lihat kamar kami yg dulu hangat penuh cinta yang dihiasi foto pernikahan kami, sekarang menjadi dingin.. sangat dingin dari batu es. Aku menangis dengan kebingungan ini. Ingin rasanya aku berontak berteriak, tapi aku tak bisa.
Suamiku tak suka dengan wanita yang kasar, ngomong dengan nada tinggi, suka membanting barang-barang. Dia bilang perbuatan itu menunjukkan sikap ketidakhormatan kepadanya. Aku hanya bisa bersabar menantinya bicara dan sabar mengobati penyakitku ini, dalam kesendirianku..
                                                               ***
                    Kami telah sampai di Sabang, aku masih merasa lelah karena semalaman aku tidak tidur karena terus berpikir. Keluarga besarnya juga telah berkumpul disana, termasuk ibu & adik-adiknya. Aku tidak tahu ada acara apa ini..
Aku dan suamiku pun masuk ke kamar kami. Suamiku tak betah didalam kamar tua itu, ia pun langsung keluar bergabung dengan keluarga besarnya.
Baru saja aku membongkar koper kami dan ingin memasukkannya ke dalam lemari tua yg berada di dekat pintu kamar, lemari tua yang telah ada sebelum suamiku lahir tiba-tiba Tante Lia, tante yang sangat baik padaku memanggil ku untuk bersegera berkumpul diruang tengah, aku pun menuju ke ruang keluarga yang berada ditengah rumah besar itu, yang tampak seperti rumah zaman peninggalan belanda.
Kemudian aku duduk disamping suamiku, dan suamiku menunduk penuh dengan kebisuan, aku tak berani bertanya padanya.
               Tiba-tiba saja neneknya, orang yang dianggap paling tua dan paling berhak atas semuanya, membuka pembicaraan.
“ Baiklah, karena kalian telah berkumpul, nenek ingin bicara dengan kau Fisha ”. Neneknya berbicara sangat tegas, dengan sorot mata yang tajam.
” Ada apa ya Nek? ” sahutku dengan penuh tanya..
Nenek pun menjawab, “ Kau telah bergabung dengan keluarga kami hampir 8 tahun, sampai saat ini kami tak melihat tanda-tanda kehamilan yang sempurna sebab selama ini kau selalu keguguran!! “.
Aku menangis.. untuk inikah aku diundang kemari? Untuk dihina ataukah dipisahkan dengan suamiku?
“ Sebenarnya kami sudah punya calon untuk Fikri, dari dulu.. sebelum kau menikah dengannya. Tapi Fikri anak yang keras kepala, tak mau di atur,dan akhirnya menikahlah ia dengan kau. ” Neneknya berbicara sangat lantang, mungkin logat orang Sabang seperti itu semua.
Aku hanya bisa tersenyum dan melihat wajah suamiku yang kosong matanya.
“ Dan aku dengar dari ibu mertuamu kau pun sudah berkenalan dengannya ”, neneknya masih melanjutkan pembicaraan itu.
Sedangkan suamiku hanya terdiam saja, tapi aku lihat air matanya. Ingin aku peluk suamiku agar ia kuat dengan semua ini, tapi aku tak punya keberanian itu.
Neneknya masih saja berbicara panjang lebar dan yang terakhir dari ucapannya dengan mimik wajah yang sangat menantang kemudian berkata, “ kau maunya gimana? kau dimadu atau diceraikan? “
MasyaAllah.. kuatkan hati ini.. aku ingin jatuh pingsan. Hati ini seakan remuk mendengarnya, hancur hatiku. Mengapa keluarganya bersikap seperti ini terhadapku..
Aku selalu munutupi masalah ini dari kedua orang tuaku yang tinggal di pulau
kayu, mereka mengira aku sangat bahagia 2 tahun belakangan ini.
“ Fish, jawab! .” Dengan tegas Ibunya langsung memintaku untuk menjawab.
Aku langsung memegang tangan suamiku. Dengan tangan yang dingin dan gemetar aku menjawab dengan tegas.
” Walaupun aku tidak bisa berdiskusi dulu dengan imamku, tapi aku dapat berdiskusi dengannya melalui bathiniah, untuk kebaikan dan masa depan keluarga ini, aku akan menyambut baik seorang wanita baru dirumah kami. ”
Itu yang aku jawab, dengan kata lain aku rela cintaku dibagi. Dan pada saat itu juga suamiku memandangku dengan tetesan air mata, tapi air mataku tak sedikit pun menetes di hadapan mereka.
Aku lalu bertanya kepada suamiku, “ Ayah siapakah yang akan menjadi sahabatku dirumah kita nanti, yah?”
Suamiku menjawab, ” Dia Desi! ”
Aku pun langsung menarik napas dan langsung berbicara, ” Kapan pernikahannya berlangsung? Apa yang harus saya siapkan dalam pernikahan ini Nek?. ”
Ayah mertuaku menjawab, “ Pernikahannya 2 minggu lagi. ”
” Baiklah kalo begitu saya akan menelpon pembantu di rumah, untuk menyuruhnya mengurus KK kami ke kelurahan besok ”, setelah berbicara seperti itu aku permisi untuk pamit ke kamar.
Tak tahan lagi.. air mata ini akan turun, aku berjalan sangat cepat, aku buka pintu kamar dan aku langsung duduk di tempat tidur. Ingin berteriak, tapi aku sendiri disini. Tak kuat rasanya menerima hal ini, cintaku telah dibagi. Sakit. Diiringi akutnya penyakitku..
Apakah karena ini suamiku menjadi orang yang asing selama 2 tahun belakangan ini?
Aku berjalan menuju ke meja rias, kubuka jilbabku, aku bercermin sambil bertanya-tanya, “ sudah tidak cantikkah aku ini? “
Ku ambil sisirku, aku menyisiri rambutku yang setiap hari rontok. Kulihat wajahku, ternyata aku memang sudah tidak cantik lagi, rambutku sudah hampir habis.. kepalaku sudah botak dibagian tengahnya.
Tiba-tiba pintu kamar ini terbuka, ternyata suamiku yang datang, ia berdiri dibelakangku. Tak kuhapus air mata ini, aku bersegera memandangnya dari cermin meja rias itu.
Kami diam sejenak, lalu aku mulai pembicaraan, “ terima kasih ayah, kamu memberi sahabat kepada ku. Jadi aku tak perlu sedih lagi saat ditinggal pergi kamu nanti! Iya kan?. ”
Suamiku mengangguk sambil melihat kepalaku tapi tak sedikitpun ia tersenyum dan bertanya kenapa rambutku rontok, dia hanya mengatakan jangan salah memakai shampo.
Dalam hatiku bertanya, “ mengapa ia sangat cuek? ” dan ia sudah tak memanjakanku lagi. Lalu dia berkata, “ sudah malam, kita istirahat yuk! “
“ Aku sholat isya dulu baru aku tidur ”, jawabku tenang.
Dalam sholat dan dalam tidur aku menangis. Ku hitung mundur waktu, kapan aku akan berbagi suami dengannya. Aku pun ikut sibuk mengurusi pernikahan suamiku.
Aku tak tahu kalau Desi orang Sabang juga. Sudahlah, ini mungkin takdirku. Aku ingin suamiku kembali seperti dulu, yang sangat memanjakan aku atas rasa sayang dan cintanya itu.
                                                                ***
                 Malam sebelum hari pernikahan suamiku, aku menulis curahan hatiku di laptopku.
Di laptop aku menulis saat-saat terakhirku melihat suamiku, aku marah pada suamiku yang telah menelantarkanku. Aku menangis melihat suamiku yang sedang tidur pulas, apa salahku? sampai ia berlaku sekejam itu kepadaku. Aku
save di mydocument yang bertitle “ Aku Mencintaimu Suamiku. ”
Hari pernikahan telah tiba, aku telah siap, tapi aku tak sanggup untuk keluar. Aku berdiri didekat jendela, aku melihat matahari, karena mungkin saja aku takkan bisa melihat sinarnya lagi. Aku berdiri sangat lama.. lalu suamiku yang telah siap dengan pakaian pengantinnya masuk dan berbicara padaku.
“ Apakah kamu sudah siap? ”
Kuhapus airmata yang menetes diwajahku sambil berkata :
“ Nanti jika ia telah sah jadi istrimu, ketika kamu membawa ia masuk kedalam rumah ini, cucilah kakinya sebagaimana kamu mencuci kakiku dulu, lalu ketika kalian masuk ke dalam kamar pengantin bacakan do’a di ubun-ubunnya sebagaimana yang kamu lakukan padaku dulu. Lalu setelah itu.. ”, perkataanku terhenti karena tak sanggup aku meneruskan pembicaraan itu, aku ingin menagis meledak.
Tiba-tiba suamiku menjawab “ Lalu apa Bunda? ”
Aku kaget mendengar kata itu, yang tadinya aku menunduk seketika aku langsung menatapnya dengan mata yang berbinar-binar…
“ Bisa kamu ulangi apa yang kamu ucapkan barusan? ”, pintaku tuk menyakini bahwa kuping ini tidak salah mendengar.
Dia mengangguk dan berkata, ” Baik bunda akan ayah ulangi, lalu apa bunda? ”, sambil ia mengelus wajah dan menghapus airmataku, dia agak sedikit membungkuk karena dia sangat tinggi, aku hanya sedadanya saja.
Dia tersenyum sambil berkata, ” Kita liat saja nanti ya! ”. Dia memelukku dan berkata, “ bunda adalah wanita yang paling kuat yang ayah temui selain mama”.
Kemudian ia mencium keningku, aku langsung memeluknya erat dan berkata, “Ayah, apakah ini akan segera berakhir? Ayah kemana saja? Mengapa Ayah berubah? Aku kangen sama Ayah? Aku kangen belaian kasih sayang Ayah? Aku kangen dengan manjanya Ayah? Aku kesepian Ayah? Dan satu hal lagi yang harus Ayah tau, bahwa aku tidak pernah berzinah! Dulu.. waktu awal kita pacaran, aku memang belum bisa melupakannya, setelah 4 bulan bersama Ayah baru bisa aku terima, jika yang dihadapanku itu adalah lelaki yang aku cari. Bukan berarti aku pernah berzina Ayah.” Aku langsung bersujud di kakinya dan muncium kaki imamku sambil berkata, ” Aku minta maaf Ayah, telah membuatmu susah ”.
Saat itu juga, diangkatnya badanku.. ia hanya menangis.
        Ia memelukku sangat lama, 2 tahun aku menanti dirinya kembali. Tiba-tiba perutku sakit, ia menyadari bahwa ada yang tidak beres denganku dan ia bertanya, ” bunda baik-baik saja kan? ” tanyanya dengan penuh khawatir.
Aku pun menjawab, “ bisa memeluk dan melihat kamu kembali seperti dulu itu sudah mebuatku baik, Yah. Aku hanya tak bisa bicara sekarang “. Karena dia akan menikah. Aku tak mau membuat dia khawatir. Dia harus khusyu menjalani acara prosesi akad nikah tersebut.
                                                                          ***
                Setelah tiba dimasjid, ijab-qabul pun dimulai. Aku duduk diseberang suamiku.
Aku melihat suamiku duduk berdampingan dengan perempuan itu, membuat hati ini cemburu, ingin berteriak mengatakan, “ Ayah jangan!! ”, tapi aku ingat akan kondisiku.
Jantung ini berdebar kencang saat mendengar ijab-qabul tersebut. Begitu ijab-qabul selesai, aku menarik napas panjang. Tante Lia, tante yang baik itu, memelukku. Dalam hati aku berusaha untuk menguatkan hati ini. Ya… aku kuat.
Tak sanggup aku melihat mereka duduk bersanding dipelaminan. Orang-orang yang hadir di acara resepsi itu iba melihatku, mereka melihatku dengan tatapan sangat aneh, mungkin melihat wajahku yang selalu tersenyum, tapi dibalik itu.. hatiku menangis.
Sampai dirumah, suamiku langsung masuk ke dalam rumah begitu saja. Tak mencuci kakinya. Aku sangat heran dengan perilakunya. Apa iya, dia tidak suka dengan pernikahan ini?
Sementara itu Desi disambut hangat di dalam keluarga suamiku, tak seperti aku dahulu, yang di musuhi.
        Malam ini aku tak bisa tidur, bagaimana bisa? Suamiku akan tidur dengan perempuan yang sangat aku cemburui. Aku tak tahu apa yang sedang mereka lakukan didalam sana.
Sepertiga malam pada saat aku ingin sholat lail aku keluar untuk berwudhu, lalu aku melihat ada lelaki yang mirip suamiku tidur disofa ruang tengah. Kudekati lalu kulihat. Masya Allah.. suamiku tak tidur dengan wanita itu, ia ternyata tidur disofa, aku duduk disofa itu sambil menghelus wajahnya yang lelah, tiba-tiba ia memegang tangan kiriku, tentu saja aku kaget.
“ Kamu datang ke sini, aku pun tahu”, ia berkata seperti itu. Aku tersenyum dan megajaknya sholat lail. Setelah sholat lail ia berkata, “ maafkan aku, aku tak boleh menyakitimu, kamu menderita karena ego nya aku. Besok kita pulang ke Jakarta, biar Desi pulang dengan mama, papa dan juga adik-adikku ”
Aku menatapnya dengan penuh keheranan. Tapi ia langsung mengajakku untuk istirahat. Saat tidur ia memelukku sangat erat. Aku tersenyum saja, sudah lama ini tidak terjadi. Ya Allah.. apakah Engkau akan menyuruh malaikat maut untuk mengambil nyawaku sekarang ini, karena aku telah merasakan kehadirannya saat ini. Tapi.. masih bisakah engkau ijinkan aku untuk merasakan kehangatan dari suamiku yang telah hilang selama 2 tahun ini..
Suamiku berbisik, “ Bunda kok kurus? ”
Aku menangis dalam kebisuan. Pelukannya masih bisa aku rasakan.
Aku pun berkata, “ Ayah kenapa tidak tidur dengan Desi? ”
” Aku kangen sama kamu Bunda, aku tak mau menyakitimu lagi. Kamu sudah sering terluka oleh sikapku yang egois.” Dengan lembut suamiku menjawab seperti itu.
Lalu suamiku berkata, ” Bun, ayah minta maaf telah menelantarkan bunda.. Selama ayah di Sabang, ayah dengar kalau bunda tidak tulus mencintai ayah, bunda seperti mengejar sesuatu, seperti mengejar harta ayah dan satu lagi.. ayah pernah melihat sms bunda dengan mantan pacar bunda dimana isinya kalau bunda gak mau berbuat “seperti itu” dan tulisan seperti itu diberi tanda kutip (“seperti itu”). Ayah ingin ngomong tapi takut bunda tersinggung dan ayah berpikir kalau bunda pernah tidur dengannya sebelum bunda bertemu ayah, terus ayah dimarahi oleh keluarga ayah karena ayah terlalu memanjakan bunda ”
Hati ini sakit ketika difitnah oleh suamiku, ketika tidak ada kepercayaan di dirinya, hanya karena omongan keluarganya yang tidak pernah melihat betapa tulusnya aku mencintai pasangan seumur hidupku ini.
           Aku hanya menjawab, “ Aku sudah ceritakan itu kan Yah. Aku tidak pernah berzinah dan aku mencintaimu setulus hatiku, jika aku hanya mengejar hartamu, mengapa aku memilih kamu? Padahal banyak lelaki yang lebih mapan darimu waktu itu Yah. Jika aku hanya mengejar hartamu, aku tak mungkin setiap hari menangis karena menderita mencintaimu. “
Entah aku harus bahagia atau aku harus sedih karena sahabatku sendirian dikamar pengantin itu. Malam itu, aku menyelesaikan masalahku dengan suamiku dan berusaha memaafkannya beserta sikap keluarganya juga.
Karena aku tak mau mati dalam hati yang penuh dengan rasa benci.
                                                                   ***
 Keesokan harinya…
Ketika aku ingin terbangun untuk mengambil wudhu, kepalaku pusing, rahimku sakit sekali.. aku mengalami pendarahan dan suamiku kaget bukan main, ia langsung menggendongku.
Aku pun dilarikan ke rumah sakit..
Dari kejauhan aku mendengar suara zikir suamiku..
Aku merasakan tanganku basah..
Ketika kubuka mata ini, kulihat wajah suamiku penuh dengan rasa kekhawatiran.
Ia menggenggam tanganku dengan erat.. Dan mengatakan, ” Bunda, Ayah minta maaf… ”
Berkali-kali ia mengucapkan hal itu. Dalam hatiku, apa ia tahu apa yang terjadi padaku?
Aku berkata dengan suara yang lirih, ” Yah, bunda ingin pulang.. bunda ingin bertemu kedua orang tua bunda, anterin bunda kesana ya, Yah.. ”
“ Ayah jangan berubah lagi ya! Janji ya, Yah… !!! Bunda sayang banget sama Ayah.”
Tiba-tiba saja kakiku sakit sangat sakit, sakitnya semakin keatas, kakiku sudah tak bisa bergerak lagi.. aku tak kuat lagi memegang tangan suamiku. Kulihat wajahnya yang tampan, berlinang air mata.
Sebelum mata ini tertutup, kulafazkan kalimat syahadat dan ditutup dengan kalimat tahlil.
Aku bahagia melihat suamiku punya pengganti diriku..
Aku bahagia selalu melayaninya dalam suka dan duka..
Menemaninya dalam ketika ia mengalami kesulitan dari kami pacaran sampai kami menikah.
Aku bahagia bersuamikan dia. Dia adalah nafasku.
Untuk Ibu mertuaku : “Maafkan aku telah hadir didalam kehidupan anakmu sampai aku hidup didalam hati anakmu, ketahuilah Ma.. dari dulu aku selalu berdo’a agar Mama merestui hubungan kami. Mengapa engkau fitnah diriku didepan suamiku, apa engkau punya buktinya Ma? Mengapa engkau sangat cemburu padaku Ma? Fikri tetap milikmu Ma, aku tak pernah menyuruhnya untuk durhaka kepadamu, dari dulu aku selalu mengerti apa yang kamu inginkan dari anakmu, tapi mengapa kau benci diriku. Dengan Desi kau sangat baik tetapi denganku menantumu kau bersikap sebaliknya.”
                                                              ***
Setelah ku buka laptop, kubaca curhatan istriku.
Ayah, mengapa keluargamu sangat membenciku?
Aku dihina oleh mereka ayah.
Mengapa mereka bisa baik terhadapku pada saat ada dirimu?
Pernah suatu ketika aku bertemu Dian di jalan, aku menegurnya karena dia adik iparku tapi aku disambut dengan wajah ketidaksukaannya. Sangat terlihat Ayah..
Tapi ketika engkau bersamaku, Dian sangat baik, sangat manis dan ia memanggilku dengan panggilan yang sangat menghormatiku. Mengapa seperti itu ayah?
Aku tak bisa berbicara tentang ini padamu, karena aku tahu kamu pasti membela adikmu, tak ada gunanya Yah..
Aku diusir dari rumah sakit.
Aku tak boleh merawat suamiku.
Aku cemburu pada Desi yang sangat akrab dengan mertuaku.
Tiap hari ia datang ke rumah sakit bersama mertuaku.
Aku sangat marah..
Jika aku membicarakan hal ini pada suamiku, ia akan pasti membela Desi dan
ibunya..
Aku tak mau sakit hati lagi.
Ya Allah kuatkan aku, maafkan aku..
Engkau Maha Adil..
Berilah keadilan ini padaku, Ya Allah..
Ayah sudah berubah, ayah sudah tak sayang lagi pada ku..
Aku berusaha untuk mandiri ayah, aku tak akan bermanja-manja lagi padamu..
Aku kuat ayah dalam kesakitan ini..
Lihatlah ayah, aku kuat walaupun penyakit kanker ini terus menyerangku..
Aku bisa melakukan ini semua sendiri ayah..
Besok suamiku akan menikah dengan perempuan itu.
Perempuan yang aku benci, yang aku cemburui.
Tapi aku tak boleh egois, ini untuk kebahagian keluarga suamiku.
Aku harus sadar diri.
Ayah, sebenarnya aku tak mau diduakan olehmu.
Mengapa harus Desi yang menjadi sahabatku?
Ayah.. aku masih tak rela.
Tapi aku harus ikhlas menerimanya.
Pagi nanti suamiku melangsungkan pernikahan keduanya.
Semoga saja aku masih punya waktu untuk melihatnya tersenyum untukku.
Aku ingin sekali merasakan kasih sayangnya yang terakhir.
Sebelum ajal ini menjemputku.
Ayah.. aku kangen ayah..
=====================================================
Dan kini aku telah membawamu ke orang tuamu, Bunda..
Aku akan mengunjungimu sebulan sekali bersama Desi di Pulau Kayu ini.
Aku akan selalu membawakanmu bunga mawar yang berwana pink yang mencerminkan keceriaan hatimu yang sakit tertusuk duri.
Bunda tetap cantik, selalu tersenyum disaat tidur.
Bunda akan selalu hidup dihati ayah.
Bunda.. Desi tak sepertimu, yang tidak pernah marah..
Desi sangat berbeda denganmu, ia tak pernah membersihkan telingaku, rambutku tak pernah di creambathnya, kakiku pun tak pernah dicucinya.
Ayah menyesal telah menelantarkanmu selama 2 tahun, kamu sakit pun aku tak perduli, hidup dalam kesendirianmu..
Seandainya Ayah tak menelantarkan Bunda, mungkin ayah masih bisa tidur dengan belaian tangan Bunda yang halus.
Sekarang Ayah sadar, bahwa ayah sangat membutuhkan bunda..
Bunda, kamu wanita yang paling tegar yang pernah kutemui.
Aku menyesal telah asik dalam ke-egoanku..
Bunda.. maafkan aku.. Bunda tidur tetap manis. Senyum manjamu terlihat di tidurmu yang panjang.
Maafkan aku, tak bisa bersikap adil dan membahagiakanmu, aku selalu meng-iyakan apa kata ibuku, karena aku takut menjadi anak durhaka. Maafkan aku ketika kau di fitnah oleh keluargaku, aku percaya begitu saja.
Apakah Bunda akan mendapat pengganti ayah di surga sana?
Apakah Bunda tetap menanti ayah disana? Tetap setia dialam sana?
Tunggulah Ayah disana Bunda..
Bisakan? Seperti Bunda menunggu ayah di sini.. Aku mohon..
Ayah Sayang Bunda..
....
Cerita ini adalah kisah nyata… dimana perjalanan hidup ini ditulis oleh seorang istri dalam sebuah laptopnya.
Bacalah , semoga kisah nyata ini menjadi pelajaran bagi kita semua.